You are on page 1of 20

1

PENDAHULUAN

Ulkus dekubitus disebut juga sebagai luka baring, pressure ulcer dan luka
akibat tekanan kronik. Ulkus dekubitus merupakan cedera yang terlokalisasi pada
kulit atau jaringan dibawahnya akibat adanya tekanan atau kombinasi tekanan dari
geseran maupun gesekan. Ulkus dekubitus umumnya terjadi pada penderita
cedera tulang belakang yang menggunakan kursi roda dimana luka terbentuk
didaerah bokong atas tuberositas ischia atau di regio sacrum. Terbentuknya ulkus
dekubitus sampai saat ini masih merupakan proses yang kompleks dan belum
sepenuhnya dapat diketahui. Penelitian menyebutkan proses patofisiologi dari
perubahan kulit pada ulkus dekubitus yang menyebabkan putusnya aliran darah
dan nutrisi ke organ sebagian besar disebabkan oleh cedera tulang belakang.
Banyak faktor lain yang berinteraksi sebagai predisposisi seseorang terhadap
kerusakan kulit akibat tekanan.
1,2
Ulkus dekubitus umumnya terjadi pada orang usia lanjut, pasien yang
menjalani pembedahan patah tulang pinggang dan pasien dengan cedera tulang
belakang.
3
Kerusakan yang terjadi pada kulit merupakan salah satu komplikasi
sekunder yang paling mengganggu bagi penderita cedera tulang belakang.
Insiden tahunan dilaporkan antara 23-37%. Berdasarkan model sistem perawatan
cedera tulang belakang di Amerika, 33% dari penderita cedera tulang belakang
setidaknya mendapatkan satu ulkus dekubitus selama masa rawatan awal.
Prevalensi terjadinya ulkus dekubitus pada tahap awal perawatan mencapai 15%,
pada masa rawatan yang lama 2,3-28% dan pada perawatan dirumah 0-29%.
Prevalensi terjadinya ulkus dekubitus pada penderita cedera tulang belakang
sebanyak 8% setelah 1 tahun, meningkat menjadi 9% setelah 2 tahun dan 32%
setelah 20 tahun terkena cedera tulang belakang.
2,3
Sebuah penelitian Cohort (n= 118) oleh Garber et al, menggunakan
wawancara, kuosioner dan pemeriksaan fisik selama 3 tahun menyimpulkan
bahwa resiko terjadinya ulkus dekubitus pada 12 bulan sebelum dilakukan
wawancara melebihi 30%. Hasil dari penelitian tersebut jauh lebih rendah dari
prevalensi 59% yang didapatkan ketika petugas medis melakukan pemeriksaan
kulit secara menyeluruh. Perbedaan ini diperkirakan karena kesulitan masyarakat
2

untuk mengenali derajat awal dari ulkus dekubitus , yang mewakili 27% dari
ulkus dekubitus diidentifikasi oleh petugas medik pada penelitian Garber.
3
Chen et al menyebutkan setelah faktor seperti usia dan tingkat komplikasi
medis lainnya, prevalensi ulkus dekubitus terus meningkat selama periode 10
tahun. Untungnya sebagian besar ulkus dekubitus dapat diidentifikasi dalam
kondisi awal (stadium I atau II). Umumnya hingga 95% orang dengan cedera
tulang belakang akan mengalami ulkus dekubitus selama hidup mereka. Sebuah
survei crosssectional (n=218) menyebutkan pada orang dengan paraplegia di
Jepang ditemukan 85,7% pernah mengalami ulkus dekubitus dan 46,3% telah
menjalani beberapa prosedur bedah untuk pengobatan luka. Tingkat komplikasi
pada penyandang cedera tulang belakang dengan ulkus dekubitus yang menjalani
operasi sangat tinggi. Sebuah studi dari orang-orang dengan cedera tulang
belakang oleh Krause dan Broderick melaporkan bahwa 17% dari peserta
memiliki setidaknya satu ulkus dekubitus baru setiap 2 tahun, dan 4% memiliki
ulkus dekubitus hampir terus-menerus.
3

















3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ulkus dekubitus merupakan sebuah luka pada kulit atau jaringan
dibawahnya yang terlokalisasi biasanya pada bagian tulang yang menonjol akibat
dari tekanan atau kombinasi dari tekanan dan gesekan. Sejumlah kontribusi atau
faktor pembaur seperti kelembaban, adanya eksudat, kondisi inkontinensia urin
dan faecal juga terkait dengan ulkus dekubitus.
4,5

2.2 Etiologi
Faktor utama yang berkontribusi dalam berkembangnya ulkus dekubitus
terdiri dari tekanan, gesekan, pergeseran paksa dan kelembaban. Tekanan yang
terjadi pada setiap area dianggap sebagai faktor penting dalam pembentukan
Ulkus dekubitus. Tekanan normal pada jaringan berada pada 12 dan 32 mmHg.
Tekanan yang melebihi nilai normal tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
sirkulasi dan oksigenasi ke jaringan. Ketika seseorang berada dalam kondisi
berbaring diatas tempat tidur dan imobilisasi yang lama, tekanan yang dihasilkan
dapat mencapai 150 mmHg khususnya pada daerah tulang panggul. Jika tekanan
dikurangi secara teratur, jaringan yang mengalami tekanan akan menyembuh
sedangkan tekanan yang menetap akan menyebabkan kematian dari jaringan.
3
Umumnya kerusakan yang timbul dalam hingga permukaan tulang dan otot
sehingga tidak dapat terlihat dari permukaan kulit. Pasien yang mengalami
imobilisasi yang lama sebaiknya dimiringkan ke kiri dan kanan bergantian secara
teratur untuk menghindari ulkus dekubitus.
3


2.3 Patofisiologi
Ulkus timbul karena jaringan kulit yang mati akibat tidak memadainya
suplai nutrisi dan oksigen. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari edema pada
jaringan subkutan dengan aliran limfatik yang rendah, drainase kapiler dan
akumulasi ekstravaskuler dari bahan fibrin yang bocor dari pembuluh darah.
Hasilnya adalah timbulnya tahanan yang kaku di sekitar kapiler, mencegah difusi
melalui dinding, dan fibrosis dari jaringan sekitarnya.
3
Gesekan yang terjadi
4

secara paksa merupakan akibat dari gerakan tulang dan jaringan ikat pada kondisi
kulit yang statis (contoh saat bagian atas tubuh dinaikkan hingga melebihi 30
0
dan
kulit tetap berhubungan dengan tempat tidur). Gesekan yang terjadi berhubungan
dengan permukaan jaringan dan adanya kecenderungan dari tubuh untuk jatuh
kebawah dengan kulit yang tetap terfiksasi dari alas. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya kerusakan dan menghambat suplai dari pembuluh darah. Gesekan
merupakan gaya yang memberikan tahanan pada 2 permukaan yang saling
berhubungan. Hal ini menyebabkan timbulnya kerusakan pada lapisan superficial
dari kulit. Keadaan yang lembab pada inkontinensia urin, berkeringat dan drainase
luka yang berlebihan dan menimbulkan maserasi sehingga meningkatkan resiko
terjadinya ulkus dekubitus. Faktor resiko lainnya termasuk imobilisasi yang lama,
orang dengan gizi buruk, penyakit akut, usia lanjut dan orang yang pernah
mengalami , inkontinensia urin dan fecal, fraktur femur, merokok dan kulit kering
sebelumnya.
2



Gambar 2.1 Gambaran jaringan yang mengalami tekanan.
2



Jaringan yang berada
dibawah tekanan
Berat badan
Tulang
Alas
Kulit
Otot
5

2.4 Stadium ulkus dekubitus
Stadium meupakan penilaian yang dilakukan untuk mengklasifikasi ulkus
dekubitus berdasarkan kedalaman kerusakan anatomi jaringan. Ulkus dekubitus
biasanya berlangsung dari stadium rendah dan terus meningkat hingga stadium
yang lebih tinggi. National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) membagi
ulkus dekubitus menjadi enam stadium yaitu :
3
a. Stadium I
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan
dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut:
perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi
jaringan (lebih keras atau lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang
yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap.
Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah
yang menetap, biru atau ungu.
b. Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis atau keduanya.
Luka superficial, abrasi, melepuh, atau membentuk lubang yang dangkal. Jika
kulit terluka atau robek maka akan timbul masalah baru, yaitu infeksi. Infeksi
memperlambat penyembuhan ulkus yang dangkal dan bisa berakibat fatal
terhadap ulkus yang lebih dalam.
c. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis
dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat
seperti lubang yang dalam.
d. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang
dalam serta saluran sinus.
e. Unstageable/unclassified
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dimana kedalaman luka sudah
sepenuhnya tertutupi oleh slough (jaringan nekrotik bewarna kuning, tan, abu-abu,
hijau dan coklat) dan atau eskar (jaringan nekrotik bewarna tan, coklat atau hitam)
6

pada luka daerah luka. Kedalaman luka tidak dapat dievaluasi sampai cukup
slough dan eschar dihilangkan, kondisi yang ditemukan dapat berupa stadium III
atau IV. Eschar yang stabil (kering, adherent, utuh tanpa eritema atau fluktuasi)
pada tumit berfungsi sebagai penutup alami tubuh sehingga tidak dapat
dihilangkan.
f. Suspected Deep Tissue Injury
Daerah ungu atau merah marun yang terlokalisasi dari perubahan warna
pada kulit utuh atau benjolan yang berisi darah akibat kerusakan jaringan lunak
yang disebabkan oleh tekanan dan/atau gesekan. Daerah luka didahului oleh
jaringan yang terasa sakit, tegas, lunak, berair, hangat atau dingin dibandingkan
dengan jaringan lainnya yang berdekatan. Cedera yang dalam pada jaringan sulit
untuk dideteksi pada individu dengan warna kulit gelap. Perubahan yang terjadi
termasuk blister tipis di atas daerah luka yang gelap. Luka dapat berkembang dan
menjadi tertutup oleh eschar tipis. Perubahan mungkin terjadi cepat dengan
terlihatnya lapisan tambahan pada jaringan bahkan dengan pengobatan yang
optimal.



7




Gambar 2 Gambaran stadium ulkus dekubitus.
3

2.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik. Pada ulkus dekubitus dapat
ditemukan adanya anemia, leukositosis, hipoproteinemia atau nilai iron serum
yang menurun.


8

c. Biopsi
Pemeriksaan histologi dilakukan untuk membantu mendiagnosa stadium
ulkus dekubitus ketika gambaran klinis yang didapatkan tidak cukup untuk
menilai kedalaman luka dan menyingkirkan penyakit lainnya yang dapat
menyebabkan luka pada kulit. Pada keadaan ulkus dekubitus yang lama dapat
ditemukan adanya squamous cell carcinoma.
d. Imaging
Pemeriksaan radiologi berfungsi untuk mengidentifikasi komplikasi pada
sebagian besar ulkus dekubitus yang dalam.

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan terpadu,
karena proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Pemilihan
terapi tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan tujuan yang diinginkan seperti
proteksi, pelembaban dan membuang jaringan nekrosis. Hal yang harus
diperhatikan dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah:
1.) Perawatan luka
Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus dekubitus
stadium 1 dan 2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4 harus menggunakan metode
operatif. perawatan luka dilakukan untuk mempertahankan keadaan bersih pada
daerah luka. Perawatan yang dilakukan berupa kompres, pencucian, pembilasan,
pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti antiseptik dan lain
sebagainya. Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel
dan tertutup, yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer
penguapan air dari kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu kompres dapat
mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma. Beberapa
kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah antimikrobial,
moisturizer, emollient, topical circulatory stimulant, kompres semipermiabel,
kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel, penyerap eksudat,
kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim dan cairan atau gel pembentuk
film.
5



9

2.) Terapi fisik
Tindakan debridement untuk mengangkat jaringan nekrotik. Adanya
jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang
terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan granulasi dan
epitelisasi. Pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses
penyembuhan ulkus.
3.) Terapi obat
Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus
karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan
meliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides dan
fluoroquinolones. Antibiotik lainnya yang dapat digunakan adalah clindamycin,
metronidazole dan trimethoprim.
4.) Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus
adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air. Pemberian diet
yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan meningkatkan status gizi
penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi penderita ini akan
memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat penyembuhan ulkus
dekubitus.















10


LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien
Nama : Zuraida
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lembah Hijau, Leungbata
No CM : 1-01-70-56
No Register : 2181147
Tanggal Masuk : 3 September 2014
Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2014
Tanggal Keluar : -

2.2 Anamnesa
Keluhan Utama : luka pada bagian bokong
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUDZA rujukan dari rumah sakit Harapan Bunda dengan
keluhan penurunan kesadaran sejak 19 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik kulit
ditemukan adanya luka pada region sacrum. Luka terbuka, basah dengan ukuran
6x3 cm. Luka disertai dengan nanah. Awalnya luka ditemukan berukuran kecil
namun semakin lama semakin melebar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya dirawat dirumah sakit Harapan Bunda dengan diagnosa
penurunan kesadaran ec CKD+ensefalopati metabolic+TB paru+efusi
pleura+status konvulsif ec Ca metastase dd/gangguan metabolik, gangguan
elektrolit. Pasien berada dalam kondisi berbaring yang lama selama 19 hari yang
lalu.

11

Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat pemakaian obat
Pemberian salap gentamisin selama 8 hari rawatan di rumah sakit
sebelumnya.

2.3 Pemeriksaan Fisik Kulit
Pada regio sacrum ditemukan ulkus berbatas tegas dengan ukuran 6x3 cm,
disertai pus dan pada beberapa tempat dijumpai adanya jaringan nekrotik. Luka
berbentuk simetris, jumlah multipel, distribusi regional.


Gambar 3. Regio sacrum ditemukan ulkus berbatas tegas dengan ukuran
6x3 cm, luka berbentuk simetris, jumlah multipel, distribusi regional.

2.4 Diagnosis Banding
a. Ulkus dekubitus
b. Ulkus diabetikum
c. Leg ulcer
d. Actinomycetoma
12

e. Luka bakar
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik. Pada ulkus dekubitus dapat
ditemukan adanya anemia, leukositosis, hipoproteinemia atau nilai iron serum
yang menurun.
b. Biopsi
Pemeriksaan histologi dilakukan untuk membantu mendiagnosa stadium
ulkus dekubitus ketika gambaran klinis yang didapatkan tidak cukup untuk
menilai kedalaman luka dan menyingkirkan penyakit lainnya yang dapat
menyebabkan luka pada kulit. Pada keadaan ulkus dekubitus yang lama dapat
ditemukan adanya squamous cell carcinoma.
c. Imaging
Pemeriksaan radiologi berfungsi untuk mengidentifikasi komplikasi pada
sebagian besar ulkus dekubitus yang dalam. Pemeriksaan foto polos dapat
mengidentifikasi kalsifikasi tulang, udara pada kavitas ulkus dan kerusakan yang
terjadi pada bagian tulang yang menonjol. Pemeriksaan CT-scan digunakan untuk
menilai perkembangan dari ulkus dekubitus dan kelainan anatomi pada jaringan
sekitarnya. Penggunan CT scan merupakan satu-satunya pemeriksaan radiologi
yang dapat memperlihatkan batas luar daerah luka. MRI berguna untuk menilai
kedalaman dan perkembangan dari jaringan yang terlibat pada ulkus dekebitus.
Pemeriksaan MRI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
osteomyelitis, kumpulan cairan, abses dan saluran sinus.

2.6 Resume
Pasien dikonsulkan ke bagian kulit dan kelamin RSUDZA dengan keluhan
luka pada region sacrum. Luka basah dengan ukuran 6x3 cm, disertai pus dan
pada beberapa tempat dijumpai adanya jaringan nekrotik. Luka berbentuk simetris,
jumlah multipel, distribusi regional. Keluarga pasien mengaku luka ditemukan
ketika pasien dirawat dengan penurunan kesadaran sejak 19 hari yang lalu.
2.7 Diagnosa
Ulkus dekubitus stadium 2
13

2.8 Penatalaksanaan
1. Perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% 2x15 menit
2. Sistemik: Clindamisin 3x150 mg selama 10 hari
3. Topikal: gentamisin 2x/hari
4. Edukasi: a. Jaga kebersihan pada daerah luka
b. Pasien digerakkan balik kiri dan kanan bergantian untuk
menghindari tekanan yang berlebih pada bagian luka
c. Jaga asupan nutrisi agar luka dapat cepat menutup
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo Sanactionam : dubia ad bonam




















14

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan pasien dengan keluhan luka pada daerah bokong.
Luka basah dengan ukuran 6x3 cm, disertai pus dan pada beberapa tempat
dijumpai adanya jaringan nekrotik. Jumlah multipel, distribusi regional. Keluarga
pasien mengaku luka ditemukan ketika pasien dirawat dengan penurunan
kesadaran 19 hari yang lalu. Hal ini sesuai dengan faktor utama yang
berkontribusi dalam berkembangnya ulkus dekubitus berupa tekanan, gesekan,
pergeseran paksa dan kelembaban. Tekanan yang terjadi pada setiap area
dianggap sebagai faktor penting dalam pembentukan ulkus dekubitus. Imobilisasi
yang lama merupakan salah satu faktor resiko terjadi ulkus dekubitus. Ketika
seseorang berada dalam kondisi berbaring diatas tempat tidur dan imobilisasi yang
lama, tekanan yang dihasilkan sangat meningkat, khususnya pada daerah tulang
panggul. Umumnya kerusakan yang timbul hingga permukaan tulang dan otot
sehingga tidak dapat terlihat dari permukaan kulit.
Pada pemeriksaan fisik kulit didapatkan pada regio sacrum ditemukan ulkus
berbatas tegas dengan ukuran 6x3 cm, disertai pus dan pada beberapa tempat
dijumpai adanya jaringan nekrotik. Luka berbentuk simetris, jumlah multipel,
distribusi regional. Luka timbul karena jaringan kulit yang mati akibat tidak
memadainya suplai nutrisi dan oksigen. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari
edema pada jaringan subkutan dengan aliran limfatik yang rendah, drainase
kapiler dan akumulasi ekstravaskuler dari bahan fibrin yang bocor dari pembuluh
darah. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tahanan yang kaku di sekitar kapiler
sehingga mencegah difusi melalui dinding kapiler dan fibrosis dari jaringan
sekitarnya.
3
Gesekan antara kulit dan alas tempat tidur yang terjadi menyebabkan
terjadinya kerusakan dan menghambat suplai dari pembuluh darah.
Diagnosis banding yang diambil yaitu ulkus dekubitus, ulkus diabetikum,
leg ulcer, actinomycetoma dan luka bakar. Ulkus dekubitus merupakan sebuah
luka pada kulit atau jaringan dibawahnya yang terlokalisasi biasanya pada bagian
tulang yang menonjol akibat dari tekanan atau kombinasi dari tekanan dan
gesekan. Kondisi ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami imobilisasi
yang lama sehingga terjadi peningkatan tekanan antara kulit dan alas dibawahnya
15

yang menyebabkan terjadinya kerusakan dan menghambat suplai dari pembuluh
darah. Ulkus diabetikum merupakan luka yang terjadi sebagai komplikasi dari
penderita Diabetes Melitus. Ulkus diabetikum dikategorikan dengan trias klasik
yang terdiri dari neuropati, iskemik dan infeksi. Akibat dari kerusakan metabolik
pada penderita diabetes melitus menyebabkan meningkatnya resiko terjadi infeksi
dan mekanisme penyembuhan luka yang buruk akibat adanya proses penekanan
sistem imun.
9
Leg ulcer merupakan kerusakan pada pembuluh darah baik vena
maupun arteri pada daerah kaki. Umumnya mulai terjadi pada usia pertengahan
dan semakin berlanjut seiring bertambahnya usia. Keadaan ini lebih sering terjadi
pada wanita dengan faktor predisposisi berupa obesitas dan trombosis vena. Luka
awalnya terasa berat dan edema, kemudian mengalami perubahan warna, timbul
eczema, fibrosis pada dermis dan subkutis dan akhirnya terbentuk
ulkus.
10
Actinomycetoma merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
filamentus yang menyebabkan timbulnya granula besar dalam kavitas yang berisi
abses.
11
Luka bakar disebabkan oleh berbagai macam sebab. Luka yang
ditimbulkan dapat memiliki bentuk dan kedalaman yang bervariasi mulai dari luka
luar yang dangkal hingga luka dalam berupa luka full thickness.
12
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa laboratorium dimana
dapat ditemukan adanya anemia, leukositosis, hipoproteinemia atau nilai iron
serum yang menurun. Biopsi untuk membantu mendiagnosa stadium ulkus
dekubitus ketika gambaran klinis yang didapatkan tidak cukup untuk menilai
kedalaman luka dan menyingkirkan penyakit lainnya yang dapat menyebabkan
luka pada kulit. Pada keadaan ulkus dekubitus yang lama dapat ditemukan adanya
squamous cell carcinoma. Pemeriksaan radiologi berfungsi untuk
mengidentifikasi komplikasi pada sebagian besar ulkus dekubitus yang dalam.
2

Pada kasus ini pemeriksaan penunjang tidak dilakukan dikarenakan luka pada
pasien mengalami perbaikan segera setelah dilakukannya perawatan luka.
Tatalaksana yang diberikan terdiri dari perawatan luka menggunakan NaCl
0,9% 2x15 menit, obat sistemik Clindamisin 3x150 mg selama 10 hari dan topikal
gentamisin 2x/hari. Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik
dan terpadu, karena proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang
lama. Pemilihan terapi tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan tujuan yang
16

diinginkan seperti proteksi, pelembaban dan membuang jaringan nekrosis.
Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan tertutup
yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer penguapan air dari
kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu kompres dapat mencegah terjadinya
infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma. Beberapa kategori untuk kompres
dan topikal yang dapat digunakan adalah antimikrobial, moisturizer, emollient,
topical circulatory stimulant, kompres semipermiabel, kompres kalsium alginate,
kompres hidrokoloid dan hidrogel, penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab
ke kering dan ezim dan cairan atau gel pembentuk film. Tindakan debridement
dapat dilakukan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Pengangkatan jaringan
nekrotik akan mempercepat proses penyembuhan ulkus. Antibiotik sistemik
kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus karena akan menimbulkan
resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan meliputi gologan penicillins,
cephalosporins, aminoglycosides dan fluoroquinolones. Antibiotik lainnya yang
dapat digunakan adalah clindamycin, metronidazole dan trimethoprim. Agar
proses penyembuhan luka dapat terjadi dengan cepat maka nutrisi pada tubuh juga
harus adekuat. Nutrisi yang diberikan dapat berupa kalori, protein, vitamin,
mineral dan air. Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral
akan meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status
gizi penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat
penyembuhan ulkus dekubitus.
Gambaran luka pada hari ke-4 dan hari ke-8 rawatan memberikan gambaran
yang lebih baik dari kondisi pertama pasien dikonsulkan. Luka terlihat semakin
mengecil, lebih kering dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi berupa pus.

17


Gambar 4. Luka hari rawatan ke-4. Pada regio sacrum ditemukan ulkus
berbatas tegas dengan ukuran 5x3 cm, bentuk simetris, jumlah multipel,
distribusi regional.
Gambar5. Luka hari rawatan ke-8. Pada regio sacrum ditemukan ulkus berbatas
tegas dengan ukuran 4x2 cm, bentuk simetris, jumlah multipel, distribusi
regional.

18

Pada gambar 4 dan 5 terlihat perubahan bentuk luka yang semakin membaik
setelah mendapatkan perawatan luka. Pada hari rawatan ke-8 luka terlihat lebih
dangkal dan sudah dipenuhi dengan jaringan granulasi yang merupakan salah satu
faktor penilaian terhadap proses penyembuhan luka.




























19

DAFTAR PUSTAKA

1. Houghton, Pamela, et.al. Canadian Best Practice Guidelines for the
Preventiont and Management of Ulkus dekubitus in People with Spinal
Cord Injury. 2013: p. 27
2. Philips, Tania J., Odo, Lilian M. Pressure Ulcer. In Wolff K, Goldsmith
LA, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine. 7th ed. New-York: McGraw-Hill; 2008. p. 878-886.
3. Cuddigan, J.NPUAP-EPUAP Pressure Ulcer Preventiont and Treatment
Guidelines.2009; University of Nebraska Medical Center Omaha.
4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Diseases of The Skin
Clinical Dermatology. 11th ed. United Kingdom: Saunders Elsevier; 2011.
5. O'Toole, E.A., Mellerio, J.E. Wound Healing. In Burns Tony, et.al. Rooks
Textbook of Dermatology. 8th ed. New-York: Wiley-Blackwell; 2010. p.
14.1-14.27.
6. Feldman, S.,Phelps, K., Verzino, K. Handbook of Dermatologic Drug
Therapy. United Kingdom: Parthenon Publishing; 2005. p. 10,50.
7. Crowe, T., Brockbank, C: Nutrition Therapy in the Prevention and
Treatment of Ulkus dekubituss. Wound Practice and Research.
2009;17(2): p. 90-99.
8. Peterson, M.J, et.al.Patient repositioning and ulkus dekubitus risk-
Monitoring interface pressures of at-risk patients. JRRD. 2013.50(4):
p.477-488.
9. Singh, S., et.al. Diabetic Foot Ulcer-Diagnosis and Management. Clinical
Research on Foot and Ankle.2013; 1(3).
10. Gawkrodger, D.J. Dermatology an Illustrated Colour Text.USA:Elsevier;
2008.p.70.
11. Wolff K, Goldsmith LA, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine. 7th ed. New-York: McGraw-Hill;
2008. p. 1843.
12. Klein, M.B.Thermal, Chemical and Electrical Injuries. Grabb and Smiths
20

Plastic Surgery. 6th ed. New-York: Lippincot William and Wilkins; 2007.
p. 878-886.

You might also like