You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Kerapatan dan bobot jenis


18 September 2014

Oleh Kelompok 3 :
Ella Masliana Dewi (P17335113005)
Gendis Raspati (P17335113033)
Gita Sarah Pratiwi (P17335113041)
Kartika Puspitaningrum(P17335113047)
Pio Ari Prasasti (P17335113057)
Poppy Yulia Sari (P17335113019)
Siti Rahmani Fauziah (P17335113011)
Viqi Aini Chaerani (P17335113039)



Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
2014
I. TUJUAN
a. Menetukan bobot jenis beberapa cairan (Oleum cocos, propilenglikol, gliserin,
aquadest, paraffin liquidum)
b. Menentukan kerapatan beberapa zat padat (Natrium klorida, sukrosa, corn starch)

II. DASAR TEORI
A. Pengertian Berat Jenis dan Kerapatan
Bobot jenis adalah konstanta / tetapan bahan yang bergantung pada suhu untuk zat
padat, cair dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari massa
(m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik
bahan yang penting digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan
obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25
o
C). Rapat jenis (specific gravity) adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan
sebagai 25
o
/25
o
, 25
o
/4
o
, 4
o
,4
o
). Untuk bidang farmasi biasanya 25
o
/25
o
.
Kerapatan atau densitas adalah massa persatuan. Satuan umumnya adalah
kilogram permeter kubik atau ungkapan yang umum adalah gram persentimeter
kubik atau gram permilliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobot
jenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi, penjelasan berikut
diberikan sebagai petunjuk.
Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus kerapatan
menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi mengembang
ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai
kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik.
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer, timbangan
hidrostatis (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometeris.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25
0
terhadap bobot air dengan volume dan
suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25
0
C zat berbentuk padat, tetapkan
bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu
pada air yang tetap pada suhu 25
0
C.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat,
dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan.
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal
dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan
air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan.
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot
jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan
massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4
0
C atau
temperatur lain yang telah ditentukan.
Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat persatuan volume,
kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang
mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler.
Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu :
a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan
pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi
atomis dalam kisi-kisi kristal.
b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa yang
tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil sekitar
10 mili mikron.
c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering
dalam sebuah gelas ukur.

Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya).
Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan
cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi
umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan
sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium.
Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan
metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-
ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel.
Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume
bulk.
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :
a. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan
tertutup.
b. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori / lubang terbuka, tetapi
termasuk pori yang tertutup.
c. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan
konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi.
Penentuan bobot jenis selain piknometer, Neraca Westphalt, dan Aerometer
adalah Neraca Hidrostatik dan Neraca Reimen, untuk menentukan mengetahui berat
jenis zat cair; Neraca Ephin, untuk mengukur zat cair; Neraca Qeimann, untuk
mengukur zat cair saja (karena telah memiliki benda padat yang tak bisa diganti
dengan zat padat).
Metode penentuan untuk cairan (Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., 1988):
a. Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang
yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah
hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
b. Metode Neraca Hidrostatik.
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan
yang terdesak.
c. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan distimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan.
d. Metode areometer.
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

B. Uraian Bahan
a. Oleum cocos (minyak kelapa)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, memiliki bau
khas, tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol 95% pada suhu 60
o
, sangat mudah
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Berat jenis : 0,845 0,905 g/ml
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya di tempat
yang kering dan sejuk.

b. Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol, dan dengan
koroform. Larut dalam 6 bagian eter. Tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak.
Berat jenis : 1,038 g/ml pada suhu 20
o
C.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

c. Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol 95%. Praktis tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam minyak lemak.
Berat jenis : 1,2636 g/ml pada suhu 20
o
C.
1,2620 g/ml pada suhu 25
o
C.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

d. Aquadestilata
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Berat jenis : 1 g/cm
3

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

e. Paraffin liquidum
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidak memiliki rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%), dan gliserin. Larut
dalam aseton, benzena, kloroform, karbon disulfida, eter, dan
petroleum eter.
Berat jenis : 0,845 g/cm
3
.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.





f. Natrium klorida (NaCl)
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau sebuk hablur putih,
tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam 10 bagian gliserol, sukar larut dalam etanol 95%.
Berat jenis : 0,93 g/cm
3

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

g. Sukrosa
Pemerian : Kristal tidak berwarna atau kristal putih, tidak berbau, dan
memiliki rasa yang manis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam 0,5 bagian air.
Berat jenis : 1,03 g/cm
3

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

h. Corn starch (Amylum maydis)
Pemerian : Bubuk putih, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Berat jenis : 0,5 g/cm
3
.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Piknometer
b. Gelas ukur 50 ml
c. Timbangan Analitik
d. Pipet tetes
2. Bahan
1.) Cairan :
a. Oleum cocos
b. Propilenglikol
c. Gliserin
d. Aquadestilata
e. Parafin likuid
2.) Zat padat :
a. Natrium klorida
b. Sukrosa
c. CornStarch
3.) Tissue

IV. PROSEDUR KERJA
a. Menentukan bobot jenis cairan
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Ditimbang piknometer kosong dengan timbangan analitik beserta tutupnya yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan. Dicatat bobot piknometer. (W
1
).
3. Diisi piknometer dengan aquadestilata hingga penuh dan tutup piknometer dengan
hati-hati agar tidak ada gelembung yang masih tersisa, kemudian dilap cairan yang
tertumpah dari piknometer dengan menggunakan tissue.
4. Ditimbang piknometer yang sudah berisi aquadestilata dengan timbangan analitik.
Dicatat bobot piknometer (W
2
).
5. Dibersihkan dan dikeringkan kembali piknometer, kemudian diisi dengan cairan
yang akan ditentukan bobot jenisnya/sampel pada suhu yang sama seperti pada
perlakuan terhadap aquadestilata. Ditimbang piknometer yang berisi cairan sampel
(W
3
).
6. Dihitung bobot jenis cairan dengan persamaan :
Bobot Jenis (BJ) =



b. Menentukan kerapatan bulk / BJ nyata
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram dengan menggunakan timbangan analitik.
(W)
3. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml.
4. Diratakan permukaan zat padat dalam gelas ukur. Ditentukan volumenya (V).
5. Dihitung kerapatan bulk dengan persamaan :
Kerapatan bulk / BJ Nyata =



c. Menentukan kerapatan sejati / BJ sejati
1. Disiapkan semua alat dan bahan.
2. Ditimbang piknometer kosong dengan timbangan analitik beserta tutupnya yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan. Dicatat bobot piknometer. (a).
3. Ditimbang 1 gram zat padat yang akan ditentukan kerapatannya.
4. Diisi piknometer dengan zat padat dan tutup piknometer, kemudian ditimbang
dengan timbangan analitik.(b).
5. Dimasukkan parafin cair ke dalam piknometer yang berisi zat padat . Dikocok
dengan perlahan dan diisi piknometer dengan parafin hingga penuh dengan hati-
hati agar tidak ada gelembung yang masih tersisa di dalam piknometer.
6. Ditimbang piknometer yang berisi zat padat dan parafin cair beserta tutupnya (c).
7. Dibersihkan dan dikeringkan piknometer, kemudian diisi penuh dengan parafin
cair hingga tidak terdapat gelembung di dalam piknometer.
8. Ditimbang piknometer berisi parafin cair dan tutupnya. (d)
9. Dihitung kerapatan sejati dengan persamaan :
Kerapatan sejati =
()
()()

Ket : a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer + 1 gram granul zat padat
c = bobot piknometer + 1 gram granul + cairan pendispersi (parafin cair )
d = bobot piknometer + cairan pendispersi (parafin cair)

V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

A. Penentuan bobot jenis cairan
Bobot jenis (Bj) =


W1 = Berat piknometer kosong beserta isinya
W2 = Berat piknometer berisi air suling
W3 = Berat piknometer berisi cairan
Nama Zat W1 W2 W3 Bj
Air Suling 12,057 g
12,058 g
12,059 g
21,815 g
21,803 g
21,819 g



Rata-rata
0,9758
0,9745
0,9760
0,9754
Oleum cocos 13,515 g
13,516 g
13,512 g
23,385 g
23,404 g
23,422 g
23,924 g
23,932 g
23,814 g
Rata-rata
1,0540
1,0533
1,0395
1,0489
Propylenglikol 13,542 g
13,540 g
13,542 g
23,385 g
23,404 g
23,422 g
23,788 g
23,717 g
23,744 g
Rata-rata
1,0410
1,0317
1,0325
1,035
Gliserin 12,057 g
12,058 g
12,059 g
21,815 g
21,803 g
21,819 g
25,053 g
25,127 g
24,855 g
Rata-rata
1,3318
1,3410
1,3110
1.3279
Paraffin cair 10,426 g
10,426 g
10,593 g
20,184 g
20,171 g
20,186 g
19, 416 g
19,140 g
19,136 g
Rata-rata
0,9247
0,8942
0,8905
0,8831




B. Penentuan kerapatan bulk / Bj Nyata
Kerapatan Bulk / Bj Nyata =


w = Berat zat padat
v = Volume zat padat
Nama Zat w v Bj Nyata
NaCl w
1
= 10,000 g
w
2
= 10,000 g
w
3
= 10,000 g
v
1
= 7,5 ml
v
2
= 7,8 ml
v
3
= 7,7 ml
Rata-Rata
Bj
1
= 1,3333 g/ml
Bj
2
= 1,2820 g/ml
Bj
3
= 1,2987 g/ml
0,4340 g/ml
Amylum Maydis w
1
= 10,005 g
w
2
= 10,008 g
w
3
= 10,006 g
v
1
= 19,5 ml
v
2
= 20,5 ml
v
3
= 20 ml
Rata-Rata
Bj
1
= 0,5128 g/ml
Bj
2
= 0,4878 g/ml
Bj
3
= 0,5000 g/ml
0,8335 g/ml
Sukrosa w
1
= 10,008 g
w
2
= 10,001 g
w
3
= 10,001 g
v
1
= 11 ml
v
2
= 11 ml
v
3
= 12 ml
Rata-Rata
Bj
1
= 0,9092 g/ml
Bj
2
= 0,9091 g/ml
Bj
3
= 0,833 g/ml
0,8837 g/ml

C. Penentuan kerapatan sejati / Bj Sejati
Kerapatan sejati =
()
() ()

a = Berat piknometer kosong
b = Berat piknometer + 1 g granul
c = Berat piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin cair)
d = Berat piknometer + cairan pendispersi (paraffin cair)
Nama Zat a b c d Bj Sejati
NaCl 30,014 g
30,011 g
30,014 g
30,969 g
31,013 g
31,046 g
38,819 g
38,559 g
38,880 g
38,293 g
38,293 g
38,291 g
Rata-rata
1,9367
1,1844
2,0267
1,715
Amylum Maydis 25,471 g
25,471 g
25,471 g
29,463 g
29,376 g
29,441 g
37,348 g
37,314 g
37,260 g
36,786 g
36,786 g
36,786 g
Rata-rata
1,0125
1,0060
0,9879
1,0021
Sukrosa 10,093 g
10,093 g
10.093 g
11,925 g
11,913 g
11,900 g
19,653 g
19,645 g
19,622 g
19,416 g
19,416 g
19,416 g
Rata-rata
0,999
0,994
0,981
0,991


Menurut FI IV, Bj propylenglikol adalah 1,038 g/cm
3
Menurut Handbook of Pharmaceutical Exipient, Bj sukrosa adalah 1,2856 1,3471 g/cm
3
VI. DISKUSI

Bobot jenis (spesific gravity) adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menyatakan
suatu besaran yang menyatakan perbandingana antara massa suatu zat (g) dengan volume (ml).
Kerapatan (density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume.
Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume.
Adapun tujuan dalam percobaan ini yaitu untuk menentukan bobot jenis dari cairan
Oleum Cocos, Propilen Glikol, Gliserin, Air Suling, Paraffin cair dengan menggunakan alat
piknometer. Dan menentukan kerapatan zat dari Natrium Klorida, Sukrosa, Corn Starch.
Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan kerapatan bulk, kerapatan sejati
menggunakan sampel zat padat Natrium Klorida, Sukrosa, Corn Starch dan penentuan bobot
jenis dengan Oleum Cocos, Propilen Glikol, Gliserin, Air Suling, Paraffin cair
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil berat jenis suatu zat diantaranya :
Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap
sehingga dapat mempengaruhi berat jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang
sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung
berat jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu
pada suhu 25
o
C (suhu kamar).
Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan berat jenisnya juga menjadi
lebih besar.
Volume zat
Jika volume zat besar maka berat jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa
zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, berat molekulnya serta kekentalan dari
suatu zat dapat mempengaruhi berat jenisnya.
Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat
dilihat dari rumus :
V = k x d x t
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d).
Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya
Metode yang dilakukan dengan piknometer juga mempengaruhi hasil berat jenis, metode
yang dilakukan secara baik dan benar akan mendapatkan hasil yang mendekati dari
kompendial yang tersedia.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang
ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai optimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30
ml. cara kerja dari piknometer adalah :
Gunakan piknometer yang bersih dan kosong (W1) kemudian timbang,
Lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan
ditimbang(W2)
Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur
bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang
Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan prsamaan berikut :




Pada penentuan kerapatan bulk dengan menggunakan sampel zat padat Natrium Klorida,
Sukrosa, Corn Starch yang ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam gelas
ukur 50 ml dan diukur volumenya sesuai yang tertera pada gelas ukur dihitung kerapatan
bulknya.
Pada penentuan kerapatan sejati dilakukan dengan menggunakan piknometer bersih yang
telah dibilas dengan alkohol. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik
seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa hasil
pencucian yang masih menepel pada dinding piknometer baik yang di dalam maupun yang ada di
luar piknometer dapat hilang dengan baik, sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangannya.
Kemudian piknometer ditimbang, pada saat penimbangan piknometer dipegang dengan
menggunakan tissue hal ini dilakukan untuk mencegah kulit mati pada tangan yang akan
menempel pada piknometer sehingga akan mengganggu keakurasian perhitungan. Setelah itu zat
padat dimasukan kedalam piknometer dan ditimbang beserta tutupnya, kemudian piknometer
berisi zat padat tersebut ditambahkan dengan parafin hingga penuh sampai tidak muncul
gelembung dan ditimbang. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat menutup pori
pada zat padat dan paraffin cair tidak dapat melarutkan zat padat yang diukur. Selanjutnya
piknometer dibersihkan dan diisi dengan cairan parafin hingga penuh sampai tidak ada
gelembung, kemudian piknometer ditimbang. Kemudian dilakukan perhitungan kerapatan sejati.
Pada penentuan bobot jenis cairan dilakukan dengan menggunakan piknometer 10 ml.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah
dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam
penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan hasil yang ditetapkan literature. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer juga memerlukan waktu yang lama. Pengukuran dengan menggunakan
piknometer dilakukan pada suhu 25 atau suhu ruangan, hal ini dikarenakan suhu dapat
mempengaruhi bobot jenis. Cairan yang akan dihitung bobot jenisnya Oleum Cocos, Propilen
Glikol, Gliserin, Air Suling, Paraffin cair. Langkah pertama yaitu piknometer yang bersih dan
kering ditimbang beserta tutupnya kemudian dimasukkan sampel hingga penuh dan ditimbang
beserta tutupnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang tertera pada
literatur.
Dari percobaan diatas didapatkan hasil kerapatan bulk / bj nyata NaCl 0,4340 g/ml,
amylum maydis 0,8335 g/ml, sukrosa 0,8837 g/ml.
Untuk kerapatan sejati dari hasil percobaan didapatkan hasil NaCl 1,715 g/ml, amylum maydis
1,0021 g/ml dan sukrosa 0,991 g/ml.
Untuk penentuan bobot jenis cairan air 0,9754, oleum cocos 1,0489, propylenglikol 1,035,
gliserin 1,3279, parrafin liquid 0,8831.
Bj cairan dari Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan berat jenis cairan Oleum cocos yaitu
0,940 0,950 sedangkan hasil praktikum kami oleum cocos didapatkan 1,0489. Bj
propylenglikol menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu 1,035 1,037, sedangkan hasil
percobaan kami 1,035. Bj paraffin cair menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu 0,870
0,890, sedangkan hasil percobaan kami sebesar 0,88331. Bj gliserin meurut Farmakope
Indonesia edisi III yaitu 1,255 -1,260, sedangkan bj hasil praktikum kali ini 1,3279.
Kerapatan sejati NaCl menurut MSDS (Material safety data sheet) yaitu 2,165 sedangkan
hasil praktikum kami 0,4340. Menurut Handbook of Pharmaceutucal bj sukrosa sebesar 1,2856
1,3741. Sedangkan hasil praktikum kami sebesar 0,8337.
Terjadi perbedaan yang sangat signifikan karena mungkin saja bahan yang digunakan
tidak murni dan sudah terkontaminan dengan bahan lain, dan kemungkinan juga karena proses
penimbangan yang tidak akurat serta cara penggunaan piknometer yang kurang baik.
Perbedaan bobot jenis pada setiap sampel mungkin dikarenakan adanya beberapa
kesalahan selama praktikum diantaranya yaitu kesalahan pembacaan skala pada saat
penimbangan alat, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu dalam
piknometer, piknometer yang mungkin kurang bersih dan saat pengeringan belum sepenuhnya
kering sehingga mempengaruhi bobot jenis, atau sample yang terkontaminasi.
Kesalahan penimbangan setelah piknometer diisi suatu cairan atau piknometer yang
kosong bisa disebabkan karena timbangan yang digunakan bergantian, sehingga hasil
penimbangan antara timbangan 1 dengan timbangan yang lainnya berbeda. Kemudian, cara
penutupan piknometer juga dapat mempengaruhi hasil penimbangan pada piknometer, semakin
cepat menutup piknometer dapat menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak. Piknometer yang
digunakan belum bersih dan masih basah juga dapat berpengaruh dalam hasil penimbangan
piknometer karena masih ada cairan yang tertinggal di dalamnya mempengaruhi hasil akhir.
Sampel yang telah terkontaminasi juga mempengaruhi hasil penimbangan piknometer, karena
kemurnian suatu zat bisa berbeda dengan zat yang sudah terkontaminasi. Pengaruh perubahan
suhu juga mempengaruhi hasil karena mungkin saja pada saat penimbangan dengan suhu dan
kondisi yang tidak sama akan berbeda hasilnya dengan suhu dan kondisi yang sama.




VII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :

1. Bobot jenis cairan
- Air 0,9754
- Oleum cocos 1,0489
- Propilengilikol 1,035
- Gliserin 1,3279
- Parafin liquid 0,8831

2. Kerapatan bulk / bj nyata
-Nacl 0,4340 g/ml
- Amylum maydis 0,8335 g/ml
- Sukrosa 0,8837 g/ml
3. Kerapatan sejati / bj sejati
- Nacl 1,715 g/ml
- Amylum maydis 1,0021 g/ml
- Sukrosa 0,991 g/ml
















VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C., Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press.
Petrucci R . H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern. Jakarta : Erlangga.
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6
th
ed. London:
Pharmaceutical Press
Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi ke-5. Yogyakarta : UGM
Press

You might also like