You are on page 1of 84

Percobaan Pembuatan Garam Rangkap dan garam kompleks

PERCOBAAN VI
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

ABSTRAK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan
garam kompleks tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat.

II. DASAR TEORI
2.1. Garam
Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam dan basa
yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat menghantarkan
listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik yang lebih tinggi dari
pada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida dari logam alkali dan
alkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa kadmium, dan berilium adalah garam
lemah.
Ditinjau dari sifat-sifat hasil pembentukannya, garam dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Garam netral
Garam netral merupakan garam yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa secara
sempurna.
Contoh: NaCl yang dibentuk dari reaksi antara asam klorida (HCl) dengan natrium
hidroksida (NaOH).
2. Garam asam
Garam asam merupakan garam yang terbentuk jika sebagian hidrogen asam yang mampu
digusur oleh logam atau kation lain.
Contoh: NaHCO
3
, NaHSO
4
.
3. Garam basa
Garam basa merupakan garam yang terbentuk apabila tidak semua gugus OH dari basa
tersusun oleh suatu radikal asam.
Contoh: Mg(OH)Br, Bi(OH)
2
Cl.
(Arsyad, 2001)

2.2. Garam rangkap dan garam kompleks.
Berdasarkan keadaan-keadaan ketika dilarutkan dalam sebuah pelarut,
garam dapat diklasifikasikan menjadi 2:
1. Garam kompleks
Garam kompleks merupakan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dalam
larutan. Misalnya: Co(NH
3
)Cl
3
, K
3
Fe(CN)
6
.
2. Garam rangkap
Garam rangkap merupakan garam yang merupakan campuran bermacam-macam ion
sederhana yang akan mengion apabila dilarutkan kembali. Garam rangkap terbentuk
melalui kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekuivalen atau lebih garam tertentu
dengan perbandingan tertentu pula. Garam ini memiliki struktur sendiri dan tidak harus
sama dengan struktur garam komponennya.
Contoh: FeSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.5H
2
O
K
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
.24H
2
O.
(Rivai, 1995)

2.3 Senyawa kompleks
Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul/ atom donor
elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen koordinasi dengan suatu
atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri
bertindak sebagai akseptor donor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula kompleks-
kompleks tersebut mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta
bersifat paramagnetik.
Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau gugus atom
donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi dengan ion atom pusat. Ligannya
sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak selaku akseptor
pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut mengandung
elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik, syarat
terbentuknya senyawa kompleks:
a. Lebih mudah terbentuk jika jari-jari ion atau atom pusatnya kecil tetapi memiliki
muatan besar.
b. Ion tersebut mempunyai orbital kosong dengan tingkat tenaga yang hampir sama.
(Arsyad, 2001)
Terbentuknya senyawa kompleks dibagi atas 2:
1. Atom pusat menerima elektron sehingga membentuk orbital yang stabil dan
tiap orbital yang stabil ini memiliki sepasang elektron dengan spin berlawanan.
2. Atom pusat menerima molekul-molekul koordinasi yang cukup sehingga molekul-
molekul yang mempunyai atom pusat tadi membentuk struktur yang simetris yang
biasanya berupa kubus tetrahedron dan oktahedron.
Misal: CuSO
4
.5H
2
O + 4NH
3
Cu(NH
3
)
4
SO
4.


(Cotton, 1992)

2.4. Kompleks Werner dan Kompleks logam karbonil
Kompleks Werner adalah kompleks yang tidak berisi ikatan logam karbon dan
kompleks sianida. Kompleks logam karbonil adalah kompleks yang paling sedikit berisi
ikatan logan karbon. Senyawa golongan ini tidak mempunyai sifat garam seperti garam
kompleks Werner dan bersifat kovalen. Umumnya larut dalam pelarut non polar,
mempunyai titik leleh dan titik lebur rendah.
(Sukardjo, 1992)
2.5. Kompleks Inert dan Labil
Suatu kompleks disebut labil apabila ligannya dapat diganti dengan ligan lain secara
rapat, disebut inert apabila penggantian ini berjalan secara lambat. Walaupun biasanya
kompleks yang stabil bersifat inert dan kompleks yang tidak stabil, nama sebenarnya
antara kediuanya tidak ada hubungan.
(Sukardjo, 1992)

2.6. Stabilitas kompleks
Adalah kestabilan ion-ion kompleks secara kuantitatif, diantaranya dipengaruhi oleh:
a. Ion pusat
- Besar dan muatan dari ion
makin besar perbandingan muatan jari-jari maka makin stabil kompleks yang
dibentuk.
- Faktor CFSE
- Faktor distribusi muatan
b. Ligan
- Besar dan muatan dari ion
Semakin besar muatan dan jari-jarinya semakin kecil maka semakin stabil kompleks yang
dibentuk.
- Sifat basa
makin basa logam maka makin stabil kompleks.
- Faktor pembentuk Chellat
- Faktor besarnya lingkungan
- Faktor ruang.
(Sukardjo, 1985)

2.7. Ligan
Ligan merupakan spesies yang memiliki atom yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga
ligan merupakan basa lewis dan ion logam merupakan asam lewis.
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor electron.
Ada beberapa jenis ligan yaitu:
1. Ligan monodentat
Ligan seperti ini menyumbangkan sepasang electron kepada sebuah atom ligan, umumnya
adalah I
-
, Cl
-
, Br
-
, CN
-
, NH
3
, H
2
O, OH, dan lain-lain.
2. Ligan bidentat
Ligan seperti ini mengandung dua atom yang masing-masing secara serempak membentuk
dua donor elektron kepada ion logam yang sama.
Contoh: diammine, difosfin.
3. Ligan polidentat
Ligan ini mengandung lebih dari dua atom yang masing-masing secara serempak
membentuk ikatan ion logam yang sama, biasanya disebut ligan Chellat.
Contoh: EDTA.
(Cotton, 1992)

2.8. Teori medan ligan
Untuk memahami kation antara struktur elektron dengan sifat ion dan molekul
kompleks. Uraian tentang struktur electron dikembangkan menurut teori medan kristal
dan teori ligan. Dalam teori medan ligan yang asli, efek netto dari setiap ligan dianggap
sebagai suatu muatan negatif yang menolak elektron-elektron ion atau atom pusat. Teori
medan ligan bukan hanya menimbang penolakan muatan ini, tetapi juga
mempertimbangkan sifat kovalen dari ikatan antara ligan dan ion atau atom pusat.
Sifat ligan, entah itu suatu molekul netral atau ion negatif, menyumbang sepasang
electron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom pusat. Gaya yang
diadakan terhadap ion atau atom pusat oleh electron-elektron ini, dan oleh muatan netto
ligan-ligan disebut medan ligan.
(Keenan, 1991)

2.9. Hibridisasi pada ion [Cu(NH
3
)
4
]
2+

Ion kompleks [Cu(NH
3
)
4
]
2+
termasuk ion kompleks planar segi empat yang
membentuk ikatan hibrida dsp
2
. data eksperimen memberi petunjuk bahwa ion
[Cu(NH
3
)
4
]
2+
mempunyai bentuk geometri planar segi empat dan sepasang electron yang
tidak berpasangan. Hibridisasi yang terjadi pada ion [Cu(NH
3
)
4
]
2+
adalah seperti berikut:
29
Cu= [Ar] 3d
10
4s
1

[Ar]
3d 4s

Cu
2+
= [Ar] 3d
9
4s
[Ar]
[Ar
4s 4p 4d
Cu
2+
dalam ion [Cu(NH
3
)
4
]
2+

[Ar]
3d dsp
2
4p 4d
(Syarifuddin, 1994)

2.10. Reaksi ion tembaga (II)
Larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit, maka akan
terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).
2Cu
2+
+ SO
4
+ 2NH
3
+ 2H
2
O Cu (OH)
2
.CuSO
4
+ 2NH
4
+

Yang larut dalam reagensia berlebihan, dimana terjadi warna biru tua, yang disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks tetraammin kuprat(ll)
Cu(OH)
2
. CuSO
4
+ 8NH
3
2[Cu(NH
3
)
4
]
2+
+ SO
4
2-
+ 2OH
-

Jika larutan mengandung garam ammonium (atau larutan itu sangat asam dan ammonia
yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tidak terjadi sama
sekali, tetapi warna biru langsung terbentuk.
Ion tembaga juga dapat membentuk akuo komplek [Cu(H
2
O)
4
]
2+
rumus umum yang
biasanya berupa tembaga sulfat pentahidrat [Cu(H
2
O)
4
], [SO
4
(H
2
O)] atau CuSO
4.
5H
2
O.
(Vogel, 1990)

2.11. Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu proses pengubahan cairan menjadi padatan dengan cara
cairan tersebut dilarutkan dalam pelarut panas kemudian didinginkan. Tujuan dari proses
kristalisasi adalah untuk memperoleh kristal yang bebas dari pengotornya. Kristalisasi
dilakukan dengan pelarut yang tepat.
Tahap-tahap kristalisasi:
a. melarutkan zat dalam pelarut panas
b. menyaring larutan panas untuk menghilangkan kotoran yang tidak larut
c. mendinginkan larutan dan mengendapkan kristalnya
d. menyaring larutan yang dingin untuk memisahkan kristal dari larutan
e. mencuci kristal untuk menghilangkan pelarut yang melekat
f. mengeringkan kristal untuk menghilangkan sisa pelarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kristalisasi;
1. Temperatur
Temperatur meningkat maka kristal sulit dibentuk
2. Konsentrasi
Konsentrasi besar maka kristal sulit dibentuk.
3. Tekanan
Tekanan akan mempengaruhi konsentrasi
4. Ion sejenis
Kelarutan meningkat dengan adanya ion sejenis menyebabkan kristal sulit dibentuk.
(Wilcox, 1985)

2.12. Proses kristalisasi
Proses kristalisasi dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu;
Pengkristalan dengan pendinginan
Metode ini diterapkan pada zat terlarut yang akan mengalami perubahan kelarutan besar
bila suhu diturunkan.
Pengkristalan dengan penguapan
Metode ini diterapkan pada larutan dengan zat terlarut tidak akan mengalami perubahan
kelarutan besar apabila suhu diturunkan.
Pendinginan dengan adiabatik
Metode ini merupakan gabungan antara metode pengkristalan dengan pendinginan dan
pengkristala dengan penguapan. Pendinginan bertujuan memperkecil daya larut
sedangkan penguapan bertujuan memperkecil tekanan total permukaan sehingga lebih
kecil daripada tekanan uap pada suhu tersebut.
Pengkristalan dengan salting out
Metode ini merupakan pengkristalan dengan penambahan zat baru untuk menurunkan
zat terlarut dengan tidak ada pendinginan dan penguapan.
(Brady, 1987)

Dalam proses lanjut kristalisasi maka digunakan sebuah pelarut tertentu dengan
pemilihan mengacu pada daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran yang
diperkirakan masih tertinggal. Beberapa persyaratan pelarut yang dapat digunakan
dalam proses lanjut krisataslisasi antara lain:
- pelarut tersebut memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang
dimurnikan dengan zat pengotor.
- Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal
- Mudah dipisahkan dari kristal
- Bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan kristal).
(Cahyono, 1991)

2.13. Pengaruh penurunan suhu terhadap terjadinya kristal
Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuhnya inti kristal lebih
cepat dari pada kecepatan pertumbuhan kristal, sehingga kristal yang diperoleh kecil-
kecil, rapuh dan banyak.
Bila penurunan suhu dilakukan perlahan-lahan maka kecepatan pertumbuhan kristal lebih
cepat dari pada kecepatan pertumbuhan inti kristal, sehingga kristal-kristal yang
dihasilkan besar-besar, liat dan elastis.
(Austin, 1986)

2.14. Sturuktur morfologi dan kemurnian endapan
Endapan dapat disaring dan dicuci tergantung pada sturtur morfologi endapan
adalah pada bentuk dan ukuran kristalnya. Makin besar kristal yang terbentuk saat
berlangsungnya pangendapan, makin mudah disaring dan makin cepat krustal-kristal itu
akan turun ke bawah keluar dari larutan. Struktur yang sederhana seperti kubus
oktahedral. Jarum-jarum sangat menguntungkan karena meski dicuci setelah disaring
kristal dengan stuktur yang lebih kompleks yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-
lubang akan menahan cairan.
Ukuran dibentuk kristal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. laju pembentukan inti
laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu,
jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tapi tak
satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
b. Laju pertumbuhan kristal
Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal
yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi, kristal-kristal besar
terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.
(Vogel, 1990)

2.15. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian padatan (dalam bentuk serbuk) yaitu
dengan mengulang kristalisasi agar diperoleh zat kristal murni, kristalisasi senyawa
organik dipengaruhi oleh pelarut, pelarut yang umum digunakan untuk tujuan kristalisasi
adalah air, metal alkohol, etil alkohol, etil asetat, aseton, etil eter, kloroform, benzen,
karbon tetraklorida (CCl
4
).
(S.M. James, 1967)

2.16. Analisa bahan
2.16.1. CuSO
4
. 5H
2
O (kupri sulfat pentahidrat)
a. Sifat fisik
Berat molekul: 159,61 g/mol
Komposisi Cu: 39,81% ; O: 40% ; S: 20,09%
Larut dalam air
Tidak alrut dalam alcohol
Densitas: 3,6 g/ml
Bersifat higroskopis
(Budaveri, 1976)
b. sifat kimia
- ----> CuO + H
2
SO
4
CuSO
4
. 5H
2
O
(Achmadi, 1994)
2.16.2. (NH
4
)
2
SO
4
(ammonium sulfat)
Sifat-sifat (NH
4
)
2
SO
4
sebagai berikut:
Padatan rombus putih
Mengurai pada temperatur 235
o
C
Sangat larut dalam air tidak larut dalam etanol
(Daintith, 1994)
Kristal abu-abu kecoklatan hingga putih yang larut dalam air, akan tetapi tidak larut
dalam aseton/ alkohol. Amonium sulfat dibuat dari reaksi uap-uap amoniakal destilasi
destruktif batubara dengan H
2
SO
4
dan dikristalkan. Banyak digunakan sebagai pupuk,
untuk pemurnian air, industri, penyamakan dan zat aditif makanan.
Densitas: 1,77 g/ml
Titik leleh: 513
o
C.
(Arsyad, 2001)
2NH
3
+ H
2
SO
4
----> (NH
4
)
2
SO
4

(Achmadi, 1994)
2.16.3. NH
3
(amoniak)
Berwujud gas, tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat dan khas, dapat larut dalam
air, menghasilkan larutan alkali, digunakan sebagai larutan pendingin, dapat digunakan
sebagai pupuk.
(Pringgodigdo, 1990)
Berat molekul: 17 g/mol
Berat jenis: 0,91 g/ml
(budaveri, 1976)
2.16.4. H
2
O (aquades)
Densitas 1 g/ml
Berat molekul: 18 g/mol
Titik didih: 100
o
C
Titik leleh: 0
o
C
Larut dalam alkohol dan eter
Pelarut universal
Tidak berbau, tidak berasa, merupakan basa lemah
(Elizabeth, 1961)
2.16.5. C
2
H
5
OH (etanol)
Berat molekul: 46,07 g/mol
Cairan encer tidak berwarna, berbau wangi, berasa pedas
Titik didih: 78,3
o
C
Berat jenis: 0,79 g/ml
Titik leleh: -114,5
o
C
Mudah terbakar, larut dalam air,alkohol dan eter.
(Basri, 1996)
C
6
H
12
O
6
---> 2C
2
O
5
OH + 2CO
2

(Achmadi, 1994)




Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam
kompleks tetrammintembaga (II) sulfat monohidrat.

C. LANDASAN TEORI
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun hanya tembaga (II)
yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan air hampir semua garam tembaga
(II) berwarna biru yang karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-.
Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion
kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujur sangkar
bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia menjadi berwarna biru oleh karena
pendesakan ligan Cl- dan ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke
dalam larutan pekat CuCl2 dalam air ditambahkan ion senama Cl- dengan penambahan padatan
NaCl atau HCl pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l) [Cu(H2O)6]2- (aq) + 4Cl- (aq)
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru berubah menjadi biru
tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia menurut reaksi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH2 (aq) [Cu(NH3)(4-5)]2+ + 5H2O
biru biru tua
Reaksi antara ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya.
Penambahan ion hidroksida kke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1 0,5), secara bertetes
dengan kecepatan 1 ml/menit mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda tembaga (II)
hidroksi sulfat, [CuSO4nCu(OH)]2 bukan Cu(OH)2 menurut persamaan reaksi:
[CuSO4 nCu(OH)12(s) + 6(n+1)H2O(l)(n+1)[Cu(H2O)6]2+ (aq) + SO4 (aq) + 2n OH- (aq)
Biru muda
Reaksi pengendapan terjadi sempurna pada pH = 8 dan nilai n berpariasi bergantung pada
temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan, sebagai contoh denngab laju penambahan reaksi
-1 ml/menit, reaksi tersebut menghasilkan CuSO4 3Cu(OH)2 jika reaksi berlangsung pada 20oC
dan CuSO4 4Cu(OH)2 pada 24oC. (Sugiyarto, 2003 : 17,6-17,7).
Tembaga tidak melimbah (55 ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai logam, dalam sulfida,
arsenida, dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopirite CuFeS2. Tembaga
diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan
bantuan mikroba,yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam
aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi,
superfisial dan uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan
hidrokso sulfat (dari SO2 dalam atmosfer).
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak,dapat ditampa dan liat, tembaga
dapat melebur pada suhu 1038oC karena potensial elektrodanya positif (+0,34 V) utuk pasangan
Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam encer, meskipun dengan adanya
oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu (I) sangat mudah teroksida menjadi Cu (II).
Namun oksidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang
dikenal baik dan sejumlah besar garam sebagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam
air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4 . 5 H2O yang paling dikenal.
(Anonim, 2010 : 1 ).
Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks, misalnya neksamin cobalt (III) klorida, CO(NH4)6 Cl3 dan kalium heksasianoferrat
(III), K3Fe(CN)6.
Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap, garam rangkap dibentuk apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki
instruktur sendiri dan tidak harus sama dengan instruktur garam komponennya. Dua contoh
garam rangkap yang bisa dijumpai adalah garam alumina, Kae(SO4)2 . 12H2O dan
farroamonium sulfat, Fe (NH4)2(SO4) . 6 H2O. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi
menjadi ion-ion komponennya (biasanya terhidrat) (Tim Dosen Kimia, 2010 : 17)
Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan mereaksikan garam-
garam dengan molekul-molekul arau ion-ion tertentu. Penelitian-penelitian pertama selalu
memakai amoniak dan tat yang terjadi disebut logammine. Kemudian ternyata, bahwa anion-
anion seperti CN-, NO2-, NCS-. Dan Cl- juga membentuk kompleks dengan logam-logam.
Fenny (1851-1852) memberi nama senyawa-senyawa kompleks berdasarkan warnanya. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa kloramin dari kobal (III) dan krom (III) dengan jumlah amoniak
sama, mempunyai warna hampir sama. namun demikian hal ini kemudian tidak menjadi dasar
lagi, seperti pada IrCl3 . 6 H2O yang diberi nama iuteoridium klorida yang warnanya tidak
kuning tapi putih (Ramlawati, 2005 : 2-3 )
Senyawa yang mengandung ion kompleks (dapat berupa kation kompleks atau anion kompleks
1. Senyawa tersusun dari ion kompleks atau kation kompleks, dan ion atau kation kompleks
biasa disebut dengan senyawa kompleks (senyawa koordinasi) atau garam kompleks. Ion
kompleks terdiri dari atom pusat (atom logam) dan ligan yang terikat pada atom pusat melalui
ikatan koordinasi, sedangkan garam rangkap merupakan bila semua gugus H dari asam
digantikan oleh ion logam tak senama, atau semua gugus OH dari basa digantikan oleh ion sisa
asam tak senama. (Mulyono, 2005 : 143 & 375)
Dalam percobaan ini akan dipelajari pembuatan garam kompleks tetramintembaga (II) sulfat
monohidrat dan garam rangkap kupri ammonium sulfat dari garam kupri sulfat dan amonium
sulfat dan mempelajari sifat-sifatnya. (Tim Dosen Kimia, 2010 : 18).

D. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Gelas kimia 100 ml 2 Buah
2. Gelas kimia 250 ml 1 Buah
3. Gelas ukur 25 ml 1 Buah
4. Gelas ukur 10 ml 2 Buah
5. Termometer 100oC 1 Buah
6. Cawam penguap 1 Buah
7. Kaca arloji 1 Buah
8. Pengaduk kaca 1 Buah
9. Corong kaca 1 Buah
10. Kaca asbes + kaki tiga 1 Buah
11. Pembakar spritus 1 Buah
12. Botol semprot 1 Buah
13. Pipet tetes 4 Buah
14. Tabung reaksi kecil 4 Buah
15. Rak tabung reaksi 1 Buah

b) Bahan
1. CuSO4 . 5 H2O
2. (NH4)2 SO4
3. Larutan NH4OH 15 M
4. Etanol
5. CuSO4 anhydrat
6. Larutan NH4OH 6 M
7. Aquadest
8. Es batu
9. Kertas saring
10. Tissue
11. Korek api

E. CARA KERJA
a) Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat. CuSO4 . (NH4)2 SO4 H2O
1. Melarutkan 4,9 gram CuSO4 . 5 H2O dan 2,6 gram ammonium sulfat (NH4)2 SO4 dengan
100 ml H2O dalam gelas kimia 250 ml. Memanaskan secara pelan-pelan sampai semua garam
larut sempurna.
2. Membiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal
3. Menyaring larutan tersebut untuk memisahkan kristal dari larutan
4. Mengeringkan kristal dalam kertas saring
5. Menimbang kristal yang dihasilkan

b) Pembuatan garam kompleks tetramminkoper (II) sulfat monohidrat, CuSO4 (NH)2 . SO4 .
6H2O
1. Menempatkan 8 ml larutan ammonia 15 m dan mengencerkan dengan 5 ml H2O dalam cawam
penguap
2. Menimbang 4,3 gram CuSO4 . H2O yang berbentuk powder. Menambahkan keristal itu
kedalam kristal amonia dan sampai semua kristal larut sempurna.
3. Menambahkan 8 ml etil alkohol secara pelan-pelan melalui dinding cawam penguap sehingga
larutan ditutupi oleh alkohol. Jangan mengaduk atau menggoyang. Menutup dengan kaca arloji.
Dan mendinginkan pada suhu kamar lalu dalam es batu.
4. Setelah mendiamkan beberapa menit, mengaduk pelan-pelan untuk mengendapkan secara
sempurna. Memisahkan kristal yang terbentuk dengan melakukan penyaringan. Mencuci kristal
dengan 5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan
volumenya sama.
5. Mencuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 ml etil alkohol dan menyaring kristal
6. Mengeringkan kristal yang diperoleh dan menimbangnya.


c) Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks.
1. Menambahkan 0,5 gram kristal CuSO4 dalam tabung reaksi, mencatat perubahan yang terjadi
apabila 1 ml H2O ditambahkan. Kemudian menambahkan larutan ammonium 4 ml. Mencatat
yang terjadi.
2. Melarutkan sedikit garam rangkap hasil percobaan bagian a dalam 3 ml H2O kedalam tabung
reaksi. Melakukan hal serupa dengan garam kompleks hasil percobaan bagian b.
Membandingkan warna larutan. Mengencerkan setiap larutan dengan 10 ml H2O dan mencatat
perubahan warnanya.
3. Menempatkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian a dan b dalam tabung reaksi
yang berbeda. Memanaskan pelan-pelan masing-masing tabung dan mencatat perubahan
warnanya. Mengamati dan mencium gas yang dihasilkan.

F. HASIL PENGAMATAN
a) Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat CuSO4 . (NH4)2 SO4 6 H2O
larutan berwarna biru muda dinginkan kristal didekantir kristal berwarna biru muda4,9 g
CuSO4 . 5 H2O + 2,6 g (NH4)2 SO4 + 10 ml aquadest
Pada suhu kamar
Dikeringkan kristal 6,1 gram.
b) Pembuatan garam kompleks tetra amintembaga (II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4] So4 . H2O
larutan berwarna biru tua + 8 ml etanol secara larutan berwarna biru Larutan NH4OH
(bening) + 4,9 gram CuSO4 . 5 H2O 8 ml NH4OH 15 M + 10 ml H2O
Perlahan-lahan
tua didinginkan kristal + larutan disaring kristal dicuci campuran 5 ml amonia dan
dengan
kristal biru tua dikeringkan kristal biru tua dicuci 5 ml etanol etil alkohol
dengan
kristal 4,5 gram.
c) Perbandingan beberapa garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks.
larutan berwarna biru tua larutan berwarna biru muda + 4 ml NH4OH setetes demi setetes
1) Kristal CuSO4 anhidrat + 2 ml H2O
larutan berwarna biru muda. larutan berwarna biru muda + 10 ml H2O Kristal / garam
rangkap (a) + 3 ml H2O 2)
larutan berwarna biru tua. larutan berwarna biru tua + 10 ml H2O Garam kompleks (b) + 3
ml H2O
uap air dan tidak berbau. Garam rangkap (a) 3)

Bau amonia Garam kompleks (b)


G. ANALISIS DATA
a) Pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O
Diketahui : Massa CuSO4 5 H2O = 4,9 gram
Mr CuSO4 5 H2O = 249,55 g/mol
Mr CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O = 399,5 g/mol
Berat praktek = 6,1 gram
Ditanyakan : Rendemen = ...........?
Penyelesaian : Reaksi yang terjadi :
CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OCuSO4 5 H2O + (NH4)2 SO4 + H2O
Mula-mula 0,02 mol 0,02 mol
Reaksi 0,02 mol 0,02 mol + 0,02 mol
Sisa - - + 0, 02 mol
MrMassa CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O = mol
399,5 g/mol= 0,02 mol
= 7,99 gram
Rendemen Berat praktek
100 % Berat teori=

6,1 gram
100 %=
7,99 gram
= 76 %

b) Pembuatan garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat monohidrat CuSO4 (NH4)2 SO4 .
H2O
Diketahui : mol CuSO4.H2O = 0,02 mol
Berat praktek = 4,54 gram
Mr Cu(NH3)4SO4.H2O = 245,62 g/mol
Ditanya : Rendemen =.?
Peny :
Reaksi yang terjadi:
Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2O4NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O
1 mol CuSO4 5H2O 1 mol Cu(NH3)4SO4.H2O
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = mol x Mr

Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = 0,02 mol x 245,62 g/mol
= 4,912 gram
Rendemen = Berat praktek x 100%
Berat teori
= 4,54 gram x 100%
4,912 gram
= 92 %


H. PEMBAHASAN
a) Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O
Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, dengan melarutkan kristal CuSO4.5H2O dan
Kristal (NH4)2 SO4 dalam aquadest menghasilkan larutan yang berwarna biru muda. Lalu
dipanaskan agar kristal dapat melarut dan proses reaksi dapat dipercepat akibat pemanasan.
Larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kemudian kristal
disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Kristal yang diperoleh dikeringkan agar air
yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah
ditimbang, diperoleh berat kristal 6,1 gram.
Adapun reaksinya:
CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OCuSO4 5 H2O + (NH4)2 SO4 + H2O
Kristal biru muda
Dari hasil reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kupri ammonium sulfat, CuSO4 (NH4)2
SO4 . 6 H2O apabila yang merupakan garam rangkap, karena garam rangkap dibentuk apabila
dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu
memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dari hasil
analisis data diperoleh rendemen sebesar 76 %. Dari hasil rendemen dapat diketahui bahwa
masih ada Kristal yang belum terbentuk.
b) Pembuatan Garam Kompleks Tetrammincopper (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O
Pada pembuatan garam ini, larutan ammonia yang berfungsi sebagai penyedia ligan, dengan
Kristal CuSO4.5H2O yang berfungsi sebagai penyedia atom pusat, diencerkan dengan aquadest
dimana H2O ini sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3
karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral H2O sehingga warnanya
berubah dari biru menjadi biru tua. Ditambahkan etil alkohol setetes demi tetes agar alkohol
tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan. Karena jika tercampur, etil
alcohol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+ membentuk Cu(OH)2. Reaksinya:
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Adapun fungsi etil alcohol yaitu mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila
ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan.
Didinginkan pada es batu agar proses pembentukan kristal lebih cepat, kemudian disaring untuk
memisahkan kristal dari larutannya. Setelah itu kristal dicuci dengan ammonia hidroksi untuk
mempermantap ligan dan dicuci dengan etil alcohol untuk mengikat air. Kemudian kristal
dikeringkan dan ditimbang diperoleh berat Kristal 4,54 gram. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2O4 NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O
Dari reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat
monohidrat, Cu(NH3)4SO4.H2O, kristal berwarna biru tua. Dari hasil analisis data diperoleh
rendemen sebesar 97 %. Rendemen yang diperoleh ini sudah cukup baik, karena berarti kristal
yang diperoleh sudah benar-benar kering.
c) Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks.
1. Kristal kupri sulfat anhidrat, CuSO4 anhidrat direaksikan dengan aquadest (H2O)
menghasilkan larutan biru muda, dimana CuSO4 anhidrat merupakan penyedia atom pusat dan
H2O merupakan penyedia ligan. Lalu direaksikan lagi dengan NH4OH yang merupakan
penyedia ligan dihasilkan larutan biru tua. Terjadinya perubahan warna larutan karena terjadi
pergantian ligan H2O menjadi NH3. Adapun reaksi yang terjadi:
CuSO4 + 4 H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O
2. Garam rangkap dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru muda pekat, lalu diencerkan
dengan H2O menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam rangkap terurai
menjadi ion-ion penyusunnya sehingga menghasilkan warna biru muda encer. Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2 SO4. 6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO4 + 2 NH4+ + H2O
Garam kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru tua. Lalu diencerkan dengan
H2O lagi menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam kompleks terurai menjadi
ion-ion penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O
3. Kristal garam rangkap dipanaskan melepaskan uap H2O yang tidak menimbulkan bau,
sedangkan kristal garam kompleks menghasilkan gas ammonia (NH3).
Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2SO4. 6 H2O CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6 H2O
Cu(NH3)4SO4.H2O CuSO4 (s) + H2O (l) + NH3 (g)

I. PENUTUP
a) Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4 dengan berat yang diperoleh sebesar 7,99 gram dan rendemenya 76 %.
2. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan
NH4OH dengan berat yang diperoleh 4,912 g dan rendemen 92 %.
3. Garam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O terionisasi menjadi Cu2+, SO42+, NH4+, dan H2O.
sedangkan garam Cu(NH3)4SO4.H2O menjadi [Cu(NH3)4]2+ dan SO42+.
4. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O bila dipanaskan tidak menghasilkan bau.
Sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O menghasilkan bau amoniak.

b) Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dalam melakukan percobaan
khususnya pada saat mereaksikan zat dan penimbangan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.
http://annisanfushie.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Mei 2010
Muliyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara

Kristian, Sugiarto. 2003. Kimia anorganik II. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
UNY

Ramiawati. 2005. Buku Ajar Kimia Anorganik Fisik. Makassar Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Tim Dosen. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Laboratorium Kimia
FMIPA UNM.

Wilkinson, Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI- Press.

Analisis Pembuatan Garam Rangkap dan Garam
Kompleks
PUKUL 22.10 RABU, 23 NOVEMBER 2011
1. Pembuatan Garam Rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Pada garam rangkap CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4.
6H
2
O yang menjadi ion pusat adalah Cu
2+
, sedangakan yang
menjadi liganya adalah SO
4
2-
dan NH
4
+
. Ion Cu
2+
ini memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti terdapat empat
buah ruangan yang tersedia disekitar atom Cu
2+
yang dapat diisi oleh sebuah ligan pada masing-masing ruangan.
Jadi pada garam rangkap CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4.
6H
2
O, dua buah ruangan diisi oleh SO
4
2-
sedangkan 2 sisanya diisi oleh
NH
4
+
. Ion yang memiliki bilangan koordinasi 4 seperti Cu
2+
ini umumnya molekulnya berbentuk tetrahedron, tapi
kadang-kadang ditemukan juga molekul yang memiliki susunan datar (atau hampir datar), dimana ion puat berada
dipusat suatu bujur sangkar dan keempat ion menempati keempat sudut bujur sangkar (Svehla, 1990: 95).
Pada proses pembuatan garam rangkap, yaitu melarutkan 1,25 gram Kristal
CuSO
4
.5H
2
O dengan 0,66 gram (NH
4
)
2
SO
4
dalam 5 mL aquades dihasilkan warna biru
keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna
(heterogen). Reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO
4
.5H
2
O + (NH
4
)
2
SO
4
+ H
2
O

CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Pelarut aquades digunakan karena air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke
kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. dan karena kedua garam yang bereaksi
dapat larut dalam air serta tetap berupa satu spesies ion. Larutan kemudian dipanaskan agar
semua kristal dapat melarut dan dihasilkan larutan biru yang homogen. Pemanasan juga
bertujuan untuk memperepat proses reaksi. Larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar
sampai terbentuk kristal. Kemudian kristal disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya.
Kristal yang diperoleh dikeringkan agar air yang masih ada pada kristal menguap sehingga
diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah itu ditimbang untuk mendapatkan berat kristal
yang konstan.


Dalam percobaan pembuatan garam rangkap didapatkan berat kristal secara praktek yaitu sebesar
1,453 gram., sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah 1,9977 gram. Dapat dilihat dari hasil
perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis maka didapatkan
persen hasilnya yaitu sebesar 72,7 %.

2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH
3
)
4
SO
4
.5H
2
O
Pada pembuatan garam rangkap, yaitu mereaksikan kristal CuSO
4
.5H
2
O dengan Larutan
ammonia pekat yang sudah diencerkan dengan aquades. Reaksi yang terjadi adalah:
CuSO
4
.5H
2
O + 4NH
3
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.5H
2
O
Larutan ammonia (NH
3
)

berfungsi sebagai penyedia ligan, dan Kristal CuSO
4
.5H
2
O yang
berfungsi sebagai penyedia atom pusat, sedangkan pengenceran dengan auades adalah sebagai
pengkompleks Cu
2+
yang kemudian ligan H
2
O ini diganti oleh NH
3
karena NH
3
sebagai ligan
kuat yang dapat mendesak ligan netral H
2
O sehingga warnanya berubah dari biru menjadi biru
tua. Kemudian ditambahkan etanol secara perlahan-lahan melalui dinding tabung agar alkohol
tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan. Karena jika tercampur, etanol
dapat bereaksi dengan atom pusat Cu
2+
membentuk Cu(OH)
2
. Reaksinya:
Cu
2+
+ 2OH- Cu(OH)
2

Etanol berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila
ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan. Setelah
penambahan etanol, langsung ditutp dengan kaca arloji dengan tujuan agar Etanol tidak menguap
karena etanol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol
lainnya. Proses selanjutnya yaitu didinginkan pada es batu agar proses pembentukan kristal lebih
cepat, kemudian disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Setelah Kristal dipisahkan
dari larutan, kristal dicuci dengan ammonia hidroksi (campuran ammonia pekat dengan etanol)
untuk mempermantap ligan dan untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak
diinginkan yang mungkin terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan.
Setelah itu dicuci dengan etanol sekali lagi untuk mengikat air. Adapun reaksinya:
4NH
4
OH + CuSO
4
5H
2
O + H
2
O Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O + 8 H
2
O
Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan agar air yang masih ada pada kristal menguap
sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah dikeringkan, kristal ditimbang untuk
mendapatkan berat kristal yang konstan.
Dalam percobaan pembuatan garam kompleks didapatkan berat kristal secara praktek
yaitu sebesar 1,229 gram., sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah1,7188 gram. Dapat
dilihat dari hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis
maka didapatkan persen hasilnya yaitu sebesar 71,5 %.

3. Perbandingan beberapa sifat garam rangkap dan garam kompleks
Pada uji dengan H
2
O, garam rangkap dilarutkan dalam H
2
O menghasilkan larutan biru
muda, lalu diencerkan dengan H
2
O menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam
rangkap terurai menjadi ion-ion penyusunnya sehingga menghasilkan warna biru muda encer.
Adapun reaksinya:
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6 H
2
O + H
2
O Cu
2+
+ 2 SO
4
2-
+ 2 NH4
+
+ H
2
O
Sedangkan garam kompleks dilarutkan dalam H
2
O menghasilkan larutan biru muda+. Lalu
diencerkan dengan H
2
O lagi menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam
kompleks juga terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O + H
2
O [Cu(NH
3
)
4
]
2+
+ SO
4
2-
+ 2 H
2
O
Pada uji dengan penambahan HCl encer, larutan garam rangkap yang sebelumnya
berwarna biru muda berubah menjadi tak berwarna. Sedangkan garam kompleks ditambah HCl
encer menghasilkan larutan hijau jernih. Hal ini dikarenakan pada garam rangkap membentuk
NH
4
Cl dan H
2
SO
4
dan pada garam kompleks menghasilkan [Cu(NH
3
)
4
]Cl
2
yang berwarna hijau.
Reaksinya adalah:
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6 H
2
O + HCl NH
4
Cl + H
2
SO
4

Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O + HCl [Cu(NH
3
)
4
]Cl
2

Pada uji dengan penambahan NaOH encer, larutan garam rangkap yang sebelumnya
berwarna biru muda berubah menjadi tak berwarna dan terbentuk endapan biru. Sedangkan
garam kompleks ditambah NaOH encer menghasilkan larutan biru keruh dan ada endapan
(koloid) biru. Hal ini dikarenakan pada garam rangkap membentuk NH
4
OH dan Na
2
SO
4
dan
pada garam kompleks menghasilkan endapan [Cu(NH
3
)
4
](OH)
2
yang berwarna biru. Reaksinya
adalah:
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6 H
2
O + NaOH NH
4
OH+ Na
2
SO
4

Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O + NaOH [Cu(NH
3
)
4
](OH)
2

Pada uji pemanasan, kristal garam rangkap dipanaskan melepaskan uap air yang tidak
menimbulkan bau dan kristal berubah warna menjadi hijau, sedangkan kristal garam kompleks
dipanaskan menghasilkan gas yang berbau menyengat, dimana bau gas tersebut merupakan gas
ammonia (NH
3
) dan warna kristal berubah menjadi hijau. Adapun reaksinya:
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
. 6 H
2
O
Dipanaskan
CuSO
4
+ (NH
4
)2SO
4
+ 6H
2
O
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O
Dipanaskan
CuSO
4
(s) + H
2
O (l) + NH
3
(g)
Gas yang keluar dari pemanasan garam rangkap diuji dengan kertas lakmus merah, warna kertas
lakmus tidak berubah dan ketika diuji dengan spatula yang dicelup dengan HCl pekat dihasilkan
uap karena gas yang keluar adalah uap air. Sedangkan pengujian pada garam kompleks, kertas
lakmus merah berubah jadi biru karena gas yang dihasilkan adalah gas Amonia.
Pada pengujian titik leleh, diperoleh titik leleh garam rangkap sebesar 218
o
C sedangkan
titik leleh garam kompleks sebesar 240
o
C. Titik leleh garam kompleks lebih tinggi daripada titik
leleh garam rangkap. Hal ini dikarenakan garam kompleks memiliki struktur ikatan yang
kompleks sehingga untuk memutuskan ikatan tersebut membutuhkan energy yang lebih tinggi.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Garam rangkap CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O dapat dibuat dari garam CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
.
Garam kompleks Cu(NH
3)4S
O
4.
H
2O
dapat dibuat dari garam CuSO
4.
5H
2
O dan larutan NH
3
pekat.
2. Berat garam rangkap yang dihasilkan dari percobaan sebesar 1,453 gram dan persen hasilnya
sebesar 72,7%, sedangkan berat garam kompleks yang dihasilkan dari percobaan sebesar 1,229
gram dan persen hasilnya sebesar 71,5%.
3. Garam rangkap CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O terionisasi menjadi Cu
2+
, SO
4
2-
, NH
4
+
, dan H
2
O.
sedangkan garam kompleks Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O menjadi [Cu(NH
3
)
4
]
2+
dan SO
4
2-
.
4. Garam rangkap CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O bila dipanaskan tidak menghasilkan bau, sedangkan
garam kompleks Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O menghasilkan bau amoniak.
5. Titik leleh garam kompleks lebih tinggi daripada titik leleh garam rangkap. Hal ini dikarenakan
garam kompleks memiliki struktur ikatan yang kompleks sehingga untuk memutuskan ikatan
tersebut membutuhkan energy yang lebih tinggi.

GARAM KOMPLEKS DAN RANGKAP

I. JUDUL PERCOBAAN :
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
II. TUJUAN PERCOBAAN :
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam
kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.
III. LATAR BELAKANG
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya ialah reaksi netralisasi.
Sejumlah asam dan basa murni ekuivalen yang dicampur dan larutannya diuapkan, maka akan
terdapat zat kristalin yang tertinggal yang disebut dengan garam. Garam tidak memiliki ciri-ciri
khas suatu asam atau basa, garam terdiri dari kation dan anion. Kation dan anion tersebut ada
yang merupakan ion kompleks sehingga membentuk senyawa kompleks. Garam-garam yang
mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks.
Garam kompleks berlainan dengan garam rangkap. Senyawa atau garam kompleks
merupakan senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana,
yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Pembelajaran mengenai senyawa kompleks ini
merupakan hal yang penting dalam kimia anorganik, maka perlu dilakukan percobaan untuk
mempelajari pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.

IV. TEORI DASAR
Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau lebih pasangan
elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam
sebagai penerima elektron. Akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron
jadi milik bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi-penerima
elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika pasangan elektron itu
terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Proses pembentukan ikatan antara
pemberi-penerima elektron tersebut dapat dituliskan dengan persamaan :
M + :L M:L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (rivai, 1995).
Senyawa koordinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompleks netral dan ion
yang dalam hal ini paling sedikit satu dari ion tersebut harus merupakan ion kompleks. Salah
satu karakteristik karakteristik senyawa kompleks ialah bahwa ion kompleks atau kompleks
netral yang menyusun senyawa tersebut masih seringkali mempertahankan identitasnya dalam
larutan. Meskipun dapat terjadi disosiasi parsial. Misalnya senyawa yang semula ditulis 2
KBr.HgBr
2
sebetulnya mengandung ion tetrahedral [HgBr
4
]
2-
dalam padatan Kristal dan ion ini
tetap mempertahankan keutuhannya jika dimasukkan dalam larutan dan harga disosiasi menjadi
kecil (Day dan Selbin, 1993).
Garam kompleks merupakan garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi (garam yang
dapat membentuk ion-ion dan salah satunya ion kompleks). Contoh dari garam kompleks ialah
Cu(SO
4
)
2
(NH
4
)
2
. Garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya ketika
dilarutkan. Contoh lain dari garam kompleks yakni [Co(NH
3
)
6
]Cl
3
atau CoCl
3
.6NH
3
yang
berfungsi sebagai ligan ialah NH
3
sedangkan Cl ialah diluar daerah koordinasi (sukardjo, 1985).







V. METODE PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-Alat yang digunakan dalam pecobaan ini yaitu tabung reaksi dan gelas beaker.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu serbuk CuSO4.5H2O, ammonium
sulfat dan etil alcohol.

4.2 Prosedur Kerja
A. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat
1. Sebanyak 2,5 g CuSO4 dilarutan dan ammonium sulfat 1 g dalam 10 mL akuades, dipanaskan
pelan-pelan sampai semua garam larut.
2. Larutan didinginkan sampai terbentuk endapan dalam penangas es, dan didiamkam satu malam.
3. Endapan dipisahkan dan dikeringkan kemudian ditimbang.
4. Rendemen yang diperoleh dihitung.
B. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Tembaga(II) Sulfat
1. Sebanyak 2,5 g CuSO4.5H2O ditimbang, dilarutan kedalam 5 mL ammonia pekat.
2. Sebanyak 8 mL etil alcohol ditambahkan secara perlahan-lahan melalui dinding gelas sehingga
larutan tertutupi oleh alcohol. Jangan diaduk/digoyang, ditutupi dengan kaca arloji, dibiarkan
satu malam sampai endapan terbentuk.
3. Endapan yang terbentuk dipisahkan, dicuci dengan campuran larutan ammonia dengan etil
alcohol (1:1).
4. Larutan dicuci dengan etil alcohol.
5. Endapan dikeringkan dan ditimbang.
6. Mol ammonia yang bereaksi dihitung.
C. Perbandingan Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks
1. Sedikit CuSO4 dimasukan dalam tabung reaksi ditambahkan 5 mL akuades, warna larutan
diamati.
2. Sedikit garam pada percobaan (A) dilarutkan dalam 5 mL akuades, demikian juga garam pada
percobaan (B). Warna larutan yang terjadi dibandingkan.
3. Garam (A) dan (B) dipanaskan, diamati yang terjadi.


















VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
-Amonium sulfat ditimbang
1,0054 g ( kristal )
-CuSO4 ditimbang 2,5034 g
-CuSO4 dan amonium sulfat
dilarutkan dalam 10 ml
akuades
-Larutan didinginkan dalam
kulkas selama 2 hari sampai
terbentuk endapan
-Endapan dipisahkan
dikeringkan dan ditimbang

-Kristal berwarna biru muda
-Kristal bening
-Larutan berwarna biru

-Kristal mengendap ( warna biru muda )

-Berat kertas saring = 0,3189 g
-Berat kristal = 1,6996g-0,3189g=1,3807
1. Pembuatan gaam rangkap kupri ammonium sulfat

2. Pembuatan Garam Kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat


3. Perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks
Perlakuan Pengamatan
Sedikit CuSO
4
+ 5 mL akuades
Sedikit garam A + 5 mLakuades
Sedikit garam B + 5 mLakuades
Dipanaskan, larutan percobaan A dan B
Larutan berwarna biru muda (++)
Larutan berwarna biru muda (+)
Larutan Ungu
A = Warna tetap
B = coklat + endapan coklat

B. Perhitungan
1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat


-Endapan dihitung
rendemennya
Perlakuan Pengamatan
-CusO4.H2O ditimbang =2,5032 g
-Kristal dilarutkan dalam 5 ml ammonia pekat
-Larutan ditambah etil alkohol melalui dinding
gelas
-Ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan dua
hari
-Endapan dipisahkan dan dicuci dengan
campuran ammonia: etanol (1:1)
-Dicuci dengan etanol
-Dikeringkan dan ditimbang

-Kristal berwarna biru muda
-Larutan berwarna biru tua
-Terbentuk dua lapisan, bwah biru tua ; atas
bening
-Kristal mengendap (warna ungu)
-Endapan terpisah dengan filtrat


-Berat kertas saring = 0,3385 g
-Berat endapan = 2,4930 g- 0,3385 g =
2,1545 g


Reaksi CuSO
4
. 5 H
2
O + 2 (NH
4
)
2
SO
4
Cu
(NH
4
)
3
(SO
4
)
3

M 0,01003 7,617 x 10
-3
-
R 3,81 x 10
-3
7,617 x 10
-3
3,81 x 10
-3

S 6,22x 10
-3
0 3,81 x 10
-3


Massa Cu (NH
3
)
4
(SO
4
)
3

=
3,81 x 10
-3
x 419,5 = 1,5982 gram



=
2. Pembuatan garam kompleks


Mol NH
3




Berat amonia yang dipakai = 0,32 x 4,4 = 1,408 gram


Reaksi
[Co(H
2
O)
5
]SO
4
+ 4NH
3
[Cu(NH
3
)
4
]SO
4
+ 5H
2
O
Mula-mula : 0,0100 0,0828 -
Reaksi : 0,0100 0,0400 0,0100
Setimbang : - 0,0428 0,0100



C. Pembahasan
Percobaan ini adalah mengenai pembuatan garam rangkap dan garam kompleks. Garam
merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, prosesnya disebut netralisasi dimana sejumlah
asam dan basa murni yang ekivalen dicampur dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal
suatu kristal yang tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa (Vogel, 1990). Garam
rangkap dibentuk jika dua garam mengkristal bersamaan dalam perbandingan mol tertentu, dan
dalam larutan garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Rivai, 1995).
Garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi (garam-garam yang dapat membentuk ion-ion,
salah satunya ialah ion kompleks disebut garam kompleks) (Sukardjo, 1985).
Percobaan yang pertama adalah pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat.
Ammonium sulfat ditimbang 1,0054 gram dan CuSO
4
ditimbang 2,5039 gram. Ammonium sulfat
dan CuSO
4
selanjutnya dilarutkan dalam 10 ml aquades sehingga menghasilkan larutan yang
berwarna biru. Garam ammonium sulfat merupakan garam yang kristal stabil dari ion
NH
4
+
tetrahedral yang kebanyakan larut dalam air. Garam dari asam kuatnya terionisasi
sebelumnya dan larutannya sedikit bersifat asam, reaksi yang terjadi :
NH
4
+
+ H
2
O NH
3
+ H
3
O
+
(Vogel, 1990)
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat
maupun larutan air (Vogel, 1990).
Larutan selanjutnya didinginkan di dalm lemari es selama dua malam. Pendinginan
dilakukan untuk mempercepat pembentukan atau pengendapan garam kupri ammonium sulfat,
dilakukan selama dua malam karena kompleks Cu membutuhkan waktu yang lam dalam
penggantian ligannya. Gambar larutan yang sudah didinginkan adalah berikut :

Endapan terlihat pada gambar di atas dimana endapan ini adalah merupakan garam
kupri ammonium sulfat. Larutan ammonia jika ditambahkan pada larutan tembaga (II) sulfat
dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat
basa) dengan reaksi :
CuSO
4
.5H
2
O + 2 (NH
4
)
2
SO
4
Cu (NH
3
)
4
(SO
4
)
3

Jika reagensia yang diberikan berlebihan maka endapan dapat larut kembali dan warna menjadi
biru tua, yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraamino kuprat (II).
Cu(OH)
2
.CuSO
4
+ 8NH
3
2 [Cu(NH
3
)
4
]
2+
+ SO
4
2-
+ 2OH
-
(Vogel, 1990)
Endapan kristal disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan kristal
dari filtratnya, lalu dikeringkan di dalam oven agar sisa larutan dalam kristal hilang. Kristal yang
telah kering ditimbang dan beratnya 1,3807 gram. Rendemen yang dihasilkan adalah 86,39 %
yang berarti garam ammonium sulfat dari hasil reaksi terbentuk sebanyak 86%. Gambar kristal
ammonium sulfat dari percobaan adalah

Kristal yang dihasilkan berwarna biru muda. Zat yang menyerap warna pada panjang
gelombang tertentu dari sinar tampak, maka zat itu akan meneruskan warna komplementer yang
nampak pada mata kita. CuSO
4
anhidrat berwarna biru karena menyerap sinar inframerah,
CuSO
4
. 5H
2
O biru karena menyerap warna kuning, Cu(OH)
2
(NH
3
)
4
]
2+
berwarna biru karena
menyerap warna hijau kekuningan (Soekardjo, 1985). Warna biru yang terjadi disebabkan oleh
terbentuknya ion kompleks tetraamin tembaga(II) [Cu(NH3) 4]
2+
. Struktur dari garam rangkap
kupri ammonium sulfat ini adalah.
SO
4

NH
3
NH
3

SO
4
Cu SO4
NH
3
NH
3

SO
4

(Cotton dan Wilkinson,1989)
Sebenarnya ada dua molekul H
2
O dalam kompleks tersebut, namun jaraknya terhadap ion pusat
sangat jauh disbanding dengan tempat NH
3
yang ada. Garis putus-putus yang menghubungkan
SO
4
dengan Cu merupakan valensi primer dimana SO
4
ada diluar daerah koordinasi sehingga
mudah putus dan terbentuk ion [Cu(NH
3
)
4
]
2+.
.Hal ini menunjukan bahwa garam rangkap jika
dilarutkan dalam air akan terionisasi (Soekardjo, 1985).
Percobaan kedua adalah pembuatan garam komplek tetraamin tembaga(II) sulfat. CuSO
4
.
H2O ditimbang 2,5032 gram lalu dilarutkan dalam 5 ml asam ammonia pekat yang dilakukan
dalam ruang asam, karena ammonium yang digunakan bersifat pekat dan mudah menguap.
Larutan yang dihasilkan berwarna biru tua. Ammonia pekat bertindak sebagai ligan yang akan
menggantikan ligan pergi (H
2
O). Ligan NH
3
lebih kuat daripada H
2
O sehingga akan lebih mudah
bagi NH
3
untuk menggantikan H
2
O (Soekardjo, 1985).
Larutan ditambahkan etil alkohol melalui dinding gelas beaker sehingga larutan tertutupi
oleh etil alkohol. Penambahan etanol bertujuan untuk mengikat molekul air yang terdapat dalam
larutan yang mungkin dapat menggangu proses pengendapan. Larutan ditutup dengan kaca arloji
untuk menghindari kontak dengan udara, lalu didiamkan selama dua malam. Larutan jangan
sampai mengalami goncangan karena dapat mempengaruhi proses pengendapan.
Kompleks Cu membutuhkan waktu yang lama untuk penggantian ligan-ligannya.
Senyawa kompleks yang membutuhkan waktu yang lama dalam penggantian ligan-ligannya
disebut senyawa kompleks lembam (Rivai, 1995). Gambar larutan setelah didiamkan selama dua
malam adalah sebagai berikut :

Larutan yang dihasilkan berwarna ungu dengan adanya endapan. Endapan yang terbentuk
disaring dengan kertas saring. Kemudian dicuci dengan campuran ammonia : etil alkohol (1:1)
yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan kontaminan yang terdapat dalam endapan
karena molekul pelarut ammonia akan menarik molekul-molekul ammonia sisa yang mungkin
tidak bereaksi, sedangkan etil alkohol akan menarik molekul etil alkohol yang sebelumnya
ditambahkan. Pencucian dilakukan lagi menggunakan etanol 2 ml untuk mencegah terjadinya
ionisasi,karena jika ditambahkan dengan aquades garam akan terionisasi menjadi ion-ion
penyusunnya (Khopkar,2003)
Endapan dikeringkan didalam oven agar terbebas dari filtratnya,lalu ditimbang dan
beratnya sebesar 2,1545 g.Gambar dari Kristal yang sudah kering adalah sebagai berikut


Kristal yang dihasilkan berwarna ungu yang merupakan Kristal dari garam kompleks
tetraamin tembaga(II)sulfat.Kristal ungu merupakan warna kompleks dengan bentuk planar
segitiga
H
3
N SO
4
NH
3

Cu

H
3
N NH
3


Garam kompleks tetraamin tembaga(II)sulfat (Sukardjo,1985)
Rendemen Kristal yang terbentuk dihitung,Rendemen yang dihasilkan adalah 94,7%.Hal
ini menunjukkan cukup banyak garam yang terbentuk dari percobaan ini yaitu 94,7%.
Percobaan terakhir adalah perbandingan sifat garam tunggal dengan garam rangkap dan
garam kompleks,sedikit CuSO
4
.5H
2
O dilarutkan dalam 5 ml aquades menghasilkan larutan
berwarna biru muda(++).Reaksi yang terjadi pada garam tunggal adalah sebagai berikut
CuSO
4
+ 4H
2
O (Cu(OH)
4
)
2+
+ SO
4
2-
(Vogel.1990)
Larutan ini merupaka garam tunggal Cu(II) yang memiliki warna biru baik dalam bentuk hidrat,
padat maupun dalam larutan air, warna ini khas untuk ion tetra akuokuprat(II) (Vogel, 1990).
Garam pada percobaan A dan B juga masing-masing dilarutkan dalam 5 ml akuades.
Larutan pada garam rangkap berwarna biru muda (+) namun kurang pekat daripada garam
tunggal, sedangkan garam kompleks larutannya berwarna ungu. Perbedaan warna ini terjadi pada
garam-garam tersebut karena adanya perbedaan penyerapan sinar tampak dengan panjang
gelombang yang berbeda pula. Warna yang terlihat merupakan merupakan warna komplementer
yang diteruskan dari warna yang diserap (Soekardjo, 1985). Ketiga larutan tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut :

Perlakuan selanjutnya adalah memanaskan larutan garam rangkap dan garam kompleks
selama beberapa menit. Larutan garam rangkap tidak mengalami perubahan warna setelah
pemanasan sedangkan larutan garam kompleks berwarna coklat dengan endapan coklat.
Perubahan warna yang tidak terjadi pada larutan garam rangkap disebabkan pemanasan member
kenaikan energy level pada splitting dari orbital d pada logam Cu. Sehingga jarak dari orbital eg
ke t2g menjadi lebik jauh sehingga eksitasi elektron agak sulit dan tidak terjadi perubahan warna
yang berarti. Reaksi yang terjadi saat garam rangkap dilarutkan dalam 5 ml akuades adalah :
Cu (NH
3
)
4
(SO
4
)
3
cu
2+
+ 3SO
4

2-
+ 4 NH
3

(Vogel, 1990)
Warna coklat pada larutan garam kompleks disebabkan oleh terbentuendapan hitam yang relative
banyak. Endapan hitam berasal dari cu(II) yang teroksidasi menjadi cu(III) karena adanya
pemanasan dan membebaskan gas SO
2
yang mudah dikenali dari bau yang seperti telur busuk .
Hali inilah yang membedakan garam kompleks dengan garam rangkap. Garam kompleks yang
dilarutkan dalam air dan tidak meembentuk ion-ionya namun menjadi ion-ion kompleknya.
Reaksi yang terjadi adalah :
Cu (NH
3
)
4
SO
4
+ 2H
2
O [ Cu (OH
2
)
2
( NH
3
)
4
]
2+
+ SO
4

2-

( vogel, 1990)






VII. KESIMPULAN
Sifat dari garam kompleks yakni jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi kompleks
dan ionnya, sedangkan sifat garam rangkap jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi
ion- ion pembentuknya.

















DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A dan Wilkinson, 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI press, Jakarta.
Day, M.C dan J. Selbin, 1993, Kimia Anorganik Teori, UGM Press, Yogyakarta.
Khopkar, S.M, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Rivai, H, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia Edisi Pertama, UI, Jakarta.
Sukardjo, 1985, Kimia Koordinasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif makro dan Semi Mikro Jilid 1, PT. Kalman Media
Pustaka, Jakarta.

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
APRIL 22, 2009 BY ANNISANFUSHIE
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
MAKINGS COMPLEX SALT AND DUAL SALT
ANNISA SYABATINI
JIB107032
KELOMPOK 1
PS S-
1 KIMIA FMIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ABSTRACT
To the effect of experimental it is study makings and salt character wores two hats kupriammonium sulphate
and tetrammintembagas complex salt (II) monohidrats sulphate. Kupriammoniums dual salt sulphate,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O molded as a result reaction among CuSO
4
.5H
2
O and (NH
4
)
2
SO
4
. Pentahidrat cupric sulfate
salt CuSO
4
.5H
2
O young blue chromatic where as salt ammonium sulphate (NH
4
)
2
SO
4
white chromatic and mixed it
results color solution blue feculent. Dual salt crystal one is gotten as big as 3,34 g and rendemen which is gotten
which is 83,596 %. Tetramminocoppers complex salt (II.) monohidrats sulphate, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O resultant
with mixing among salt CuSO
4
.5H
2
O blue color one with NHs solution
3
already been thinned by akuades what do
as solution of transparent. Of second mixture material it was resulted by solution dark blue. Base crystals observing
result salt complex one be gotten which is 2,52 g and rendemennya 73,306 %.
Key Words : kupriammonium
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam
rangkap kupriammonium sulfat dan garam kompleks tetrammintembaga (II) sulfat monohidrat. Garam rangkap
kupriammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
.
Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO
4
.5H
2
O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat
(NH
4
)
2
SO
4
berwarna putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam rangkap
yang diperoleh sebesar 3,34 g dan rendemen yang diperoleh yaitu 83,596 %. Garam kompleks tetramminocopper
(II) sulfat monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O dihasilkan dengan mereaksikan antara garam CuSO
4
.5H
2
O yang
berwarna biru dengan larutan NH
3
yang telah diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran
kedua bahan ini dihasilkan larutan biru tua.Berdasarkan hasil pengamatan kristal garam kompleks yang diperoleh
yaitu 2,52 g dan rendemennya 73,306 %.
Kata Kunci : kupriammonium
PENDAHULUAN


Phull, 1981, dan Fuithlerr, 1981, menuliskan teori mekanisme
terbentuknya deposit senyawa garam yang mayoritas komposisinya adalah
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Turnbull, 1993, La Que dan May, 1982,
menerangkan bahwa senyawa garam yang terbentuk, dinamakan calcareous,
dapat mengurangi kebutuhan arus
[1]
.
Zat padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan amorf. Dalam
kristal, atom atau molekul penyusun memiliki struktur tetap (tetapi dalam
amorf tidak) dan titik leburnya pasti. Zat padat memiliki volume dan bentuk
tetap. Ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat menduduki
tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul zat padat juga mengalami
gerakan namun sangat terbatas [2].
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat
ditempa dan liat. Tembaga dapat melebur pada suhu 1038
o
C. Karena
potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu
2+
tembaga
tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan
adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu(I) sangat mudah
teroksidasi menjadi Cu(II). Namun osidasi selanjutnya menjadi Cu(II) adalah
sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu
2+
yang dikenal baik dan sejumlah besar
garam berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air,
menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO
4
.5H
2
O yang paling
dikenal. Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk anhidrat yang benarbenar
putih. Penambahan ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan
ion kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan
[3]
.
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran
sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap.
Sedangkan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal
sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya
heksamminkobalt(III) kloroda Co(NH
3
)
6
Cl
3
dan kalium heksasianoferat(III)
K
3
Fe(CN)
6
. Bila suatu kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan atau
disosiasi, sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang
tersisa (tidak berdisosiasi), komponen-komponennya misalnya :
Ag(NH
3
)
2+
Ag
+
+ 2NH
3

[4]
.
Suatu zat cair jika didinginkan, terjadi gerakan translasi molekul-
molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul-molekul makin besar
hingga setelah mengkristal molekul mempunyai kedudukan tertentu dalam
kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan.
Selama pengkristalan terjadi kesetimbangan dan akan turun lagi saat
pengkristalan selesai [3].
Salah satu contoh garam rangkap yaitu FeSO
4
(NH
4
)SO
4
.6H
2
O dan
K
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
.24H
2
O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-
rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi.Jadi, jelas berbeda
dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan.
Semua garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat
panas dari komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang
mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan
lewat kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan
meningkatnya suhu. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral
[2]
.
Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur
garam komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari
satuan-satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam
kompleks itu. Dalam hal ini, kompleks yang terbentuk masing-masing berisi
sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak komponen
seperti kompleks [Pt(NH
3
)
2
Cl
4
] dan [Pt(NH
3
)Cl
3
]. Contoh dari garam rangkap
adalah garam alumia, KAI(SO
4
)
2
.12H
2
O dan feroammonium sulfat,
Fe(NH
3
)
2
(SO
4
).6H
2
O
[4]
.
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya. Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Salah satu
tipe reaksi kimia yang dapat merupakan dasar penetapan titrimetri, mencakup
pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit sekali
terdisosiasi.Satu contoh adalah reaksi ion perak dengan ion sianida untuk
membentuk ion kompleks Ag(CN)
2
-
yang sangat stabil [2].
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas ukur
10 ml, gelas arloji, pemanas, gelas ukur 50 ml, gelas beaker 100 ml, dan
pompa vakum.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kristal kupri sulfat
pentahidrat, kristal ammonium sulfat, NH
4
OH, etil alkohol, dan akuades.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Sebanyak 2,5 g garam CuSO
4
H
2
O dan 1,32 g (NH
4
)
2
SO
4
dilarutkan dalam
10 ml akuades dalam gelas beaker 100 ml. Dipanaskan secara perlahan-lahan
sampai semua garam larut sempurna. Larutan tersebut dibiarkan menjadi
dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal dan dibiarkan selama
satu malam. Campuran didinginkan dalam waterbath, kemudian didekantir
untuk memisahkan kristal dari larutan. Kristal dikeringkan dalam kertas
saring. Kemudian kristal yang dihasilkan ditimbang.
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(I I ) sulfat
monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
Sebanyak 4 ml larutan ammonia 15 M diencerkan dengan 2,5 ml akuades
dalam cawan penguapan. Kemudian ditimbang 2,5 gram CuSO
4
H
2
O yang
berbentuk powder. Kristal itu ditambahkan ke dalam larutan ammonia dan
diaduk sampai kristal larut sempurna. Ditambahkan 8 ml etil alkohol secara
pelan-pelan melalui dinding beaker sehingga larutan tertutup alkohol. Jangan
diaduk atau digoyang. Campuran ditutup dengan gelas arloji dan dibiarkan
selama satu malam. Setelah itu diaduk secara pelan-pelan untuk
mengendapkan secara sempurna. Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan
melakukan dekantir. Kristal dipindahkan ke dalam kristal saring. Dan dicuci
dengan 35 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang
perbandingan volume sama. Dicuci sekali lagi kristal dengan 5 ml etil
alkohol dan disaring dengan pompa vakum. Kristal kering yang dihasilkan
kemudian ditimbang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
menimbang CuSO
4
H
2
O
menimbang (NH
4
)
2
SO
4

melarutkan CuSO
4
H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
dengan 10 ml
akuades dalam beaker gelas
memisahkan kristal dgn cara dekantir
menimbang kristal
berat = 2,5 gr
berat = 1,32 gr
berat kristal = 3,34 gram
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II) sulfat
monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
No. Langkah Percobaan Hasil pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mengencerkan larutan ammonia 15 M dengan akuades dalam
cawan
menimbang CuSO
4
H
2
O
memasukkan ke dalam larutan ammonia tersebut
menambahkan etil alkohol
mendiamkan selama satu malam
memisahkan kristal dgn larutan
mencuci kristal dengan ammonia 15 M dan etil alkohol
menyaring dengan kertas saring dan ditimbang kristal
Vammonia = 4 ml
V aquades = 2,5 ml
2,5 gram
8 ml
Massa kristal = 2,52 g
warna kristal = biru tua
B. Perhitungan
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Diketahui :
m CuSO
4
.5H
2
O = 2,5 gram
m(NH
4
)
2
SO
4
= 1,32 gram
m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 3,34 gram
BM
CuSO4.5H2O
= 399,54 g/mol
BM
(NH4)2SO4
= 132 g/mol
BM
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 399,54 g/mol
Ditanya : % garam rangkap = ?
Jawab :




CuSO4.5H2O+(NH4)2SO4CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
m : 0,01 0,01
r : 0,01 0,01 0,01
s : - - 0,01
m
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= mol x BM
= 0,01mol x 399,54 g/mol
= 3,9954 gram
% garam rangkap

= 83,596 % = 105,19 %
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(I I ) sulfat
monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
Diketahui :
m CuSO
4
.H
2
O = 2,5 gram
m Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O = 2,52 gram
BM CuSO
4
.H
2
O = 177,54 g/mol
BM
Cu(NH3)4SO4.H2O
= 245,54 g/mol
V NH
3
15M = 4 ml = 0,004 L
Ditanya : % garam kompleks = ?
Jawab :




CuSO
4
.H
2
O + 4NH
3
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O
m : 0,014 0,06
r : 0,014 0,014 0,014
s : - 0,046 0,014
m Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O = mol x BM
= 0,014 molx245,54 g/mol
= 3,4376 gram
% garam rangkap

= 73,306 %
C. Pembahasan
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama
dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-
ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks.
Garam rangkap yang dibuat adalah CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O. Garam ini
terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
. Garam
kupri sulfat pentahidrat CuSO
4
.5H
2
O berwarna biru muda sedangkan garam
ammonium sulfat (NH
4
)
2
SO
4
berwarna putih.
Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang
berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat
campuran yang kurang sempurna (heterogen) namun setelah pemanasan,
kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen
berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke
kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut
maka digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut
dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik
lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam pelarut organik. Larutan
segera ditutupi dengan kaca arloji sehingga dapat mencegah menguapnya
beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin
sempurna.
Percobaan ini mendapatkan garam rangkap kupriammonium
sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 3,34 gram.
Warna biru pada kristal-kristal tersebut merupakan warna dari ion Cu
2+
yang
menjadi salah satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut. dengan %
rendemen sebesar 83,596%. Reaksi yang terjadi dalam pembuatan garam ini
yaitu : CuSO4.5H2O+(NH4)2SO4CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II) sulfat
monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
Garam kompleks yang akan dibuat dihasilkan dari mereaksikan antara
garam CuSO
4
.5H
2
O yang berwarna biru dengan larutan NH
3
yang telah
diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran
kedua bahan ini dihasilkan larutan biru tua. Reaksi antara senyawa-senyawa
ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat. Bau menyengat tersebut
berasal dari larutan amoniak pekat. Larutan ini ditutup dengan hati-hati
menggunakan etil alkohol melalui dinding bekker. Penetesan alkohol melalui
dinding tabung dimaksudkan agar etil alkohol tersebut benar-benar berada
pada permukaan dan tidak menyebabkan terjadinya pengadukan pada
campuran.
Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan
dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol
tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat
alkohol lainnya. Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan
etanol langsung dilakukan penutupan gelas bekker menggunakan gelas arloji
untuk mengurangi penguapan selama pembentukkan kristal. Sama halnya
dengan pembentukan garam rangkap, proses pembentukan garam tersebut
sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan selama satu malam dengan
tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Endapan berupa kristal yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci
dengan ammonia 15 M dan etil alkohol. Pencucian dilakukan untuk
memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin
saja terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan
sebagian kristal tersebut ikut terbawa bersama filtrat. Hal ini diakibatkan
terlalu kecilnya garam yang terbentuk. Seharusnya, kertas saring yang
digunakan memiliki membran yang lebih rapat. Pemisahan molekul air dari
tumpukan kristal garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik. Masih
banyak molekul air yang menempel pada kristal-kristal tersebut, sehingga
dilakukan pengeringan menggunakan oven, untuk mengurangi molekul air
yang terdapat pada kristal.
Setelah endapan dikeringkan didapatkan massa kristal garam kompleks
sebesar 2,52 g dengan rendemen sebesar 73,306 %. Reaksi yang terjadi pada
saat pembentukan garam kompleks ini adalah:
CuSO
4
.5H
2
O+ 4NH
3
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.5H
2
O
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. garam rangkap kupri
ammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O terbentuk sebagai hasil reaksi
antara CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
. Garam kupri sulfat pentahidrat
CuSO
4
.5H
2
O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat
(NH
4
)
2
SO
4
berwarna putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang
berwarna biru keruh. Kristal garam rangkap kupriammonium sulfat berupa
kristal monoklin berwarna biru bening seberat 3,34 gram dan rendemennya
83,596 %. Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat,
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O dihasilkan dengan mereaksikan antara garam
CuSO
4
.5H
2
O yang berwarna biru dengan larutan NH
3
yang telah diencerkan
dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini
dihasilkan larutan biru tua. Kristal garam kompleks sebesar 2,52 g dengan
rendemen sebesar 73,306 %.
REFERENSI
1. Asmara, Yuli Panca. 2005. Karakteristik Arus dan Potensial Katodik pada
Perlindungan Sistem Arus Terpasang terhadap Stainless Steel Type 304 di
Lingkungan Air Laut.
Diakses, 6 April 2009.
2. Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
3. Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
4. Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.

pembuatan garam KOMPLEKS dan
garam RANGKAP
Posted: Mei 28, 2011 in Uncategorized
Kaitkata:Garam kompleks dan garam rangkap
0
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN VI
(PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP)
OLEH :
NAMA : HANIFA NUR HIKMAH
STAMBUK : A1C4 09001
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : LA BOYO, S.Pd
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri
ammonium (II) sulfat monohidrat.
B. PRINSIP PERCOBAAN
Garam kompleks mengandung ion-ion kompleks yang dibentuk oleh ion logam transisi dengan molekul
atau ion yang terikat lebih kuar dari pada molekul air. Dam garam rangkap dibentuk apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu.
TEORI
Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks,
misalnya heksamin kobalt (III) klorida, Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasiano ferrat (III),
K3Fe(CN)5.Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki
struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam
rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO4)12H2O dan ferroammonium sulfat,
Fe(NH3)SO4.6H2O, garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya.
(Arifin, 2011).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan
pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat) dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang sangat
tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini
ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah
ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang
masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (Svehla, 1985).
Salah satu contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam
larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi.
Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua
garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat
dimurnikan lewat kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya
suhu. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral. Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu
memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Kompleks ialah
suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan
baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini, kompleks yang terbentuk masing-masing berisi sebuah
komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4] dan
[Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam rangkap adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium
sulfat, Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Annisa, 2010).
Sebuah ligan yang mendonasikan sejumlah genap elektron pada logam biasanya molekul netral dan ligan
ini stabil bahkan tanpa dengan terikat pada logam. Ligan karben atau karbin merupakan kekecualian.
Rumus kimia senyawa organologam diungkapkan dalam banyak kasus dengan menggunakan kurung siku
seperti untuk senyawa kompleks (Tarro, 1990).
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation yang berbeda dengan
proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan
garam-garam tunggal penyusunnya. Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr. Kombinasi antara
ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan ammonium nikel sulfat. Ketiga garam
tersebut memiliki ion ammonium dan sulfat, tapi dengan atom pusat yang berbeda. Secara umum garam
mohr berbentuk kristal berwarna hijau muda, gram mohr mempunyai rumus
(NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila dibandingkan dengan garam besi (II) sulfida atau besi (II) klorida,
kristal garam mohr ini lebih stabildi udara. Selain itu besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari alkali dapat
membentuk garam rangkap dengan rumus MgFe(SO4).6H2O ataupun dengan logam alkali lain seperti K,
Rb, Cs, atau NH4. Apabila dengan jumlah mol yang sama, masing-masing dari besi (II) sulfat dilarutkan
sampai jenuh didalam air panas, sedangkan ke dalam besi (II) sulfat dilarutkan sedikit asam sulfat
kemudian dicampur. Pada proses pendinginan akan mengkristal menjadi garam berbentuk kristal
monoklin yang berwarna hijau agak kebiruan (Anggraini, 2006).
METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Tabung reaksi besar dan kecil, Gelas ukur 10 ml,
Gelas ukur 100 ml, Gelas Arloji, Kertas saring, Pipet skala 2 ml, 1 set Pemanas, Botol timbang, filler,
pipet volume dan Botol semprot.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : Kristal kupri hidrat sulfat pentahidrat, Kristal ammonium
sulfat, Etil alcohol, Larutan ammonia dan Aquades.
PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
- dilarutkan dengan 10 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml
- dipanaskan sampai semua garam larut sempurna
- didiamkan semalam, sampai terbentuk Kristal yang banyak
- disaring dengan menggunakan kertas saring.
- dikeringkan
- ditimbang
- dicatat jumlah mol reaktan dan dan mol kristal hasil
- dihitung persn hasilnya

2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
- diencerkan dengan 2,5 ml aquades dalam cawan penguapan
- ditambahkan ke dalam ammonia
- diaduk sampai larut sempurna
- ditambahkan 8 ml etil alkohol melalui dinding gelas kimia sehingga larutan tertutupi alkohol
- dipindahkan Kristal kedalam kertas saring
- dicuci dengan 3-5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan
volumenya sama
- dicuci sekali lagi dalam corong dengan 5 ml etil alkohol
- dikeringkan
- ditimbang
- dihitung persen hasilnya

3. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, Dan Garam Kompleks
- ditempatkan ke dalam tabung reaksi ukuran kecil
- ditambahkan 2-3 ml aquades
- dicatat perubahan warna yang terjadi
- ditambahkan larutan ammonia 6 M sebanyak 5 ml
- dilarutkan masing-masing dalam 5 ml aquades dalam tabung reaksi besar
- dibandingkan warna larutan
- dibandingkan warna larutan jenis ion yang menyebabkan warna larutan
- diencerkan setiap larutan dengan 20 ml aquades
dicatat perubahan warnanya
- ditempatkan dalam tabung reaksi berbeda
- dipanaskan masing-masing tabung
-dicatat perubahan warnanya

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Data Tabel Pengamatan
Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat
Perlakuan Hasil Pengamatan
2,5 g CuSO4 .5 H2O + 1,32 g NH4 SO4 + 10 ml aquades
warna larutan bening biru
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat kristal + kertas saring = 3,3 g
Berat Kristal = 3,3 gram 1,1 gram
= 2,2 gram
Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
Perlakuan Hasil Pengamatan
4 ml Ammonia 15 M + 2,5 ml aquades + 2,5 g CuSO4 .5H2O
Warna larutan biru pekat
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat Kristal + kertas saring = 3,2 gram
Berat Kristal = 3,2 gram 1,1 gram
= 2,1 gram
Perbandingan Beberapa Sifat Gara Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks
Perlakuan Hasil Pengamatan
Garam hasil perc. 1 + 5 ml aguades.
Garam hasil perc. 2 + 5 ml aquades
Garam hasil perc. 1 dipanaskan
Garam hasil perc. 2 dipanaskan
1 gram Kristal kupri sulfat anhidrat + 2 ml aquades
+ 5 ml ammonia 6 M
Warna larutan bening, endapan kristalnya tidak hancur
Warna larutan biru muda, kristalnya hancur
Mengeluarkan uap
Mengeluarkan uap
Berwarna biru bening dan garamnya larut semua
Larutan menjadi biru tua
Reaksi yang Terjadi
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
CuSO4.5H2O + 4NH4OH Cu(NH4OH)SO4 + H2O
Perhitungan
Garam Rangkap
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram
Berat (NH4)SO4 yang ditimbang = 1,32 gram
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O + kertas saring = 3,3 gram
Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 33 gram 1,1 gram
= 2,2 gram
Berat garam rangkap secara teoritis
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O mol (NH4)2SO4 Mol CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = ( gram CuSO4.5H2O)/(Mr CuSO4.5H2O)
= (2,495 gram)/(251 gram/mol)
= 0,0099 mol
Mol (NH4)2SO4 = gram(NH4)2SO4/(Mr (NH4)2SO4)
= 1,32/132
= 0,01 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
M 0,0099 mol 0,01 mol
T 0,0099 mol 0,0099 mol 0,0099 mol
S 0 0,0001 mol 0,0099 mol
Massa teoritis = mol CuSO4(NH4)2SO4.6H2O . Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,0099 mol x 399,5 gram/mol
= 3,95505 gram
Rendemen = (berat kristal hasil praktek)/(berat kristal teoritas) x 100%
= 2,2/3,95505 x 100%
= 0,632 x 100 %
= 55,625 %
Garam Kompleks
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram
Berat NH4OH yang dipakai = 4 mL
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat kristal + kertas saring = 3,2 gram
Berat Kristal garam rangkap = 3,2 gram 1,1 gram
= 2,1 gram
Berat garam kompleks secara teoritis
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O mol NH4OH Mol CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = ( gram CuSO4.5H2O)/(Mr CuSO4.5H2O)
= (2,495 gram)/(251 gram/mol)
= 0,0099 mol
Mol NH4OH = M NH4OH x V NH4OH
= 15 M x 4 mL
= 60 mmol = 0,6 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
M 0,0099 mol 0,6 mol
T 0,0099 mol 0,0099 mol 0,0099 mol
S 0 0,5901 mol 0,0099 mol
Massa teoritis = mol Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O. Mr Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
= 0,0099 mol x 309 gram/mol
= 3,0591 gram
Rendemen = (berat kristal hasil praktek)/(berat kristal teoritas) x 100%
= 2,1/3,0591 x 100%
= 0,68648 x 100% = 68,648 %
PEMBAHASAN
Tembaga sangat mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat dengan adanya oksigen. Ia juga
larut dalam larutan KCN atau amonia dengan adanya oksigen seperti dicirikan dengan potensialnya.
Cu + 2NH3 [Cu(NH3)2]2+ [Cu(NH3)4]2+
Garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul
tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau
garam kompleks. Dalam praktikum ini Garam rangkap yang dibuat adalah CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O.
Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat
pentahidrat CuSO4.5H2O yang berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4
berwarna putih. Sehingga diperoleh larutan bewarna biru muda menjadi biru tua karena terjadinya
pendesakan ligan air oleh ligan amonia.
Garam kompleks yang telah dibuat dihasilkan dengan cara mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang
berwarna biru dengan larutan NH4OH yang telah diencerkan dengan aquades yang berupa larutan bening.
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Kemudian campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan yang berwarna Biru tua. Reaksi antara senyawa-
senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang cukup menyengat. Bau menyengat tersebut berasal dari
larutan amoniak pekat. Endapan berupa kristal yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci dengan
ammonia 15 M dan etil alkohol. Adapun fungsi etil alcohol yaitu mencegah terjadinya penguapan pada
ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia
ligan. Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan
mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama
halnya dengan sifat alkohol lainnya.
Pada percobaan ini setelah penambahan etanol langsung dilakukan pada corong untuk mengurangi
penguapan selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan pembentukan garam rangkap, proses
pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan selama satu malam dengan
tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Selain untuk mencegah penguapan amoniak, tujuan lain dari pencucian garam kompleks dengan etil
alkohol adalah untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja
terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut
terbawa bersama filtrat. Hal ini diakibatkan terlalu kecilnya garam yang terbentuk. Seharusnya, kertas
saring yang digunakan memiliki membran yang lebih rapat. Pemisahan molekul air dari tumpukan kristal
garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik. Walaupun telah dikeringkan didalam oven.
Dalam percobaan pembuatan garam kompleks kita dapatkan berat kristal secara praktek yaitu sebesar 2,2
gram, sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah 3,0591 gram. Dapat dilihat dari hasil perbandingan
massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis maka didapatkan rendemennya yaitu
sebesar 55,625 %.
Perlakuan selanjutnya yaitu kita membandingkan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam
kompleks. Kristal kupri sulfat anhidrat, CuSO4 anhidrat direaksikan dengan aquadest (H2O) maka akan
menghasilkan larutan biru muda, dimana CuSO4 anhidrat merupakan penyedia atom pusat dan H2O
merupakan penyedia ligan. Kemudian direaksikan lagi dengan NH3 6 M. yang menyebabkan terjadinya
perubahan warna larutan karena terjadi pergantian ligan H2O menjadi NH3. Maka reaksi yang terjadi
dituliskan sebagai:
CuSO4 + 4 H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O
Kemudian dilakukan pemanasan dimana diperoleh larutan bewarna bening kebiruan dengan reaksi
sebagai berikut:
CuSO4(NH4)2 SO4. 6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO4 + 2 NH4+ + H2O
Setelah Garam kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan dan menghasilkan larutan biru keruh.
Kekeruhan ini agaknya karena larutan tidak bercampur sempurna. Larutan kemudian diencerkan dengan
H2O lagi menghasilkan larutan biru muda keputihan . Hal ini karena garam kompleks terurai menjadi ion-
ion penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O
Pada proses pemansan terjadi penguapan dimana pada kristal garam rangkap uap H2O (air) yang tidak
menimbulkan bau, sedangkan untuk kristal garam kompleks sendiri menghasilkan gas ammonia (NH3).
Simpulan
Setelah melakukan praktikum ini, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa garam rangkap kupri
ammonium sulfat, CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O berwarna biru tua sedangkan garam
ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru
keruh. Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O dihasilkan
dengan mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH3 yang telah
diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan
larutan biru muda.

DAFTAR PUSTAKA.
Anggraini, Devina I.2006. Pengaruh pH Terhadap Pembentukan Senyawa Kompleks
Kobal(II)hipoksantin.http://eprints.undip.ac.id/5959/2/Abstrak_Devina_IA.pdf. [23 Mei 2011].
Arifin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia FKIP.
Universitas Haluoleo. Kendari
Saito, Tarro. 1990. Kimia Anorganik. Permission Of Iwanami Shorter Publisheis. Tokyo.
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Media Kalman
Pustaka. Jakarta

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN
GARAM RANGKAP
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK


PERCOBAAN 6


PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP



NAMA : RADEN ALIP RAHARJO


STAMBUK : A1C4 08 027


KELOMPOK :




LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALUOLEO


KENDARI


2010


PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

I. Tujuan dan Prinsip Percobaan
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pembuatan dan sifat-
sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga (II)
sulfat monohidrat.

B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan praktikum ini adalah pengkristalan dimana bebarapa garam dapat
mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat.

II. Teori
Dalam proses reaksinya, terjadi perubahan warna pada larutan logam. Perubahan warna
tersebut dimungkinkan berasal dari proses kompleksasi Cu(II) dari fasa cair dengan
etilendiamin yang berada pada fasa padatan membran. Warna yang dihasilkan mendekati
warna kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
sistem larutan tersebut mengandung campuran kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1 dengan
ion Cu(II) bebas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pergeseran puncak absorbsi dari
masing-masing larutan tersebut (gambar 9-11). Berdasarkan hasil tersebut, selain
pergeseran panjang gelombang juga terjadi kenaikan intensitas absorbansi pada larutan
hasil reaksi. Kenaikan tersebut muncul akibat adanya spesies kompleks Cu(en)2+
didalam larutan yang terbentuk pada saat proses reaksi antara Cu (II) dengan membran
nata-en. Adanya campuran ion Cu(II) bebas dan kompleks Cu(en)2+ dalam fasa larutan
berkaitan dengan proses pelepasan etilendiamin ke sistem larutan serta berhubungan
dengan proses kesempurnaan reaksi antara Cu(II) dengan etilendiamin. Dalam hal ini,
reaksi tersebut berlangsung pada kondisi dimana jumlah molekul Cu(II) jauh lebih
banyak dibandingkan jumlah molekul etilendiamin. Dapat dinyatakan bahwa Cu(II)
merupakan pereaksi pembatas dalam proses reaksi tersebut (Kuswandi, 2008)

Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dalam pertandingan molekul tertentu. Garam-garam ini
memiliki struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya.
Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, KaI(SO4)12H2O
dan ferroammonium sulfat, Fe(NH3)SO46H2O. Garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Arifin, 2010)

Menurut Saito[3], untuk mendapatkan pemisahan yang baik 90Y3+ harus dikondisikan
agar membentuk senyawa kompleks anion. Perbedaan muatan antara 90Y dengan 90Sr
menjadi dasar pemisahan dengan menggunakan resin penukar kation. Ion Sr2+ akan
terikat pada resin penukar kation dan kompleks anion itrium seperti [YCl6]3- terelusi
keluar kolom secara keseluruhan. Pengembangan generator 90Sr/90Y untuk produksi
90Y secara lokal telah dilakukan dan dikembangkan di India berdasarkan pada teknik
pemisahan menggunakan membran sel, dan teknik yang dikembangkan ini berhasil
memisahkan sampai 70 mCi 90Y dari 100 mCi 90Sr yang digunakan sedangkan dengan
metode ekstraksi pelarut hasil yang tertinggi diperoleh 75% 90Y[4] (Kundari, 2007)

Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion
logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul
H2O atau NH3, adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada
satu titik oleh penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam.
Namun, bila molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing
mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-
penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion
logam yang sama; ligan seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah
diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam kompleks
oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap molekul etilenadiamina bidentat
terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron menyendiri dari kedua ataom
nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggota-5, yang masing-
masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini disebut penyepitan
(pembentukan sepit atau kelat) (Firdaus, 2009)

Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap
hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis
volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya
FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan
dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut
mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara
menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial
bias terjadi, dan system FeII FeIII merupakan contoh yang baik sekali mengenai efek
ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi [5] (Syabatini, 2008)

Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam-basa Lewis
dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation
yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan
sering kovalen, tetapi dalam beberapa keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik
coulomb. Beberapa kompleks mengadakan reaksi subtitusi dengan sangat cepat, dan
kompleks demikian dikatakan labil (Underwood, 1980)

Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah kemampuannnya
untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral, seperti karbon monoksida,
isosianida, fosfin tersubtitusi, arsin dan stibin, nitrat oksida, dan berbagai molekul dengan
orbital yang terdelokalisasi, seperti piridin, 2,2-bipiridin dan 1,10-fenontrolin. Terdapat
jenis-jenis kompleks yang beragam, beranah dari molekul senyawaan biner seperti
Cr(CO)6 atau Ni(PF3)4 sampai ion kompleks seperti [Fe(CN)5CO]3-, [Mo(CO)5I]-,
[Mn(CNR)6]+, dan [Vfen]+ (Cotton, 1989)

III. Metode Praktikum
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) 3 buah tabung reaksi besar dan kecil
b) 1 buah gelas ukur 50 ml
c) 1 buah gelas ukur 10 ml
d) 2 buah gelas ukur 100 ml
e) 2 buah gelas arloji
f) Kertas saring
g) Pipet skala 1 ml
h) 1 set pemanas
i) 1 set pompa vakum
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
o Kristal CuSO4.5H2O
o Kristal(NH4)2SO4
o Etil alkohol dan ammonia serta aquades













C. Pembahasan
Garam rangkap merupakan perpaduan dari suatu senyawa koordinasi yang terikat oleh
sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung
ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam
rangkap yang dibuat adalah CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil
reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat
CuSO4.5H2O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4
berwarna putih.

Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang berwarna biru
keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna
(heterogen) namun setelah pemanasan, kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan
membentuk larutan homogen berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar
dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya
tersebut maka digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut
dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat
larut dalam air murni daripada dalam pelarut organik. Larutan segera ditutupi dengan
kaca arloji sehingga dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk
dapat membentuk kristal monoklin sempurna.

Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat
terlarut yang berlebih seperti yang kita lakukan dalam percobaan ini hingga terbentuk
larutan yang jenuh dimana ketika telah mencapai keadaan ini dan melewatinya maka
akan memperkecil hasil kali kelarutannya sehingga ketika didinginkan maka akan
terbentuk endapan berupa kristal garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat
heksahidrat yang berwarna hijau. Kristal ini kemudian kita timbang dan didapatkan
beratnya sebesar 4,45 gram. Dari perhitungan secara teori, berat garam rangkap yang
dihasilkan adalah sebesar 3,995 gram sehingga dengan membandingkan berat eksperimen
dan berat teoritisnya maka didapatkan rendamen sebesar 111,4 %. Hasil ini menunjukkan
bahwa dalam percobaan ini, kristal yang didapatkan melebihi. Mungkin dikarenakan saat
pengeringan kristal, kristal tersebut belum terlalu kering, sehingga masih ada titik-titik air
yang masih bercampur pada kristal tersebut.

Adapun percobaan selanjutnya yaitu pembuatan garam kompleks yang merupakan suatu
garam yang terbentuk karena ion atom pusat dan ligan saling mengkompleks sehingga
membentuk senyawa kompleks yang merupakan senyawa berwarna. Pada umumnya,
atom pusat pada senyawa kompleks berasal dari logam-logam transisi yang dalam
percobaan ini adalah tembaga yang bersifat elektropositif. Logam-logam transisi dapat
membentuk kompleks karena memiliki orbital-orbital yang masih kosong. Ion logam
yang bertindak sebagai atom pusat akan menyediakan orbital-orbital kosong yang
dimilikinya. Sedangkan molekul netral atau anion yang bertindak sebagai ligan akan
menyediakan pasangan elektronnya untuk mengisi orbital-orbital kosong yang tersedia.

Untuk logam tembaga (ion Cu2+) jika membentuk senyawa kompleks, maka kompleks
tembaga (II) mempunyai bilangan koordinasi enam, dimana empat ligan bertetangga
dalam bidang segi empat membentuk struktur oktahedral. Pada pembuatan garam
kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat, CuSO4.5H2O direaksikan dengan
ammonium hidroksida dimana yang bertindak sebagai atom pusat yaitu tembaga (ion
Cu2+) sedangkan yang menjadi ligannya adalah tetra amin. Tembaga tersebut akan
menerima pasangan elektron bebas dari ligan yaitu tetra amin sehingga akan membentuk
senyawa kompleks melalui ikatan koordinasi dengan bilangan koordinasi enam sehingga
akan membentuk struktur oktahedral. Garam kompleks yang diperoleh yaitu berwarna
biru tua. Larutan garam kompleks ini didiamkan hingga membentuk kristal. Kemudian
setelah itu disaring dan dikeringkan agar bisa ditimbang yang didapatkan berat kristalnya
adalah sebesar 2,67 gram. Adapun secara teoritis, berat garam kompleks tetra amin
tembaga (II) sulfat monohidrat diperoleh sebesar 1,955 gram. Dari hasil ini kita
membandingkan antara berat praktik dan teori yaitu dengan rendamen sebesar 136,57%.
Hal ini tentu menunjukkan bahwa terdapat kristal yang berlebih pada penimbangan
secara praktiknya. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh kristal yang belum kering dimana
masih terdapat molekul-molekul air dari larutan sehingga ketika ditimbang menambah
berat kristal dari yang seharusnya.

V. Simpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah garam rangkap dapat disintesis dengan
mereaksikan Cu(SO4)4.5H2O dan amonium sulfat. Rendamen yang diperoleh pada
pembentukan garam rangkap adalah 111,4%. Pembentukan garam kompleks dapat
dilakukan dengan mereaksikan CuSO4.5H2O yang logam Cu bertindak sebagai atom
pusat dan NH4OH yang gugus amina bertindak sebagai ligan. Rendamen yang diperoleh
pada pembentukan garam kompleks sebesar 136,57 %.

Daftar Pustaka

Arifin. 2010. Penuntun Kimia Anorganik II. Universitas Haluoleo. Kendari.
Cotton, Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik Dasar I. Universitas Indonesia. Jakarta.
Day, Underwood, A. L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Kundari, N.A. 2010. Pemisahan dan Karakterisasi Spesi Senyawa Kompleks Ytrium-90
dan Stronsium-90 Dengan Elektroforesis Kertas . Kawasan Puspiptek Serpong,
Tangerang 15310, Banten
Pisesidharta .E, Zulfikar, Kuswandi B .2008 . Preparasi membran Nata de Coco
etilendiammin dan Studi Karakteristik Pengikatnya terhadap Ion Cu 2+.Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Firdaus, Ikhsan. 2009. Pengertian Senyawa Kompleks. http://www.chem-is-try.org.
Diakses pada 9 November 2009.
Syabatini, Annisa. 2008. Garam Mohr (NH4)2.6H2O. http://google.com/ garam-mohr-
nh426h2o.html.diakses 10 juni 2010.



PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
April 22, 2009annisanfushie Semester 4 18 Komentar
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
MAKINGS COMPLEX SALT AND DUAL SALT
ANNISA SYABATINI
JIB107032
KELOMPOK 1
PS S-1
KIMIA FMIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ABSTRACT
To the effect of experimental it is study makings and salt character wores two hats kupriammonium sulphate
and tetrammintembagas complex salt (II) monohidrats sulphate. Kupriammoniums dual salt sulphate,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O molded as a result reaction among CuSO
4
.5H
2
O and (NH
4
)
2
SO
4
. Pentahidrat cupric sulfate
salt CuSO
4
.5H
2
O young blue chromatic where as salt ammonium sulphate (NH
4
)
2
SO
4
white chromatic and mixed it
results color solution blue feculent. Dual salt crystal one is gotten as big as 3,34 g and rendemen which is gotten
which is 83,596 %. Tetramminocoppers complex salt (II.) monohidrats sulphate, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O resultant
with mixing among salt CuSO
4
.5H
2
O blue color one with NHs solution
3
already been thinned by akuades what do
as solution of transparent. Of second mixture material it was resulted by solution dark blue. Base crystals observing
result salt complex one be gotten which is 2,52 g and rendemennya 73,306 %.
Key Words : kupriammonium
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupriammonium
sulfat dan garam kompleks tetrammintembaga (II) sulfat monohidrat. Garam rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
. Garam kupri sulfat
pentahidrat CuSO
4
.5H
2
O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH
4
)
2
SO
4
berwarna putih dan
campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam rangkap yang diperoleh sebesar 3,34 g
dan rendemen yang diperoleh yaitu 83,596 %. Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat,
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O dihasilkan dengan mereaksikan antara garam CuSO
4
.5H
2
O yang berwarna biru dengan larutan
NH
3
yang telah diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan
larutan biru tua. Berdasarkan hasil pengamatan kristal garam kompleks yang diperoleh yaitu 2,52 g dan
rendemennya 73,306 %.
Kata Kunci : kupriammonium
PENDAHULUAN

Phull, 1981, dan Fuithlerr, 1981, menuliskan teori mekanisme terbentuknya deposit
senyawa garam yang mayoritas komposisinya adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Turnbull, 1993, La Que dan May, 1982, menerangkan bahwa senyawa garam yang terbentuk,
dinamakan calcareous, dapat mengurangi kebutuhan arus
[1]
.
Zat padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan amorf. Dalam kristal, atom atau molekul
penyusun memiliki struktur tetap (tetapi dalam amorf tidak) dan titik leburnya pasti. Zat padat memiliki
volume dan bentuk tetap. Ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat menduduki tempat
yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul zat padat juga mengalami gerakan namun sangat terbatas
[2]
.
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga dapat
melebur pada suhu 1038
o
C. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu
2+

tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga
bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Namun osidasi
selanjutnya menjadi Cu(II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu
2+
yang dikenal baik dan sejumlah
besar garam berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan
kompleks sulfat biru, CuSO
4
.5H
2
O yang paling dikenal. Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk anhidrat
yang benarbenar putih. Penambahan ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan ion
kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan
[3]
.
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau
lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang mengandung ion-ion
kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamminkobalt(III)
kloroda Co(NH
3
)
6
Cl
3
dan kalium heksasianoferat(III) K
3
Fe(CN)
6
. Bila suatu kompleks dilarutkan, akan
terjadi pengionan atau disosiasi, sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa
(tidak berdisosiasi), komponen-komponennya misalnya :
Ag(NH
3
)
2+
Ag
+
+ 2NH
3

[4]
.
Suatu zat cair jika didinginkan, terjadi gerakan translasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan
gaya tarik molekul-molekul makin besar hingga setelah mengkristal molekul mempunyai kedudukan
tertentu dalam kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan. Selama
pengkristalan terjadi kesetimbangan dan akan turun lagi saat pengkristalan selesai
[3]
.
Salah satu contoh garam rangkap yaitu FeSO
4
(NH
4
)SO
4
.6H
2
O dan K
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
.24H
2
O. Dalam
larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi.
Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua
garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat
dimurnikan lewat kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya
suhu. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral
[2]
.
Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama
dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus
sama dengan struktur garam komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-
satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini,
kompleks yang terbentuk masing-masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih
banyak komponen seperti kompleks [Pt(NH
3
)
2
Cl
4
] dan [Pt(NH
3
)Cl
3
]. Contoh dari garam rangkap adalah
garam alumia, KAI(SO
4
)
2
.12H
2
O dan feroammonium sulfat, Fe(NH
3
)
2
(SO
4
).6H
2
O
[4]
.
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Garam kompleks
berbeda dengan garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat merupakan dasar penetapan
titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit sekali
terdisosiasi. Satu contoh adalah reaksi ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks
Ag(CN)
2
-
yang sangat stabil
[2]
.
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas ukur 10 ml, gelas arloji,
pemanas, gelas ukur 50 ml, gelas beaker 100 ml, dan pompa vakum.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kristal kupri sulfat pentahidrat, kristal
ammonium sulfat, NH
4
OH, etil alkohol, dan akuades.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Sebanyak 2,5 g garam CuSO
4
H
2
O dan 1,32 g (NH
4
)
2
SO
4
dilarutkan dalam 10 ml akuades
dalam gelas beaker 100 ml. Dipanaskan secara perlahan-lahan sampai semua garam larut
sempurna. Larutan tersebut dibiarkan menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk
kristal dan dibiarkan selama satu malam. Campuran didinginkan dalam waterbath, kemudian
didekantir untuk memisahkan kristal dari larutan. Kristal dikeringkan dalam kertas saring.
Kemudian kristal yang dihasilkan ditimbang.
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(I I) sulfat monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
Sebanyak 4 ml larutan ammonia 15 M diencerkan dengan 2,5 ml akuades dalam cawan penguapan.
Kemudian ditimbang 2,5 gram CuSO
4
H
2
O yang berbentuk powder. Kristal itu ditambahkan ke dalam
larutan ammonia dan diaduk sampai kristal larut sempurna. Ditambahkan 8 ml etil alkohol secara pelan-
pelan melalui dinding beaker sehingga larutan tertutup alkohol. Jangan diaduk atau digoyang. Campuran
ditutup dengan gelas arloji dan dibiarkan selama satu malam. Setelah itu diaduk secara pelan-pelan untuk
mengendapkan secara sempurna. Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan melakukan dekantir. Kristal
dipindahkan ke dalam kristal saring. Dan dicuci dengan 35 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan
etil alkohol yang perbandingan volume sama. Dicuci sekali lagi kristal dengan 5 ml etil alkohol dan
disaring dengan pompa vakum. Kristal kering yang dihasilkan kemudian ditimbang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
No. Langkah
Percobaan
Hasil Pengamatan
1. menimbang
CuSO
4
H
2
O
berat = 2,5 gr
2.
3.
4.
5.
menimbang
(NH
4
)
2
SO
4

melarutkan
CuSO
4
H
2
O dan
(NH
4
)
2
SO
4

dengan 10 ml
akuades dalam
beaker gelas
memisahkan
kristal dgn cara
dekantir
menimbang
kristal
berat = 1,32 gr
berat kristal = 3,34
gram
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
No. Langkah
Percobaan
Hasil pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mengencerkan
larutan ammonia
15 M dengan
akuades dalam
cawan
menimbang
CuSO
4
H
2
O
memasukkan ke
dalam larutan
ammonia tersebut
menambahkan etil
alkohol
mendiamkan
selama satu
malam
memisahkan
kristal dgn larutan
mencuci kristal
dengan ammonia
15 M dan etil
Vammonia = 4 ml
V aquades = 2,5 ml
2,5 gram
8 ml
Massa kristal =
2,52 g
warna kristal = biru
tua
alkohol
menyaring dengan
kertas saring dan
ditimbang kristal
B. Perhitungan
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Diketahui :
m CuSO
4
.5H
2
O = 2,5 gram
m(NH
4
)
2
SO
4
= 1,32 gram
m
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 3,34 gram
BM
CuSO4.5H2O
= 399,54 g/mol
BM
(NH4)2SO4
= 132 g/mol
BM
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 399,54 g/mol
Ditanya : % garam rangkap = ?
Jawab :




CuSO
4
.5H
2
O+(NH
4
)
2
SO
4
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
m : 0,01 0,01
r : 0,01 0,01 0,01
s : - - 0,01
m
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= mol x BM
= 0,01mol x 399,54 g/mol
= 3,9954 gram
% garam rangkap

= 83,596 % = 105,19 %
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(I I) sulfat monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
Diketahui :
m CuSO
4
.H
2
O = 2,5 gram
m Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O = 2,52 gram
BM CuSO
4
.H
2
O = 177,54 g/mol
BM
Cu(NH3)4SO4.H2O
= 245,54 g/mol
V NH
3
15M = 4 ml = 0,004 L
Ditanya : % garam kompleks = ?
Jawab :




CuSO
4
.H
2
O + 4NH
3
Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O
m : 0,014 0,06
r : 0,014 0,014 0,014
s : - 0,046 0,014
m Cu(NH
3
)
4
SO
4
.H
2
O = mol x BM
= 0,014 molx245,54 g/mol
= 3,4376 gram
% garam rangkap

= 73,306 %
C. Pembahasan
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan
molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang dibuat adalah CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O. Garam ini
terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
. Garam kupri sulfat pentahidrat
CuSO
4
.5H
2
O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH
4
)
2
SO
4
berwarna putih.
Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh.
Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna (heterogen) namun
setelah pemanasan, kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen
berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk
membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya pelarut air karena kedua garam yang
bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat
larut dalam air murni daripada dalam pelarut organik. Larutan segera ditutupi dengan kaca arloji sehingga
dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin
sempurna.
Percobaan ini mendapatkan garam rangkap kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin
berwarna biru bening seberat 3,34 gram. Warna biru pada kristal-kristal tersebut merupakan warna dari
ion Cu
2+
yang menjadi salah satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut. dengan % rendemen
sebesar 83,596%. Reaksi yang terjadi dalam pembuatan garam ini yaitu :
CuSO
4
.5H
2
O+(NH
4
)
2
SO
4
CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O
Garam kompleks yang akan dibuat dihasilkan dari mereaksikan antara garam CuSO
4
.5H
2
O yang
berwarna biru dengan larutan NH
3
yang telah diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening.
Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan biru tua. Reaksi antara senyawa-senyawa ini
menyebabkan timbulnya gas yang menyengat. Bau menyengat tersebut berasal dari larutan amoniak
pekat. Larutan ini ditutup dengan hati-hati menggunakan etil alkohol melalui dinding bekker. Penetesan
alkohol melalui dinding tabung dimaksudkan agar etil alkohol tersebut benar-benar berada pada
permukaan dan tidak menyebabkan terjadinya pengadukan pada campuran.
Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan
mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama
halnya dengan sifat alkohol lainnya. Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan etanol
langsung dilakukan penutupan gelas bekker menggunakan gelas arloji untuk mengurangi penguapan
selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan pembentukan garam rangkap, proses pembentukan
garam tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar
pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Endapan berupa kristal yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci dengan ammonia 15 M dan
etil alkohol. Pencucian dilakukan untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan
yang mungkin saja terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal
tersebut ikut terbawa bersama filtrat. Hal ini diakibatkan terlalu kecilnya garam yang terbentuk.
Seharusnya, kertas saring yang digunakan memiliki membran yang lebih rapat. Pemisahan molekul air
dari tumpukan kristal garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik. Masih banyak molekul air yang
menempel pada kristal-kristal tersebut, sehingga dilakukan pengeringan menggunakan oven, untuk
mengurangi molekul air yang terdapat pada kristal.
Setelah endapan dikeringkan didapatkan massa kristal garam kompleks sebesar 2,52 g dengan
rendemen sebesar 73,306 %. Reaksi yang terjadi pada saat pembentukan garam kompleks ini adalah:
CuSO
4
.5H
2
O+ 4NH
3


Cu(NH
3
)
4
SO
4
.5H
2
O
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO
4
(NH
4
)
2
SO
4
.6H
2
O terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO
4
.5H
2
O dan (NH
4
)
2
SO
4
. Garam kupri sulfat
pentahidrat CuSO
4
.5H
2
O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH
4
)
2
SO
4
berwarna
putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam rangkap
kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 3,34 gram dan rendemennya
83,596 %. Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat, Cu(NH
3
)
4
SO
4
.6H
2
O dihasilkan
dengan mereaksikan antara garam CuSO
4
.5H
2
O yang berwarna biru dengan larutan NH
3
yang telah
diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan
larutan biru tua. Kristal garam kompleks sebesar 2,52 g dengan rendemen sebesar 73,306 %.
REFERENSI
1. Asmara, Yuli Panca. 2005. Karakteristik Arus dan Potensial Katodik pada Perlindungan
Sistem Arus Terpasang terhadap Stainless Steel Type 304 di Lingkungan Air Laut.
Diakses, 6 April 2009.
2. Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
3. Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
4. Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.


Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam
kompleks tetrammintembaga (II) sulfat monohidrat.

C. LANDASAN TEORI
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun hanya tembaga (II)
yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan air hampir semua garam tembaga
(II) berwarna biru yang karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-.
Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion
kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujur sangkar
bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia menjadi berwarna biru oleh karena
pendesakan ligan Cl- dan ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke
dalam larutan pekat CuCl2 dalam air ditambahkan ion senama Cl- dengan penambahan padatan
NaCl atau HCl pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l) [Cu(H2O)6]2- (aq) + 4Cl- (aq)
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru berubah menjadi biru
tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia menurut reaksi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH2 (aq) [Cu(NH3)(4-5)]2+ + 5H2O
biru biru tua
Reaksi antara ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya.
Penambahan ion hidroksida kke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1 0,5), secara bertetes
dengan kecepatan 1 ml/menit mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda tembaga (II)
hidroksi sulfat, [CuSO4nCu(OH)]2 bukan Cu(OH)2 menurut persamaan reaksi:
[CuSO4 nCu(OH)12(s) + 6(n+1)H2O(l)(n+1)[Cu(H2O)6]2+ (aq) + SO4 (aq) + 2n OH- (aq)
Biru muda
Reaksi pengendapan terjadi sempurna pada pH = 8 dan nilai n berpariasi bergantung pada
temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan, sebagai contoh denngab laju penambahan reaksi
-1 ml/menit, reaksi tersebut menghasilkan CuSO4 3Cu(OH)2 jika reaksi berlangsung pada 20oC
dan CuSO4 4Cu(OH)2 pada 24oC. (Sugiyarto, 2003 : 17,6-17,7).
Tembaga tidak melimbah (55 ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai logam, dalam sulfida,
arsenida, dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopirite CuFeS2. Tembaga
diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan
bantuan mikroba,yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam
aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi,
superfisial dan uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan
hidrokso sulfat (dari SO2 dalam atmosfer).
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak,dapat ditampa dan liat, tembaga
dapat melebur pada suhu 1038oC karena potensial elektrodanya positif (+0,34 V) utuk pasangan
Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam encer, meskipun dengan adanya
oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu (I) sangat mudah teroksida menjadi Cu (II).
Namun oksidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang
dikenal baik dan sejumlah besar garam sebagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam
air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4 . 5 H2O yang paling dikenal.
(Anonim, 2010 : 1 ).
Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks, misalnya neksamin cobalt (III) klorida, CO(NH4)6 Cl3 dan kalium heksasianoferrat
(III), K3Fe(CN)6.
Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap, garam rangkap dibentuk apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki
instruktur sendiri dan tidak harus sama dengan instruktur garam komponennya. Dua contoh
garam rangkap yang bisa dijumpai adalah garam alumina, Kae(SO4)2 . 12H2O dan
farroamonium sulfat, Fe (NH4)2(SO4) . 6 H2O. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi
menjadi ion-ion komponennya (biasanya terhidrat) (Tim Dosen Kimia, 2010 : 17)
Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan mereaksikan garam-
garam dengan molekul-molekul arau ion-ion tertentu. Penelitian-penelitian pertama selalu
memakai amoniak dan tat yang terjadi disebut logammine. Kemudian ternyata, bahwa anion-
anion seperti CN-, NO2-, NCS-. Dan Cl- juga membentuk kompleks dengan logam-logam.
Fenny (1851-1852) memberi nama senyawa-senyawa kompleks berdasarkan warnanya. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa kloramin dari kobal (III) dan krom (III) dengan jumlah amoniak
sama, mempunyai warna hampir sama. namun demikian hal ini kemudian tidak menjadi dasar
lagi, seperti pada IrCl3 . 6 H2O yang diberi nama iuteoridium klorida yang warnanya tidak
kuning tapi putih (Ramlawati, 2005 : 2-3 )
Senyawa yang mengandung ion kompleks (dapat berupa kation kompleks atau anion kompleks
1. Senyawa tersusun dari ion kompleks atau kation kompleks, dan ion atau kation kompleks
biasa disebut dengan senyawa kompleks (senyawa koordinasi) atau garam kompleks. Ion
kompleks terdiri dari atom pusat (atom logam) dan ligan yang terikat pada atom pusat melalui
ikatan koordinasi, sedangkan garam rangkap merupakan bila semua gugus H dari asam
digantikan oleh ion logam tak senama, atau semua gugus OH dari basa digantikan oleh ion sisa
asam tak senama. (Mulyono, 2005 : 143 & 375)
Dalam percobaan ini akan dipelajari pembuatan garam kompleks tetramintembaga (II) sulfat
monohidrat dan garam rangkap kupri ammonium sulfat dari garam kupri sulfat dan amonium
sulfat dan mempelajari sifat-sifatnya. (Tim Dosen Kimia, 2010 : 18).

D. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Gelas kimia 100 ml 2 Buah
2. Gelas kimia 250 ml 1 Buah
3. Gelas ukur 25 ml 1 Buah
4. Gelas ukur 10 ml 2 Buah
5. Termometer 100oC 1 Buah
6. Cawam penguap 1 Buah
7. Kaca arloji 1 Buah
8. Pengaduk kaca 1 Buah
9. Corong kaca 1 Buah
10. Kaca asbes + kaki tiga 1 Buah
11. Pembakar spritus 1 Buah
12. Botol semprot 1 Buah
13. Pipet tetes 4 Buah
14. Tabung reaksi kecil 4 Buah
15. Rak tabung reaksi 1 Buah

b) Bahan
1. CuSO4 . 5 H2O
2. (NH4)2 SO4
3. Larutan NH4OH 15 M
4. Etanol
5. CuSO4 anhydrat
6. Larutan NH4OH 6 M
7. Aquadest
8. Es batu
9. Kertas saring
10. Tissue
11. Korek api

E. CARA KERJA
a) Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat. CuSO4 . (NH4)2 SO4 H2O
1. Melarutkan 4,9 gram CuSO4 . 5 H2O dan 2,6 gram ammonium sulfat (NH4)2 SO4 dengan
100 ml H2O dalam gelas kimia 250 ml. Memanaskan secara pelan-pelan sampai semua garam
larut sempurna.
2. Membiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal
3. Menyaring larutan tersebut untuk memisahkan kristal dari larutan
4. Mengeringkan kristal dalam kertas saring
5. Menimbang kristal yang dihasilkan

b) Pembuatan garam kompleks tetramminkoper (II) sulfat monohidrat, CuSO4 (NH)2 . SO4 .
6H2O
1. Menempatkan 8 ml larutan ammonia 15 m dan mengencerkan dengan 5 ml H2O dalam cawam
penguap
2. Menimbang 4,3 gram CuSO4 . H2O yang berbentuk powder. Menambahkan keristal itu
kedalam kristal amonia dan sampai semua kristal larut sempurna.
3. Menambahkan 8 ml etil alkohol secara pelan-pelan melalui dinding cawam penguap sehingga
larutan ditutupi oleh alkohol. Jangan mengaduk atau menggoyang. Menutup dengan kaca arloji.
Dan mendinginkan pada suhu kamar lalu dalam es batu.
4. Setelah mendiamkan beberapa menit, mengaduk pelan-pelan untuk mengendapkan secara
sempurna. Memisahkan kristal yang terbentuk dengan melakukan penyaringan. Mencuci kristal
dengan 5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan
volumenya sama.
5. Mencuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 ml etil alkohol dan menyaring kristal
6. Mengeringkan kristal yang diperoleh dan menimbangnya.


c) Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks.
1. Menambahkan 0,5 gram kristal CuSO4 dalam tabung reaksi, mencatat perubahan yang terjadi
apabila 1 ml H2O ditambahkan. Kemudian menambahkan larutan ammonium 4 ml. Mencatat
yang terjadi.
2. Melarutkan sedikit garam rangkap hasil percobaan bagian a dalam 3 ml H2O kedalam tabung
reaksi. Melakukan hal serupa dengan garam kompleks hasil percobaan bagian b.
Membandingkan warna larutan. Mengencerkan setiap larutan dengan 10 ml H2O dan mencatat
perubahan warnanya.
3. Menempatkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian a dan b dalam tabung reaksi
yang berbeda. Memanaskan pelan-pelan masing-masing tabung dan mencatat perubahan
warnanya. Mengamati dan mencium gas yang dihasilkan.

F. HASIL PENGAMATAN
a) Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat CuSO4 . (NH4)2 SO4 6 H2O
larutan4,9 g CuSO4 . 5 H2O + 2,6 g (NH4)2 SO4 + 10 ml aquadest berwarna biru muda
dinginkan kristal didekantir kristal berwarna biru muda
Pada suhu kamar
Dikeringkan kristal 6,1 gram.
b) Pembuatan garam kompleks tetra amintembaga (II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4] So4 . H2O
Larutan NH4OH (bening) + 4,9 gram CuSO4 . 58 ml NH4OH 15 M + 10 ml H2O larutan
berwarna biru tua + 8 ml etanol secara larutan berwarnaH2O biru
Perlahan-lahan
tua didinginkan kristal + larutan disaring kristal dicuci campuran 5 ml amonia dan
dengan
kristal biru tua dikeringkan kristal biru tua dicuci 5 ml etanol etil alkohol
dengan
kristal 4,5 gram.
c) Perbandingan beberapa garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks.
larutan berwarna biru tua larutan berwarna biru muda + 4 ml NH4OH setetes demi setetes
1) Kristal CuSO4 anhidrat + 2 ml H2O
larutan berwarna biru muda. larutan berwarna biru muda + 10 ml H2O Kristal / garam
rangkap (a) + 3 ml H2O 2)
larutan berwarna biru tua. larutan berwarna biru tua + 10 ml H2O Garam kompleks (b) + 3
ml H2O
uap air dan tidak berbau. Garam rangkap (a) 3)

Bau amonia Garam kompleks (b)


G. ANALISIS DATA
a) Pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O
Diketahui : Massa CuSO4 5 H2O = 4,9 gram
Mr CuSO4 5 H2O = 249,55 g/mol
Mr CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O = 399,5 g/mol
Berat praktek = 6,1 gram
Ditanyakan : Rendemen = ...........?
Penyelesaian : Reaksi yang terjadi :
CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OCuSO4 5 H2O + (NH4)2 SO4 + H2O
Mula-mula 0,02 mol 0,02 mol
Reaksi 0,02 mol 0,02 mol + 0,02 mol
Sisa - - + 0, 02 mol
MrMassa CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O = mol
399,5 g/mol= 0,02 mol
= 7,99 gram
Rendemen Berat praktek
100 % Berat teori=

6,1 gram
100 %=
7,99 gram
= 76 %

b) Pembuatan garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat monohidrat CuSO4 (NH4)2 SO4 .
H2O
Diketahui : mol CuSO4.H2O = 0,02 mol
Berat praktek = 4,54 gram
Mr Cu(NH3)4SO4.H2O = 245,62 g/mol
Ditanya : Rendemen =.?
Peny :
Reaksi yang terjadi:
Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2O4NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O
1 mol CuSO4 5H2O 1 mol Cu(NH3)4SO4.H2O
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = mol x Mr

Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = 0,02 mol x 245,62 g/mol
= 4,912 gram
Rendemen = Berat praktek x 100%
Berat teori
= 4,54 gram x 100%
4,912 gram
= 92 %


H. PEMBAHASAN
a) Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O
Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, dengan melarutkan kristal CuSO4.5H2O dan
Kristal (NH4)2 SO4 dalam aquadest menghasilkan larutan yang berwarna biru muda. Lalu
dipanaskan agar kristal dapat melarut dan proses reaksi dapat dipercepat akibat pemanasan.
Larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kemudian kristal
disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Kristal yang diperoleh dikeringkan agar air
yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah
ditimbang, diperoleh berat kristal 6,1 gram.
Adapun reaksinya:
CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OCuSO4 5 H2O + (NH4)2 SO4 + H2O
Kristal biru muda
Dari hasil reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kupri ammonium sulfat, CuSO4 (NH4)2
SO4 . 6 H2O apabila yang merupakan garam rangkap, karena garam rangkap dibentuk apabila
dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu
memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dari hasil
analisis data diperoleh rendemen sebesar 76 %. Dari hasil rendemen dapat diketahui bahwa
masih ada Kristal yang belum terbentuk.
b) Pembuatan Garam Kompleks Tetrammincopper (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O
Pada pembuatan garam ini, larutan ammonia yang berfungsi sebagai penyedia ligan, dengan
Kristal CuSO4.5H2O yang berfungsi sebagai penyedia atom pusat, diencerkan dengan aquadest
dimana H2O ini sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3
karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral H2O sehingga warnanya
berubah dari biru menjadi biru tua. Ditambahkan etil alkohol setetes demi tetes agar alkohol
tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan. Karena jika tercampur, etil
alcohol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+ membentuk Cu(OH)2. Reaksinya:
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Adapun fungsi etil alcohol yaitu mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila
ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan.
Didinginkan pada es batu agar proses pembentukan kristal lebih cepat, kemudian disaring untuk
memisahkan kristal dari larutannya. Setelah itu kristal dicuci dengan ammonia hidroksi untuk
mempermantap ligan dan dicuci dengan etil alcohol untuk mengikat air. Kemudian kristal
dikeringkan dan ditimbang diperoleh berat Kristal 4,54 gram. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2O4 NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O
Dari reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat
monohidrat, Cu(NH3)4SO4.H2O, kristal berwarna biru tua. Dari hasil analisis data diperoleh
rendemen sebesar 97 %. Rendemen yang diperoleh ini sudah cukup baik, karena berarti kristal
yang diperoleh sudah benar-benar kering.
c) Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks.
1. Kristal kupri sulfat anhidrat, CuSO4 anhidrat direaksikan dengan aquadest (H2O)
menghasilkan larutan biru muda, dimana CuSO4 anhidrat merupakan penyedia atom pusat dan
H2O merupakan penyedia ligan. Lalu direaksikan lagi dengan NH4OH yang merupakan
penyedia ligan dihasilkan larutan biru tua. Terjadinya perubahan warna larutan karena terjadi
pergantian ligan H2O menjadi NH3. Adapun reaksi yang terjadi:
CuSO4 + 4 H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O
2. Garam rangkap dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru muda pekat, lalu diencerkan
dengan H2O menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam rangkap terurai
menjadi ion-ion penyusunnya sehingga menghasilkan warna biru muda encer. Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2 SO4. 6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO4 + 2 NH4+ + H2O
Garam kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru tua. Lalu diencerkan dengan
H2O lagi menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam kompleks terurai menjadi
ion-ion penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O
3. Kristal garam rangkap dipanaskan melepaskan uap H2O yang tidak menimbulkan bau,
sedangkan kristal garam kompleks menghasilkan gas ammonia (NH3).
Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2SO4. 6 H2O CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6 H2O
Cu(NH3)4SO4.H2O CuSO4 (s) + H2O (l) + NH3 (g)

I. PENUTUP
a) Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4 dengan berat yang diperoleh sebesar 7,99 gram dan rendemenya 76 %.
2. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan
NH4OH dengan berat yang diperoleh 4,912 g dan rendemen 92 %.
3. Garam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O terionisasi menjadi Cu2+, SO42+, NH4+, dan H2O.
sedangkan garam Cu(NH3)4SO4.H2O menjadi [Cu(NH3)4]2+ dan SO42+.
4. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O bila dipanaskan tidak menghasilkan bau.
Sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O menghasilkan bau amoniak.

b) Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dalam melakukan percobaan
khususnya pada saat mereaksikan zat dan penimbangan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.
http://annisanfushie.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Mei 2010
Muliyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara

Kristian, Sugiarto. 2003. Kimia anorganik II. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
UNY

Ramiawati. 2005. Buku Ajar Kimia Anorganik Fisik. Makassar Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Tim Dosen. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Laboratorium Kimia
FMIPA UNM.

Wilkinson, Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI- Press.



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN VI
(PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP)
OLEH :
NAMA : HANIFA NUR HIKMAH
STAMBUK : A1C4 09001
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : LA BOYO, S.Pd
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap
kupri ammonium (II) sulfat monohidrat.
B. PRINSIP PERCOBAAN
Garam kompleks mengandung ion-ion kompleks yang dibentuk oleh ion logam transisi dengan
molekul atau ion yang terikat lebih kuar dari pada molekul air. Dam garam rangkap dibentuk
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu.
TEORI
Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks, misalnya heksamin kobalt (III) klorida, Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasiano ferrat
(III), K3Fe(CN)5.Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam ini memiliki struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina,
K(SO4)12H2O dan ferroammonium sulfat, Fe(NH3)SO4.6H2O, garam rangkap dalam larutan
akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. (Arifin, 2011).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom
(ion pusat) dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan kompleks yang stabil nampak mengikuti
stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep
valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan
satu atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom
atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni
satu ligan (Svehla, 1985).
Salah satu contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan
K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion
sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks
yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua garam-garam tersebut terbentuk
melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-
kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan
lewat kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu.
Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral. Proses pembentukan dari garam rangkap
terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat
berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini, kompleks yang
terbentuk masing-masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak
komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4] dan [Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam rangkap
adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium sulfat, Fe(NH3)2(SO4).6H2O
(Annisa, 2010).
Sebuah ligan yang mendonasikan sejumlah genap elektron pada logam biasanya molekul netral
dan ligan ini stabil bahkan tanpa dengan terikat pada logam. Ligan karben atau karbin
merupakan kekecualian. Rumus kimia senyawa organologam diungkapkan dalam banyak kasus
dengan menggunakan kurung siku seperti untuk senyawa kompleks (Tarro, 1990).
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation yang berbeda
dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar
dibandingkan dengan garam-garam tunggal penyusunnya. Contoh kristal garam rangkap adalah
garam Mohr. Kombinasi antara ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan
ammonium nikel sulfat. Ketiga garam tersebut memiliki ion ammonium dan sulfat, tapi dengan
atom pusat yang berbeda. Secara umum garam mohr berbentuk kristal berwarna hijau muda,
gram mohr mempunyai rumus (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila dibandingkan dengan
garam besi (II) sulfida atau besi (II) klorida, kristal garam mohr ini lebih stabildi udara. Selain itu
besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari alkali dapat membentuk garam rangkap dengan rumus
MgFe(SO4).6H2O ataupun dengan logam alkali lain seperti K, Rb, Cs, atau NH4. Apabila
dengan jumlah mol yang sama, masing-masing dari besi (II) sulfat dilarutkan sampai jenuh
didalam air panas, sedangkan ke dalam besi (II) sulfat dilarutkan sedikit asam sulfat kemudian
dicampur. Pada proses pendinginan akan mengkristal menjadi garam berbentuk kristal monoklin
yang berwarna hijau agak kebiruan (Anggraini, 2006).
METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Tabung reaksi besar dan kecil, Gelas
ukur 10 ml, Gelas ukur 100 ml, Gelas Arloji, Kertas saring, Pipet skala 2 ml, 1 set Pemanas,
Botol timbang, filler, pipet volume dan Botol semprot.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : Kristal kupri hidrat sulfat pentahidrat, Kristal
ammonium sulfat, Etil alcohol, Larutan ammonia dan Aquades.
PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
- dilarutkan dengan 10 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml
dipanaskan sampai semua garam larut sempurna
didiamkan semalam, sampai terbentuk Kristal yang banyak
- disaring dengan menggunakan kertas saring.
dikeringkan
- ditimbang
dicatat jumlah mol reaktan dan dan mol kristal hasil
dihitung persn hasilnya

2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
- diencerkan dengan 2,5 ml aquades dalam cawan penguapan
- ditambahkan ke dalam ammonia
diaduk sampai larut sempurna
ditambahkan 8 ml etil alkohol melalui dinding gelas kimia sehingga larutan tertutupi alkohol
dipindahkan Kristal kedalam kertas saring
dicuci dengan 3-5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan
volumenya sama
dicuci sekali lagi dalam corong dengan 5 ml etil alkohol
dikeringkan
- ditimbang
dihitung persen hasilnya

3. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, Dan Garam Kompleks
- ditempatkan ke dalam tabung reaksi ukuran kecil
ditambahkan 2-3 ml aquades
dicatat perubahan warna yang terjadi
ditambahkan larutan ammonia 6 M sebanyak 5 ml
- dilarutkan masing-masing dalam 5 ml aquades dalam tabung reaksi besar
dibandingkan warna larutan
dibandingkan warna larutan jenis ion yang menyebabkan warna larutan
diencerkan setiap larutan dengan 20 ml aquades
dicatat perubahan warnanya
- ditempatkan dalam tabung reaksi berbeda
dipanaskan masing-masing tabung
-dicatat perubahan warnanya

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Data Tabel Pengamatan
Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat
Perlakuan Hasil Pengamatan
2,5 g CuSO4 .5 H2O + 1,32 g NH4 SO4 + 10 ml aquades
warna larutan bening biru
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat kristal + kertas saring = 3,3 g
Berat Kristal = 3,3 gram 1,1 gram
= 2,2 gram
Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
Perlakuan Hasil Pengamatan
4 ml Ammonia 15 M + 2,5 ml aquades + 2,5 g CuSO4 .5H2O
Warna larutan biru pekat
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat Kristal + kertas saring = 3,2 gram
Berat Kristal = 3,2 gram 1,1 gram
= 2,1 gram
Perbandingan Beberapa Sifat Gara Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks
Perlakuan Hasil Pengamatan
Garam hasil perc. 1 + 5 ml aguades.
Garam hasil perc. 2 + 5 ml aquades
Garam hasil perc. 1 dipanaskan
Garam hasil perc. 2 dipanaskan
1 gram Kristal kupri sulfat anhidrat + 2 ml aquades
+ 5 ml ammonia 6 M
Warna larutan bening, endapan kristalnya tidak hancur
Warna larutan biru muda, kristalnya hancur
Mengeluarkan uap
Mengeluarkan uap
Berwarna biru bening dan garamnya larut semua
Larutan menjadi biru tua
Reaksi yang Terjadi
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
CuSO4.5H2O + 4NH4OH Cu(NH4OH)SO4 + H2O
Perhitungan
Garam Rangkap
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram
Berat (NH4)SO4 yang ditimbang = 1,32 gram
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O + kertas saring = 3,3 gram
Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 33 gram 1,1 gram
= 2,2 gram
Berat garam rangkap secara teoritis
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
Mol CuSO4.5H2O mol (NH4)2SO4 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Mol CuSO4.5H2O = ( gram CuSO4.5H2O)/(Mr CuSO4.5H2O)
= (2,495 gram)/(251 gram/mol)
= 0,0099 mol
Mol (NH4)2SO4 = gram(NH4)2SO4/(Mr (NH4)2SO4)
= 1,32/132
= 0,01 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
M 0,0099 mol 0,01 mol
T 0,0099 mol 0,0099 mol 0,0099 mol
S 0 0,0001 mol 0,0099 mol
Massa teoritis = mol CuSO4(NH4)2SO4.6H2O . Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,0099 mol x 399,5 gram/mol
= 3,95505 gram
Rendemen = (berat kristal hasil praktek)/(berat kristal teoritas) x 100%
= 2,2/3,95505 x 100%
= 0,632 x 100 %
= 55,625 %
Garam Kompleks
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram
Berat NH4OH yang dipakai = 4 mL
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat kristal + kertas saring = 3,2 gram
Berat Kristal garam rangkap = 3,2 gram 1,1 gram
= 2,1 gram
Berat garam kompleks secara teoritis
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Mol CuSO4.5H2O mol NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Mol CuSO4.5H2O = ( gram CuSO4.5H2O)/(Mr CuSO4.5H2O)
= (2,495 gram)/(251 gram/mol)
= 0,0099 mol
Mol NH4OH = M NH4OH x V NH4OH
= 15 M x 4 mL
= 60 mmol = 0,6 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
M 0,0099 mol 0,6 mol
T 0,0099 mol 0,0099 mol 0,0099 mol
S 0 0,5901 mol 0,0099 mol
Massa teoritis = mol Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O. Mr Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
= 0,0099 mol x 309 gram/mol
= 3,0591 gram
Rendemen = (berat kristal hasil praktek)/(berat kristal teoritas) x 100%
= 2,1/3,0591 x 100%
= 0,68648 x 100% = 68,648 %
PEMBAHASAN
Tembaga sangat mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat dengan adanya oksigen. Ia
juga larut dalam larutan KCN atau amonia dengan adanya oksigen seperti dicirikan dengan
potensialnya.
Cu + 2NH3 [Cu(NH3)2]2+ [Cu(NH3)4]2+
Garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan
molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks. Dalam praktikum ini Garam rangkap yang dibuat adalah
CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O yang berwarna biru muda sedangkan
garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih. Sehingga diperoleh larutan bewarna biru
muda menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia.
Garam kompleks yang telah dibuat dihasilkan dengan cara mereaksikan antara garam
CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH4OH yang telah diencerkan dengan
aquades yang berupa larutan bening.
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Kemudian campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan yang berwarna Biru tua. Reaksi antara
senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang cukup menyengat. Bau menyengat
tersebut berasal dari larutan amoniak pekat. Endapan berupa kristal yang terbentuk kemudian
disaring lalu dicuci dengan ammonia 15 M dan etil alkohol. Adapun fungsi etil alcohol yaitu
mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan
akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan. Etil alkohol adalah pelarut yang baik
untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil
alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol
lainnya.
Pada percobaan ini setelah penambahan etanol langsung dilakukan pada corong untuk
mengurangi penguapan selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan pembentukan garam
rangkap, proses pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan
selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Selain untuk mencegah penguapan amoniak, tujuan lain dari pencucian garam kompleks dengan
etil alkohol adalah untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang
mungkin saja terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian
kristal tersebut ikut terbawa bersama filtrat. Hal ini diakibatkan terlalu kecilnya garam yang
terbentuk. Seharusnya, kertas saring yang digunakan memiliki membran yang lebih rapat.
Pemisahan molekul air dari tumpukan kristal garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik.
Walaupun telah dikeringkan didalam oven.
Dalam percobaan pembuatan garam kompleks kita dapatkan berat kristal secara praktek yaitu
sebesar 2,2 gram, sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah 3,0591 gram. Dapat dilihat dari
hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis maka
didapatkan rendemennya yaitu sebesar 55,625 %.
Perlakuan selanjutnya yaitu kita membandingkan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap
dan garam kompleks. Kristal kupri sulfat anhidrat, CuSO4 anhidrat direaksikan dengan aquadest
(H2O) maka akan menghasilkan larutan biru muda, dimana CuSO4 anhidrat merupakan
penyedia atom pusat dan H2O merupakan penyedia ligan. Kemudian direaksikan lagi dengan
NH3 6 M. yang menyebabkan terjadinya perubahan warna larutan karena terjadi pergantian ligan
H2O menjadi NH3. Maka reaksi yang terjadi dituliskan sebagai:
CuSO4 + 4 H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O
Kemudian dilakukan pemanasan dimana diperoleh larutan bewarna bening kebiruan dengan
reaksi sebagai berikut:
CuSO4(NH4)2 SO4. 6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO4 + 2 NH4+ + H2O
Setelah Garam kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan dan menghasilkan larutan biru
keruh. Kekeruhan ini agaknya karena larutan tidak bercampur sempurna. Larutan kemudian
diencerkan dengan H2O lagi menghasilkan larutan biru muda keputihan . Hal ini karena garam
kompleks terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O
Pada proses pemansan terjadi penguapan dimana pada kristal garam rangkap uap H2O (air) yang
tidak menimbulkan bau, sedangkan untuk kristal garam kompleks sendiri menghasilkan gas
ammonia (NH3).
Simpulan
Setelah melakukan praktikum ini, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa garam
rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O terbentuk sebagai hasil reaksi antara
CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O berwarna biru tua
sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih dan campuran ini menghasilkan
larutan yang berwarna biru keruh. Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat,
Cu(NH3)4SO4.6H2O dihasilkan dengan mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang
berwarna biru dengan larutan NH3 yang telah diencerkan dengan akuades yang berupa larutan
bening. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan biru muda.

DAFTAR PUSTAKA.
Anggraini, Devina I.2006. Pengaruh pH Terhadap Pembentukan Senyawa Kompleks
Kobal(II)hipoksantin. http://eprints.undip.ac.id/5959/2/Abstrak_Devina_IA.pdf. [23 Mei 2011].
Arifin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia
FKIP. Universitas Haluoleo. Kendari
Saito, Tarro. 1990. Kimia Anorganik. Permission Of Iwanami Shorter Publisheis. Tokyo.
Syabatini, Annisa. 2009. Pembuatan Garam Kompleks Dan Garam Rangkap.
http://annisanfushie.wordpress.com. [23 Mei 2011].
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Media
Kalman Pustaka. Jakarta.

You might also like