You are on page 1of 62

PERCOBAAN VIII

A. JUDUL PERCOBAAN
REAKSI KESETIMBANGAN

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui kesetimbangan ion-ion dalam larutannya
2. Memahami konsep kesetimbangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
3. Menghitung harga konstanta kesetimbangan berdasarkan percobaan

C. TINJAUAN PUSTAKA
Pada percobaan Reaksi-Reaksi Kimia, anda memahami peristiwa
yang terjadi jika satu atau beberapa zat dicampurkan atau direaksiakan
dengan zat lain. (Tim Mata kuliah Kimia Dasar, 2011)
Data pengamatan menunjukkan bahwa ada hasil pencampuran zat,
menghasilkan reaksi kimia dan ada yang tidak bereaksi. Secara
termodinamika, reaksi kimia dapat dibagi atas 3 macam, yaitu reaksi
spontan, reaksi tak spontan, dan reaksi kesetimbangan. Ketiga macam
reaksi itu dikaitkan dengan perubahan energi bebas yang menyertai reaksi,
G; G negatif menunjukan reaksi spontan, G positif menunjukan reaksi
tak spontan, dan jika tidak terjadi perubahan energi bebas, G = 0, maka
reaksi berada dalam kesetimbangan. (Tim Mata Kuliah Kimia Dasar,
2011)
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana kecepatan reaksi
maju dan balik adalah sama, yaitu disebut dengan reaksi reversibel.
Contoh perubahan es menjadi air adalah suatu contoh proses fisika yang
dapat berubah menjadi es, sebaliknya es dapat berubah menjadi air.
H
2
O
(s)
H
2
O
(l)


D. ALAT DAN BAHAN
D.1 Alat
1. Bejana gelas
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Pipet tetes
5. Labu ukur
6. Pipet gondok
7. Karet pengisap
D.2 Bahan
1. Larutan KSCN 0,002 M
2. Larutan Fe(NO
3
)
3
0,02 M
3. Larutan KSCN 2 M
4. Larutan Fe(NO
3
)
3
0,2 M
5. Na
2
HPO
4

E. HASIL PENGAMATAN
1. Kesetimbangan Besi (III)-Tiosianat
NO PERLAKUAN HASIL
1
10 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
0,02 M (3tetes)
Berubah warna dari bening
menjadi kuning muda
(terdapat endapan berwarna
kuning)
2
10 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
0,02 M + KSCN 2
M (3 tetes)
Berubah warna dari kuning
muda menjadi orange
3
10 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
0,02 M +
Fe(NO
3
)
3
0,2 M
Berubah warna dari kuning
muda menjadi merah tua
4
10 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
0,02 M +
Na
2
HPO
4
Tidak terjadi perubahan
warna, tetap berwarna
kuning muda, larutan agak
keruh.
2. Kesetimbanagn Besi (III)-Tiosianat yang Encer
NO PERLAKUAN HASIL
1
5 ml KSCN 0,002 M + 5 ml
Fe(NO
3
)
3
0,02 M
Berwarna merah tua (merah
darah)
2
5 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
0,08 M
(pengenceran I), tabung 2
Larutan berubah warna dari
orange menjadi merah
darah, warna larutan lebih
muda dari warna larutan
standar
3
5 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
+ aquades
(0,032M), (pengenceran II,
tabung 3)
Larutan berubah warna dari
orange menjadi merah tua,
namun lebih muda dari
tabung 2
4
5 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
+ aquades (0,013
M), (pengenceran III,
tabung 4)
Larutan berubah warna dari
warna kuning menjadi
warna merah muda, warna
larutan lebih muda dari
warna larutan tabung 3
5
5 ml KSCN 0,002 M +
Fe(NO
3
)
3
+ aquades (0.005
M), (pengenceran IV,
tabung 5)
Larutan berwarna kuning
muda, lebih muda dari
warna larutan pada tabung 4




3. Tinggi Larutan Besi (III) Tiosianat
No Tabung Reaksi
Tinggi Larutan
Seb. ditambahkan
larutan (cm)
Set. Ditambahkan
larutan (cm)
1
I 1,7 _
2
II 1,7 1,9
3
III 1,7 1,9
4
IV 1,7 1,8

4. Tinggi Larutan Besi (III) Tiosianat yang Encer
No Tabung Reaksi
Tinggi larutan
Seb. Ditambahkan
larutan (cm)
Set. Ditambahkan
larutan (cm)
1
I 3,4 _
2
II 3,4 4,9
3
III 3,4 6,1
4
IV 3,4 6,9
5
V 3,4 6,4






F. ANALISIS DATA
F.1 Perhitungan
a. Perbandingan tinggi larutan
tabung 1 (T
1
) = digunakan sebagai standar = 3,4 cm
Tinggi Larutan Standar
T
2
=
Tinggi larutan T
2
3,4 cm
=
4,9 cm
= 0, 6938
Tinggi Larutan Standar
T
3
=
Tinggi larutan T
3
3,4 cm
=
6,1 cm
= 0, 5573

Tinggi Larutan Standar
T
4
=
Tinggi larutan T
4
3,4 cm
=
6,9 cm
= 0, 4927
Tinggi Larutan Standar
T
5
=
Tinggi larutan T
5
3,4 cm
=
6,4 cm
= 0, 5312


Konsentrasi FeSCN
2+
setelah terjadi perubahan kesetimbangan
V
1
m
1
+ V
2
m
2
Konsentrasi standar =
V
1
+ V
2
(5) (0,002) + (5) (0,2)
=
5 + 5
1,01
=
10
= 0, 101 M
T
2
= T
2
x [FeSCN
2+
]
= (0,6938) (0,101 M)
= 0,07007 M
T
3
= T
3
x [FeSCN
2+
]
= (0,5573) (0,101 M)
= 0,0562 M
T
4
= T
4
x [FeSCN
2+
]
= (0,4927) (0,101 M)
= 0,04976 M
T
5
= T
5
x [FeSCN
2+
]
= (0,5312) (0,101 M)
= 0,0536 M
b. Konsentrasi Fe
3+
mula-mula = V
1
m
1
= V
2
m
2

T
2
= V
1
m
1
= V
2
m
2

10 x 0,2 = 25 m
2
2 = 25m
2
m
2
= 0,08 M
T
3
= V
1
m
1
= V
2
m
2

10 x 0,08 = 25 m
2
0,8 = 25m
2
m
2
= 0,032 M
T
4
= V
1
m
1
= V
2
m
2

10 x 0,032 = 25 m
2
0,32 = 25m
2
m
2
= 0,0128 M
T
5
= V
1
m
1
= V
2
m
2

10 x 0,0128 = 25 m
2
0,128 = 25m
2
m
2
= 0,00512 M
c. Konsentrasi Fe
3+
saat setimbang
[Fe
3+
] = [Fe
3+
] mula-mula [FeSCN
2+
]
[Fe
3+
], T
2
= [Fe
3+
] mula-mula [FeSCN
2+
] T
2
= 0,08 M 0,07007 M
= 0,00993 M
[Fe
3+
], T
3
= [Fe
3+
] mula-mula [FeSCN
2+
] T
3
= 0,032 M 0,0562 M
= -0,0242 M
[Fe
3+
], T
4
= [Fe
3+
] mula-mula [FeSCN
2+
] T
4
= 0,0128 M 0,04978 M
= -0,03696 M
[Fe
3+
], T
5
= [Fe
3+
] mula-mula [FeSCN
2+
] T
5
= 0,00512 M 0,0536 M
= -0,04848 M
d. konsentrasi SCN
-
pada keadaan setimbang
[SCN
-
] = [SCN
-
] mula-mula [FeSCN
2+
]
T
2
, [SCN
-
] = [SCN
-
] mula-mula [FeSCN
2+
]T
2

= 0,002 M 0,07007 M
= -0,06807 M
T
3
, [SCN
-
] = [SCN
-
] mula-mula [FeSCN
2+
]T
3

= 0,002 M 0,0562 M
= -0,0542 M
T
4
, [SCN
-
] = [SCN
-
] mula-mula [FeSCN
2+
]T
4

= 0,002 M 0,04976 M
= -0,04776 M
T
5
, [SCN
-
] = [SCN
-
] mula-mula [FeSCN
2+
]T
5

= 0,002 M 0,0536 M
= -0,0516 M
e. Konsentrasi hubungan antara konsentrasi ion kesetimbangan dalam
masing-masing tabung
1. T
2
= [Fe
3+
] x [FeSCN
2+
] x [SCN
-
]
= (0,00993 M) (0,07007 M) (-0,06807M)
= -0,0000474 M
3

T
3
= [Fe
3+
] x [FeSCN
2+
] x [SCN
-
]
= (-0,0242 M) (0,0562 M) (-0,0542M)
= 0,0000737 M
3
T
4
= [Fe
3+
] x [FeSCN
2+
] x [SCN
-
]
= (-0,03696 M) (0,04976 M) (-0,04776M)
= 0,0000878 M
3

T
5
= [Fe
3+
] x [FeSCN
2+
] x [SCN
-
]
= (-0,04848 M) (0,0536 M) (-0,0516M)
= 0,0001341 M
3

[Fe
3+
] [FeSCN
2+
]
2. T
2
=
[SCN
-
]
(0,00993 M) (0,07007 M)
=
(-0,06807 M)
0,0006958 M
2

=
-0,06807 M
= -0,01022 M
[Fe
3+
] [FeSCN
2+
]
T
3
=
[SCN
-
]

(-0,0242 M) (0,0562 M)
=
(-0,0542 M)
-0,00136 M
2

=
-0,0542 M
= 0,02509 M
[Fe
3+
] [FeSCN
2+
]
T
4
=
[SCN
-
]
(-0,03696 M) (0,04976 M)
=
(-0,04776 M)
-0,0018391 M
2

=
-0,04776 M
= 0,0385071 M
[Fe
3+
] [FeSCN
2+
]
T
5
=
[SCN
-
]
(-0,04848 M) (0,0536 M)
=
(-0,0516 M)
-0,0025986 M
2

=
-0,0516 M
= 0,0503585 M
[FeSCN
2+
]
3. T
2
=
[Fe
3+
] [SCN
-
]
(0,07007 M)
=
(0,00993 M) (-0,06807 M)
0,07007 M
=
-0,0006759 M
2
= -103,669 M
-1
[FeSCN
2+
]
T
3
=
[Fe
3+
] [SCN
-
]

(0,0562 M)
=
(-0,0242 M) (-0,0542 M)
0,0562 M
=
0,0013116 M
2
= 42,848 M
-1
[FeSCN
2+
]
T
4
=
[Fe
3+
] [SCN
-
]
(0,04976 M)
=
(-0,03696 M) (-0,04776 M)
0,04976 M
=
0,0017652 M
2
= 28,18944 M
-1

[FeSCN
2+
]
T
5
=
[Fe
3+
] [SCN
-
]
(0,0536 M)
=
(-0,04848 M) (-0,0516 M)
0,0536 M
=
0,00250 M
2
= 21,44 M
-1
F.2 Persamaan Reaksi
3KSCN + Fe(NO
3
)
3
Fe(SCN)
3
+ 3KNO
3

6KSCN + 2Fe(NO
3
)
3
2Fe(SCN)
2
+ 6KNO
3
6KSCN + Fe(NO)
3
Fe(SCN)
2
+ 6KNO
3

6KSCN+Fe(NO)
3
+Na
2
HPO
4
2Fe(SCN)
3
+ 3K
2
HNO
4
+ 6NaNO
3
Fe(NO
3
)
3
Fe
3+
+ 3NO
3
-

KSCN K
+


+ SCN
-

Fe(NO
3
)
2
Fe
2+
+ 2NO
3
-

3KSCN + Fe(NO
3
)
3
+ H
2
O Fe(SCN)
3
+ 3KNO
3
+ H
2
O
3KSCN + Fe(NO
3
)
3
+ H
2
O Fe(SCN)
3
+ 3KNO
4
+ H
2
O
G. PEMBAHASAN
Kesetimbangan adalah reaksi pengurangan molekul reaktan dan
penambahan molekul produk yang berlangsung pada saat bersamaan dan
laju yang sama. Reaksi kesetimbangan juga merupakan reaksi yang
berlangsung dua arah, kiri dan kanan dengan kecepatan reaksi yang sama.
Contohnya adalah peristiwa kesetimbangan besi (III) Tiosianat dan
kesetimbangan besi (III) Tiosianat yang encer. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai contoh adalah peristiwa penguapan air pada
panci tertutup.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan,yaitu:
1. Pengaruh Temperatur (Suhu)
Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu atau temperatur suatu
sistem kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan
temperatur, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang
menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu
diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi
eksoterm.
Perhatikanlah contoh berikut.
Ditentukan reaksi kesetimbangan :

Pada kenaikan temperatur, kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi
endoterm :
Pada kesetimbangan (1), reaksi bergeser ke kiri.
Pada kesetimbangan (2), reaksi bergeser ke kanan.
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan menyebabkan
pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai tetapan
kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat
menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan.
2. Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi = aksi) , jika konsentrasi
salah satu komponen tersebut diperbesar, maka reaksi sistem akan
mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu
komponen diperkecil, maka reaksi sistem adalah menambah komponen
itu. Oleh karena itu, pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan
berlangsung sebagaimana yang digambar pada tabel 1 berikut.

Adapun pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan ion-ion
dalam larutan, dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.
Ion besi (III) (Fe
3+
) berwarna kuning jingga bereaksi dengan ion
Tiosianat (SCN
-
) tidak berwarna membentuk ion tisiano besi (III)
yang berwarna merah menurut reaksi kesetimbangan berikut.
Fe
3+
(aq)
+ SCN
-
(aq)
FeSCN
2+
(aq)
Jika campuran tersebut ditambah larutan KSCN (ion SCN
-
), maka:
Aksi : menambah ion SCN
-

Reaksi : mengurangi ion SCN
-
Kesetimbangan : bergeser ke kanan
Perubahan warna : bertambah merah (karena ion FeSCN
2+
bertambah)
Jika campuran ditambahkan larutan Fe(NO
3
)
3
, maka:
Aksi : menambah ion Fe
3+

Reaksi : mengurangi ion Fe
3+
Kesetimbangan : bergwser ke kanan
Perubahan warna : bertambah merah (karena ion FeSCN
2+
bertambah)
Jika larutan diencerkan, maka:
Aksi : mengencerkan (memperbesar volume),
memperkecil konsentrasi (jarak antar partikel dalam
larutan makin renggang).
Reaksi : memperbesar konsentrasi ( menambah jumlah
partikel).
Kesetimbangan : bergeser ke kiri, ke arah yang jumlah partikelnya
lebih besar (setiap ion FeSCN
2+
dapat pecah
menjadi dua ion, yaitu Fe
3+
dan SCN
-
).
Perubahan warna : memudar (karena ion FeSCN
2+
berkurang.
3. Pengaruh Tekanan dan Volume
Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan
memperbesar konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le
Chatelier, maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan.
Sebagaimana anda ketahui, tekanan gas bergantung pada jumlah
molekul dan tidak bergantung pada jenis gas.
Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih
kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar
volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan
dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah
yang jumlah koefisiennya lebih besar.
4. Katalis
Hanya mempercepat tercapainya kesetim-bangan, tidak dapat
mengubah komposisi zat-zat dalam kesetimbangan Tetapan
Kesetimbangan - Jika koefisien dikalikan x, nilai tetapan menjadi
pangkat x - Jika koefisien dikalikan , nilai tetapan menjadi akar
pangkat x Tetapan Kesetimbangan Berdasarkan Tekanan pA (g) +qB
(g) rC (g) +sD (g).

Reaksi kesetimbangan hanya dapat berlangsung pada sistem yang
tertutup dan terbuka. Hukum kesetimbangan sangat berguna dalam
meramalkan beberapa konsentrasi zat yang terjadi dalam suatu reaksi
kesetimbangan tertentu. Proses kesetimbangan juga dapat terjadi
dalam tubuh makhluk hidup. Darah manusia sebagai contoh
mempunyai suatu sistem yang mengatur pH tetap sekitar 7,4. Hal ini
sangat penting, karena perubahan kecil saja pada pH darah akan
mengganggu fungsinya, misalnya dalam kegiatan pengikatan logam.
Pada perlakuan kesetimbanagn besi (III) Tiosianat,dimana pada
tabung pertama, larutan yang bereaksi adalah ion Fe
3+
dan SCN
-
. Dan
pada tabung 2, terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah kanan, yang
berakibat bertambahnya konsentrasi FeSCN
2+
dan berkurangnya
konsentrasi Fe
3+
pada suhu yang tetap,besar ketimbangan tetap.
Dengan di tambahkanya ion SCN
-
, maka konsentrasi SCN
-
bertambah
besar, sehingga konsentrasi Fe
3+
akan berkurang bersamaan dengan
bertambahnya konsentrasi FeSCN
2+
, sebagai mana dengan yang di
ketahui bahwa jika konsetrasi di perbesar, maka pertimbangan akan
bergeser ke arah kiri/lawan, sehingga warna larutan yang berbentuk
menjadi lebi pekat dari warna larutan pada tabung sebelumnya, yakni
berwarna merah. Pada tabung 4, larutan FeSCN
2+
yang di tambahkan
Na
2
HPO
4
secukupnya yang di dalam terdapat ion HPO
4
2-
,adanya ion
ini akan mengurangi konsentrasi Fe
3+
karna ion HPO
4
2-
akan mengikat
dengan ion Fe
3+
akan mengakibatkan warna larutan menjadi
kekuningan sama dengan warna larutan pada tabung 1.
Pada perlakuan kesetimbangan besi(III)- tiosianat yang encer, agar
terjadi kesetimbangan dan konsentrasi larutan pada tabung 1,2,3,4 dan
5 menjadi sama, larutan pada tabung pertama yang di gunakan sebagai
standar, di lakukan tetes demi tetes dengan menggunakan pipet tetes
sampai larutan pada tabung pertama dengan tabung ke dua
menunjukan intensitas warna yang sama.
Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dengan konsentrasi
reaktan dan produk tidak berubah, maka kesetimbangan reaksi
tercapai. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi dan
konsentrasi pereaksipun berkurang. Beberapa waktu kemudian reaksi
berkesudahan, artinya semua pereaksi habis bereaksi. Namun banyak
reaksi yang tidak berkesudahan dan pada seperangkat kondisi tertentu,
konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap.
Umumya pada permulaan reaksi berlangsung, reaktan mempunyai
reaksi tertentu. Kemudian setelah reaksi berlangsung konsentrasi akan
semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstant. Keadaan
kesetimbangan dinamis akan di capai apa bila dua proses yang
berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan
konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan
dari luar.
Konstanta kesetimbangan dapat di hituung dengan menggunakan
persamaan untuk reaksi.
aA + bB cC + dD
maka tetapan kesetimbangannya adalah
[C]
c
[D]
d
K =
[A]
a
[B]
b







H. PENUTUP
H.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
1. Dalam reaksi KSCN ditambahkan dengan larutan Fe(NO
3
)
3
yang
bereaksi adalah ion SCN
-
dan Fe
3+
yang membentuk FeSCN
2+

dalam suatu sistem kesetimbangan.
2. Konsep kesetimbangan, yaitu pada umumnya reaksi-reaksi kimia
berlangsung dalam arah bolak-balik, dan hanya sebagian kecil saja
yang berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi
berlangsung ke arah pembentukan produk, segera setelah
terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, yaitu:
a. Konsentrasi
b. Tekanan
c. Volume
d. Suhu
e. Katalis
3. Harga konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan untuk reaksi
4. aA + bB cC + dD
maka tetapan kesetimbangannya adalah
[C]
c
[D]
d
K =
[A]
a
[B]
b
H.2. Saran
Saran yang diperoleh dari percobaan kali ini yaitu, praktikan harus
menguasai cara kerja atau prosedur percobaan, agar hasil yang
diperoleh maksimal.





I. DAFTAR PUSTAKA
Tim Mata Kuliah Kimia Dasar, 2011, Penuntun Praktikum Kimia dasar,
Universitas Tadulako, Palu.


ACARA V
KESETIMBANGAN

1. A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan Praktikum : Mempelajari reaksi kesetimbangan kompleks besi (III)
tiosianat.
Waktu praktikum : Sabtu, 8 Oktober 2011
Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar I, lantai III, Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas mataram.

1. B. LANDASAN TEORI
Kesetimbangan kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik
terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada
setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai
berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk
tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah
dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi tanpa
perubahan netto konsentrasinya (Stephen,2002 : 96).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi
itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk,
namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan.
Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk)
telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan
konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi
(konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis (Purwoko,
2006 : 169170).

Hukum aksi massa dan konstanta kesetimbangan:


aA
(g)
+ bB
(l)
+ cC
(s)
xX
(g)
+ yY
(l)
+ zZ
(s)

maka,


K =


dimana, K adalah kesetimbangan. Tanda [ ] adalah konsentrasi kesetimbangan.
Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali
konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang
dinamis, dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi
mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk
jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam
campuran kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang sempurna. G
N Lewis memperkenalkan besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa
dipakai sebagai ganti konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap
sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien
keaktifan (Syukri,1999:75).

Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi
maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah
kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan
tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk
mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau
berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam
beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung
dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan
dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini
terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk
yang diinginkan (Keenan,1984:593).


1. C. ALAT dan BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat Alat Praktikum :
Gelas kimia
Labu takar 25 ml + penutup
Penggaris
Pipet gondok 5 ml
Pipet gondok 10 ml
Pipet tetes
Pipet volume 5 ml
Rak tabung reaksi
o Rubber bulb
o Spatula kaca
o Tabung reaksi

1. Bahan Bahan Prktikum :
Aquades (H
2
O)
Larutan Fe(NO
3
)
3
0,2 M
Larutan KSCN
Serbuk Na
2
HPO
4

1. D. PROSEDUR PERCOBAAN
2. Percoban pertama : kesetimbangan besi (III )- tiosianat
1. Sepuluh ml KSCN 0,002 M dimasukkan kedalam gelas kimia dan
ditambahkan 2 tetes Fe(NO
3
)
3
0,2 M kemudian diaduk.
2. Larutan yang telah jadi dibagikan kedalam 4 tabung reaksi dan
diberi label.
3. Tabung reaksi pertama digunakan srbagai pembanding.
4. Satu tetes KSCN pekat ditambahkan pada tabung reaksi yang
kedua.
5. Tiga tetes Fe(NO
3
)
3
0,2 M ditambahkan pada tabung reaksi yang
ketiga.
6. Beberapa butir Na
2
HPO
4
ditambahkan pada tabung reaksi ke
empat.
7. Hasil pengamatan dicatat pada laporan sementara.
8. Percobaan kedua : kesetimbangan besi (III )- tiosianat yang
semakin encer
1. Lima tabung reaksi disiapkan dan diberi label, dimasikkan
masing masing 5 ml KSCN 0.002 M.
2. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai standar dengan
penambahan 5 ml Fe(NO
3
)
3
0,2 M.
3. Sepuluh ml Fe (NO
3
)
3
0,2 M ditambahkan air hingga
volumenya 25 ml. 5 ml larutan ini dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang kedua.
4. Sisa dari Fe (NO
3
)
3
0,2 M + air ditambah air lagi hingga
volume larutan mencapai 25 ml. 5 ml larutan ini
dimasukkan kedalam tabung raksi yang ketiga.
5. Langkah 3 diulang untuk tabung 4 5.
6. Warna larutan pada tabung kedua dibandingkan dengan
tabung standar. Larutan dari tabung standar dikeluarkan
setetes demi setetes, hingga intensitas dari kedua tabung
sama.
7. Tinggi larutan dari masing masing tabung diukur.
8. Langkah ke lima dan ke enam di ulan g untuk tabung 3 5.
9. Seluruh hasil pengamatan tersebut dicatat pada laporan
sementara.


1. E. HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1.



Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat
1. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002M ke
dalam suatu bejana gelas. Kemudian
ditambahkan dengan 2 tetes larutan
Fe(NO
3
)
3
0,2M.
2. Larutan ini kemudian dibagi ke dalam
4 tabung reaksi.
3. Tabung reaksi pertama digunakan
sebagai pembanding.
4. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke
dalam tabung reaksi kedua.
5. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO
3
)
3
0,2M
ke dalam tabung reaksi ketiga.
6. Ditambahkan 1 butir Na
2
HPO
4
ke
dalam tabung reaksi keempat.
7. Semua peristiwa yang terjadi dicatat
dalam tabel hasil percobaan.

KSCN yang semula bening , ditetesi
Fe(NO
3
)
3
menjadi merah kecoklatan.




Warnanya merah kecoklatan

Warnanya menjadi merah pekat
Warnanya merah kecoklatan (lebih
pekat dari tabung I namun tidak lebih
pekat dari tabung II
Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat yang
semakin encer
1. Disediakan 5 tabung reaksi ,
kemudian diberi nomer. Kedalam
tabung reaksi ini dimasukkan masing-
masing 5 ml KSCN 0,002M.
Kemudian 5 ml larutan Fe(NO
3
)
3

0,2M ditambahkan kedalam tabung
reaksi pertama. Tabung reaksi ini
digunakan sebagai standar.
2. Diukur 10 ml Fe(NO
3
)
3
0,2M dan
ditambahkan aquades hingga
volumenya menjadi 25 ml. diukur 5
ml dari larutan ini dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kedua ( dihitung
konsentrasi larutan ini ). Selebihnya
disimpan untuk pengerjaan
berikutnya.
3. Didalam 10 ml larutan Fe(NO
3
)
3

0,2M sisa diatas, ditambahkan
aquades hingga volumenya tepat
menjadi 25 ml ( dihitung konsentrasi
larutan ini ). Diukur 5 ml larutan ini
dan dimasukkan ke tabung reaksi
ketiga.
4. Dilakukan pengerjaan yang sama
sampai dengan tabung kelima.
5. Dibandingkan warna larutan pada
tabung kedua dengan tabung standar
(tabung 1) , untuk menghitung
konsentrasi FeSCN
2+
. Jika intensitas
warna tidak sama, dikeluarkan larutan
dari tabung standar setetes demi
setetes , sampai kedua tabung tersebut
menunjukkan intensitas warna yang
sama dan diukur tinggi larutan dalam
masing-masing tabung sampai mm
(larutan yang dikeluarkan tadi
dimasukkan ke dalam tempat yang
bersih agar dapat digunakan kembali).
Selanjutnya dengan cara yang sama ,
disamakan intensitas warna larutan
pada tabung 3, 4 dan 5 , dibandingkan
semua dengan tabung pertama.
Semula merah kecoklatan berubah
menjadi bening agak keruh.
Warna awal Fe(NO
3
)
3
orange.
Warna awal KSCN bening.




1. Tabung 1 + 5 ml Fe(NO
3
)
3
warna berubah menjadi merah
hitam pekat.
Tinggi larutan 7,5 cm.
1. Aquades + 10 ml Fe(NO
3
)
3
warna berubah menjadi orange
kekuningan.
Tabung 2 warnanya merah agak
kehitaman.
Tinggi larutannya 7,5 cm.
1. Aquades + 10 ml Fe(NO
3
)
3

yang telah diencerkan di atas,
warnanya berubah menjadi
kuning bening.
Tabung 3 berwarna merah hati .
Tinggi larutannya 7,5 cm.
1. Aquades + 10 ml Fe(NO
3
)
3
yang telah diencerkan 2 kali,
warnanya berubah menjadi
bening agak kekuningan.
Tabung 4 warnanya merah darah.




Tinggi larutannya 7,5 cm.
1. Aquades + 10 ml Fe(NO
3
)
3
yang telah diencerkan 3 kali
warnanya putih bening.
Tabung 5 warnanya nerah anggur.
Tinggi larutannya 7,5 cm.

Ukuran tinggi larutan dlm tabung 1
saat dikeluarkan tetes demi tetes :
1. Tingginya 7 cm
2. Tingginya 5,3 cm
3. Tingginya 4 cm
4. Tingginya 3,5 cm





1. F. ANALISIS DATA
1. Percobaan pertama Diasumsikan :
2. Fe (NO
3
)
3
dan KSCN dalam bentuk ion
3. Pada tabung 1 dianggap berbebtuk FeSN
2+

Jika : Tabung 1 (standar) : marah darah
Tabung ini digunakan sebagai tabung standar yang dibandingkan dengan :
Tabung 2 + KSCN pekat : merah darah sama dengan tabung satu.
Tabung 3 + Fe (NO
3
)
3
: merah pekat lebih pekat dari tabung satu.
Tabung 4 + Na
2
HPO
4
: bening dari tabung 1



Persamaan reaksi pada tabung IV
FeSCN
2+
(aq)
+ Na
2
HPO
4(s)
FePO
4(aq)
+ HSCN
(aq)
+ 2Na
+
(aq)



1. Percobaan kedua
Perbandingan tinggi tabung
T
1
=
=
= 1,12

T
2
=
=
= 0,94

T
3
=
=

= 0,85

T
4
=

=
= 0,71

Perhitungan konsentrasi
[ FeSCN
2+
]

= T konsentrasi standar

n Fe
2+
= M V
= 0,2 5
= 1 mmol
N SCN
-
= M V
= 0,002 5
= 0,01 mmol
Fe
3+
(aq)
+ SCN
-
(aq)
FeSCN
2+
.
(aq)

Mula-mula 1 mmol 0,01mmol
Bereaksi 0,01 mmol 0,01 mmol 0,01mmol
Setimbang 0.99mmol 0,01mmol


[ FeSCN
2+
]
0
=
=
= 0,001 M
= 10
-3
M

[ FeSCN
2+
]
1
= T
1
[ FeSCN
2+
]
0


= 1,12 10
-3


[ FeSCN
2+
]
2
= T
2
[ FeSCN
2+
]
0

= 0,94 10
-3
M

[ FeSCN
2+
]
3
= T
3
[ FeSCN
2+
]
0


= 0,85 10
-3
M

[ FeSCN
2+
]
4
= T
4
[ FeSCN
2+
]
0


= 7,1 10
-3
M

1. Perhitungan Konsentrasi Fe
3+
mula mula
Pergeseran 1
M
1
V
1
= M
2
V
2


M
2
=

=
= 0,08 M

Pergeseran 2
M
2
V
2
= M
3
V
3




M
3
=


=
= 0,032 M

Pergeseran 3
M
3
V
3
= M
4
V
4




M
4
=

=

= 0,0128 M
Pergeseran 4
M
4
V
4
= M
5
V
5




M
5
=


=
= 0,00512 M

1. Perhitungan konsentrasi Fe
3+
setimbang
[Fe
3+
]

= [Fe
3+
]
mula mula
[ FeSCN
2+
]
setimbang


[Fe
3+
]
stb 1
= 0,08M 1,12 10
-3


= 0,0788 M

[Fe
3+
]
stb 2
= 0,032M 0,94 10
-3
M
= 0,03106 M

[Fe
3+
]
stb 3
= 0,0128M 0,85 10
-3
M
= 0,01195 M

[Fe
3+
]
stb 4
= 0,00512 M 7,1 10
-3
M
= 0,00441 M

1. Perhitungan konsentrasi SCN
-
setimbang
[SCN
-
]
mula mula
= 0,002 M
[SCN
-
]
stb
= [SCN
-
]
mula mula
- [ FeSCN
2+
]
setimbang



[SCN
-
]
stb1
= 0,002 0,00112
= 0,00088 M

[SCN
-
]
stb2
= 0,002 0,00094
= 0,00106 M

[SCN
-
]
stb3
= 0,002 0,00085
= 0,00115 M

[SCN
-
]
stb4
= 0,002 0,0071
= 0,00129 M

1. Ka = [Fe
3+
] [ FeSCN
2+
] [SCN
-
]

Ka
1
= [0,0788] [0,00112] [0,00088]
= 78

Ka
2
= [0,03106] [0,00094] [ 0,00106]
= 31

Ka
3
= [0,01195] [0,00085] [0,00115]
= 12

Ka
4
= [0,00441] [0,00071] [0,00129]
= 4

1. Kb =
Kb
1
=
= 10,18 x 10
-2



Kb
2
=
= 27,543 x 10
-3


Kb
3
=
= 0,887 x 10
-2


Kb
4
=
= 242 x 10
-5



1. Kc =
Kc
1
=
= 15,9

Kc
2
=
= 28

Kc
3
=
= 61

Kc
4
=
= 124

1. Tabel Analog


No. [Fe
3+
] [SCN
-
] [FeSCN
2+
] Ka Kb Kc
1 0,0788 0,00088 1,12 x 10
-3
78 x 10
-9
10,18 x 10
-2
15,9
2 0,03106 0,00106 9,4 x 10
-4
31 x 10
-9
27,543 x 10
-2
28
3 0,01195 0,00115 8,5 x 10
-4
12 x 10
-9
0,887 x 10
-2
61
4 0,00441 0,00129 7,1 x 10
-4
4 x 10
-9
242,72 x 10
-5
124


G. PEMBAHASAN
Praktikum ini membahas tentang reaksi kimia. Reaksi dapat dikatakan setimbangb
jika laju reaksi ke arak produk sama dengan laju reaksi ke arah reaktan, V1 = V2.
Pada percobaan pertama, kita mempelajari tentang kesetimbangan dari besi (III)-
tiosianat, dengan reaksi:
Fe
3+
(aq)
+ SCN
-
(aq)
FeSCN
2+
(aq)

Pada reaksi ini KSCN yang sebelum ditetesi Fe(NO
3
)
3
memiliki warna yang
bening dan setelah ditetesi 2 tetes Fe(NO
3
)
3
menunjukkan perubahan warna
menjadi merah darah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang diperbesar
sehingga kesetimbangan bergeser menjauhi pihak tersebut. Pada tabung kedua
yang ditetsi oleh 1 tetes KSCN pekat menunjukkan perubahan warna yang
semakin pekat karena bertambahnya konsentrasi. Tabung ketiga yang juga
ditambahkan 3 tetes Fe(NO
3
)
3
0,2 M menunjukkan perubahan warna menjadi
warna merah yang semakin pekat. Hal ini juga disebabkan akibat dari
penambahan konsentrasi. Dan pada tabung keempat yang ditambahkan Na
2
HPO
4

menunjukkan perubahan warna menjadi bening. Hal ini menunjukkan jumlah ion
FeSCN
2+
semakin berkurang dan mengakibatkan konsentrasi ion FeSCN
2+
juga
berkurang.
Percobaan kedua mempelajari tentang kesetimbangan besi (III)-tiosianat yang
semakin encer. Pada percobaan ini intensitas warna antara larutan yang satu
dengan larutan yang lain menunjukkan warna yang berbeda-beda setelah
dilakukan pengenceran atau penambahan volume larutan. Tabung pertama
dijadikan sebagai standar yang berisi campuran antara KSCN dam Fe(NO
3
)
3.
Sedangkan pada tabung 2, 3, 4, dan 5 ditambahkan Fe(NO
3
)
3
yang telah
diencerkan yang konsentrasi pada tabung kedua 0,08 M, tabung ketiga ),032 M,
tabung keempat 0,0128 M, dan pada tabung kelima 0,00512 M. Untuk
penambahan konsentrasi yang berbeda ini didapatkan bahwa terjadi pemudaran
warna akibat penambahan konsentrasi yang semakin encer.
Tabung pertama yang ditambahkan Fe(NO
3
)
3
memiliki warna merah pekat, tabung
kedua yang telah mengalami pengenceran mempunyai warna merah kehitaman
yang kurang pekat, tabung ketiga yang telah mengalami pengenceran lagi
memiliki warna merah kehitaman , tabung keempat yang juga mengalami
pengenceran menunjukkan warna merah kecoklatan, dan tabung kelima yang telah
mengalami pengenceran untuk kesekian kalinya memiliki warna coklat. Inilah
yang memperlihatka konsentrasi yang semakin encer.
Pada saat pembandingan dan penyetaraan intensitas tabung-tabung standar
(tabung 1) denag tabung 2, 3, 4, dan 5 dengan cara mengurangi volume pada
tabung pertama setetes demi setetes sehingga didapat persamaan warna. Hal ini
membuktikan bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan. Jika volume
ditingkatkan maka kesetimbangan bergeser kearah koefisien yang lebih besar dan
jika volume dikurangai maka kesetimbangan bergeser ke arah koefisien yang
lebih kecil.
Berdasarkan pada analisis data nilai yang paling konstan antara:
[Fe
3+
] [FeSCN
2+
] [SCN], , dan adalah untuk kesetimbangan yang telah
disepakati. Akan tetapi, pada percobaan kali ini kesetimbangan yang konstan
adalah [Fe
3+
] [FeSCN
2+
] [SCN]. Kesalahan ini dapat diakibatkan karena kurang
telitinya praktikan dalam membandingkan warna sehingga memengaruhi
ketelitian dari konsentrasi.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapati bahwa kesetimbang diatas
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya konsentrasi dan juga benyak sedikitnya
volume larutan. Sehingga perubahan kesetimbangan yang dipengaruhi beberapa
faktor diatas dapat dilihat dari perubahan warna dan kepekatan larutan.
2. Saran
Praktikan harus berhati-hati dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi
sedikitpun kesalahan. Dan harus terjadi komunikasi yang lebih baik antara
praktikan dan asisten.


















DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, Stephen. 2002. Intisari Kimia umum. Jakarta: Erlangga.
Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Purwoko, Agus A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram: Mataram University Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN 6

METODE ANALISIS BESI (Fe) PADA AIR SUMUR DENGAN
MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI ASS-Nyala




OLEH :
NAMA : ARDIN A.
STAMBUK : F1C1 09007
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : HARDIN AGUSMAN S.Si




JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Besi merupakan salah satu logam yang banyak digunakan dalam industri.
Besi merupakan unsur terbanyak keempat dalam litosfer bumi setelah oksigen,
silikon, dan aluminium. Kegunaan besi yang paling penting adalah dalam
pembuatan baja (alloy). Di alam besi terdapat sebagai mineral oksida: magnetit
(Fe
3
O
4
), hematite (Fe
2
O
3
), dan limonit/butir (Fe
2
O
3
.H
2
O), sebagai karbonat:
siderite (FeCO
3
) dan sebagian sebagai sulfida: pirit (FeS
2
) Spektrofotometer
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur persen transmitansi (T) atau
absorbansi dari suatu cuplikan, sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang.
Alat-alat yang digunakan dikelompokkan secara manual/perekam maupun sebagai
sinar tunggal atau sinar rangkap .
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak
pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa tidak
setiap manusia lebih dituntut dam diarahkan kearah lmu pengetahuan di segala
bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun
tidak luput dari sorotan perkembangan iptek. Belakangan ini telah lahir ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis kimia. Salah satu
dari bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan Spektrometri Serapan
Atom (SSA).Dari pemaparan di atas, timbul permasalahan yang selanjutnya akan
dikaji dalam praktikum ini, yaitu
B. Permasalahan
Permasalahan yang diajukan dalam , praktikum ini yaitu bagaimana
menentukan menentukan kadar besi (III) pada air sumur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Visible ?
C. Tujuan
Tujuan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu untuk menentukan
kadar besi (III) pada air sumur dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Visible ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat,
namun jarang terdapat besi komersil yang murni. Reaksi antara besi (III) dengan
larutan amonium tiosulfat, dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan pewarnaan
merah-tua, yang disebabkan karena pembentukkan suatu kompleks besi (III)
tiosianat yang tak berdisosiasi :
Fe
3+
+ 3SCN
-
Fe(SCN)
3
, Selain ini terbentuk pula serangkaian ion-ion
kompleks seperti [Fe(SCN)]
2+
, [Fe(SCN)
2
]
+
, [Fe(SCN)
4
]
-
, [Fe(SCN)
5
]
2-
, dan
[Fe(SCN)
6
]
3-

(Vogel, 1979).
Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
persen transmitansi (T) atau absorbansi dari suatu cuplikan, sebagai fungsi dari
suatu panjang gelombang. Alat-alat yang digunakan dikelompokkan secara
manual/perekam maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap (Soendro,
1994).
Besi merupakan salah satu elemen kimiawi yang banyak terdapat di perair
an
tanah. Besi di perairan terdapat sebagai Fe
2+
dan Fe
3+
. Analisis spektrofotometri c
ampuran Fe
2+
dan Fe
3+
secara umum merupakan metode tidak langsung yang dilak
ukan secara bertahap. Orthofenantrolin (atau o fenantrolin) sebagai agen pengomp
leks dapat berikatan dengan Fe
2+
dan Fe
3+
membentuk kompleks berwarna berbed
a, sehingga diharapkan Fe
2+
dan Fe
3+
dalam campuran bisa ditentukan secara
langsung sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri (Yuniati
Fitria, 2009).


Dari analisa kualifikasi pengukuran unsur uranium dan besi menggunakan
pengomplek amonium tiosianat dengan Spektrometer UV - Vis dapat disimpulkan
bahwa alat spektrometer UV - Vis dalam keadaan berfungsi baik, kondisi
optimum
amonium tiosianat untuk unsur besi adalah padkonsentrasi 0,1 M pada panjang
gelombang 468,9 nm, setelah terbentuknya senyawa komplek besisianat dan urani
umsianat maka pada hari yang sama juga harus diukur absorbansinya. Daerah
kerja untuk penentuan unsur besi adalah antara 0,16 sampai 10 ppm (Fatimah et
al, 2005).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrometer digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direflesikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar
putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang
gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna
yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-
benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30 40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis (Ruslin, 2009).


BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu 19 Oktober 2011 bertempat di
Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Spektrofotometer
AAS- Nyala, Labu takar 10 mL , Pipet ukur 10 mL , Botol semprot, Filler.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Larutan standar
Fe
3+
10
-3
t, HNO
3
, KCNS 10
-2
, Larutan sampel FeCl
3
, Aquades , Air sumur.


C. Prosedur Kerja
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
















maksimum larutan = 510 nm






b. Pembuatan kurva standar dan penentuan [Fe
3+
] pada larutan sampel





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No konsentrasi A
maks

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fe 1 ppm
Fe 2 ppm
Fe 3 ppm
Fe 4 ppm
Fe 5 ppm
Sampel
0,318
0,365
0,433
0,655
0,829
0,128
510
510
510
510
510
510

Grafik hubungan Absorbansi vs konsentrasi



KonsentrasiFe
3+
dalam sampel =





Dari persamaan garis y = 0,047x + 0,012, dengan y = 0,0412 (absorbansi sampel)
maka kadar sampel Fe (II) (x) dapat diperoleh sebagai berikut:
y = 0,047x + 0,012
0,0412 = 0,047x + 0,012
X =
= 0,62
B. Pembahasan
Besi merupakan salah satu unsur logam transisi yang memiliki orbital d
yang tidak terisi penuh pada konfigurasinya. Sedangkan tiosianat (CNS
-
) memiliki
elektron bebas sehingga keduanya dapat membentuk suatu senyawa kompleks
yang berikatan koordinasi dimana besi sebagai penerima pasangan electron
dengan menyediakan orbital kosongnya atau asam Lewis dan bertindak sebagai
atom pusat, sedangkan tiosianat bertindak sebagi ligan atau basa Lewis dengan
mendonorkan pasangan elektronnya untuk digunakan bersama. Salah satu sifat
dari senyawa kompleks ini yaitu umumnya dapat membentuk warna dalam
larutan, sehingga dalam penentuan rumus senyawa kompleks besi-tiosianat dapat
digunakan teknik spektrofotometri yaitu dengan mengukur serapan cahaya
(absorbansi) dari berbagai campuran. Kompleks yang terbentuk antara besi dan
tiosianat berwarna merah, dan umumnya juga digunakan dalam analisis kualitatif
untuk menguji adanya Fe dalam suatu sampel.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar besi (III) dalam beberapa
sample air sumur menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbansi suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja dari alat ini adalah
interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari suatu
sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Spektrum serapan molekular
dalam daerah ultraviolet-visibel bergantung pada struktur elektronik molekul.
Besar energi yang diserap tertentu, dan menyebabkan elektron tereksitasi dari
ground state ke keadaan tereksitasi yang tingkat energinya lebih tinggi. Serapan
tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visibel untuk semua struktur
elektronik, tetapi hanya terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur
elektronik dengan adanya ikatan dan nonbonding elektron (n).
Ion tiosianat (CNS
-
) dalam KCNS dalam percobaan ini digunakan sebagai
pengompleks besi. Sehingga reaksi yang akan terbentuk nantinya adalah :
Fe
3+
+ 6CNS
-
[Fe(CNS)
6
]
3-

Pembuatan kompleks besi tiosianat dilakukan dalam lingkungan asam
nitrat 0,5 1,5 N. Prosedur ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion
besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)
3
jika suasananya basa sehingga tidak
diperoleh larutan kompleks yang homogen dan tidak dapat terbaca pada alat
spektrofotometer.
Sebelumnya ditentukan lebih dahulu panjang gelombang maksimum
dimana diperoleh absorbansi maksimum yaitu pada panjang gelombang 510 nm,
sehingga untuk pengukuran absorbansi larutan standar maupun sample dilakukan
pada panjang gelombang ini.
Untuk menentukan kadar besi dalam sample air, digunakan suatu kurva
standar untuk memperoleh persamaan regresi linear. Kurva standar ini diperoleh
dengan mengukur absorbansi larutan kompleks besi tiosianat pada konsentrasi
yang divariasikan. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan dengan
konsentrasi larutan sehingga diperoleh suatu persamaan garis, yaitu y = 0.047x +
0.012.
Untuk menentukan kadar besi(III) dalam sampel, masing-masing sampel
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm dan ditentukan
konsentrasi besi menggunakan persamaan garis pada kurva standar.
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh konsentrasi besi dalam
sampel air berdasarkan pengukuran absorbansinya yaitu, air sumur 0,62 M. Nilai
konsentrasi besi yang sangat kecil bahkan diperoleh nilai negatif karena
kemungkinan sampel air yang diteliti hanya sedikit mengandung besi (III), karena
nilai absorbansi sampel yang diukur dengan alat spektrofotometer sangat kecil
dibanding nilai larutan standar yang konsentrasinya.







BAB V
KESIMPULAN



Dari percobaan yang dilakukan diperoleh diperoleh konsentrasi besi
dalam sampel air yaitu air sumur 0,62 M dengan suatu persamaan garis, yaitu y =
0.047x + 0.012dan nilai konsentrasi besi yang sangat kecil bahkan diperoleh nilai
negatif karena kemungkinan sampel air yang diteliti hanya sedikit mengandung
besi (III), karena nilai absorbansi sampel yang diukur dengan alat
spektrofotometer sangat kecil dibanding nilai larutan standar yang
konsentrasinya.















DAFTAR PUSTAKA

Fatimah S., Yanlinastuti, Yoskasih, 2005, Kualifikasi Alat Spektrometer Uv-Vis Untuk
Penentuan Uranium Dan Besi Dalam U
3
O
8
, Hasil Penelitian EBN, Jakarta
Ruslin, 2009, Penuntun Praktikum Instrumentasi Spektroskopi, Unhalu, Kendari.

Soendro, R., 1994, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Yuniati fitria, 2009, Penentuan Konsentrasi Fe2+ Dan Fe3+ Secara Simultan Dengan
Spektrofotometri Tampak Menggunakan Pengompleks Ortho-Fenantrolin.

Vogel, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. PT Kalman
Media Pustaka. Jakarta



Laporan Praktikum Kimia Dasar 1

ACARA V
KESETIMBANGAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : Mempelajari kesetimbangan kompleks besi (III)-
tiosianat.
2. Waktu Praktikum : Jumat, 9 November 2012
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas
Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-
reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan
meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan
konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan
antara konsentrasi peraksi dan hasil reaksi tetap.
Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan
reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini
merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya
reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti.
A + B C + D
Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan.
Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan. Untuk
reaksi yang sangat berat di sebelah kanan. Untuk reaksi yang tidak berjalan,
kesetimbangan sangat berat disebelah kiri. Kesetimbangan dibagi menjadi
homogen dan heterogen. Homogen bila kesetimbangan terdapat pada satu fase
(gas, cairan tunggal, fase padat tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat
dalam lebih dari satu fase (gas, padat, gas cairan, padat cairan atau padat-padat)
(Sukardjo, 1997:220).
Kesetimbangan kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan
reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan.
Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia
tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi
dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap
berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi
tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen,2002 : 96).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika
reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan
produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya
yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan.
Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk)
telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan
konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi
(konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis (Purwoko,
2006 : 169).
Tetapan kesetimbangan Kp dan tetapan kesetimbangan Kc diberi harga
dalam konsentrasi-konsentrasi yang dinyatakan dalam mol per liter. Untuk suatu
sistem kesetimbangan yang melibatkan gas, pengukuran biasanya dilakukan
terhadap tekanan bukan konsentrasi. Dalam hal ini tetapan kesetimbangan dapat
dihitung dari tekanan parsial gas-gas. Tetapan yang dihitung dengan cara ini
disebut Kp. Untuk sistem kesetimbangan :
2H
2
O
(g)
2H
2(g)
+ O
2(g)

Kp dinyatakan sebagai :
Kp =
Tekanan total sama dengan jumlah tekanan parsial :
P = pH
2
O + pH
2
+ pO
2

Dari persamaan hukum gas ideal nampak bahwa tekanan parsial suatu gas
berbanding lurus dengan konsentrasi c dalam mol per liter :
pV = nRT c = =
Jadi, secara numeris Kp dan Kc saling berhubungan. Untuk persamaan
kesetimbangan umum, wA + xB yC + zD hubungan antara Kp dan Kc
dinyatakan oleh :
Kc = Kp ( )
n

Atau
Kp = Kc (RT)
n

Dengan n = (y + z) (w + x). Jumlah molekul produk gas dikurangi dengan
jumlah molekul pereaksi gas dalam persamaan kesetimbangan. Jika jumlah
molekul pereaksi gas sama dengan jumlah molekul produk gas, n = 0 maka Kp =
Kc (Keenan, 1999 : 560).
Adapun kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangan homogen
dan kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan
yang hanya melibatkan satu fase yang sama,sedangkan kesetimbangan heterogen
adalah kesetimbangan yang meliputi dua fase atau lebih. Sebagai contoh
kesetimbangan 2C
(s)
+ O
2(g)
2CO
(g)
meliputi fase gas dan padatan. Dalam
sistem ini terdiri atas suatu campuran oksigen dan karbon monoksida. Persamaan
ini menyaqtakan bahwa suatu sistem mengandung CO
(g)
, O
2(g)
,dan C
(s)
dalam
kesetimbangan yang tak menghiraukan berapa banyak C
(s)
berada . Aturan yang
mudah bahwa untuk kesetimbangan heterogen padatan,dimana padatan murni dan
cairan-cairan murni di abaikan dari pengertian aksi massa(Firman,2007:146).
Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan
reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah
kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan
tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk
mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau
berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam
beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung
dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan
dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini
terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk
yang diinginkan (Keenan,1984:593).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat Alat Praktikum :
a. Gelas kimia 200 ml
b. Labu ukur 25 ml
c. Pipet gondok 5 ml
d. Pipet gndok 10 ml
e. Pipet tetes
f. Rubber bulb
g. Spatula
h. Tabung Reaksi
i. Tissue
j. Kertas label
2. Bahan Bahan Praktikum :
a. Aquades (H
2
O)
(l)

b. Butiran Na
2
HPO
4
(Natrium hidropospat)
c. Larutan Fe(NO
3
)
3
0,2 M (Besi (III) nitrat)
d. Larutan KSCN 0,002 M (Kalium tiosanat)
e. Larutan KSCN pekat (Kalium tiosanat)

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan besi (III )- tiosianat
a. 10 ml KSCN 0,002 M dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 2 tetes
Fe(NO
3
)
3
0,2 M kemudian diaduk.
b. Larutan tersebut dibagi kedalam 4 tabung reaksi.
c. Tabung pertama digunakan sebagai larutan pembanding.
d. Kedalam tabung reaksi kedua ditambahkan 1 tetes KSCN pekat.
e. Kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M
f. Kedalam tabung reaksi keempat ditambahkan beberapa butir Na2HPO4.
g. Semua pristiwa yang terjadi dicatat.
2. Kesetimbangan besi (III )- tiosianat yang semakin encer
a. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor. Kedalam lima tabung
reaksi ini dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002 M. kedalam tabung
reaksi pertama tambahkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M. tabung ini digunakan
sebagi tabung standar.
b. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2 M dan ditambahkan air hingga volumenya menjadi 25
ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kedua
(hitung konsentrasi larutan). Selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.
c. Diukur 10 ml Fe(NO3)3, sisa larutan diatas, ditambahkan air hingga volumenya
tepat menjadi 25 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi ketiga.
d. Pada tabung berikutnya dilakukan pengerjaan yang sama sampai tabung kelima.
e. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung
1), untuk menghitung konsentrasi FESCN
2+
. Jika intensitas warna tidak sama,
dikeluarkan larutan dari tabung standar setetes demi setetes sampai kedua tabung
tersebut menunjukkan intensitas warna yang samadan diukur tinggi larutan dalam
masing-masing tabung sampai cm. selanjutnya dengan cara yang sama, disamakan
intensitas warna larutan pada tabung 3, 4 dan 5 bandingkan dengan tabung 1.

E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1.



Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat
a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002M
ke dalam suatu bejana gelas.
Kemudian ditambahkan dengan 2
tetes larutan Fe(NO
3
)
3
0,2M.
b. Larutan ini kemudian dibagi ke
dalam 4 tabung reaksi.
c. Tabung reaksi pertama digunakan
sebagai pembanding.
d. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke
dalam tabung reaksi kedua.
e. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO
3
)
3
0,2M
ke dalam tabung reaksi ketiga.
f. Ditambahkan 1 butir Na
2
HPO
4
ke
dalam tabung reaksi keempat.
g. Semua peristiwa yang terjadi dicatat
dalam tabel hasil percobaan.

Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat
yang semakin encer
a. Disediakan 5 tabung reaksi ,
kemudian diberi nomer. Kedalam
tabung reaksi ini dimasukkan
masing-masing 5 ml KSCN 0,002M.
Kemudian 5 ml larutan Fe(NO
3
)
3

0,2M ditambahkan kedalam tabung
Tabung I berwarna merah bata
Tabung ke II yang ditetesi KSCN
pekat berwarna lebih pekat daripada
tabung I
Tabung ke III berwarna merah bata
tetapi lebih pekat dari tabung I dan II
Sedangkan tabung ke IV jernih dan
ada endapan di dasar tabung












1. Tabung reaksi pertama yang menjadi
standar berwarna merah kehitam-
hitaman



reaksi pertama. Tabung reaksi ini
digunakan sebagai standar.
b. Diukur 10 ml Fe(NO
3
)
3
0,2M dan
ditambahkan aquades hingga
volumenya menjadi 25 ml. diukur 5
ml dari larutan ini dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kedua
(dihitung konsentrasi larutan ini).
Selebihnya disimpan untuk
pengerjaan berikutnya.
c. Didalam 10 ml larutan Fe(NO
3
)
3

0,2M sisa diatas, ditambahkan
aquades hingga volumenya tepat
menjadi 25 ml ( dihitung konsentrasi
larutan ini ). Diukur 5 ml larutan ini
dan dimasukkan ke tabung reaksi
ketiga.
d. Dilakukan pengerjaan yang sama
sampai dengan tabung kelima.
e. Dibandingkan warna larutan pada
tabung kedua dengan tabung standar
(tabung 1) , untuk menghitung
konsentrasi FeSCN
2+
. Jika intensitas
warna tidak sama, dikeluarkan
larutan dari tabung standar setetes
demi setetes , sampai kedua tabung
tersebut menunjukkan intensitas
warna yang sama dan diukur tinggi
larutan dalam masing-masing tabung
sampai cm (larutan yang dikeluarkan
tadi dimasukkan ke dalam tempat




2. Tabung reaksi kedua, warnya juga
merah kehitam-hitaman tapi tidak
sepekat tabung standar
3. Tabung reaksi berwarna merah marun
(merah kehitam-hitaman tapi lebih
cerah dari tabung 2)


4. Tabung reaksi keempat warna
larutannya merah marun, lebih muda
dari tabung ke 3



5. Tabung reaksi ke lima warnanya
merah darah
Perbandingan warna=
T1:T2:T3:T4
0,95:0,71:0,42:0,042
yang bersih agar dapat digunakan
kembali). Selanjutnya dengan cara
yang sama , disamakan intensitas
warna larutan pada tabung 3, 4 dan 5
, dibandingkan semua dengan tabung
pertama.
F. ANALISIS DATA
1. Percobaan pertama
Diasumsikan bahwa:
a. Fe (NO
3
)
3
dan KSCN dalam bentuk ion
b. Pada tabung 1 dianggap berbebtuk FeSCN
2+

Fe
+
(aq)
+ SCN
-
FeSCN
2+

Jika :
Tabung I (standar) : warna merah
Tabung ini digunakan sebagai tabung standar yang dibandingkan dengan :
Tabung II + KSCN pekat : warna larutan merah darah (lebih pekat dari tabung I)
Tabung III + Fe (NO
3
)
3
: warna larutan hitam pekat (warna lebih pekat dari tabung
I dan tabung II)
Tabung IV + Na
2
HPO
4
: warna larutan bening dan terdapat endapan
Persamaan reaksi pada tabung IV
FeSCN
2+
(aq)
+ Na
2
HPO
4(s)
FePO
4(aq)
+ HSCN
(aq)
+ 2Na
+
(aq)


2. Percobaan kedua
Perbandingan tinggi tabung
T
1
=


=


= 0,95
T
2
=
=
= 0,71
T
3
=


=

= 0,42
T
4
=

=


= 0,04
Perhitungan konsentrasi
[ FeSCN
2+
]

= T konsentrasi standar

n Fe
2+
= M V
= 0,2 M 0,005 L
= 0,001 mol
n SCN
-
= M V
= 0,002 M 0,005 L
= 0,00001 mol
Fe
3+
(aq)
+ SCN
-
(aq)
FeSCN
2+
.
(aq)

Mula-mula 0,001 mol 0,00001 mol
Bereaksi 0,00001 mol 0,00001 mol 0,00001 mol
Setimbang 0,00099 mmol - 0,00001 mol

[ FeSCN
2+
]
0
=
=
=
= 0,001

M
[ FeSCN
2+
]
1
= T
1
[ FeSCN
2+
]
0


= 0,95 0,001 M

= 0,00095 M
[ FeSCN
2+
]
2
= T
2
[ FeSCN
2+
]
0

= 0,71 0,001

M
= 0,00071

M
[ FeSCN
2+
]
3
= T
3
[ FeSCN
2+
]
0


= 0,42 0,001

M
= 0,00042

M
[ FeSCN
2+
]
4
= T
4
[ FeSCN
2+
]
0


= 0,04 0,001 M
= 0,00004

M
Perhitungan Konsentrasi Fe
3+
mula mula
Pengenceran I
M
1
V
1
= M
2
V
2


M
2
=


=
= 0,08 M
Pengenceran II
M
2
V
2
= M
3
V
3

M
3
=
=
= 0,032 M
Pengenceran III
M
3
V
3
= M
4
V
4


M
4
=

=
= 0,0128 M
Pengenceran IV
M
4
V
4
= M
5
V
5

M
5
=

=
= 0,00512 M
Perhitungan konsentrasi Fe
3+
setimbang
[Fe
3+
]

= [Fe
3+
]
mula mula
- [ FeSCN
2+
]
setimbang


[Fe
3+
]
stb 1
= 0,08 M 0,00095 M
= 0,07905 M
= 0,079 M
[Fe
3+
]
stb 2
= 0,032 M - 0,00071

M
= 0,03129 M
[Fe
3+
]
stb 3
= 0,0128M - 0,00004M
= 0,01238 M
[Fe
3+
]
stb 4
= 0,00512 M - 0,00004 M
= 0,005038 M
= 0,005 M
Perhitungan konsentrasi SCN
-
setimbang
[SCN
-
]
mula mula
= 0,002 M
[SCN
-
]
stb
= [SCN
-
]
mula mula
- [ FeSCN
2+
]
setimbang


[SCN
-
]
stb 1
= 0,002 M 0,00095 M
= 0,00105

M
[SCN
-
]
stb2
= 0,002 M 0,00071 M
= 0,00129 M
[SCN
-
]
stb3
= 0,002 M 0,00042 M
= 0,00158 M
[SCN
-
]
stb4
= 0,002 M 0,00004 M
= 0,00196 M
Ka = [Fe
3+
] [ FeSCN
2+
] [SCN
-
]
Ka
1
= 0,079 x 0,00095 x 0,001
= 75,05 x 10
-9
M
Ka
2
= 0,03129 x 0,00071 x 0,00129
= 28,65 10
-9
M
Ka
3
= 0,01238 x 0,00004 x 0,00158
= 8,21 10
-9
M
Ka
4
= 0,005 x 0,00004 x 0,00196
= 0,392. 10
-9
M

Kb =

Kb
1
=
= 7,5 10
-2
M

Kb
2
=
= 1,72 10
-2
M
Kb
3
=
= 0,36 10
-2
M
Kb
4
=
= 1,02 10
-2
M

Kc =

Kc
1
=
= 12,02 M
Kc
2
=
= 17,58 M
Kc
3
=
= 21,47 M
Kc
4
=
= 4,08 M


Tabel Analog
No. [Fe
3+
] [SCN
-
] [FeSCN
2+
] Ka Kb Kc
1 M M M 7,5.10
-9
M

7,5. 10
-
2
M

12,02 M
2 M M M 28,65.10
-9
M

1,72. 10
-
2
M

17,58 M
3 M M M 8,21. 10
-9
M
0,36. 10
-
21,47 M
2
M

4 M M M
0,392. 10
-
9
M

1,02. 10
-
4
M

4,08 M

G. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reaksi-reaksi
kesetimbangan kompleks besi (III)-tiosianat. Pada percobaan pertama dimana
tabung 1 dijadikan sebagai pembanding atau standar bagi tabung lainnya.
Diperoleh data bahwa setelah larutan besi nitrat direaksikan dengan larutan ion
tiosianat menghasilkan larutan yang berwarna hitam pekat. Reaksi yang terbentuk
adalah:
Fe
+
(aq)
+ SCN
-

(aq)
FeSCN
2+
(aq)

Perubahan warna ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi larutan. Seperti
yang diketahui bersama bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia yaitu perubahan konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan
volume dan perubahan suhu. Sedangkan katalis hanya berfungsi sebagau suatu zat
yang mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Jika dilakukan pada sistem
tertutup sehingga dapat dikatakan katalis tidak mempengaruhi terhadap
pergeseran kesetimbangan. Untuk tabung kedua ketika larutan awal ditambah
(KSCN pekat) maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Pada tabung
ketiga, larutan awal ditambah dengan larutan Fe(NO
3
) 0,2 M, warna laruta yang
semula merah berubah menjadi hitam pekat dan lebih pekat daripada tabung 1
maupun tabung 2. Hal ii dikarenakan larutan atau zat yang ditambahkan pada tiap-
tiap tabung berbeda konsentrasinya. Pada tabung keempat. Larutan awal ditambah
dengan beberapa butir N
2
HPO
4
, hasilnya adalah warna yang semula merah
menjadi bening dan terdapat endapan. Adanya endapan pada larutan tersebut
terjadi karena adanyaunsur logam pada larutan FeSCN, sedangkan warna berubah
menjadi bening karena adanya reaksi antara FeSCN
3+
dengan NaHPO
4
, dimana
Fe
3+
akan berikatan dengan ion PO
4
3-
membentuk FePO
4
. Kemudian ion SCN
-

akan diikat oleh H
+
dan membentuk HSCN, sedangkan Na
+
tidak berikatan
dengan senyawa lain. Reaksi yang terbentuk adalah:
FeSCN
2+
(aq)
+ Na
2
HPO
4(s)
FePO
4(aq)
+ HSCN
(aq)
+ 2Na
+
(aq)

Fe
3+
berikatan dengan PO
4
3-
membentuk FePO
4
yang sukar larut. Penambahan
PO
4
3-
sama dengan mengurangi Fe
3+
, sehingga intensitas warna larutan
berkurang.
Pada percobaan kedua yaitu kesetimbangan besi (III) tiosianat ayng
semakin encer. Dari tabung 1-5 terjadi pengurangan kepekatan atau intensitas
warna. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan volume aquades dari
tabung 1-5. Pada saat perbandingan dan penyetaraan intensitas tabung standar
(tabung 1) dengan tabung 2,3,4 dan 5 dengan cara mengurangi volume pada
tabung pertama setetes demi setetes sehingga didapat persamaan warna. Hal ini
membuktikan bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan. Dalam
penyeragaman warna ini juga tidak dapat diamati dari samping tabung karena
dengan cara ini akan menghalangi mata dalam mengamati warna pada tabung
yaitu cahaya yang masuk ke dalam tabung akan di biaskan terlebih dahulu ke
tabung reaksi lalu dibiaskan menuju mata sehingga larutan terlihat lebih pekat.
Oleh karea itu dalam mengamati warna sebaiknya dari atas tabung agar cahaya
yang dipantulkan ke dalam tabung akan langsung dibiaskan ke mata. Untuk
menentukan kesetimbangan dalam suatu sistem dapat diketahui dengan mengitung
konstanta kesetimbangan. Secara teoritis seharusnya nilai dari suat kesetimbangan
adalah konstan. Namun dari hasil analisis data diperoleh nilai Ka, Kb dan Kc yang
berbeda-beda atau menunjukkan nilai yang tidak konstan. Ini disebabkan oleh
kurang teliti dalam menyamakan atau menyetaraan warna pada tabung I dengan
tabung 2,3,4 dan 5, sehigga mempengaruhi juga dalam mengukur volumenya
kurang teliti.

H. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh
konsentrasi dan volume zat yang ditambahkan pada saat pencampuran dan
pengenceran. Perubahan konsentrasi dapat ditandai dengan perubahan warna
larutan. Jika konsentrasi pereaksi ditambahkan maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah produk. Pengaruh konsentarsi pada kesetimbangan akan lebih
kuat dibandingkan pengaruh volume. Diperoleh juga nilai ketetapan
kesetimbangan yang tidak konstan dikarenakan oleh ketidaktelitian dalam
menyetarakan warna sehingga dalam mengukur volume juga berpengaruh.


DAFTAR PUSTAKA
Firman, H. 2007. Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA UPI.

Keenan, W. Charles. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Keenan, W. Charles. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Purwoko, Agus Abh. 2006. Kimia Dasar 1. NTB : Mataram University Press.

Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.

You might also like