You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung
adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga
sel otot jantung mengalami kematian. Infark miokard sangat mencemaskan karena
sering berupa serangan mendadak, umumnya pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada
keluhan sebelumnya. Satu juta orang di Amerika Serikat diperkirakan menderita infark
miokard akut tiap tahunnya dan 300.000 orang meninggal karena infark miokard akut
sebelum sampai ke rumah sakit. Penyakit jantung cenderung meningkat sebagai
penyebab kematian di Indonesia.
Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa
proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Pada
tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9%, tahun 1981 meningkat
sampai dengan 9,1%, tahun 1986 melonjak menjadi 16% dan tahun 1995 meningkat
menjadi 19%. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena
penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4%.
Angka kematiannya tinggi, sekitar 30-40%, dan sebagian besar dari pasien ini
meninggal di dalam perjalanan menuju rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian pasien dengan infark miokard ?
2. Bagaimana analisis data pasien dengan infark miokard ?
3. Apa saja diagnosa yang muncul pada pasien dengan infark miokard ?
4. Bagaimana rencana keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien dengan
dengan infark miokard ?

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengkajian pasien dengan infark miokard.
2. Mendeskripsikan analisis data pasien dengan infark miokard.
3. Menyebutkan diagnose yang munul pada pasien dengan infark miokard.
4. Menjelaskan rencana keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien dengan
infark miokard.
2

BAB II
PEMBAHASAN
Kasus
Seorang laki-laki berusia 51 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri dada
hebat di sebelah kiri yang menjalar hingga ke lengan sebelah kiri. Klien mengatakan nyeri
terjadi saat ia sedang beraktifitas di kantor. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 180/100
mmHg, RR 26 x/mnt, Nadi 120x/menit. Hasil EKG menunjukkan adanya ST elevasi di lead
II, III, aVF, V5, dan V6

Tanggal MRS : 24 Oktober 2013
Pukul : 08.00 wib
Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2013
Pukul : 09.00 wib
No. Medical Record : 00124
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Irwansyah
TTL : Pontianak, 17 april 1969
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Pendidikan : S1
Alamat : JL. A. Yani
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : Pegawai swasta
Status perkawinan : sudah menikah

2. Riwayat kesehatan
Alasan MRS : Tn. Irwansyah (51 tahun), pasien datang ke unit gawat darurat
RS. Dr. Soedarso Pontianak dengan keluhan nyeri dada hebat di sebelah kiri
yang menjalar hingga le lengan sebelah kiri.
3

Keluhan utama saat ini : (24 Oktober 2013 pukul 09.00 wib), pasien mengeluh
keluhan nyeri dada hebat di sebelah kiri yang menjalar hingga le lengan
sebelah kiri..
Riwayat penyakit sekarang : Infark Miokard
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi
Riwayat penyakit keluarga
Ayah : Stroke
Ibu : Hipertensi
Riwayat hospitalisasi : klien mengatakan dia belum pernah dirawat dirumah
sakit.
Riwayat psikologis : klien mengatakan dia sangat cemas dan takut karena
hospitalisasi serta akan perubahan kesehatannya dan sulit untuk mengambil
keputusan
Riwayat kebiasaan : klien mengatakan bahwa ia merokok sejak SMA dan
biasanya 2-5 batang rokok perhari. Klien mengatakan tidak meminum alkohol.
Tetapi klien mengatakan sering konsumsi makanan berlemak, junkfood,
fastfood dan garam serta klien mengakui ia jarang berolahraga. Klien
mengatakan dikantornya AC selalu hidup selama jam kerja, dan ruangan
tertutup sehingga ruangan terasa sangat dingin

3. Riwayat Aktivitas sehari hari
a. Pola tidur dan istirahat :
- Sebelum sakit : pasien tidak mengeluh selama istirahat ataupun tidur.
- Saat sakit : pasien mengatakan terkadang sulit tidur terutama pada malam
hari, karena tiba tiba mengalami nyeri dan kesulitan bernapas.
b. Pola eliminasi :
Sebelum MRS :
- BAB : 2 Hari sekali
- BAK : 5 kali sehari
Saat MRS :
- BAK : 2 hari sekali
- BAB : 6 kali sehari dengan konsistensi lembek, berbau khas, warna
kunign kecoklatan
4

c. Pola makan dan minum
Sebelum MRS : pasien mengatakan dia hanya makan ketika jam makan siang
dikantor pukul 12.30 dan makan setelah pulang kantor pada pukul 19.00.
Hanya saja pasien sering mengeluh ketika makan siang pukul 12.30 dia harus
kembali kerja pada pukul 13.00. Dan ketika itu pasien sering mengalami nyeri
dada dan sulit bernapas saat kembali bekerja
Saat MRS : pasien diberi makan tiga kali sehari dan sering menyisakan
makanannya.
d. Kebersihan / personal hygine
Klien kesulitan untuk melakukan pembersihan badan, gigi, mulut dan kuku
secara mandiri
e. Aktivitas
Klien mengeluh susah untuk bangun dari tempat tidur saat nyeri datang, butuh
bantuan saat ingin ke kamar mandi dan harus diawasi oleh istrinya.
Skala aktivitas : 3 (ket : bahwa skala aktivitas hanya dikaji dan ditentukan
ketika nyeri kambuh)
Ket :
0 : Ketidaktergantungan secara keseluruhan
1 : Membutuhkan penggunaan alat bantu
2 : Membutuhka bantuan minimal
3 : Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan
4 : Membutuhkan pengawasan total
5 : membutuhka bantuan total

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Status kesadaran : compos mentis
GCS : E = 4, M = 5 , V= 5
BB sebelum sakit : 78kg
BB setelah sakit : 72 kg
TB : 165 cm
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 120x/menit
5

RR : 26 x/menit
Suhu : 37,5 C
b. Head to toe
Kepala dan leher
Inspeksi :
- Wajah klien terlihat pucat
- Bentuk wajah klien lonjong
- Ekspresi tampak sesak, gelisah, kesakitan
- Orbita mata klien terlihat menghitam
- Telinga klien terlihat bersih
- Adanya pernafasan cuping hidung
- Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit.
- Sianosis pada bibir
- Mulut klien berbau
- Adanya pembesaran vena jugularis
Palpasi
- Kontriksi pupil mata lemah
- Pembesaran vena jugularis 1,8 cm dari manubrium sterni
- Arteri karotis berdenyut lemah
Auskultasi
- Adanya bunyi bruit pada auskultasi arteri karotis
Thorax :
Inspeksi
- Kedua belah dada simetris
- Terlihat ictus cordis
- Terpasang EKG
Palpasi
- Denyut nadi perifer melemah
- Ictus cordis teraba pada ICS 5 sinistra 2-3cm dari garis midklavikula.
Auskultasi
Perkusi
- Batas jantung normal
Auskultasi
6

- Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar
- Terdangar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur
Abdomen
Inspeksi
- Perut klien terlihat kembung.
Palpasi
- Tidak ada pembesaran hati
Auskultasi
- Bunyi bising usus 15x/menit
Perkusi
- Normal
Reproduksi dan perkemihan
Inspeksi
- personal hygiene genetalia pasien terlihat bersih
- tidak terpasang cateter
Palpasi
- genetalia pasien normal
Ekstremitas atas
Inspeksi
- Tangan kiri pasien bagian punggung tanga terpasang infuse 500 ml
- Kulit pasien terlihat pucat
- Tidak ada edema
Palpasi
- Nadi : 120 x/menit
- Kapiler revil pasien > 4 detik (normal < 3 detik)
- Kekuatan otot : 2
Ket :
0 = Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi, bila
lengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.
1 = Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan
sewaktu jatuh.
2 = Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya
gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
7

3 = Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak
mampu melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4 = Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5 = Kekuatan utuh.
Ektremitas bawah
Inspeksi
- Ada edema di tungkai kaki bawah kiri
- Kapiler revil > 4 detik

5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
- Enzim Creatinin Kinase : 200 U/L (normal : < 167 U/L)
- CKMB : 50 U/L (normal < 24 U/L)
- Kadar SGOT : 50 U/L (normal <37 U/L)
- LED : 20 mm/jam (normal <10 mm/jam)
- Leukositosis ringan : 15.000 ul (normal 5.000-10.000 ul)
- Troponin T (cTnT) : meningkat (normal : < 0,03)
- Troponin I (cTnI) : meningkat
b. Radiologi
- Hasil EKG : Segmen ST (elevasi) di lead II, III, aVF, V5, dan V6
- Angiografi koroner : penyempitan pada koroner

B. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS:
- Klien mengeluh sesak dan susah
untuk bernafas
DO:
- Klien tampak sesak, lemas
- RR : 26 x/menit
- Klien terlihat menggunakan otot
bantu nafas
- Adanya pernafasan cuping hidung

Pengembangan
paru tidak optimal,
kelebihan cairan di
paru sekunder
Pola napas tidak
efektif

8

2. DS:
Klien mengeluh nyeri dada saat
beraktivitas dan tidak hilang saat
beristirahat, sesak napas, sering
merasa lemah
DO:
Klien tampak meringis, merintih dan
gelisah
P = saat beraktivitas
Q = rasa berat seperti ditekan atau rasa
panas seperti terbakar
R = disebelah kiri yang menjalar hingga
ke lengan kiri
S = 8
T = 10-30 menit
TD : 180/100 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 120 x/menit
Hasil pemeriksaan EKG : ST elevasi
di lead II, III, aVF, V5, dan V6, pada
hasil angiografi koroner terdapat
penyempitan pada koroner

ketidakseimbangan
suplai darah dan
oksigen ke
miokardium
Nyeri dada
3. DS:
Klien mengeluh nyeri pada dada
sebelah kiri dan menjalar ke lengan
kiri
klien merasakan kesulitan bernapas
dan berkeringat dingin sehingga
klien tampak lemas
Klien mengatakan nyeri terjadi saat
ia sedang beraktifitas di kantor
Klien mengatakan nafasnya sesak
DO:
Tidak efektifnya
perfusi jaringan
kardiopulmoner.

Penurunan curah
jantung
9

Klien tampak sesak. klien terlihat
lunglai karena pusing,
TD : 180/100 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 120 x/menit
Hasil pemeriksaan EKG : ST elevasi
di lead II, III, aVF, V5, dan V6

4. DS:
Klien mengeluh susah untuk bangun
dari tempat tidur saat nyeri datang,
butuh bantuan saat ingin ke kamar
mandi
DO:
Klien tampak sesak, lemah dan lelah
Klien dibantu oleh istrinya saat ke
kamar mandi
TD : 180/100 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 120 x/menit
Skala aktivitas : 3
Kekuatan otot : 2
Penurunan perfusi
perifer sekunder
dan
ketidakseimbangan
antara suplai
oksigen
miokardium
dengan kebutuhan
Intoleransi aktivitas
5. DS:
Klien merasa gelisah dan takut takut
akan kematian, susah tidur jika
memikirkan penyakitnya
DO:
Klien tampak gelisah, kadang terlihat
emosional
Rasa takut akan
kematian, ancaman
atau perubahan
status kesehatan
Cemas
6. DS:
Klien merasa gelisah dan cemas akan
keluarga dan pekerjaan yang
ditinggalkannya, klien mengatakan
Gambaran yang
salah mengenai
penyakitnya dan
perubahan peran.
Koping tidak efektif
10

bahwa dia tidak percaya bahwa
dirinya sakit
DO:
Klien harus dibujuk saat akan
dilakukan pemeriksaan diagnostik
dan minum obat, klien menunjukan
tanda-tanda denial
7 DS : Klien mengatakan susah tidur, klien
mengatakan nyeri sering kambuh pada
malam hari, klien mengatakan cemas
tentang penyakit sehingga menganggu
tidurnya
DO : klien tampak lelah, klien sering
menguap dan mengantuk
Adanya rasa nyeri
dan sesak nafas
Perubahan Pola tidur
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke
miokardium
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal,
kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan tidak efektifnya perfusi jaringan
kardiopulmoner.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder dan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan
5. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan
status kesehatan
6. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan gambaran yang salah dan
perubahan peran.
7. Perubahan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri dada dan sesak napas

D. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke
miokardium
Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 1x24 jam
11

Kriteria Hasil : klien mengatakan nyeri berkurang, TTV dalam batas normal,
wajah klien tampak rileks
Intervensi :
a. Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya.
Rasional : variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian.
b. Monitor tanda tanda vital pasien
Rasional : tanda tanda vital untuk melihat perubahan keadaan umum pasien
c. Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri yang muncul dengan segera
Rasional : nyeri berat yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan syok
kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak.
d. Lakukan manajemen nyeri keperawatan seperti pemberian posisi, oksigen,
relaksasi dan distraksi serta manajemen lingkungan klien.
Rasional : mengurangi intensitas nyeri klien dan ketidaknyamanan klien
e. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi antiangina :
- antiangina (nitrogliserin)
R/ nitrat berguna untuk kontrol nyeri dgn efek vasodilatasi koroner
- analgesik (morfin 2-5 mg intravena)
R/ menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja
miokardium
- penyekat beta (atenolol, tonormin, visken)
R/ sebagai pengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis,
menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen sehingga meredakan rasa nyeri
angina
- penyekat saluran kalsium (verafamil, diltiazem)
R/ obat ini efektif dalam mengendalikan angina variant dengan
merelaksasikan arteri koroner dan dalam meredakan angina klasik dengan
mengurangi kebutuhan oksigen
f. Kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologik antikoagulan
Rasional : antikoagulan diberikan untuk menghambat pembentukan bekuan
darah
g. Kolaborasi dalam pemberian terapi nonfarmakologis PTCA (Angioplasti
koroner transluminal perkutan) dan CABG
12

Rasional : dilakukan apabila tindakan farmakologis tidak menunjukan
perbaikan atau penurunan nyeri.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal,
kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut
Tujuan : pola napas kembali normal dalam 2x24 jam
Kriteria Hasil : klien tidak sesak, RR dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasal.
Rasional: untuk menentukan intervensi selanjutnya
b. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas misalnya mengi.
Rasional: bunyi napas (mengi) menunjukkan adanya penyempitan saluran
pernapasan
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional: meninggikan kepala memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan.
d. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional: memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
- Berikan diet tanpa garam
Rasional : natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume
plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung
sehingga akan meningkatkan kebutuhan miokardium.
- Berikan diuretic contoh : furosemide, sprinolaktoon, dan hidronolakton
Rasional : diuretic bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan tidak efektifnya perfusi jaringan
kardiopulmoner.
Tujuan : tidak terjadinya penurunan curah jantung dalam 2x24 jam
13

Kriteria Hasil : stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dalam batas normal,
curah jantung kembali meningkat, intake dan output yang sesuai, tidak
menunjukan tanda-tanda disritmia)
Intervensi :
a. Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
duduk, atau beridir bila memungkinkan
Rasional : hipotensi dapat terjadi pada disfungsi ventrikel. Hipertensi juga
berhubungan dgn nyeri cemas pengeluaran katekolamin
b. Monitor cairan intake dan output pasien
Rasional : kelebihan atau kekurangan cairan akan memperparah keadaan
pasien jantung.
c. Monitor tetesan infuse pasien
Rasional : pasien jantung harus mendapatkan cairan sesuai kebutuhan tidak
boleh berlebih atau kurang.
d. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi
Rasional : penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan
nadi
e. Catat terjadinya S3 dan S4
Rasional : S3 b.d adanya gagal jantung kongestif atau gagal mitral yang
disertai infark miokard. S4 b.d iskemia, kekakuan ventrikel atau hipertensi
pulmonal
f. Catat Murmur
Rasional : menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan
katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar)
g. Pantau frekuensi dan irama jantung
Rasional : perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi
distrimia
h. Berikan makanan kecil / mudah dikunyah, batasi asupan kafein
Rasional : Makanan besar dpt meningkatkan kerja miokardium, kafein dapat
merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung
i. Kolaborasi :
- Pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi
Rasional : jalur yg paten untuk pemberian obat darurat
- Pantau data laboratorium enzim jantung, GDA, dan elektrolit
14

Rasional : enzim memantau perluasan infark, elektrolit berpengaruh
terhadap irama jantung

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder dan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan
Tujuan : peningkatan aktivitas klien dalam waktu 3x24 jam
Kriteria Hasil : klien bisa beraktivitas secara mandiri atau menggunakan alat bantu
minimal
Intervensi :
a. Kaji skala aktivitas klien
Rasional : dengan mengetahui batasan kemampuan aktivitas klien, perawat
dapat menentukan batasan aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
b. Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah selama dan
sesudah aktivitas
Rasional : respon klien trhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan
oksigen miokardium
c. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggan yang tidak
berat
Rasional : menurunkan kerja miokardium/konsumsi oksigen
d. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh: bangun dari
kursi, ambulasi.
Rasional : aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas berlebihan

5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri dada dan sesak napas
Tujuan : memenuhi jumlah kebutuhan tidur klien
Kriteria Hasil : klien mengatakan bisa tidur malam hari tanpa terjaga,
Intervensi :
a. Kaji pola tidur klien
Rasional : untuk mengetahui bagaimana pola tidur klien
b. Modifikasi suasana lingkungan
Rasional : lingkungan yang tenang dapat membantu klien untuk beristirahat
c. Ajarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur
15

Rasional : Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan
perhatian klien dari nyeri yang menghambat tidur klien.
d. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan sedatif jika dibutuhkan
Rasional : membantu mengurangi nyeri

6. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan
status kesehatan
Tujuan : kecemasan klien berkurang dalam waktu 1x24 jam
Kriteria Hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, kooperatif terhadap
tindakan keperawatan
Intervensi :
a. Berikan penjelasan yang adekuat tentang proses keperawatan yang akan
dilakukan kepada klien
Rasional : mengurangi resiko salah paham dan rasa takut
b. Berikan penjelasan yang adekuat terhadap pertanyaan-pertanyaan klien
mengenai penyakitnya
Rasional : meningkatkan pemahaman klien terhadap penyakit
c. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut
Rasional : membantu melegakan perasaan klien
d. Hindari konfrontasi
Rasional : konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja
sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan
e. Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat
Rasional : memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, perilaku adaptasi
dan mengurangi cemas.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat penenang jika diperlukan
Rasional : meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan







16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark Miocard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap
iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah
sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,kemampuan sel
untuk menghasilkan ATP secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi
kebutuhan energinya. (Elizabeth J Corwin : 2000).
Asuhan keperawatan infark miokard dimulai dari pengkajian yang dilakukan
yang terdiri dari identitas pasien, riwayat kesehatan, riwayat aktivitas, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang pada infark miokard antara
lain pemeriksaan enzum kreatinin kinase,kadar SGOT, LED, leukositosis, troponin
serta pemeriksaan EKG dan angiografi koroner. Kemudian dilanjutkan dengan
analisis data dengan data yang di dapat yaitu data subjektif dan objektif. Di dalam
analisa data dapat ditemukan penyebab dari masalah yang akan diangkat menjadi
diagnose keperawatan. Setelah mendapatkan diagnose keperawatan, kemudian
diprioritaskan dari yang paling penting.diagnosa keperawatan yang didapatkan dari
pasien infark miokard yaitu : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai darah dan oksigen ke miokardium, penurunan curah jantung berhubungan
dengan tidak efektifnya perfusi jaringan kardiopulmoner, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan perfusi sekunder dan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokatdium dengan rasa nyeri dada dan sesak nafas, cemas
berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan status
kesehatan Setelah itu rencana keperawatan dapat di susun dengan benar dan lengkap.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah
a. Agar dapat membantu dalam upaya penyembuhan penderita infark miokard.
b. Agar pembaca dapat mengaplikasikan cara perawatan penderita infark miokard.


17

Daftar pustaka
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

You might also like