You are on page 1of 18

MAKALAH HIPOGLIKEMI

(Untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat)










ANGGOTA KELOMPOK :
- Okky Dwi N - Diah Ardila
- Rereh Yudo P - Ahsanul K
- Riza Umami - Ali Mansyur
- Rizka Puji L - Imam M
- Suraida Handayani - Aprilia K.S
- Tami Ambarani - Arvan K
- Widiya Fitra Y. - Hanim Irayanti
- Wempy P - Mukhlas Saputra
- Zainiya Drastisia - Nur Ainun Z




PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2014




KATA PENGANTAR


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk
Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul HIPOGLIKEMI.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap
keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.



Mojokerto, 09 Juni 2014


Penulis








Daftar Isi

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. BAB I PENDAHULUAN
B. BAB II PEMBAHASAN
C. BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA




















BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar
glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan
yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar
glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat
terjadi koma (koma hipoglikemik). Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang
ditemukan di tempat pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah
karena terapi pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian
survey yang dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and
Program in Neurosciences, Stanford University School of Medicine,terdapat setidaknya
93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala koma hipoglikemik adalah mereka
yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani terapi pemberian insulin pada rentang
waktu sekitar 1,5 tahunan

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada HIPOGLIKEMIA

C. Sistematika Penulisan
Pada penulisan makalah ini dibagi dalam tiga bab, setiap bab diuraikan secara
singkat dan dalam bentuk makalah yakni :Bab satu terdiri dari pendahuluan yang berisikan
latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari konsep
dasar keperawatan dan asuhan keperawatan gawat darurat. Dan bab tiga berisi kesimpulan
dan saran-saran

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-
110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada hipoglikemia, kadar gula darah
terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh
mengalami kelainan fungsi. Hypoglikemi adalah konsentrasi glukose darah di bawah
40mg/100ml. Hypoglikemi merupakan keadaan yang serius dan keadaan semakin gawat jika
anak semakin muda.
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7
hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada
hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan
kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi
berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami
Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan
glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen.
Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan
(Rosa M Sacharin, 1986).
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah
karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama.
Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui
sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan
merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya
menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
B. Etiologi
Etiologi Hypoglikemi pada diabetes militus (DM)
1. Hypoglikemi pada DM stadium dini
2. Hypoglikemi dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunaan insulin
b. Penggunaan sulfonilura
c. Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hypoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimeter pascagastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati berat
d. Tumor ekstrapankreatik.: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia
terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini
terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan
kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal
tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang
rendah. Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama
bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain
(terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah
besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh
tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat. Pada orang-orang yang
memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia.
Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir
gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia
diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia
reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang
pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan
kadar gula darah yang cepat.
Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan
makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa
dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang pembentukan
insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah
beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang
dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga
bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di
pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang
menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk
antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal
karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini
bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes. Hipoglikemia juga bisa terjadi
akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa
atau adrenal, syok dan infeksi yang berat. Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis
virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi (Arif Masjoer, 2001) terjadi hipoglikemia pada pasien
yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonilurea:
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. Pengurangan / keterlambatan makan
b. Kesalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Perubahan tempat suntikan insulin
e. Penurunan kebutuhan insulin
Penyembuhan dari penyakit
Nefropati diabetik
Penyakit Addison
Hipotirodisme
Hipopituitarisme
f. Hari-hari pertama persalinan
g. Penyakit hati berat
h. Gastroparesis diabetik
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. Pengendalian glukosa darah yang ketat
b. Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipogliklemik
c. Penggantian jenis insulin
D. Patofisiologi
Puasa / intake kurang

Glikogenolisis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun < 60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon SSP


Respon Otak Vegetatif state
(hilangnya kesadaran secara permanen)

Kortek serebri Pelepasan norepinefrin &
kurang suplai energi ( < 50mg/dl) adrenalin

Kekaburan yang dirasa dikepala Takikardia, pucat, gemetar,
Sulit konsentrasi / berfikir berkeringat
Gemetar
Kepala terasa melayang Tidak sadar
Gangguan proses berfikir Stupor, kejang, koma







Resiko komplikasi

Resiko terjadi infeksi

Resiko gangguan
keseimbangan

imobilisasi
E. Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan,
jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat
menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah,
lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil
insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan
gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering
terjadi dan lebih berat.
Gejala hipoglikemik dan manifestasi dapat dibagi menjadi yang diproduksi oleh
hormon counterregulatory ( epinefrin / adrenalin dan glukagon) dipicu oleh glukosa jatuh,
dan efek neuroglycopenic dihasilkan oleh gula otak berkurang.
Manifestasi adrenergik
Kegoyahan, kegelisahan,
Berdebar-debar , tachycardia
Berkeringat , rasa hangat (meskipun kelenjar keringat memiliki reseptor muscarinic,
sehingga "manifestasi adrenergik" tidak sepenuhnya akurat)
Muka pucat , dingin
Dilated murid (mydriasis)
Perasaan mati rasa " kesemutan "(paresthesia)
Manifestasi Glukagon
Kelaparan , borborygmus
Mual , muntah , ketidaknyamanan perut
Sakit kepala
Manifestasi Neuroglycopenic
Abnormal pemikiran, penilaian terganggu
Spesifik dysphoria, kecemasan , kemurungan, depresi, menangis
Negativisme, lekas marah, agresif, combativeness, marah
Kepribadian berubah, lability emosional
Kelelahan , kelemahan, apatis, kelesuan , melamun, tidur
Kebingungan, amnesia , pusing, delirium
Menatap, "kaca" lihat, penglihatan kabur, penglihatan ganda
Otomatis perilaku, juga dikenal sebagai otomatisme
Kesulitan berbicara, bicara cadel
Ataxia , ketiadaan, kadang-kadang keliru untuk " mabuk "
Focal atau umum motor defisit, kelumpuhan , hemiparesis
Paresthesia , sakit kepala
Pingsan, koma, pernapasan abnormal
Generalized atau fokus kejang
Tidak semua manifestasi di atas terjadi dalam setiap kasus hipoglikemia. Tidak
ada urutan yang konsisten untuk munculnya gejala, jika gejala bahkan terjadi. manifestasi
tertentu juga dapat bervariasi menurut umur, dengan tingkat keparahan hipoglikemia dan
kecepatan penurunan. Pada anak-anak muda, muntah kadang-kadang dapat menyertai
hipoglikemia pagi dengan ketosis . Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, berat
hipoglikemia agak bisa menyerupai mania , penyakit mental, intoksikasi obat, atau
mabuk. Pada orang tua, hipoglikemia dapat menghasilkan fokus stroke seperti efek-atau
sulit menentukan malaise. Gejala satu orang mungkin mirip dari episode ke episode,
tetapi tidak selalu begitu dan mungkin dipengaruhi oleh kecepatan di mana kadar glukosa
yang ditinggalkan, serta kejadian sebelumnya.
F. Diagnosa
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL.
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan
kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu
hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan
pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam).
Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan
lokasi tumor.
G. Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah episode selanjutnya hipoglikemia
tergantung pada penyebabnya.
Risiko episode lebih lanjut dari hipoglikemia diabetes sering dapat (tetapi tidak
selalu) akan berkurang dengan menurunkan dosis insulin atau obat lain, atau dengan
perhatian yang lebih cermat untuk menyeimbangkan gula darah pada jam yang tidak biasa,
tingkat yang lebih tinggi dari latihan, atau konsumsi alkohol.
Banyak kesalahan metabolisme bawaan memerlukan menghindari atau
pemendekan interval puasa, atau karbohidrat ekstra. Untuk gangguan yang lebih berat,
seperti jenis penyakit penyimpanan glikogen 1, ini mungkin diberikan dalam bentuk tepung
jagung setiap beberapa jam atau dengan infus lambung terus menerus.
Beberapa perlakuan digunakan untuk hipoglikemia hyperinsulinemic, tergantung
pada bentuk yang tepat dan tingkat keparahan. Beberapa bentuk hiperinsulinisme bawaan
menanggapi diazoxide atau octreotide . Operasi pengangkatan bagian terlalu aktif pankreas
adalah kuratif dengan resiko minimal ketika hiperinsulinisme adalah fokal atau karena
tumor jinak memproduksi insulin pankreas.Ketika hiperinsulinisme bawaan longgar dan
tahan terhadap obat, pancreatectomy nyaris total mungkin pengobatan terakhir, namun
dalam kondisi ini kurang konsisten efektif dan penuh dengan komplikasi lebih.
Hipoglikemia karena kekurangan hormon seperti hypopituitarism atau kekurangan
adrenal biasanya berhenti ketika hormon yang tepat diganti.
Hipoglikemia karena sindrom dumping dan kondisi pasca-bedah lainnya yang
terbaik ditangani dengan mengubah diet. Termasuk lemak dan protein dengan karbohidrat
dapat memperlambat pencernaan dan mengurangi sekresi insulin awal. Beberapa bentuk
ini menanggapi pengobatan dengan inhibitor glukosidase , yang
memperlambat pati pencernaan.
Hipoglikemia reaktif dengan kadar glukosa menunjukkan rendah paling sering
gangguan ditebak yang bisa dihindari dengan mengkonsumsi lemak dan protein dengan
karbohidrat, dengan menambahkan camilan pagi atau sore hari, dan mengurangi konsumsi
alkohol.
Sindrom Idiopathic postprandial tanpa kadar glukosa menunjukkan rendah pada
saat gejala bisa lebih dari tantangan manajemen. Banyak orang menemukan perbaikan
dengan mengubah pola makan (porsi kecil, menghindari gula berlebihan, makanan
campuran daripada karbohidrat sendiri), mengurangi asupan perangsang seperti kafein ,
atau dengan membuat perubahan gaya hidup untuk mengurangi stres.
H. Penatalaksanaan
Glukosa darah diarahkan kekadar glukosa puasa : 120 mg/dl
Dengan rumus 3 2 1
Hipoglikemi:
Pisang / roti / karbohidrat lain, bila gagal
Teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
Koma hipoglikemi:
Injeksi glukosa 40% iv 25 ml infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang setiap
jam sampai sadar (maksimum 6 x) bila gagal
Injeksi efedrin bila tidak ada kontra indikasi jantung dll 25 50 mg atau injeksi glukagon
1 mg/im, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5%
stop.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya
seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif :
Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
Rasa lapar (bayi sering nangis)
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel
Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
Hightpitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr/%
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
3. Resiko Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat
4. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot
C. Intervensi
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
Monitor vital sign
Monitor kesadaran
Monitor tanda gugup, irritabilitas
Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
Cek BB setiap hari
Cek tanda-tanda infeksi
Hindari terjadinya hipotermi
Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt 2 lt /menit
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau
steril
Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
Perhatikan kondisi feces bayi
Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.
3. Resiko Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan pengeluaran keringat
Rencana tindakan:
Cek intake dan output
Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
Cek turgor kulit bayi
Kaji intoleransi minum bayi
Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
4. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot
Rencana Tindakan:
Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
Lakukan fisiotherapi
Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu
kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah <
60 mg/dl. Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala gejala akibat aktivasi pusat
autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini merupakan
peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk
mengatasi hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya
fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis. Pengkajian khusus paha hipoglikemia
adalah Airway:Tidak ada gangguan; Breathing:Merasa kekurangan oksige dan napas
tersengal-sengal dan Circulation: Kebas,kesemutan di bagian ekstremitas, keringat dingin,
hipotermi, dan penurunan kesadaran

B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara
cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan setiap
hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi
dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien






DAFTAR PUSTAKA


Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New Yor
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia
Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium: penatalaksanaan
kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4. http://askep21a.blogspot.com/2013/11/askep-
hipoglikemia.html

You might also like