You are on page 1of 19

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. HIPOTERMIA
a. Pengertian
Hipotermia adalah suatu keadaan ketika bayi diletakkan di
lingkungan yang lebih dingin dari suhu lingkungan netralnya, dan ketika
bayi menggigil dapat meningkatkan penggunaan oksigen dan penggunaan
glukosa untuk proses fisiologis (Ladewig, 2006, p.184).
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh,
sehingga mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu
memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh yang hilang dengan
cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan
pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010, p.2).
b. Klasifikasi Hipotermia
1) Hipotermia ringan, suhu <36,5
o
C
2) Hipotermia sedang, suhu antara 32
o
C-36
o
C
3) Hipotermia berat, suhu kurang dari 32
o
C



9

c. Gejala dan tanda hipotermia
1) Gejala hipotermia bayi baru lahir:
Bayi tidak mau menetek, bayi lesu, tubuh bayi teraba dingin, denyut
jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras.
2) Tanda-tanda hipotermia:
a) Hipotermia sedang: Aktivitas berkurang, tangisan melemah, kulit
berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan menghisap
lemah dan kaki teraba dingin.
b) Hipotermia berat: sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku
kebiruan, pernafasan tidak teratur, bunyi jantung lambat,
selanjutnya timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik.
d. Faktor penyebab
Penyebab utama terjadinya hipotermia, karena kurangnya
pengetahuan tentang mekanisme kehilangan panas dari tubuh bayi dan
pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Dan resiko untuk
terjadinya hipotermia dikarenakan perawatan yang kurang tepat setelah
bayi lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, berat badan
bayi yang kurang dan memandikan bayi segera setelah lahir.
Dan faktor pencetus terhadap timbulnya hipotermia adalah faktor
lingkungan, syok, infeksi, KEP (Kekurangan Energi Protein), gangguan
endokrin metabolik, cuaca, dan obat-obatan (Wiwik, 2010, p.4).


10

e. Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat
dengan cepat kehilangan panas apabila tidak segera dicegah. Bayi yang
mengalami hipotermia beresiko mengalami kematian. Mekanisme
kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi melalui:
Gambar 2.1. Mekanisme Kehilangan Panas

1) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih
rendah dari temperatur tubuh bayi, contohnya bayi ditempatkan dekat
jendela yang terbuka
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, contohnya bayi diletakkan
di atas timbangan atau tempat tidur bayi tanpa alas
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada bayi saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin, contohnya angin dari
kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin
11

4) Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera
dikeringkan.
f. Suhu tubuh
Besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dingin suatu
benda. Untuk menentukan suhu tidak dapat menggunakan panca indera
(perabaan tangan), maka diperlukan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur suhu adalah termometer. Termometer dibuat berdasarkan
prinsip perubahan volume. Termometer yang berisi air raksa disebut
termometer raksa, dan termometer yang berisi alkohol disebut termometer
alkohol. (Lestari, 2010, p.2).
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalmus berusaha
agar suhu tetap hangat (36,5-37,5
o
C) meskipun lingkungan luar tubuh
berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan menyeimbangkan
produksi panas pada otot dan hati, kemudian menyalurkan panas pada kulit
dan paru-paru. Sistem kekebalan tubuh akan merespon apabila terjadi
infeksi dengan melepaskan zat kimia dalam aliran darah, dan merangsang
hipotalamus untuk menaikan suhu tubuh dan menambah jumlah sel darah
putih yang berguna dalam melawan kuman (Lestari, 2010, p.2).




12

g. Keseimbangan panas
Pengaturan temperatur/ regulasi adalah suatu pengukuran
secara komplek dari suatu proses dari kehilangan panas sehingga suhu
tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Suhu tubuh bayi merupakan
tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya
sudah stabil, dan suhu tubuh bayi harus dicatat (Sarwono, 2002, p.755).
Manusia secara fisiologis digolongkan dalam makhluk berdarah panas/
homotermal suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi secara
berantai kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu
hipotalamus.
h. Penatalaksanaan Hipotermia pada bayi baru lahir:
Untuk mengatasi bayi yang mengalami hipotermia adalah dengan
membersihkan cairan yang menempel pada tubuh bayi seperti daran dan
air ketuban, membungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan
meletakkannya di dalam inkubator, kemudian pindahkan bayi menempel
pada dada ibu, atau sering disebut sebagai metode kanguru (Ladewig,
2006, p.185).
Apabila kondisi ibu tidak memungkinkan, karena ibu masih lemas
pasca bersalin, segera keringkan bayi dan membungkus bayi dengan kain
yang hangat, meletakkan bayi dekat dengan ibu, dan memastikan ruangan
bayi cukup hangat (Wiwik, 2010, p.5)


13

i. Cara mempertahankan kehangatan pada bayi
Berikut adalah cara mempertahankan kehangatan tubuh bayi
(Yaniedu, 2011, p.2):
1) Mengeringkan bayi dengan seksama, selimuti tubuh bayi, dan tutup
kepala bayi
2) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayi dan menyusui bayi
3) Sebaiknya menimbang bayi, apabila sudah mengenakan baju, dan
menunda memandikan bayi 6 jam pasca lahir
4) Menempatkan bayi di ruangan yang bersih dan hangat
j. Cara mengukur suhu tubuh
Cara mengukur suhu tubuh bayi pada aksila, adalah sebagai
berikut (Lestari, 2010, p.3):
1) Gunakan termometer yang dapat mengukur suhu sampai 32
o
C
2) Menggunakan termometer yang bersih
3) Mengupayakan bayi tetap hangat selama pengukuran dilaksanakan
dengan menyelimuti bayi dan meletakkannya diatas permukaan yang
hangat
4) Meletakkan bayi dalam posisi terlentang
5) Turunkan suhu termometer sebelum digunakan, sampai angka di bawah
35
o
C
6) Meletakkam ujung termometer pada apeks aksila (ketiak) dan rapatkan
lengan ke badan bayi atau silangkan lengan didepan dada selama
minimal 3 menit, atau pada anus bayi dan ukur selama 1 menit
14

7) Melepaskan termometer dan mambaca hasil suhu
8) Setelah selesai basuh termometer menggunakan air klorin 0,5%, air
sabun, kemudian ke air bersih dan lap menggunakan kain bersih.

2. BERAT BADAN
a. Pengertian
Berat badan adalah merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus), untuk
mendiagosa berat badan bayi normal atau BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) (Supariasa, 2001, p.39).
Berat badan adalah suatu indikator untuk mengetahui kesehatan
bayi, dan apabila berat badan bayi tidak sesuai dengan usianya menjadi
petunjuk adanya gangguan kesehatan pada fisik bayi (Musbikin, 2007,
p.395).
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Disamping itu berat badan dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Waryana, 2010, p.150).






15

b. Klasifikasi Berat Badan
Ada 2 penggolongan berat badan, yaitu:
1) Berat badan lahir normal
Berat badan bayi normal adalah berat badan bayi antara 2.500-
4.000 gram. Normalnya bayi akan kehilangan berat badan karena proses
penyesuaian diri dengan dunia luar, namun berat badan akan kembali
pada 2-3 minggu kemudian. Dan berat badan bayi normalnya akan
bertambah 113-227 gram atau lebih pada setiap minggu (Musbikin,
2007, p.397).
2) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram. Bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi 3,
meliputi (Sarwono, 2007, p.376):
a) Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1.500-2.500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1.500 gram
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah, berat lahir kurang dari 1.000 gram.
c. Jenis timbangan
Alat untuk menimbang berat badan pada bayi adalah timbangan
detecto, timbangan ini tidak dapat digunakan untuk menimbang anak
balita. Sedangkan timbangan yang biasanya digunakan untuk menimbang
balita, yaitu timbangan dacin.
Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kilogram dan maksimum
25 kilogram. Dacin yang berkapasitas 50 kilogram dapat digunakan,
16

namun hasilnya kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kilogram
(Supariasa, 2001, p.40)
d. Faktor penting berat badan
Berat badan merupakan parameter yang paling baik, untuk
memberikan gambaran status gizi sekarang, dan jika dilakukan secara
berkala memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. Alat
pengukuran berupa timbangan yang telah digunakan secara umum dan luas
di Indonesia dengan ketelitian yang tinggi dan sudah dikenal oleh
masyarakat. Dan didokumentasikan menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat) sebagai alat yang baik untuk memonitor kesehatan mulai bayi
hingga balita menggunakan berat badan sebagai dasar pengisinya
(Supariasa, 2001, p.39).
Penambahan dan penurunan berat badan bayi di bulan-bulan
pertama setelah kelahiran sangat tergantung pada ibu. Dengan menjaga
mutu gizi ibu melalui ASI, sehingga tumbuh kembang anak optimal.
Penambahan berat badan akan terganggu prosesnya, apabila bayi
mengalami diare. Namun,pemberian ASI dapat mengurangi untuk bayi
mengalami diare (Musbikin, 2007, p.397).




17

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat
penimbang memiliki beberapa persyaratan, seperti mudah digunakan,
mudah diperoleh dan relatif murah harganya ketelitian timbangan
sebaiknya maksimum 0,1 kg, skalanya mudah dibaca, aman untuk
menimbang bayi (Supariasa, 2001, p.39).

3. BAYI BARU LAHIR NORMAL
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh
bayi yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kehidupan
bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek
primitive seperti menghisap dan mencari putting susu (Sarwono, 2007,
p.133).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai dengan 42 minggu, atau bayi dengan berat badan 2500
gram-4000gram (Depkes RI,1996).
b. Periode Transisional pada bayi baru lahir
Bayi baru lahir mengalami proses adaptasi psikologik mulai dari
tubuh bayi baru lahir. Bayi memerlukan pemantauan yang ketat untuk
masa-masa transisi hidup di luar uterus.
Periode transisional mencakup tiga periode:


18

1) Periode pertama reaktivitas
Periode pertama reaktivitas berakhir kira-kira 30 menit setelah
kelahiran, dengan tanda-tanda vital bayi frekuensi nadi cepat, frekuensi
pernapasan mencapai 80 kali/menit, irama tidak teratur. Perubahan
warna dari merah jambu pucat ke sianosis, adanya reflek menghisap
yang sangat kuat, bayi menangis kuat.
Kebutuhan khusus bagi bayi selama periode pertama
reaktivitas, dengan mengkaji frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30
menit pada 4 jam pertama, jaga kehangatan tubuh, tempatkan bayi dekat
dengan ibu nya secara skin to skin, tunda pemberian obat tetes mata
sebagai profilaksis pada 1 jam pertama untuk meningkatkan interaksi
antara orang tua dan bayi (Ladewig, 2006, p.154).
2) Fase tidur
Fase ini dimulai dari 30 menit setelah periode pertama
reaktivitas, dan berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam. Saat bayi
berada pada fase tidur bayi akan mengalami penurunan nafas dan
frekuensi jantung, dan warna kulit kembali stabil, terdapat akrosianosis.

19

3) Periode kedua reaktivitas
Periode ini berakhir sekitar 4-6 jam, bayi memiliki tingkat
sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan, frekuensi
nadi 120-160 kali/menit dan frekuensi pernapasan antara 30-60
kali/menit. Bayi mengalami fluktasi warna kulit dari warna merah
jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak,
mulai mengeluarkan mekonium dan berkemih, peningkatan sekresi
mukus yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan bayi tersedak.
Pemantauan yang ketat pada bayi baru lahir yang mengalami
kemungkinan tersedak dapat menggunakan pipet untuk mengeluarkan
mukus, mengkaji beberapa reflek yang ada pada bayi seperti menghisap
dan menelan (Ladewig, 2006, p.155).
c. Ciri-ciri bayi normal
1) Berat badan 2500-4000 garm
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Bunyi jantung dalam menit pertama 180x/ menit kemudian menurun
120-140x/ menit
5) Pernafasan pada menit pertama cepat 80x/ menit kemudian menurun
setelah tenang 40x/ menit
6) Kulit kemerahan dan licin kemudian jaringan subcutan terbentuk dan
diliputi vernix caseosa
7) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala lebih sempurna
20

8) Kuku agak panjang dan lemas
9) Genetalia : labia mayor sudah menutupi labia minor (pada perempuan),
dan testis sudah turun kedalam secrotum (pada laki-laki)
10) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
11) Reflek moro sudah baik
12) Graff reflek sudah baik
13) Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama
d. Pemantauan bayi baru lahir
1) Suhu tubuh dan lingkungan bayi
2) Tanda-tanda vital bayi
3) Berat badan bayi
4) Pakaian yang digunakan bayi
5) Perawatan tali pusat







21

4. MEMANDIKAN BAYI
a. Pengertian mandi
Mandi adalah kegiatan yang menggembirakan, karena pada
dasarnya bayi atau anak suka bermain air, dan perawatan pada bayi
khususnya untuk kebersihan kulit bayi, dilakukan 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari, dengan waktu pelaksanaan sebelum dan sesudah makan
(Tjokronegoro, 2002, p.5).
Memandikan bayi, ditunda selama kurang lebih 6 jam setelah
persalinan, agar suhu tubuh bayi dapat menyesuaikan diri di lingungan
sekitar, sehingga tidak menyebabkan bayi mengalami hipotermia
(Sarwono, 2007, p.373).
b. Manfaat mandi
Mandi pada umumnya mempunyai tujuan dan manfaat yang sama
,yaitu:
1) Memperlancar peredaran darah
2) menjaga kebersihan kulit tubuh dari sisa lemak tubuh serta keringat
3) Membunuh kuman dikulit yang dapat menimbulkan penyakit
4) memberikan rasa segar dan nyaman
5) Mencegah terjadinya infeksi tali pusat
c. Waktu memandikan bayi
Bayi baru lahir terlihat kotor, hal ini wajar karena bayi
berlumuran dengan banyak cairan selain ketuban. Cairan tersebut
diantaranya mengandung darah, lendir dan mekonium. Sesaat setelah bayi
22

lahir, bayi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
di luar kandungan. Inilah yang mendasari adanya teori yang menyebutkan
bahwa bayi baru lahir baru boleh dimandikan setelah 6 jam dilahirkan.
Karena jika bayi baru lahir dipaksakan untuk mandi (walaupun
dengan air hangat), air yang menjadi dingin (setelah beberapa waktu) akan
menyebabkan hilangnya panas tubuh bayi karena terserap oleh air. Suhu
tubuh bayi dapat turun dan aliran darah terganggu. Sebagai akibatnya bayi
akan kekurangan oksigen dengan ditandai warna kulit tubuh yang
membiru. Pertumbuhan sel sel bayi juga terganggu akibat tidak
lancarnya peredaran oksigen dalam tubuh.
d. Memandikan bayi
Sebelum aktivitas mandi dilakukan diperlukan beberapa
persiapan, antara lain (Eveline, 2010, p.93):
1) Sediakan peralatan mandi
Gunakan sabun sampo khusus untuk bayi yang tidak menimbulkan
iritasi. Pilih sabun dan sampo yang kadar pH-nya sama dengan pH kulit
bayi (sekitar 5-7).
2) Sediakan bak mandi
Sebaiknya yang memiliki sandaran kepala. Lalu isi air hangat bersuhu
sekitar 40
0
C.
23

Menurut (Pusdiknakes, 2003), langkah-langkah memandikan
bayi:
1) Meletakkan bayi di atas tempat tidur yang datar
2) Membersihkan mulai dari wajah (dahi, pipi, dagu) dengan kapas yang
dibasahi air hangat,dan bagian mata, keringkan wajah dengan
menggunakan handuk
3) Membersihkan kepala bayi dengan menggunakan sampo dengan tangan
kanan, dan tangan kiri menyangga bagian leher bayi, lalu bersihkan
dengan waslap basah dan keringkan dengan handuk
4) Membersihkan seluruh tubuh bayi dengan menggunakan sabun dengan
tangan atau waslap. Perhatian utama pada daerah lipatan, karena
merupakan tempat sisa keringat, bedak, dan daki. Serta bagian
kemaluan (jika bayi laki-laki tarik katup (prepusium), ke belakang dan
bersihkan. Bila bayi perempuan bersihkan labia mayora dan
minor,bersihkan dari arah depan ke belakang ), lubang dubur, dan pusar
5) Memegang kepala bayi dengan pergelangan tangan kiri menyangga
leher bayi serta jari-jari tangan kiri memegang ketiaknya. Masukan bayi
ke air hangat sampai batas lehernya
6) Keringkan bayi dengan cara menekan-nekan handuk dan jangan
menggosok tubuh bayi


24

e. Pengawasan pada bayi (Eveline, 2010, p.94):
1) Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya dengan cepat, maka pastikan
suhu ruangan dalam keadaan hangat
2) Pastikan air untuk memandikan bayi hangat-hangat kuku, dan tidak
panas
3) Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian saat mandi, bahkan sesaat
sekalipun. Bayi dapat tenggelam dalam air sedalam kurang lebih 5 cm
4) Jangan terlalu lama memandikan bayi, karena dapat menimbulkan
kedinginan
5) Cara mengeringkan bayi cukup dengan ditekan-tekan perlahan saja
dengan menggunakan handuk.









25

B. KERANGKA TEORI











Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber: Faktor Penyebab Hipotermia (Wiwik, 2010, p.4).

Lingkungan
Hipotermia
Berat Badan Lahir
Rendah
Penanganan Bayi
yang kurang tepat
Memandikan bayi
segera setelah lahir
26

C. KERANGKA KONSEP
Variabel Independen Variabel dependen



Bagan 2.2 Kerangka konsep

D. HIPOTESIS
Ha : Ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir
dengan kejadian hipotermia pada bayi yang dimandikan
6 jam pasca kelahiran

Hipotermia
Berat badan
bayi baru lahir

You might also like