You are on page 1of 57

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen penting yang berperan dalam
kelangsungan hidup manusia. Ketidakseimbangan antara hubungan manusia dan
lingkungan akan menyebabkan timbulnya masalah, salah satunya masalah
kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan. Penyakit berbasis lingkungan masih
menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit Berbasis
Lingkungan merupakan keadaan kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit (Dinkes Probolinggo,
2013).
Indonesia saat ini juga menghadapi masalah di bidang sanitasi dan perilaku
hidup bersih dan sehat. Sejak diterapkan otonomi daerah pada Januari 2001,
masalah sanitasi bukan lagi menjadi urusan Pemerintah Pusat, tetapi menjadi
urusan wajib bagi Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai UU No. 32/2004 tentang
Otonomi Daerah. (STBM, 2013). Berdasarkan aspek sanitasi, tingginya angka
penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan karena tidak terpenuhinya
kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah,
tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah pertanian, sarana transportasi, serta kondisi lingkungan fisik yang buruk.
Aspek sanitasi tersebut tergolong ke dalam sarana dan prasarana lingkungan yang
merupakan parameter persyaratan perumahan dan lingkungan sehat (Dinkes
Prov.Jawa Tengah 2005 dalam Khomariyatika T, 2011).
2

ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masuk
ke dalam sepuluh penyakit terbanyak di seluruh puskesmas yang ada di Indonesia
(Dinkes Probolinggo, 2013) termasuk di Kota Padang dengan rincian persentase
ISPA sebanyak 39,1%, diare 24,2% dan penyakit kulit 5,4% (DKK, 2013). Lubuk
Kilangan sendiri, jumlah kasus terbanyak penyakit berbasis lingkungan adalah
ispa dengan 788 kasus dan diare dengan 253 kasus (Laporan Tahunan Lubuk
Kilangan, 2013). Buruknya kualitas air dan sanitasi merupakan akar penyebab
kematian karena diare yaitu 1.400.000 jiwa/tahun (WHO dalam STBM, 2013).
Buruknya sirkulasi udara dalam rumah yang diakibatkan dari jendela rumah yang
tidak memadai akan berakibat menjadi ISPA (Chandra B, 2007).
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah (Chandra B, 2007). Kementrian Kesehatan 2011 menyatakan target rumah
sehat yang ingin dicapai pada tahun 2014 adalah 70% sementara Dinas Kesehatan
Kota Padang tahun 2013 mencatat bahwa persentase rumah yang memenuhi
syarat (rumah sehat) di Kecamatan Lubuk Kilangan hanya mencapai 61% dari
1328 rumah yang diperiksa, yang merupakan presentase ketiga terendah dari
semua kecamatan lainnya di Kota Padang dan persentase ini masih jauh dari target
yang disebutkan di atas (DKK, 2013).
Sebagai unit pelaksana teknik dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Dalam hal ini tentunya yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
3

penyelenggaraan pembangunan kesehatan berupa perencanaan dan perwujudan
rumah sehat di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah pihak puskesmas Lubuk
Kilangan itu sendiri. Pada standar pelayanan minimal Puskesmas Lubuk Kilangan
cakupan rumah sehat dari 7 kelurahan pada Kecamatan Lubuk Kilangan
didapatkan hasil 27% dari target Dinkes 2013 80%, sehingga menjadi salah satu
masalah.
Setelah mengidentifikasi masalah untuk mengetahui penyebab dari kurangnya
cakupan rumah sehat maka dilakukan konfirmasi ke petugas kesehatan lingkungan
Puskesmas Lubuk Kilangan tentang data cakupan rumah sehat pada Puskesmas.
Dari data tersebut maka dilakukan survei pada RT/01 RW/02 Kelurahan Bandar
Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang yang memiliki rendahnya
cakupan rumah sehat dibandingkan daerah lainnya.
Dengan demikian, maka perlu adanya usaha perencanaan dan perwujudan
rumah sehat di RT/01 RW/02 Kelurahan Bandar Buat di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan demi tercapainya mutu kesehatan yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
a) Mengapa angka pencapaian rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan khususnya RT/01 RW/02 Kelurahan Bandar Buat masih rendah?
b) Bagaimana alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan melalui perencanaan program rumah sehat di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan?
4

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui dan menetapkan pemecahan masalah untuk meningkatkan
angka perumahan sehat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penyebab masih rendahnya angka pencapaian rumah sehat
di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan khususnya RT/01 RW/02
Kelurahan Bandar Buat.
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk upaya peningkatan
kesehatan lingkungan melalui perencanaan program rumah sehat di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dengan adanya tulisan ini diharapkaan dapat timbulnya kesadaran dari
masyarakat mengenai pentingnya rumah sehat, untuk kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehingga tercapainya tingkat kesehatan yang
lebih baik.
2. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Lubuk
Kilangan dalam pengambilan keputusan untuk program kesehatan
lingkungan.



5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sehat
2.1.1 Definisi
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi yang baik, kepadatan
hunian yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI,
2002). Menurut Winslow dalam Chandra (2007), rumah sehat harus dapat
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, serta dpat menghindarkan dari
terjadinya kecelakaan dan penularan penyakit.
Perumahan yang baik merupakan kumpulan rumah dengan berbagai fasilitas
pendukung yaiu sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih,
lampu jalan, lapangan bermain anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan
pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas banjir (Chandra, 2007).
2.1.2 Kriteria Rumah sehat
Kriteria menurut Winslow dalam Chandra (2007), rumah sehat harus
memenuhi empat persyaratan yaitu
1. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
Ada beberapa variabel yang harus dinilai dalam pemenuhan kebutuhan
fisiologis, yaitu:
a. Suhu ruangan
Suhu ruangan sebaiknya berkisar antara 18-20
o
C, hal ini sangat dipengaruhi
oleh suhu udara luar, pergerakan udara, kelembapan udara, serta suhu benda-
6

benda sekitar.
b. Penerangan
Rumah harus mendapatkan penerangan yang baik pada siang hari dari sinar
matahari dan malam hari dari penerangan dengan bantuan listrik.
c. Ventilasi Udara
Pertukaran udara sangat diperlukan untuk menjaga hawa ruangan agar tetap
segar, sehingga setiap rumah harus memiliki jendela dan ventilasi udara. Luas
jendela secara keseluruhan kurang lebih 15% dari luas lantai.
d. Jumlah ruangan atau kamar
Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni rumah
yaitu sekitar 5m
2
per orang
Tabel 2.1 Perbandingan jumlah kamar dan penghuni dalam rumah
Jumlah Jumlah Orang
1
2
3
4
5
2
3
5
7
10

2. Memenuhi Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan
dengan sanitasi rumah, antara lain:
a. Cara pengaturan keadaan rumah dan lingkungan sekitarnya harus memenuhi
rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah
tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang
tinggal di rumah tersebut.
c. Setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus memiliki
7

ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.
d. Adanya ruangan untuk bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu.
3. Terhindar dari kecelakaan atau kebakaran
Rumah yang sehat dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari
bahaya kecelakaan atau kebakaran. Kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah runtuh.
b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-
tempat lain terutama untuk anak-anak.
c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.
d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.
e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.
4. Perlindungan terhadap penularan penyakit (lingkungan sehat)
Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain:
a. Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun.
b. Memilki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.
c. Mencegah terjadi perkembangbiakan vektor penyakit, seperti nyamuk, lalat,
tikus, dan sebagainya.
d. Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran seperti kawasan industri,
jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah
hijau (green belt) dan bebas banjir.
2.2 Indikator dan Parameter Penilaian Rumah
Ruang lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok
komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni, (Depkes RI, 2002).

8

1. Kelompok komponen rumah
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
1. Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 g/m3,
asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak
melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti
berikut:

a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah perlu
dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen atau keramik.
Lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah, untuk mencegah
masuknya air ke dalam rumah.
b. Dinding harus dilengkapi dengan ventilasi untuk pengaturan sirkulasi
udara dan untuk pencahayaan rumah. Fungsi dinding selain sebagai
pendukung atau penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk
melindungi ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin,
serta melindungi dari pengaruh panas.
9

c. Langit-langit, harus kuat agar tehindar dari kecelakaan dan mudah
dibersihkan.
d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir.
e. Penataan ruang dalam rumah harus diperhatikan, ruang dalam rumah
terdiri dari berfugsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan,
ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak. Fungsi
masing-masing ruangan tersebut, adalah:
1. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur,
ruangan ini biasanya juga digunakan untuk ruang ganti pakaian.
Ruangan ini ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh,
jauh dari tempat bermain anak-anak. Luas ruang tidur minimal 9 m
2

untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk orang
dewasa dan 4 m
2
untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun, dengan
tinggi langit-langit minimal 2 m.
2. Ruang tamu
Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu,
biasanya diletakkan di bagian depan rumah.
3. Ruang duduk (ruang keluarga)
Ruang duduk merupakan ruang untuk berkumpul bagi anggota
keluarga, ruang ini harus dilengkapi jendela dan ventilasi yang
memenuhi syarat.
4. Ruang makan
10

Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan tersendiri, tetapi
untuk suatu rumah yangberukuran kecil, ruang makan ini boleh
disatukan dengan ruang keluarga.
5. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri biasanya dibagian
belakang rumah, agar asap dari hasil pembakaran tidak mengganggu .
Dapur harus dilengkapi dengan alat-alat memasak serta tempat
penyimpanannya, tempat menyimpan bahan untuk memasak dan
makanan yang telah siap disajikan, tempat untuk mencuci peralatan
memasak dilengkapi dengan tersedianya air bersih serta sistem
pembuangan yang baik, tempat pembuangan sampah sementara yang
tertutup.
6. Kamar mandi dan jamban
Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air, tinggi dinding
minimal setinggi 1 m dari lantai serta dilengkapi dengan ventilasi.
Jamban harus berleher angsa memiliki septic tank dengan jaraknya
minimal 10 m dari sumber air.
7. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat yang tidak
dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk memperbaiki
rumah, alat-alat yang sudah tidak digunakan lagi.



11

3. Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dari sinar
matahari dan buatan dengan bantuan listrik. Intensitas minimal pencahayaan
dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak menyilaukan.

4. Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai
berikut:

a) Suhu udara nyaman berkisar 18 sampai 30 C.
b) Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%.
c) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.
d) Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per
penghuni.
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam.
f) Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3.
5. Ventilasi
Luas ventilasi alamiah yang pemanen minimal 10% dari luas lantai.
Ventilasi mempunyai fungsi ganda, yang pertama ventilasi sebagai lubang
masuknya udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan
keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation), kedua ventilasi
sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga
didalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari.
Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan
menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain:
a) Kadar oksigen akan berkurang.
12

b) Kadar karbon dioksida akan meningkat.
c) Ruangan akan berbau.
d) Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat.
Ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran
udara yang baik, yaitu:
a) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana
udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin.
b) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan
udara, misalnya penghisap udara (exhaust ventilation) dan air
conditioner (AC).
6. Binatang penular penyakit
Pada rumah tidak boleh ada binatang penular penyakit seperti tikus.
7. Air
Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau,
pencemaran terhadap permukaan tanah, serta air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 9 m
2
.

13


11. Atap
Fungsi atap adalah untuk melindungi penghuni rumah dan isi ruangan
rumah dari gangguan angin, panas dan hujan, juga melindungi dari
pencemaran udara seperti: debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik
adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan
hangat di musim hujan.

2. Kelompok sarana sanitasi.
Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan
dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
a. Sarana air bersih dan air minum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak (Peraturan Menteri Kesehatan No 492, 2010). Sarana air
bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi
penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih, antara lain
(Chandra, 2007):
a. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik
tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 m.
b. Sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air
dengan pembuatan cincin dan bibir sumur
14

c. Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air
atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan
dipelihara rutin.
Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi
sebagai air minum, antara lain (Chandra, 2007):
1) Syarat fisik
Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna atau, tidak
berbau, dan tidak berasa.
2) Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan.
3) Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme, sebagai
petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah
adanya E.coli dalam air.
b. Saluran Pembuangan Air Limbah (Chandra, 2007)
Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih dan
mengandung zat yang bersifat membahayakn dan merupakan hasil
perbuatan manusia. Pengolahan air limbah bertujuan untuk:

(1) Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai
penyakit.
15

(2) Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah
tersebut mengandung zat organik yang membahayakan
kelangsungan hidup tumbuhan.
c. Jamban/kakus (Chandra, 2007)
Syarat-syarat untuk mendirikan kakus atau jamban ialah:

(1) Harus tertutup, artinya terlindung dari pandangan orang lain,
terlindung dari panas atau hujan.
(2) Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak
menjadi tempat hidupnya binatang.
(3) Mempunyai saluran pembuangan atau septic tank.
Jenis-jenis kakus atau jamban, antara lain:
(1) Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat penampungan
tinjanya dibangun dekat dibawah tempat injakan atau dibawah
bangunan kakus. Kakus ini dibuat dengan menggali lubang ke
dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter.
(2) Kakus empang (overhung latrine), ialah kakus yang dibangun di
atas empang, sungai atau rawa.
(3) Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya dibangun
pada tempat- tempat rekreasi, pada alat transportasi dan lain
sebagainya.
(4) Kakus dengan angsa trine ialah, kakus dimana leher lubang
kloset berbentuk lengkungan, dengan demikian akan selalu terisi
air yang penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-
16

binatang kecil. Kakus model ini dilengkapi dengan lubang atau
sumur penampung/sumur resapan yang disebut septic tank. Kakus
model ini adalah yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan
lingkungan.

d. Tempat Sampah (Chandra, 2007)
Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia adalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti
penyimpanan (storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan
(disposal).

Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain
a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah
rusak,
b) Harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik serangga atau
binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup
sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan,
c) Ditempatkan di luar rumah.
3. Kelompok perilaku penghuni
Penghuni rumah harus selalu menjaga kebersihan rumah dengan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, kebiasaan yang harus selalu dilakukan
seperti membuka jendela rumah agar terjadi pertukaran udara, membersihkan
rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang
sampah pada tempat sampah (Depkes RI, 2002).
17

2.3 Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai berikut :
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan
gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut
a. Gas H
2
S dan NH
3
secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah pemukiman dan perumahan
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
18

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan
tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar
pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi persyaratan kesehatan
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
19

6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat.
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan,keindahan dan kelestarian
alam.
2.4 Hubungan Rumah Sehat dan Kesehatan Lingkungan dengan Penyakit
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan berhubungan dengan
terjadinya penyakit, terutama penyakit berbasis lingkungan, antara lain infeksi
saluran napas (common cold, Tb), infeksi pada kulit (skabies, tinea), infeksi akibat
infestasi tikus (leptospirosis), penyakit yang ditularkan melalui vektor (DBD,
malaria, filariasis), (Chandra, 2007).
Pengetahuan mengenai perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit
sangat diperlukan dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan.
Patogenesis penyakit dapat diuraikan melalui bagan di bawah ini:

Gambar 2.1 Patogenesis Penyakit Berbasis Lingkungan
(Ahmadi, 2005)

20



Berdasarkan bagan di atas komponen lingkungan merupakan media
transmisi penyakit, komponen lingkungan ini salah satunya adalah rumah dan
lingkungan sekitarnya (Ahmadi, 2005). Oleh karena itu, dengan adanya rumah
dan lingkungan yang sehat penurunan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan
dapat terjadi .


















21


BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan, dengan luas wilayah 85,99 km
2
yang terdiri dari 7
kelurahan dengan luas :
a. Kelurahan Batu Gadang : 19,29 km
2

b. Kelurahan Indarung : 52,1 km
2

c. Kelurahan Padang Besi : 4,91 km
2

d. Kelurahan Koto Lalang : 3,32 km
2

e. Kelurahan Baringin : 1,65 km
2

f. Kelurahan Tarantang : 1,85 km
2

g. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 km
2

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Solok.
b. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Begalung.
c. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pauh.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.


22


Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

3.2 Kondisi Demografis
Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang
tahun 2013 yang dipublikasikan pada tahun 2013, didapatkan jumlah penduduk
Kecamatan Lubuk Kilangan sebanyak 51.762 jiwa dengan KK (kepala keluarga)
sebanyak 10.707 KK yang tersebar dalam 171 RT dan 44 RW. Adapun rincian
jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat dengan perincian sebagai
berikut :
a. Kelurahan Bandar Buat : 14.359 jiwa dan 2.743 KK
b. Kelurahan Padang Besi : 6.797 jiwa dan 1.610 KK
23

c. Kelurahan Indarung : 10.069 jiwa dan 2.632 KK
d. Kelurahan Koto Lalang : 6.563 jiwa dan 1.550 KK
e. KelurahanBatuGadang : 6.480 jiwa dan 1.489 KK
f. Kelurahan Baringin : 1.277 jiwa dan 244 KK
g. Kelurahan Tarantang : 2.460 jiwa dan 439 KK
Di lubuk kilangan terdapat 44 RW dan 171 RT dengan perincian sebagai
berikut:
a. Kelurahan Batu Gadang : 5 RW/ 21 RT
b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT
c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT
d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 43 RT
e. Kelurahan Koto Lalang : 8 RW/ 31 RT
f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT
g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT
3.3 Sarana dan Prasarana
Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas,
selain ditunjang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Pos
Kesehatan Keliling (Poskeskel), juga dibantu oleh peran institusi yang terdapat
pada berbagai tatanan yang ada seperti Posyandu Balita dan Lansia, sekolah,
majelis taklim, dan lain-lain.
Salah satu lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis
ditengah masyarakat sampai saat ini adalah Pos Pelayan Terpadu (Posyandu).
Pada tahun 2013, terdapat 43 buah Posyandu Balita dan 14 buah Posyandu Lansia
di Kecamatan Lubuk Kilangan.
24

Adapun rincian sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas untuk
mendukung jalannya kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dapat
dilihat dengan perincian sebagai berikut :
1. Sarana Pendidikan
a. SMU/SMK : 3 Unit
b. SLTP : 4 Unit
c. SD : 23 Unit
d. TK : 18 Unit
2. Sarana Kesehatan
Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:
a. Puskesmas Induk : 1 Unit
b. Puskesmas Pembantu : 4 Unit
1. Pustu Indarung
2. Pustu Batu Gadang
3. Pustu Baringin
4. Pustu Koto Lalang
c. Rumah Sakit PT Semen Padang : 1 Unit
d. Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit
e. Motor Dinas : 4 Unit
f. Komputer : 2 Unit
g. MesinTik : 2 Unit
h. Laptop : 1 Unit
i. LCD/Infocus : 1 Unit

25

3. Prasarana Kesehatan
a. Posyandu Balita : 43 Buah
b. Posyandu Lansia : 14 Buah
c. Kader Kesehatan : 164 Orang
d. Praktek Dokter Swasta : 5 orang
e. Praktek Bidan Swasta : 21 orang
f. Pos UKK : 3 Pos
g. PengobatanTradisional : 38 Buah
h. Toga : 27 Buah
3.4 Ketenagaan
a. Dokter Umum : 2 Orang
b. Dokter Gigi : 2 Orang
c. SKM : 3 Orang
d. Akper : 6 Orang
e. SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) : 7 Orang
f. Akbid : 14 Orang
g. Bidan (D I) : 5 Orang
h. Asisten Apoteker : 2 Orang
i. AKL (Akademi Kesehatan Lingkungan): 2 Orang
j. AAK (Akademi Analis Kesehatan) : 1 Orang
j. Perawat Gigi : 2 Orang
k. Pekarya Kesehatan : 3 Orang
l. SMA (Sekolah Menengah Atas) : 2 Orang
m. SMP (Sekolah Menengah Pertama) : 1 Orang
26

0. Rekam medis : 1 0rang
i. Supir : 1 orang

3.5 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi
1. Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah suku
Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas
agama yang dianut masyarakatnya adalah :
a. Islam : 43.451 Jiwa
b. Katolik : 39 Jiwa
c. Kristen : 41 Jiwa

2. Kondisi Ekonomi
Mata Pencaharian Penduduk:
a. Pegawai Negeri : 20 %
b. Swasta : 10 %
c. Buruh : 50 %
d. Tani : 15 %
e. Lain-Lain : 10 %







27

3.6. Data Dasar, Jumlah Rumah, Lingkungan, dan Sarana Air Bersih
Tabel 3.1 Data dasar jumlah rumah dan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan
NO
Kelurahan
Jumlah Jenis Rumah Jamban Keluarga SPAL
Jiwa KK P SP K Jumlah
Leher
angsa
Pakai
S.Tang
Leher
Angsa
Non
S.Tang
Non
Leher
Angsa
M
C
K
Tertutup Terbuka
1 Bandar Buat 14.839 3.753 1125 613 13 1751 1620 123 8 1 1026 725
2 Padang Besi 7.037 1.448 802 389 9 1200 852 320 28

798 402
3 Indarung 11.456 2.885 2561 1852 14 4427 3233 1189 5

2455 1972
4 Koto Lalang 6.843 1.645 1101 998 7 2106 1287 798 21

1098 1008
5 Batu Gadang 668 1.591 629 307 9 945 748 186 11

589 356
6 Baringin 2.367 322 271 69 17 357 181 57 19

198 159
7 Tarantang 254 646 426 58 12 496 424 58 14

378 118
Puskesmas 51.762 12.290 6915 4286 81 11282 8445 2731 106 1 6542 4740

















28

Tabel 3.2 Data dasar sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan
No
Kelurahan Jumlah Rumah
Sarana Air Bersih

PDAM SGL MA Perpipaan TPS
1 Bandar Buat 1751 1475 166

1
2 Padang Besi 1200 224 125 1 850

3 Indarung 4427 3716 100 1 610 1
4 Koto Lalang 2106 1675 110

321

5 Batu Gadang 945 - 120 3 822

6 Baringin 357 - 80 6 275

7 Tarantang 496 - 100 2 394

Puskesmas 11282 7090 801 9 3272 2










29

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan
melalui analisis data sekunder dari Laporan Tahunan Puskesmas di tahun
2013 dan wawancara dengan kepala Puskesmas beserta penanggung jawab
program di Puskesmas Lubuk Kilangan serta wawancara ke 10 rumah yang
berada di RT 01/ RW 02 Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk
Kilangan. Pada program pokok yang dijalankan di Puskesmas Lubuk
Kilangan, masih terdapat beberapa kesenjangan antara pencapaian dengan
target yang ditetapkan. Kesenjangan antara target dan pencapaian di
Puskesmas Lubuk Kilangan yang ditemui antara lain:
4.1.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana
(KB)

Target dan pencapaian program Kesehatan Ibu dan Anak di
puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut.







30

Tabel 4.1 Target dan Pencapaian Program KIA-KB Puskesmas Lubuk Kilangan
Tahun 2013
No Indikator
Target
(%)
Capaian
(%)
Kesenjangan
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
Persalinan Oleh Nakes
K1
K4
KF1
KF3
Deteksi Ibu RESTI
KN1
KN3
Kunjungan bayi
Cakupan kunjungan
balita
KB Aktif
93
98
93
89
89
20
89
89
93
84
75
75.6
91,72
82
77,1
70,4
28,8
80
69,4
99
75,3
72,1
-17,4
-6,28
-11
-11,9
-18,6
+8,8
-9
-19,6
+6
-8,7
-2,90
Sumber : Laporan Tahunan KIA-KB Puskesmas Lubuk Kilangan,2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir semua program KIA-
KB belum mencapai target. Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang
program KIA dan KB, program K1 dan K4 pada tahun 2013 tidak mencapai
target dikarenakan banyaknya ibu hamil yang datang ke Puskesmas saat
sudah memasuki bulan ketiga atau keempat kehamilan sehingga angka
kunjungan ibu hamil tidak mencukupi empat kali. Selain itu, banyaknya ibu
hamil dan ibu nifas yang memeriksakan dirinya ke bidan praktek swasta dan
dokter spesialis yang tidak memiliki kerja sama dengan Puskesmas Lubuk
Kilangan sehingga tidak ada data yang diberikan ke Puskesmas.
4.1.2 Program Gizi
Target dan pencapaian program Gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan
pada tahun 2013 dapat dilihat padaTabel 4.2 berikut.




31

Tabel 4.2 Target dan Pencapaian Program Gizi Puskesmas Lubuk Kilangan
Tahun 2013
No Indikator
Target
(%)
Pencapaian
(%)
Kesenjangan
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8

9
10
11
12
13
Pencapaian ASI Eksklusif
Pencapaian vitamin A bayi
Pencapaian vitamin A balita
Pencapaian ibu hamil mendapat Fe1
Pencapaian Fe3
Pencapaian Vitamin A Ibu Nifas
Pencapaian tablet Fe ibunifas
Persentase RT yang mengkonsumsi
garam beryodium
Keluarga sadar gizi
Bumil KEK
Penimbangan Bayi D/S
Penimbangan Bayi N/D
BGM/D
75
100
83
98
93
93
93
85

100
<17,6
80
85
<15
63,62
100
93,65
91,72
82
75,6
82
91,75

67
0,01
67,8
79,9
0,9
-11,38

+10,65
-6,82
-11
-17,4
-11
+6,75

-33
+17,59
-12,2%
-5,1%

Sumber: Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Lubuk Kilangan, 2013
4.1.3 Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan Pengelolaan
Penyakit Tidak Menular (PTM)

Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan pada
tahun 2013, 10 Penyakit terbanyak yang tercatat di Puskesmas Lubuk
Kilangan pada tahun 2013 yaitu :
1. ISPA = 53,09%
2. Gastritis = 9,83%
3. Hipertensi = 6,5%
4. Rematik = 6,4%
5. Diabetes Melitus = 5,79%
6. Penyakit Kulit karena Jamur = 5,1 %
7. Kelainan Refraksi = 3,9 %
8. Penyakit Pulpa dan jaringan = 3,1%

32

9. Penyakit Persisten Gigi = 3,1%
10. Penyakit Kulit Infeksi = 3,03%
Target dan pencapaian program Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M) dan Pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM) di Puskesmas
Lubuk Kilangan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Tabel Pencapaian dan Target Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
dan Pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM)
No Program
Target
(%)
Capaian
(%)
Kesenjangan
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
Imunisasi BCG
Imunisasi Polio 1
Imunisasi Polio 2
Imunisasi Polio 3
Imunisasi Polio 4
Imunisasi DPT 1
Imunisasi DPT 2/HB-2
Imunisasi DPT 3/HB-3
Imunisasi Campak
Imunisasi HB-0
Angka Penjaringan Suspek
Proporsi BTA+ diantara
suspek
Konversi
CDR
95
95
90
90
90
95
90
90
90
95
100
5-15

>80
>70
99,50
100
97,9
90,8
88,10
99,10
91,6
85,90
88,20
66,30
40
14

95
50
+4,5
+5
+7,9
+0,8
-1,9
+4,1
+1,6
+1,6
-1,8
-28,7
-60


+15
-20
Sumber : Laporan Tahunan P2M Puskesmas Lubuk Kilangan,2013
Berdasarkan tabel diatas didapatkan penemuan suspek TB paru
belum mencapai target. Dari hasil wawancara dengan pemegang program
hal ini dikarenakan kurang tajamnya anamnesa saat pasien datang ke
Puskesmas dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala awal
TB Paru.
33

4.1.4 Program Kesehatan Lingkungan
Target dan pencapaian program Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.4
berikut.
Tabel 4.4 Target dan Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2013

No Program
Target
(%)
Pencapaian
(%)
Kesenjangan
(%)
1 Pengawasan TTU 100 80 -20
2 Pemeriksaan TPM 100 100
3 Survey Rumah Sehat 80 61 -19
4 Survey JaGa 65 74,85 +9,85
5 Survey SPAL 57,98
6 Sarana Air Bersih 80 99,02 +19,02
7 Pemeriksaan Bakteriologis
DAMIU
100 100
8 TPS 100 100
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Dapat dilihat pada tabel laporan tahunan puskesmas Tahun 2013di
atas bahwa dari 8 program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di
Puskesmas Lubuk Kilangan, terdapat beberapa program yang belum
mencapai target, salah satunya yaitu program survey rumah dengan
kesenjangan antara target dan capaiannya pada tahun 2013 sebesar 19%.










Gambar 4.1 Data Survey Rumah Sehat Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan Tahun 2013 (Laporan Tahunan Program Kesehatan
Lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2013)
34

Menurut laporan tahunan program kesehatan lingkungan tahun 2013,
jumlah rumah yang disurvey hanya 1.328 rumah dari 11.282 rumah. Rumah
yang memenuhi syarat sebanyak 810 rumah (61%), sedangkan yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 518 rumah (39%).
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program kesehatan
lingkungan di dapatkan kendala dalam pelaksanaan program, yaitu
kurangnya jumlah petugas kesehatan lingkungan, seperti pada survey
rumah, jumlah sasaran 11.282 rumah sedangkan jumlah petugas kesehatan
lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan hanya 2 orang. Namun
berdasarkan Indikator Menuju Indonesia Sehat tahun 2010, rasio sanitarian
yang dibutuhkan per jumlah penduduk adalah 40 : 100.000 (KepMenKes,
2003). Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
adalah 51.762, seharusnya minimal dua puluh sanitarian yang dibutuhkan.
4.1.5 Program Promosi Kesehatan

Target dan pencapaian program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Lubuk Kilangan pada tahun 2013 dapat dilihat padaTabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Target dan Pencapaian Program Promosi Kesehatan Tahun 2013
No Program Target (per tahun) Pencapaian (per tahun)
PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)
1 Penyuluhan dalam gedung 96x 96x
2 Penyuluhan luar gedung 24x 24x
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
1 Kelurahan Siaga 85,71% (6 dari 7 kelurahan) 71,42% (5 dari 7 kelurahan)
2 PHBS
i. Rumah tangga
ii. Sekolah

65%
65%

64,20%
20%
3 TOGA 1 TOGA per rumah 7 TOGA percontohan
4 Pembinaan Batra 100% 26%
Sumber: Laporan Tahunan Program Promosi Kesehatan Puskesmas Lubuk
Kilangan Tahun 2013
35

Dari program promosi kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan,
program PKM (penyuluhan kesehatan masyarakat) telah mencapai target,
sedangkan 4 UKBM yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
belum ada yang mencapai target. Program kelurahan siaga tidak mencapai
target karena kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia. Program PHBS
sekolah belum mencapai target karena diperlukan kerjasama dari kepala
sekolah, guru dan orangtua agar program tersebut dapat terlaksana dengan
baik.
4.2 Prioritas Masalah
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas
Lubuk Kilangan tidak mungkin dapat diselesaikan seluruhnya secara
serentak, sehingga perlu ditentukan prioritas. Dalam hal ini metode yang
digunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat suatu
plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.
Penentuan, penjabaran, analisis, serta pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Lubuk Kilangan Padang dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Tabel
4.7.
Penentuan prioritas masalah, metode yang digunakan adalah teknik
scoring dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Urgensi merupakan tingkat masalah yang penting untukdiselesaikan
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
36

Nilai 5 : sangat penting
2. Kemungkinan intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
3. Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.6 Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang
No Masalah U I B M Skor Ranking
1 Survey Rumah Sehat 4 4 3 5 17 I
2 Pemberian Asi Ekslusif 4 2 4 4 14 II
3 Pemeriksaan DAMIU 3 1 4 2 10 IV
4 Penjaringan suspek Tb 4 2 3 4 13 III

Tabel 4.7 Keterangan Penentuan Prioritas Masalah
No Masalah Metode Skor Alasan
1. Rendahnya Pencapaian Rumah
Sehat di Puskesmas Lubuk
Kilangan
U 5 Meningkatnya risiko
penyakit berbasis
lingkungan, seperti : ISPA,
Diare, TB
I 4 Mudah, karena :
a. Tenaga kesehatan
lingkungan di
37

Puskesmas sudah
memenuhi standar.
b. Sudah tersedianya
sarana untuk membantu
masyarakat dalam
membuat wc dan
septictank, berupa
cetakan jamban.
c. Pengetahuan Kader
mengenai konsep rumah
dan lingkungan sehat
sudah cukup baik.




B 3 Cukup mahal, karena
diperlukan dana untuk
pembuatan leaflet, poster,
dana transportasi dari
petugas puskesmas untuk
survey
M 5 Kejadian penyakit berbasis
lingkungan akan menurun.
2. Asi Ekslusif U 4 a. Meningkatkan risiko
penyakit pada bayi.
b. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi
tidak optimal.
I 3 Cukup mudah, karena :
Penyuluhan dapat
dilakukan setiap kali
posyandu.

B 4 Murah, karena hanya
dibutuhkan biaya untuk
pembuatan leaflet dan
poster.
M 5 Menurunnya jumlah kasus
gizi buruk pada bayi.
3. Rendahnya Pencapaian
DAMIU yang memenuhi
syarat
U 4 Meningkatnya risiko
penyakit berbasis
lingkungan seperti diare
I 1 Tidak mudah karena untuk
intervensi dibutuhkan
kerjasama berbagai lintas
sektor dalam meningkatkan
kesadaran pemilik DAMIU
38

untuk melakukan
pemeriksaan bakteriologis.
B 4 Murah, Karena jumlah
DAMIU di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk
Kilangan hanya 26 buah,
sehingga dana yang
diperlukan untuk turun
tidak terlalu banyak.
M 3 Menurunnya kejadian
Penyakit berbasis
lingkungan
4. Rendahnya penjaringan suspek
Tb
U 4 a. Meningkatnya risiko
penularan penyakit TB
b. Meningkatnya jumlah
penderita TB
I 2 Kurang mudah karena
pasien menganggap
penyakitnya hanya
penyakit flu biasa,
sehingga tidak berobat ke
puskesmas.
B 3 Cukup mahal, karena
dibutuhkan dana yang
besar untuk turun langsung
ke lapangan.
M 4 a. Menurunnya jumlah
penderita TB.
b. Menurunkan risiko
terjadinya MDR TB.
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013
4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah
Analisis masalah ini diawali dengan melakukan wawancara yang
dilakukan pada tanggal 10 oktober 2014 dengan pemegang program
kesehatan lingkungan, promkes, P2M, dan pimpinan Puskesmas Lubuk
Kilangan tentang rendahnya jumlah rumah yang memenuhi syarat rumah
sehat yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, dan dari
data Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013 hanya 61%
yang memenuhi persyaratan rumah sehat dari 1328 rumah yang diperiksa.
39

Masalah ini juga terkait dengan tingginya angka penyakit berbasis
lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013 yaitu ISPA.
Berikutnya juga dilakukan wawancara yang dilakukan pada tanggal 12
oktober 2014 kepada 10 responden yaitu warga RT01/RW02 Kelurahan
Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan.
Beberapa faktor penyebab masalah yang mendasari rendahnya angka
rumah sehat diwilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai
berikut:
1. Manusia
a. Penghuni rumah
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 responden di RT 01/RW 02
Kelurahan Bandar Buat pada tanggal 11 Oktober 2014 didapatkan hasil,
antara lain:
i. ...............sehingga dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya
pengetahuan penghuni rumah tentang lingkungan dan rumah yang
sehat seperti ventilasi, pembuangan sampah, dan jamban sehat.
ii. ............................... sehingga dapat disimpulkan bahwa masih
kurangnya kepedulian penghuni rumah akan lingkungan dan rumah
sehat seperti warga yang mengontrak rumah tidak ada keinginan
untuk memperbaiki tempat tinggalnya.
iii. .......................... kesibukan penghuni rumah seperti tidak ada waktu
untuk memperbaiki jamban.
iv. ................sehingga dapat disimpulkan masih kurangnya
pengetahuan warga terhadap manajemen keuangan keluarganya.
40

Hal ini terlihat dari ketidakmampuan warga untuk membangun
rumah yang sehat, seperti membuat jamban, membuat septictank
dan tidak mau membayar biaya pungutan sampah yang hanya
sebesar Rp. 15.000,- sebulan, namun sanggup membeli rokok 2
bungkus sehari.
b. Aparat setempat
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program kesling
pada tanggal 10 Oktober 2014 dan 10 orang responden di RT 01/RW 02
Kelurahan Bandar Buat pada tanggal 11 Oktober 2014, didapatkan hasil
bahwa masih kurangnya dukungan aparat setempat yaitu Camat, Lurah,
ketua RT, serta keuta RW dalam upaya meningkatkan mutu kesehatan
lingkungan, misalnya kurangnya dukungan aparat setempat dalam
pembangunan WC dan septictank, serta dalam penyediaan bak untuk
tempat pembuangan sampah. Hal ini terjadi karena banyaknya
permasalahan yang ada di masyarakat yang dirasa lebih memiliki
urgensi untuk diselesaikan, sehingga aparat setempat kurang persuasif
terkait masalah rumah sehat dan kesehatan lingkungan.
c. Tenaga Kesehatan
Setiap bulannya dilakukan survey rumah dan lingkungan oleh
pemegang program kesling ke setiap kelurahan, jumlah rumah yang
disurvey yaitu sebanyak 30 rumah perbulannya. Setiap rumah yang
disurvey langsung diberikan penyuluhan oleh pemegang program
kesling. Setelah itu tidak dilakukan lagi monitoring dan evaluasi
41

terhadap rumah-rumah yang telah disurvey, sehingga pencapaian rumah
sehat tidak mencapai target.
2. Material
a. Kurangnya media penyuluhan, seperti leaflet dan poster mengenai
rumah sehat dan kesehatan lingkungan di Puskesmas Lubuk
Kilangan dikarenakan Puskesmas Lubuk Kilangan saat ini sedang
dalam tahap renovasi, hal ini terlihat dari pengamatan selama berada
di Puskesmas Lubuk Kilangan. (terlihat dalam lampiran 1)
b. Kurangnya media penyuluhan, seperti leaflet dan poster mengenai
rumah sehat dan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan, hal ini terlihat dari pengamatan di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan, wawancara dengan pemegang program
kesehatan lingkungan, serta wawancara dengan 10 responden di RT
01/RW 02 Kelurahan Bandar Buat pada tanggal 11 Oktober 2014.
(terlihat dalam lampiran 1)
c. Kurangnya alokasi dana dalam menunjang kegiatan survey rumah
sehat di Puskesmas Lubuk Kilangan sehingga tidak semua rumah
dapat diperiksa.
3. Metode
a. Penyuluhan yang dilakukan selama ini kurang menyeluruh ke semua
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, hal ini terbukti dari
penyuluhan yang hanya dilakukan di posyandu, serta penyuluhan di
puskesmas hanya dilakukan 5 x dalam setahun. (terlihat dalam
lampiran 2)
42

b. Penyuluhan yang dilakukan selama ini tidak tepat sasaran seperti
saat penyuluhan di posyandu yang hanya dihadiri oleh ibu-ibu dan
tidak hadirnya kepala keluarga dalam acara penyuluhan.
4. Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara pada 10 responden di RT 01/ RW 02
Kelurahan Bandar Buat pada tanggal 11 Oktober 2014 didapatkan
informasi bahwa:
a. Kurangnya lahan untuk membuat septictank sehingga masih banyak
warga yang tidak mempunyai septictank dan jarak antara sumber air
dengan septictank menjadi terlalu dekat yaitu 5 meter.
b. Jarak antara Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dengan rumah
warga terlalu jauh, sehingga banyak warga yang memilih untuk
membakar sampah.












43






































Gambar 4.2 Diagram Ischikawa

Manusia
Penghuni rumah :
1. Kurangnya pengetahuan penghuni rumah tentang
lingkungan dan rumah yang sehat.
2. Kurangnya kepedulian penghuni rumah akan lingkungan
dan rumah sehat.
3. Kesibukan penghuni rumah.
4. Kurangnya pengetahuan warga terhadap manajemen
keuangan keluarganya.
Aparat setempat :
Kurangnya dukungan aparat setempat dalam
meningkatkan mutu kesehatan lingkungan.
Tenaga kesehatan :
Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap
peningkatankesehatan rumah dan lingkungan setelah survey
dilakukan.



Metode
1. Penyuluhan yang selama
ini dilakukan kurang
inovatif dan kurang
menyeluruh ke semua
wilayah kerja
Puskesmas Lubuk
Kilangan.

2. Penyuluhan yang
dilakukan selama ini
tidak tepat sasaran
seperti tidak hadirnya
kepala keluarga dalam
acara penyuluhan.


Material
1. Kurangnya media penyuluhan
2. Kurangnya alokasi dana dalam menunjang
kegiatan survey rumah sehat di Puskesmas
Lubuk Kilangan


Lingkungan
1. Kurangnya lahan untuk membuat
septictank
2. Jarak antara Sumber Air dengan Septictank
terlalu dekat
3. Jarak antara Tempat Pembuangan Sampah
dengan rumah warga terlalu jauh
Target pencapaian cakupan rumah
sehat di Wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan belum tercapai
pada tahun 2013, yakni 61% dari
target pencapaian 80%

Rendahnya
Pencapaian target
Rumah Sehat di
wilayah kerja
Puskesmas Lubuk
Kilangan Tahun
2013, yaitu sebesar
60% (80%)
44

4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah
4.4.1 Manusia
a. Penghuni rumah
Rencana
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
rumah sehat dan kesehatan lingkungan, serta manajemen
keuangan dan waktu yang baik.
b. Mensosialisasikan adanya cetakan untuk membuat WC
dan septictank kepada masyarakat, sehingga masyarakat
lebih mudah dalam membuat jamban sehat
Pelaksana PJ Kesling, PJ Promkes
Sasaran Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Waktu 1x /bulan
Tempat Di Kantor Kelurahan
Target
Masyarakat mengetahui mengenai rumah sehat dan kesehatan
lingkungan, sehingga rumah sehat dapat terwujud.

b. Aparat setempat (Camat, Lurah, Ketua RT, Ketua RW)
Rencana
Mengadakan diskusi mengenai kondisi rumah warga dan
kesehatan lingkungan di Lubuk Kilangan serta solusi
terkait dana dan lahan
Pelaksana PJ Kesling, PJ Promkes
Sasaran
Aparat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
(Camat, Lurah, ketua RT, Ketua RW)
Waktu 1x 3 bulan
Tempat Di Kantor Kecamatan
Target
Aparat (Camat, Lurah, ketua RT, Ketua RW) dapat ikut
serta membantu meningkatkan jumlah rumah sehat di
Lubuk Kilangan

c. Tenaga Kesehatan
Rencana
Diskusi antara pimipnan puskesmas dengan PJ kesling
mengenai monitoring dan evaluasi setelah survey rumah
dan lingkungan dilakukan
Pelaksana Pimpinan Puskesmas, PJ Kesling
45

Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan
Waktu 1x /bulan
Tempat Di Puskesmas
Target
Petugas kesehatan melakukan monitoring dan evaluasi
setelah survey rumah dan lingkungan dilakukan

2. Metode
Rencana
a. Melakukan penyuluhan yang lebih inovatif, salah
satunya dengan membagikan leaflet dan menempelkan
poster di tempat-tempat umum, serta mensosialisasikan
adanya cetakan untuk membuat WC dan septictank,
sehingga masyarakat lebih mudah dalam membuat
jamban sehat
b. Melakukan penyuluhan di setiap kelurahan dengan
mengundang semua warga, terutama kepala keluarga
Pelaksana PJ Kesling, PJ Promkes
Sasaran Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Waktu 2x dalam 1 tahun
Tempat Di kantor kelurahan
Target
Masyarakat mengetahui mengenai rumah sehat dan
kesehatan lingkungan, sehingga rumah sehat dapat terwujud
3. Material
a. Menyediakan media informasi seperti poster, leaflet atau brosur
Rencana
a. Membuat poster dan leaflet mengenai rumah sehat dan
kesehatan lingkungan
b. Menempelkan poster di tempat-tempat umum dan
membagikan leaflet gratis kepada masyarakat
Pelaksana PJ Kesling, PJ Promkes
Sasaran Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Waktu Saat kegiatan Posyandu dan penyuluhan di kantor kelurahan
Tempat Di Posyandu dan saat penyuluhan di kantor kelurahan
Target
Masyarakat mengetahui mengenai rumah sehat dan
kesehatan lingkungan, sehingga rumah sehat dapat terwujud




46

b. Memperbaharui rencana kerja program kesling
Rencana
Memperbaharui t rencana kerja progam kesling, sehingga dana
yang turun lebih banyak dari tahun sebelumnya
Pelaksana PJ Kesling
Sasaran
Waktu 1 x / tahun
Tempat Di Puskesmas
Target
Dana yang turun untuk program kesling lebih banyak dari tahun
sebelumnya

4. Lingkungan
a. Mengupayakan lahan untuk membuat septictank
Rencana
Membuat septictank bersama, 1 buah septictank untuk 5
rumah, jarak septictank dengan sumber air minimal 10 m
Pelaksana PJ Kesling, masyarakat
Sasaran Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Waktu Disesuiakan
Tempat Di lahan dekat perumahan warga
Target Setiap masyrakat mempunyai septictank

b. Mengupayakan lahan untuk tempat pembuangan sampah
Rencana
Melakukan advokasi kepada Lurah dan ketua RT
mengenai lahan untuk untuk tempat membuang sampah
Pelaksana PJ Kesling, Kader
Sasaran Ketua RT dan Lurah
Waktu Saat rapat lintas sektor
Tempat Di kantor kecamatan
Target
Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dapat
dijangkau oleh warga







47

BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

5.1 Tahap Persiapan
Pada awal perencanaan dilakukan pendataan rumah yang tidak
memuhi kriteria rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
Data yang dijadikan sebagai acuan diambil dari data Laporan Tahunan
Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013. Data tersebut mencakup data
jumlah rumah, jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan jumlah
rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan, serta data penyakit berbasis
lingkungan. Data ini berada pada program Kesling dan Promkes.
Tahap kedua, dilakukan diskusi internal antar program Kesling dan
Promkes terkait upaya peningkatan mutu kesehatan lingkungan melalui
penyuluhan rumah sehat pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
dan menganalisa masalah yang ada pada program kesehatan lingkungan,
selanjutnya dilakukan rapat bersama dengan pimpinan beserta pemegang
program yang terkait guna mempersiapkan koordinasi dan mempersiapkan
rancangan program untuk mengatasi masalah pencapaian rumah sehat.
Koordinasi dengan perangkat Kecamatan dan Kelurahan sebagai pemegang
wilayah administrasi beserta RT/RW dibutuhkan untuk meningkatkan
kelancaran dalam penyuluhan rumah sehat.
5.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan difokuskan pada:
1. Pengadaan poster dan leaflet
2. Sosialisasi program dengan lintas sektor
48

3. Penyuluhan rumah sehat
5.3 Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap ini bertujuan mengetahui kesuksesan jalannya kegiatan.
Monitoring dilakukan rutin setiap bulan setelah pelaksanaan program.
Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengindentifikasi kendala-kendala
yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dan mencari
solusinya. Evaluasi program dilakukan tiap 3 bulan pada lokmin triwulan.
Monitoring dan evaluasi ini dilakukan oleh pemegang program Kesling dan
Promkes Puskesmas Lubuk Kilangan.











Tabel 5 .1 Persiapan dan Pelaksanaan Program
Kegiatan Tujuan
Penanggung
Jawab
Unsur yang Terlibat
Tempat dan Waktu
Tenaga Sarana
Tahap Persiapan
Pendataan rumah
yang belum
memenuhi syarat
kesehatan

Untuk pendataan sasaran
program
Pemegang
program
Kesling
Pemegang program
kesling dan kader
Laporan bulanan dan
laporan tahunan
puskesmas
Kecamatan Lubuk
Kilangan
Bulan Desember
Diskusi Internal
pemegang
program kesling
dan promkes
Persiapan koordinasi dan
rancangan program
Pemegang
program
Kesling
Pemegang program
kesling dan promkes
Laporan bulanan dan
laporan tahunan
Puskesmas Lubuk
Kilangan
Bulan Januari

Rapat bersama
pimpinan dan
pemegang
program terkait

Mempersiapkan
koordinasi dan rancangan
program

Pemegang
Program
Kesling

Pimpinan
puskesmas,
pemegang program
Promkes, P2M,
Surveillance dan
kader.

Laporan tahunan dan
bulanan

Ruang rapat
puskesmas

Rapat dengan
tokoh masyarakat
(camat, lurah, RT,
RW)

Menghimbau tokoh
masyarakat untuk
menggerakan warganya
agar peduli terhadap
kesehatan lingkungan


Pimpinan
puskesmas

Pimpinan dan
petugas puskesmas,
camat, lurah,
RT/RW.


Laporan Kasus PBL
dan Pencapaian
Rumah Sehat

Ruang rapat
puskesmas
50

Advokasi ke Dinas
Kesehatan, Dinas
Lingkungan Hidup
dan PT Semen
Padang
Pemberian dukungan
dana untuk biaya
operasional kegiatan
Pimpinan
Puskesmas
Pimpinan
Puskesmas,
Pimpinan Dinas
Kesehatan, Dinas
Lingkungan Hidup
dan PT Semen
Padang
Laporan Kasus PBL
dan Pencapaian
Rumah Sehat
Ruang Rapat Dinas
Kesehatan

Membuat jadwal
tertulis untuk
pelaksanaan
pengawasan rumah
sehat

Mengoptimalkan
monitoring dan evaluasi
program rumah sehat

Pimpinan
Puskesmas

Pimpinan
puskesmas,
pemegang program
Kesling

Laporan Program
Kesling

Ruang Rapat
Puskesmas

Menyusun rencana
anggaran dana

Menyusun anggaran dana
yang dibutuhkan untuk
kegiatan tersebut

Bendahara

Pimpinan
puskesmas,
Bendahara,
pemegang program
Kesling

Catatan keuangan
Puskesmas Lubuk
Kilangan




Ruang tengah
puskesmas












51







Tahap Pelaksanaan
Pengadaan media
promosi berupa
leaflet dan poster
untuk masyarakat
Sebagai sarana
penyampaian
informsi
Pemegang
program
promkes
Pemegang
program promkes
Komputer, Printer Puskesmas, posyandu,
kantor lurah, masjid,
jalanan, dan tempat
umum lainnya



Penyuluhan
Rumah Sehat







Meningkatkan
pengetahuan,
sikap dan
prilaku serta
tindakan
masyarakat agar
lebih sadar
terhadap
pentingnya
rumah sehat



Lurah,
RT/RW,
Kader.



Masyarakat di
wilayah kerja
Puskesmas Lubuk
Kilangan PAdang



Leaflet dan Poster



Lingkungan wilayah
kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan Padang

Lomba Rumah
Sehat

Meningkatkan
Motivasi dan
minat warga
dalam hal
peningkatan
lingkungan dan
rumah yang
sehat

Pemegang
Program
kesling

Pimpinan
Puskesmas,
Petugas
puskesmas, kader,
camat, lurah, RT,
RW

Kriteria penilaian

Lingkungan wilayah
kerja Kecamatan Lubuk
Kilangan
52

Program Monitoring Evaluasi
Penyebaran Media Promosi
berupa poster dan leaflet

Memantau penyebaran leaflet pada warga dan
Penempelan Poster pada tempat strategis yang
telah diizinkan, serta membagikan kuesioner
setelah media informasi tersebut tersebar.

Pelaporan pemegang program kesling
mengenai hasil penyebaran media informasi
kepada pimpinan Puskesmas.
Pemberian penyuluhan tentang
rumah sehat
Membagikan kuesioner setelah penyuluhan
terlaksana. Membagikan kuesioner setelah
media informasi disebarkan.

Pelaporan oleh pemegang program kesling
kepada pimpinan puskesmas mengenai hasil
penyuluhan.
Lomba Rumah Sehat Partisipasi aktif warga dalam mengikuti lomba
rumah sehat.
Terlaksananya perlombaan rumah sehat
secara rutin satu kali setahun.

53

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari identifikasi masalah yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa belum
tercapainya target rumah sehat di wilayah kerja puskesmas lubuk kilangan
disebabkan oleh :
6.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pencapaian rumah sehat di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah :
1. Kurangnya pengetahuan penghuni rumah tentang lingkungan dan rumah
yang sehat.
2. Kurangnya kepedulian penghuni rumah akan lingkungan dan rumah sehat.
3. Kesibukan penghuni rumah.
4. Kurangnya dukungan aparat setempat yaitu lurah, camat, RT dan RW
dalam meningkatkan mutu rumah dan kesehatan lingkungan.
5. Kurangnya monitoring kualitas peningkatan kesehatan lingkungan dan
rumah.
6. Kurangnya media penyuluhan, seperti leaflet dan poster tentang kesehatan
lingkungan dan rumah sehat di Puskesmas dan di tempat-tempat umum.
7. Kurangnya alokasi dana yang menunjang kegiatan rumah sehat
dikarenakan belum optimalnya program rumah sehat di Puskesmas Lubuk
Kilangan.
54

8. Penyuluhan yang selama ini dilakukan kurang inovatif dan kurang
menyuluruh ke semua wilayah kerja Puskesmas.
9. Penyuluhan yang dilakukan selama ini tidak tepat sasaran.
10. Pencacatan dan pelaporan data Puskesmas masih belum optimal.
11. Kurangnya lahan untuk membuat septictank sehingga banyak warga
yang tidak mempunyai septictank.
12. Jarak antara Sumber Air dengan Septictank terlalu dekat yaitu 5 meter.
13. Jarak antara Tempat Pembuangan Sampah dengan rumah warga terlalu
jauh, sehingga banyak warga yang memilih untuk membakar sampah.
6.1.2 Upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk meningkatkan pencapaian
rumah sehat di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah
1. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya peningkatan kesehatan
lingkungan dan rumah dalam rangka mencegah penyakit berbasis
lingkungan.
2. Membuat dan menyebarkan leaflet atau pamflet mengenai kesehatan
lingkungan dan rumah sehat.
3. Melakukan advokasi kepada aparat setempat.
4. Pertemuan kepala Puskesmas, pemegang program dan Dinas Kesehatan
Kota tentang penambahan penyediaan media penyuluhan.
5. Menyusun anggaran program untuk mengatasi rendahnya angka
pencapaian rumah sehat.
6. Membuat penyuluhan yang lebih inovatif dengan media penyuluhan
terkini.
55

7. Optimalisasi kader dalam pendataan rumah yang sehat.
8. Melakukan penyuluhan interaktif mengenai cara yang mudah dan murah
untuk mewujudkan rumah dan lingkungan yang sehat.
6.1.3 Plan of Action dalam upaya penanggulangan kasus rendahnya angka
rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang adalah
1. Memberikan penyuluhan secara berkesinambungan dan berkala kepada
masyarakat mengenai rumah sehat sekaligus memberikan motivasi kepada
masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Penyebaran leaflet/pamflet dan penempelan poster mengenai rumah sehat.
3. Menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan
Hidup dan aparat setempat tentang pengadaan lomba rumah sehat.
6.2 Saran
Berdasarkan analisis sebab akibat masalah di atas, maka diperlukan
alternatif solusi masalah dari berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya
angka rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang
khususnya RT 01/ RW 02 Kelurahan Bandar Buat yaitu :
a. Kepada Masyarakat :
Diharapkan memiliki kesadaran sendiri untuk membentuk rumah dan
lingkungan yang sehat di keluarganya masing-masing.
b. Kepada Penanggung Jawab Program :
1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang rumah sehat.
56

2. Menambah jumlah media penyuluhan yang inovatif seperti leaflet dan
poster rumah sehat di setiap tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan
Lubuk Kilangan dan tempat-tempat umum.
3. Mengadakan lomba rumah sehat rutin setiap tahun.
b. Kepada Pimpinan Puskesmas :
1. Menjalin Kerjasama dengan pihak terkait, seperti PT Semen Padang
untuk membantu kegiatan.
2. Melakukan Monitoring dan Evaluasi 2 kali dalam 1 tahun.















57

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi FU. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Kompas Media
Utama
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Penilaian Rumah Sehat.
Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Probolinggo. 2013. Jenis Jenis Agent Penyakit Berbasis Lingkungan.
http://dinkes.probolinggokota.go.id/index.php/artikel/101-penyakit-
berbasis-lingkungan. diakses tanggal 11 Oktober 2014.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013. Laporan Tahunan DKK Tahun 2013 Edisi
Tahun 2014.
Keputusan Menteri Kesehatan. 1999. Kepmenkes Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan. Jakarta: depkes RI
Keputusan Menteri Kesehatan. 2003. Kepmenkes Nomor
1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010.
Jakarta: depkes RI
Khomariyatika T. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis
Air Sumur Gali. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7 (1).
Peraturan Menteri Kesehatan. 2010. Permenkes No 492 Tahun 2010 Persyaratan
Air Minum. Jakarta: 2010
STBM. 2013. Road Map Percepatan Program STBM 2013-2015. Dinkes
Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Lingkungan RI.

You might also like