You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

KINETIKA KIMIA














Oleh :
Nama : I Putu Adi Surya Mahardika
NIM : 1208105002
Kelompok : 1






JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
I. TUJUAN
1. Mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum kecepatan reaksi
dari suatu reaksi kimia.
2. Mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap kecepatan suatu
reaksi.
3. Memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia.

II. DASAR TEORI
A. Kinetika Kimia
Kinetika kimia berasal dari kata kinetika yang berarti gerakan (teori
kinetika molekuler dari gas yang menjelaskan gerakan acak dari molekul-molekul
gas ). Jadi, pengertian kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari
kecepatan berlangsungnya suatu reaksi kimia. Kecepatan reaksi adalah perubahan
konsentrasi reaktan / produk per satuan waktu. Dalam kinetika kimia, hal-hal yang
akan dibahas adalah tentang kecepatan reaksi, ordo reaksi, dan mekanisme reaksi
tersebut.
Pada saat proses reaksi berlangsung, molekul reaktan akan terurai
sedangkan molekul produk akan terbentuk, sehingga dapat mengamati antara
penurunan konsentrasi reaktan atau peningkatan produk.
Reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju yang bervariasi, ada yang
berlangsung sangat cepat, ada yang berlangsung sangat lambat, tetapi banyak juga
yang berlangsung dalam kecepatan yang mudah ditentukan. Kecepatan reaksi
diukur sebagai perubahan konsentrasi zat yang bereaksi per satuan waktu. Dengan
demikian kecepatan reaksi dapat diukur berdasarkan pengurangan konsentrasi
reaktan per satuan waktu atau pertambahan konsentrasi produk per satuan waktu.
Contoh reaksi stoikiometri sederhana :
A B
Maka, kecepatan reaksi dalam kontekas perubahan konsentrasi antara
reaktan dan produk :
t
B
t
A
V


] [ ] [

Kecepatan pembentukan produk tidak ada tanda minus (-), karena [B]
bernilai positif. Contoh reaksi yang lebih kompleks :
2A B
Dua mol A menghilang untuk setiap pembentukan 1 mol B, yaitu kecepatan
menghilangnya A dua kali lebih cepat dari kecepatan muncul, sehingga kita
menulis kecepatan sebagai berikut :
t
B
t
A
V


] [ ] [
2
1

Untuk reaksi umum :
aA+Bb cC+dD
Kecepatan diberikan oleh :
t
D
d t
C
c t
B
b t
A
a
V


] [ 1 ] [ 1 ] [ 1 ] [ 1

Kecepatan reaksi juga bisa dirumuskan sebagai hukum kecepatan, dimana
kecepatan merupakan fungus konsentrasi setiap zat yang mempengaruhi
kecepatan reaksi. Untuk persamaan diatas hukum kecepatannya adalah :

y x
B A k V
Dimana k adalah konstanta kecepatan, x dan y adalah ordo reaksi.

Berdasarkan Orde reaksi, reaksi dibedakan menjadi :
1. Reaksi Orde Nol
Pada reaksi orde nol, kecepatan reaksi tidak tergantung pada
konsentrasi reaktan. Persamaan laju reaksi orde nol dinyatakan sebagai :
-
dt
dA
= k
0

A - A
0
= - k
0
. t
A = konsentrasi zat pada waktu t
A
0
= konsentrasi zat mula mula
Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan katalis.
2. Reaksi Orde Satu
Pada reaksi per satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi reaktan.
Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :
-
dt
dA
= k
1
[A] -
] [ A
dA
= k
1
dt
ln
] [
] 0 [
A
A
= k
1
(t t
0
)
Bila t = 0 A = A
0

ln [A] = ln [A
0
] - k
1
t
[A] = [A
0
] e
-k
1
t

Waktu paruh (t
1/2
) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi
reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh
dinyatakan sebagai :
k
1
=
t1/2
1
ln
2 / 1
1

k
1
=
2 / 1
693 , 0
t

3. Reaksi Orde Dua
Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai :
-
dt
dA
= k
2
[A]
2

-
2 ] [A
dA
= k
2
t

] [
1
A
-
] 0 [
1
A
= k
2
(t t
0
)
Waktu paruh untuk reaksi orde dua dinyatakan sebagai :
t
1/2
=
] 0 [ 2
1
A k

Reaksi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi cepat dan lambatnya suatu reaksi kimia adalah :
Sifat kimia dari reaktan : pada umumnya reaksi-reaksi ionik berlangsung
cepat, sedangkan reaksi-reaksi yang melibatkan ikatan kovalen
berlangsung lebih lambat.
Kemampuan reaktan berinteraksi : dalam keadaan cair atau gas partikel-
partikel reaktan (molekul atau ion) dapat bertumbukan secara mudah satu
dengan yang lainnya.
Konsentrasi: molekul-molekul harus bertumbukan agar terjadi reaksi
dalam konteks ini laju reaksi proporsional dengan konsentrasi reaktan
Keadaan fisik: molekul-molekul harus bercampur agar dapat
bertumbukan
Temperatur: molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup
untuk bereaksi
Katalis : Katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan
kimia. Katalis berperan dengan menurunkan energi aktifasi. Sehingga
untuk membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih tinggi.
Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih cepat. Karena katalis tidak
bereaksi dengan reaktan dan juga bukan merupakan produk, maka katalis
tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk.
B. Reaksi Iodin Clock
Adapun reaksi yang sangat menarik antara ion iodat (IO
3
-
), ion sulfit (SO
3
-
)
membentuk ion Iodida (I
-
) dan Ion Sulfat (SO
4
2-
).
IO
3
-
+ 3SO
3
-
I
-
+ 3SO
4
2-

Dalam reaksi ini, ion sulfit bertindak sebagai penentu reaksi, karena apabila
dia habis bereaksi maka ion iodat yang berlebih akan bereaksi dengan ion iodida
membentuk Iodium (I
2
) yang berwarna coklat.
IO
3
-
+5I
-
+6H
+
3I
2
+3H
2
O
Dengan terbentuknya Iodium perubahan warna larutan sangat nyata,
sehingga reaksi ini disebut reaksi iodine clock. Untuk mengintesifkan warna
Iodium diperlukan indicator amilum (kanji) sehingga menghasilkan warna biru
kehitaman. Timbulnya warna ini menandakan adanya ion I
-
.




III. ALAT DAN BAHAN
A. Bahan
Pb(NO
3
)
2

K
2
CrO
4

KIO
3

Na
2
S
2
O
3

Na
2
C
2
O
4

KMnO
4

H
2
SO
4

Larutan Kanji
Aquades

B. Alat:
Tabung Reaksi
Labu Takar
Gelas Becker
Pengaduk
Stop Watch

IV. LANGKAH KERJA
Percobaan 1 : Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
A. Reaksi Pengendapan Timbal Kromat
3mL Larutan Pb(NO
3
)
2
0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.




Sambil diaduk dimasukkan 1 mL larutan K
2
CrO
4
0,1 M. Kemudian waktu
mulai pencampuran sampai timbul endapan dicatat.





B. Reaksi Ion permanganat dengan ion oksalat
5 mL larutan Na
2
C
2
O
4
0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Sambil diaduk larutan H
2
SO
4
1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
sudah terdapat larutan Na
2
C
2
O
4
, kemudian dimasukkan 1 tetes larutan
KMnO
4
0,1 M.




Waktu dicatat mulai pencampuran hingga larutan berubah menjadi bening.
Setelah larutan bening, ditambahi kembali 1 tetes KMnO
4
dan diulang
langkah 2 hingga telah diteteskan 6 kali KMnO
4.


Percobaan 2: Reaksi Iodine-Clock
Pada percobaan berikut ini saudara akan mengamati kecepatan reaksi
pembentukan iodine dengan cara mencampurkan larutan yang mengandung ion
IO
3-
dengan ion SO
3
2-
. Kecepatan reaksi pembentukan iodine dapat diamati
dengan timbulnya warna biru akibat reaksi I
2
dengan amilum. Saudara akan
mengamati kecepatan reaksi, terhadap berbagai konsentrasi reaktan yang
dicampurkan. Larutan standar berikut disiapkan :
a. larutan KIO

0,02 M
b. Larutan Na
2
SO
3
0,01 M yang diberi asam dan kanji ( 1,3 g Na
2
SO
3
ditambah 10
mL H
2
SO
4
6M dan 5 gr larutan kanji).
Reaksi ini dikerjakan dalam gelas kimia 250 mL. Batang pengaduk dan
pencatat waktu disiapkan. Larutan A dan Larutan B disiapkan, pada masing-
masing tabung atau ghelas kimia dengan variasi sebagai berikut, kemudian
dicampurkan dan dicatat waktunya :
1. 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B.





2. 10 mL larutan A dan 20 mL larutan B dalam 70 mL air.



3. 10 mL larutan A dan 30 mL larutan B dalam 60 mL air.




4. 20 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 70 mL air.



5. 30 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 60 mL air.




6. 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 80 mL air.




7. Komposisinya sama dengan campuran 1 tapi sebelum pencampuran larutan
terlebih dahulu didinginkan sampai mencapai suhu 15
0
C. Setelah
pencampuran, waktu yang diperlukan untuk terbentuknya iodine dan suhu
campuran dicatat.




8. Komposisinya sama dengan campuran 1 tapi sebelum dicampurkan larutan
A dan larutan B dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 45
0
C.





V. HASIL PENGAMATAN
Percobaan 1: Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat.
A. Reaksi Pengendapan Timbal Kromat
No. Pb(NO
3
)
2
0,1 M K
2
CrO
4
0,1 M Waktu (detik)
1. 3 mL 1 mL 3
2. 3 mL 1 mL 4
3. 3 mL 1 mL 3

B. Reaksi Ion Permanganat dan Ion Oksalat
No. Na
2
C
2
O
4
0,1 M KMnO
4
0,1 M
Waktu (detik)
1. 5 mL
1 tetes pertama
93
2. 5 mL
1 tetes kedua
63
3. 5 mL
1 tetes ketiga
40
4. 5 mL
1 tetes keempat
39
5. 5 mL
1 tetes kelima
40
6. 5 mL
1 tetes keenam
34
7. 5 mL
1 tetes ketujuh
24
8. 5 mL
1 tetes kedelapan
23
9. 5 mL
1 tetes kesembilan
23
10. 5 mL
1 tetes kesepuluh
22

Percobaan 2. Reaksi Iodin-Clock.
No.
Larutan A
KIO
3
0,02 M
(mL)
Larutan B
Na
2
S
2
O
3
0,01 M
(mL)
Air
(mL)
Suhu
Waktu
(detik)
1. 10 10 - Kamar
2
2. 10 20 70 Kamar
8
3. 10 30 60 Kamar
9
4. 20 10 70 Kamar
10
5. 30 10 60 Kamar
5
6. 10 10 80 Kamar
23
7. 10 10 - 15
o
C
2
8. 10 10 - 45
o
C
0,5

VI. PEMBAHASAN
Percobaan Kinetika Kimia kali ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum kecepatan reaksi dari
suatu reaksi kimia, mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap
kecepatan suatu reaksi, serta memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia.
Dalam melakukan percobaan ini, kita memerlukan pencatat waktu untuk mencatat
waktu yang diperlukan untuk bereaksi. Percobaan ini dibagi menjadi 2, percobaan
1 yaitu reaksi cepat dan reaksi lambat, sedangkan percobaan 2 yaitu Reaksi Iodin-
clock. Untuk reaksi cepat pada percobaan 1, dilakukan percobaan pengendapan
timbal kromat (PbCrO
4
), sedangkan untuk reaksi lambat dilakukan percobaan ion
permanganat (MnO
4
-
) dengan ion oksalat (C
2
O
4
2-
).

Percobaan 1. Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat.
A. Reaksi pengendapan timbal kromat.
Pada reaksi ini kita mencari waktu yang diperlukan untuk membentuk suatu
endapan timbal kromat dimana sebanyak 3 mL larutan Pb(NO
3
)
2
0,1 M
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Sambil diaduk, ditambahkan sebanyak 1 mL
larutan K
2
CrO
4
0,1 M. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan volume
yang sama dan konsentrasi reaktan yang sama. Pada percobaan ini dihasilkan
endapan berwarna kuning timbal kromat yang tidak larut dalam air. Adapun reaksi
antara larutan Pb(NO
3
)
2
dengan larutan K
2
CrO
4
sebagai berikut:
Pb(NO
3
)
2

(aq)
+ K
2
CrO
4(aq)
PbCrO
4(s)
+ 2 KNO
3

(aq)
Pada percobaan pertama didapatkan waktu yang diperlukan untuk
membentuk endapan timbal kromat sebesar 3 detik. Percobaan kedua memerlukan
waktu 4 detik untuk membentuk endapan timbal kromat. Dan percobaan ketiga
memerlukan waktu 3 detik untuk membentuk endapan timbal kromat. Dari hasil
tersebut pada percobaan pertama dan ketiga memerlukan waktu yang lebih singkat
dari percobaan kedua.
Hal ini disebabkan karena suhu pada ruangan mungkin saja bisa berubah-
ubah. Jika suhu ruangan meningkat, maka akan menaikkan energi rata-rata
molekul, sehingga fraksi molekul yang mencapai energi pengaktifan bertambah
sehingga laju reaksi akan semakin cepat. Selain itu dipengaruhi oleh kecepatan
praktikan mencampurkan reaktan tersebut. Semakin cepat praktikan mencampur
reaktan maka semakin cepat laju reaksi dan sebaliknya.

B. Reaksi ion permanganat dan ion oksalat.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah yaitu antara asam oksalat
dengan kalium pemanganat adalah reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi
yang terjadi jika dalam suatu reaksi salah satu reaktan mengalami reaksi reduksi
(penurunan bilangan oksidasi) dan reaktan lainnya mengalami reaksi oksidasi
(kenaikan bilangan oksidasi).
Reaksi redoks asam oksalat dengan kalium pemanganat:
MnO
4
-
+ 8H
+
+ 5e Mn
2+
+ 4H
2
O x2
C
2
O
4
2-
2CO
2
+ 2e x5
+
2 MnO
4
-

(aq)
+ 16H
+
(aq)
+ 5 C
2
O
4
2-
(aq)
2 Mn
2+
(aq)
+ 8 H
2
O
(l)
+ 10 CO
2(g)
2 KMnO
4

(aq)
+ 16H
+
(aq)
+ 5 C
2
O
4
2-
(aq)
2 MnO
2(s)
+ 8 H
2
O
(l)
+ 10 CO
2(g).
Saat reaksi berlangsung larutan mengalami perubahan warna dari ungu
menjadi merah bata, hal tersebut karena adanya perubahan bilangan oksidasi pada
Mn yaitu dari +7 menjadi +2, kemudian lama-kelamaan warnanya menjadi jernih
dimana itu adalah air yang di hasilkan dari reaksi tersebut. Selain terjadi
perubahan warna, dari reaksi tersebut juga muncul gelembung-gelembung gas di
mana itu adalah gas karbondioksida yang juga dihasilkan dari reaksi tersebut.
Untuk reaksi ion permanganat dengan ion oksalat setelah 2 mL larutan
Na
2
C
2
O
4
0,1 M ditambahkan dengan beberapa tetes larutan H
2
SO
4
0,1 M serta 1
tetes larutan KMnO
4
0,1 M. Setelah Na
2
C
2
O
4
ditambah dengan asam sulfat serta
KMnO
4
terbentuk warna ungu yang akan menjadi berubah menjadi bening setelah
dibiarkan bereaksi lebih lanjut. Reaksi ini berlangsung cukup lama yaitu
memerlukan waktu sekitar 93 detik untuk larutan berubah warna menjadi bening.
Lalu KMnO
4
ditambah lagi hingga tetes keenam. Untuk penambahan KMnO
4
pada tetes kedua, reaksinya berlangsung selama 63 detik, kemudian penambahan
KMnO
4
pada tetes ketiga reaksinya berlangsung selama 40 detik. Pada
penambahan KMnO
4
yang keempat reaksinya berlangsung 39 detik, sedangkan
penambahan KMnO
4
yang kelima berlangsung selama 40 detik, dan penambahan
KMnO
4
keenam reaksinya berlangsung selama 34 detik. Berdasarkan pengamatan
tersebut, waktu yang dibutuhkan semakin singkat. Hal ini menunjukkan semakin
banyak volume larutan yang ditambahkan, maka reaksi akan membutuhkan waktu
yang singkat. Dimana reaktan yang dalam keadaan konsentrasi yang sama, laju
reaksinya dipengaruhi oleh jumlah zat/larutan yang ditambahkan karena semakin
banyak jumlah zat, maka semakin banyak pula molekul-molekul yang saling
bertumbukan sehingga kecepatan reaksi juga meningkat dan waktu yang
dibutuhkan selama bereaksi semakin sedikit, begitu pula sebaliknya.

Percobaan 2. Reaksi Iodine Clock
Percobaan ini dilandasi oleh reaksi iodine-clock dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Pada percobaan ini digunakan larutan A, dimana
larutan A didalamnya merupakan larutan KIO
3
0,02 M dan larutan B, dimana
larutan B didalamnya berisi larutan Na
2
SO
3
0,01 M yang diberi asam dan kanji
(1,3 gr Na
2
SO
3
, ditambah 10 ml H
2
SO
4
6 M dan 5 gr larutan kanji).
Dalam percobaan ini diamati kecepatan reaksi pembentukan iodine dengan
mencampurkan larutan yang mengandung ion IO
3
-
dengan larutan yang
mengandung ion SO
3
2-
. Kecepatan reaksi pembentukan iodine diamati dari
pembentukan warna biru akibat reaksi I
2
dengan amilum yang diperoleh dari
larutan kanji dan Na
2
SO
3
sebagai reaktan. Pada percobaan kedua yang kami
lakukan, yaitu untuk reaksi iodine-clock. Reaksi yang berlangsung antara ion
iodat (IO
3
-
) dan ion sulfit (SO
3
2-
) akan membentuk ion (I
-
) dan Ion sulfat (SO
4
-
)
IO
3
-
+ 3SO
3
2-
I
-
+ 3SO
4
2-

Bila ion iodat yang bereaksi dalam kondisi berlebih, maka reaksi yang
terjadi akan berlanjut seperti ini:
IO
3
-
+ 5I
-
+ 6H
+
3I
2
+ 3H
2
O
Pada reaksi ini, dilakukan sebanyak 8 kali pengamatan dengan variasi yang
berbeda. Dimana untuk percobaan pertama 10 ml larutan A yaitu KIO
3
0,02 M
direaksikan dengan 10 ml larutan Na
2
SO
3
0,01 M yang diberi H
2
SO
4
dan kanji
berlangsung dalam waktu 2 detik. Reaksi ini menyebabkan larutan berwarna biru
kehitaman yang menandakan adanya ion I
-
pada larutan yang digunakan. Untuk
pengamatan yang kedua dimana 20 ml larutan B ditambahkan dengan 70 mL air
memerlukan waktu 8 detik, sedangkan untuk pengamatan yang ketiga dimana 30
ml larutan B ditambahkan dengan 60 mL air memerlukan waktu 9 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak volume air yang ditambahkan pada larutan
B yang berarti konsentrasi B berkurang atau semakin encer, maka waktu yang
diperlukan untuk bereaksi semakin lama, sehingga laju reaksinya lambat. Hal
tersebut terjadi karena letak molekulnya akan menjadi renggang dan berjauhan
sehingga lebih sukar bertumbukan dan tumbukan yang terjadi lebih sedikit jika di
bandingkan pencampuran kedua larutan tanpa di tambah air yang jauh lebih
banyak tumbukannya. Sedangkan penambahan volume larutan A (KIO
3
) dengan
molaritas sebesar 0,02 M mampu mempengaruhi laju reaksi untuk lebih cepat.
Berarti besar konsentrasi dan volume suatu pereaktan akan berbanding lurus
dengan kecepatan laju reaksi.
Pada pengamatan yang ke tujuh, larutan didinginkan terlebih dahulu
sebelum direasikan. Larutan A 10 mL dan larutan B 10 mL didinginkan hingga
mencapai suhu 15
0
C, kemudian dicampur dan bereaksi dengan waktu 2 detik.
Sedangkan untuk pengamatan ke-8 larutan A dan B dipanaskan terlebih dahulu.
Larutan A sebanyak 10 mL dan larutan B sebanyak 10 mL dipanaskan hingga
mencapai suhu 45
0
C, kemudian direasikan. Waktu yang diperlukan untuk bereaksi
yaitu hanya 0,5 detik. Larutan yang sebelum direaksikan didinginkan terlebih
dahulu memerlukan waktu yang lebih lambat daripada larutan yang dipanaskan
terlebih dahulu sebelum direaksikan. Hal ini membuktikan bahwa suhu
mempengaruhi kecepatan suatu reaksi. Dimana semakin tinggi temperatur atau
suhu, maka laju reaksi juga semakin cepat

VIII. KESIMPULAN
1. Kecepatan suatu reaksi dapat diukur berdasarkan perubahan konsentrasi zat
yang bereaksi per satuan waktu.
2. Kecepatan suatu reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaksi. Jika
konsentrasinya tinggi maka kecepatan laju reaksinya juga tinggi. Karena
semakin tinggi konsentrasinya, semakin banyak molekul-molekul yang
bertumbukan, maka reaksi akan menjadi lebih cepat.
3. Kecepatan suatu reaksi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur. Hal
ini disebabkan semakin tinggi temperatur, semakin cepat gerakan partikel
partikel penyusun reaktan dan semakin besar pula kemungkinan partikel
partikel tersebut bertumbukan.
4. Reaktan yang dalam keadaan konsentrasi yang sama, laju reaksinya
dipengaruhi oleh jumlah zat/larutan yang ditambahkan. Semakin banyak zat
atau volume larutan yang ditambahkan, reaksi yang berlangsung akan
semakin cepat.
5. Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya kecepatan suatu reaksi
adalah kehadiran suatu katalis dalam reaksi kimia dimana katalis hanya
digunakan untuk mempercepat reaksi tanpa harus ikut bereaksi dimana
katalis memperbesar kecepatan reaksi dengan jalan memperkecil energi
pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru.
Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi
dapat berlangsung lebih cepat.



















DAFTAR PUSTAKA
Arsa,Drs.Made,dkk. 2005.Kimia Dasar II. Jurusan Kimia FMIPA Udayana: Bukit
Jimbaran.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima. Jakarta
: Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga. Jakarta
: Erlangga.
Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid. Jakarta : Erlangga.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bukit
Jimbaran : Jurusan Kimia, F.MIPA, UNUD.

You might also like