You are on page 1of 11

1

PERBANDINGAN ANTARA METODE LIMIT EQUILIBRIUM DAN METODE FINITE


ELEMENT DALAM ANALISA STABILITAS LERENG

Andry Simatupang
1
dan Ir. Rudi Iskandar, MT,
2

1
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara J l. PerpustakaanNo. 1 Kampus USU
Medan
Email: andrytupang@gmail.com
2
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara J l. PerpustakaanNo. 1 Kampus USU
Medan
Email: rudiusu@yahoo.com

ABSTRAK
Dari sekian banyak metode analisa kestabilan lereng, yang paling umum digunakan ialah metode keseimbangan
yang umum disebut metode limit equilibrium yaitu metode fellenius, motode bishop simplified, metode janbu
simplified, metode spencer dan metode morgenstem & price. Untuk melakukan perhitungan dalam penyelesaian
digunakan perangkat lunak limit equilibrium (LEM) untuk analisa keseimbangan batas dan perangkat lunak finite
element untuk perhitungan analisa elemen hingga (FEM). Perbedaan utama antara kedua pendekatan analisa adalah
bahwa metode le didasarkan pada keseimbangan statis sedangkan fe metode memanfaatkan hubungan tegangan-
regangan. Untuk memenuhi tujuan penelitian, akan digunakan bendung kuala bekala kampus usu kuala bekala tipe
urugan tanah (earth fill dam) dengan tinggi 13 meter, dan pada saat tugas akhir ini disusun bendung belum dibangun
sehingga parameter-parameter tanah akan di tentukan. dari hasil analisa, dihasilkan angka keamanan terkecil adalah
metode fellenius (fs = 1.295), metode ini dianggap kurang dapat di andalkan dan baik digunakan untuk analiasa
awal. Karena finite element didasarkan pada hubungan tegangan regangan, redistribusi stress pasti lebih baik dalam
perhitungan (fs=1.682) sedangkan metode lain memperkirakan angka keamanan lebih tinggi.

Kata kunci: stabilitas lereng, angka keamanan, metode elemen hingga, metode keseimbangan

ABSTRACT
Of the many methods of slope stability analysis, the most commonly used method is commonly called the balance of
the limit equilibrium method is the method fellenius, motode bishop simplified, simplified janbu methods, methods
and methods morgenstem spencer & price. To perform the calculations used in the completion of the software limit
equilibrium (LEM) for analysis of the limit equilibrium and finite element software for the calculation of the finite
element analysis (FEM). The main difference between the two approaches is that the method of analysis is based on
static equilibrium le fe methods while utilizing the stress-strain relationship.To meet the objectives of the study, will
be used weir kuala bekala usu campus kuala bekala landfill type soil (earth fill dam) with a height of 13 meters, and
at the end of the task is structured so that the dam has not been built soil parameters will be determined. from the
analysis, the resulting figure is the smallest security fellenius method (fs = 1,295), this method is considered less can
count on and are well used to analiasa early. Since the finite element based on the stress strain relationships, stress
redistribution is definitely better in the calculation (fs = 1,682), while other methods estimate the number of higher
security.

Kata kunci: slope stability, safety factor, finite element method, limiting equilibrium






2

1.PENDAHULUAN
Analisa kestabilan lereng dengan metode keseimbangan batas atau Limit Equilibrium Method (LEM)telah dilakukan
sejak pertengahan tahun 1930.Semenjak itu banyak metode keseimbangan batas di kembangkan dan beberapa masih
digunakan secara umum.Keseimbangan batas bukan digunakan karena pembatasnnya, salah satu perbedaan dasar
penggunaan metode keseimbangan batas adalah penggunaan kondisi keseimbangan. Beberapa kondisi memenuhi
untuk keseimbangan gaya dan keseimbangan momen sendangkan metode yang lain hanya memenuhi salah-satunya
saja.Dengan kata lain beberapa metode hanya memperhitungkan gaya normal saja sedangkan metode yang lain
memperhitungkan gaya normal, gaya tangensial dan juga gaya-gaya antar irisan. Oleh karena itu hanya beberapa
metode yang memenuhi kondisi sebenarnya di lapangan. Metode Bishop yang dikembangkan pada tahun 1950an
adalah didasarkan pada kesetimbangan momen. Metode ini dihitung dengan pendekatan solusi permukaan bidang
runtuh dianggap melingkar. Metode yang lain seperti Metode Janbu yang disederhanakan didasarkan pada kondisi
kesetimbangan gaya, metode ini sangat cocok untuk kondisi tanah berlapis.(Aryal, 2006)

Metode keseimbangan pada umumya memperhitungkan keseimbangan gaya dan keseimbangan momen, demikin
pula dengan gaya-gaya antar irisan (gaya normal dan gaya tangensial) berlaku pada semua permukaan bidang geser.
Di antara semua metode irisan yang paling umum adalah metode Morgenstern-Price dan dan Metode Janbu.Pada
metode ini semua massa geser dibagi dengan jumlah irisandan gaya antar irisan dihutung berdasarkan asumsi fungus
hubungan antar irisan. Perhitungan akhir angka keamanan dihitung dengan cara iterasi.

Pada saat ini, dengan kemjuan komputer yang sangat pesat, perhitungan stabilitas lereng dapat dilakukan dengan
lebih mudah menggunakan metode elemen hinggga atau finite element method (FEM). Penggunan metode elemen
hingga sudah banyak dilakukan dalam rekayasa geoteknik. Pada penelitian ini akan menggunakan metode-metode
keseimbangan batas dan metode elemen hingga menerapkannya dan hasilnya akan dibandingkan.

Hal yang paling mendasar yang membedakan antara metode LEM dan FEM adalah dalm metode LEM banyak
asumsi yang harus dibuat seperti bentuk dan lokasi keruntuhan, arah dan gaya antar irisan.Pada gambar 1.1
menunjukkan asumsi bidang runtuh yang dilakukan pada metode keseimbangan.




Gambar 1.1 Bentuk-bentuk permukaan bidang longsor

Pada analisa kestabilan lereng angka keamanan didefenisikan sebagai perbandingan antara tegangan geser yang
tersedia dengan tegangan perlawanan geser. Angka kemanan di anggap konstan sepanja permukaan bidang longsor
dinyatakan dengan persamaan berikut:

d
f
Fs


di mana:
F
s
=factor keamanan
f
=kuat geser rata-rata (kN/m
2
)
d
=tegangan geser yang terjadi (kN/m
2
)

Melingkar
Datar
gabungan
() =



3

Ruang Lingkup Pembahasan
Ketidakstabilan adalah permasalahan utama dalam ilmu rekayasa, begitu juda dengan rekayasa lereng.Ketidak
stbilan ini bisa disebabkan oleh beberapa factor seperti curah hujan, kenaikan muka air tanah dan perubahn aktifitas
geologi. Saat massa tanah memiliki permukaan miring potensi longsor akan selalu ada.Kelongsoran bisa saja terjadi
sepanjang permukaan bidang geser bervariasi setiap waktu. Oleh karena itu dalam prakteknya harus menggunakan
angka kemanan yang sesuai ketika menganalisis suatu lereng.Baik metode keseimbangan batas dan metode elemen
hingga sudah luas digunakan.Namun metode elemen hingga memerlukan komputasi yang intens sehingg menjdi
keterbatasan pada memory dan hardware.Keterbatasan dan keunggulan yang ditawarkan oleh kedua metode
membuat beberapa metode dianggap sebagai metode yang cocok untuk diterapkan dalam praktek nyata.Oleh karena
itu sangat penting untuk mengetahui keunggulan dan keterbatasan kedua metode sebelum memilih metode yang
cocok untuk tujuan desain.

Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan utama penulisan tugas akhir ini adalah untukmendapatkan seberapa besar perbedaan
antara Metode Limit Equilibrum (LEM) bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal penurunan persamaan
angka keamanan, dan angka keamanan yang dihasikan dibandingkan dengan Metode Finit Elemen (FEM).Penelitian
ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran metode mana yang yang paling tepat digunakan sesuai dengan
kondisi analisis.Tujuan lain adalah membuka wawasan kepada masyarakat, khususnya kaum intelektual seperti
mahasiswa, perencana, ilmuwan mengenai mekanisme kestabilan lereng.

Pembatasan masalah
Agar penelitian terfokus pada rumusan masalah, maka perlu diberikan batasan batasan. Adapun batasan batasan
masalahnya sebagai berikut :
1. Kasus: Analisis lereng Homogen (Bendung Kuala Bekala USU Kuala bekala).
2. Perhitungan menggunakan Program Limit Equilibrium untuk analisis keseimbangan batas dan Program Finite
Element untuk analisis elemen hingga.
3. Data Perhitungan analisis elemen hingga adalah berdasarkan dari perhitungan Buku Tugas Akhir Eduard J. H.
Larosa
4. Analisis LEM berdasarkan metode Fellenius, Metode Bishop, Metode Janbu, Metode Spencer , dan Morgenstern
Price.
Metodologi
Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan dengan metode studi literatur, dimana data-data tanah yang akan dikelola
diperoleh dari data skunder hasil tes di lapangan, tes di laboratorium. Dan pengolahan data mengunakan dua
program komputer yaitu Program Limit Equilibrium (Slope/W) untuk metode limit equibrilium dan Program Finite
Element (Plaxis) untuk metode finite element. Hasil perhitungan dari metode limit equibrilium dan metede finite
element nantinya akan dibandingkan.

METODE ANALISA
1. Umum
Analisa keseimbangan batas (LEM)
Ada dua cara dalam menganalisis kestabilan lereng: analisis total stress dan analisis effective stress. Analisis total
stress didasarkan pada undrained shear strength dan disehut juga analisis
u
Analisis effective stress didasarkan
pada drained shear strength dan disebut juga analisis c, . Undrainedshearstrength biasanya digunakan untuk
menentukan kestabilan jangka pendek selama atau diakhir konstruksi, sedangkan drained shear strength digunakan
untuk kestabilan jangka panjang.Jika tanah yang mengalami pembebanan undrained (undrained loading) jenuh,
dapat diasumsikan nol sehingga analisis = 0, yang merupakan kasus khusus dari analisis
u
dapat digunakan atau
bila tidak maka analisis
u
c ,
u
kasus digunakan. Pada analisis
u
, tekanan pori (pore pressure) harus diambil sama
dengan nol sepanjang permukaan bidang longsor dimana undrained strength digunakan.Perbedaan besar antara
analisis total stress dengan analisis effective stress ialah bahwa analisis effective stress membutuhkan pengetahuan
tentang tekanan pori sedangkan analisis total stress tidak. Pada prinsipnya, kestabilan jangka pendek dapat pula
dianalisis dengan effective stress, dan kestabilan jangka pendek dapat pula dianalisis dengan effective stress, dan
kestabilan jangka panjang dengan total stress. Namun ini akan mernbutuhkan kerja yang lebih banyak dan oleh
sebab itu tidak dianjurkan.

4

Metode irisan
Metode Irisan telah menjadi metode yang urnum digunakan dalam menganalisis lereng dan timbunan. Metode-
metode ini menyediakan sarana yang efektif untuk analisis kuantitatif dan semua metode pasti selalu berhubungan
dengan masalah statis tak tentu. Penyelesaian angka keamanan membutuhkan pailing sedikit satu asurnsi yang
berkenaan dengan gaya-gaya antar irisan (interslice forces). Asumsi yang paling umum dibuat ialah yang berkenaan
dengan arah, besar dan titik kerja (point of application) dari gaya-gaya antar irisanseperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.1
di mana :
W =berat irisan (kN)
E
n
,E
n+1
=Resultan gaya horizontal yang bekerja pada irisan ke n dan n+1 (horizontal internal force)
T
n
+T
n+1
= Resultan gaya vertikal yang bekerja pada irisan ke n dan n+1 (Vertical internal force)
P = gaya normal efektif pada dasar irisan (kN/m2)
S = Gaya geser yang bekerja pada irisan (kN/m2)
b = lebar irisan (m)


Gambar 2.1.gaya-gaya yang bekerja pada irisan
Besaran-besaran yang tidak diketahui pada satu irisan adalah angka keamanan (Fs) yang dianggap konstan
sepanjang permukaan bidang longsor, gaya normal P. gaya geser S yang bekerja pada dasar irisan, gaya geser
vertikal T dan gaya normal E yang bekeda pada batas antar irisan, letak titik tangkap gaya normal P dan E Secara
keseluruhan untuk satu bidang longsor yang dibagi dalarn N irisan, jumlah besaran yang tidak diketahui adalah 6N-
2, seperti terlihat pada tabel 2.1 di bawah

Tabel 2.1 Jumlah Unknown pada sebuah lereng dengan N irisan
Unknown Banyaknya
F 1
P N
S N
E N-1
T N-1
Letak titik tangkap E N-1
Letak titik tangkap P N
Jumlah 6N-2

Dalam satu irisan terdapat tiga persamaan keseimbangan yaitu: keseimbangan arah horisontal, vertikal dan momen
serta satu persamaan Mohr-Coulomb, maka untuk N irisan akan terdapat 4N persamaan. Jumlah bilangan yang tidak
diketahui (unknown) ada (6N-2), sehingga persoalan adalah statis tak tentu tingkat (2N-2).Oleh karena itulah untuk
menyelesaikan persoalan tersebut dibuat asumsi-asumsi agar persoalan menjadi statis tertentu. Setiap metode
mungkin mempunyai asumsi yang berbeda sehingga penyelesaian yang diperoleh antara satu metode dengan metode
yang lain akan sedikit berbeda

Metode Fellenius
memenuhi kondisisaatekuilibrium
gaya normal dan gaya geser antar irisan diabaikan
5

menghitung angka keamana kecil

Gambar 2.2 gaya pada irisan metode Fellenius

Metode Bishop
memenuhikeseimbanganmomen
memenuhikeseimbangan gaya normal
menganggap gaya antar irisan adalah gaya normal
lebih umum
berlaku untuk semua bentuk permukaan bidang longsor

Gambar 2.3 gaya pada irisan metode Fellenius


Metode Janbu
memenuhikeseimbangangaya
tidak memenuhi kesetimbangan momen
menganggap gaya antar irisan adalah gaya normal

Gambar 2.4 gaya pada irisan metode Janbu

Metode Morgenstern & Price

memperhitungkan gaya-gaya antar irisan
mengasumsikan gaya-gaya antar irisan adalah fungsi f(x)
menghitung angka keamanan dengan keseimbangan momen dan keseimbangan gaya
6


Gambar 2.5 gaya pada irisan metode Morgenster-Price

Perbandungan anta metode keseimbangan
Karena perbadaan asumsi pada setiap metode, pasti aangka keamanan yang dihasilkan dari setiap metode pasti
berbeda. Untuk ittulah kita perlu menganalisa metode mana yang paling sesuai dengan kondisi analisa.Berikut
perbandingan angka keamanan dari beberap kasus dengan menggunakan metode keseimbangan.

Tabel 2.2 Angka keamanan dari beberapa kasus
No Contoh
Nilai dari Fs
Ordinary B.S.M M.P.M
1 Homogen soil and no pore preasure 1.49 1.61 1.58 1.62
2 Long term stability of embankment on
organic silt. Three different soil.
1.09 1.33 1.24 1.26
3 Immedinte stability of same embankment as
in 2
0.66 0.7 0.82 0.73 0.78
4 Submerged slope of rocfill resting on inclined
core of cohesive soil
1.14 1.84 2.00 2.01 2.03


Analisa Elemen Hingga (FEM)
Pada analisis elemen hinggauntuk tanah, perlu untuk menggunakannilai yang sesuaiuntukparameter material.Secara
umummediatidakdapat dianggap elastismeskipun hubunganlinear antarategangan dan regangandapat
diasumsikanuntuk langkah- bertahap pembebanan yang kecil.Oleh karena itu,parameterdeformasidapat
dianggapsebagai parameterelastissemu. Hal iniselalu perlu untukmembedakan antarapeningkatan tegangan
dantingkat stres. Perhatiandibatasi untukdua masalahdimensiyang melibatkandeformasiregangan bidang.

Plane strain compression test lebih baik dibanding dengan dua alasan.Pertamates inilebih cocokuntuk digunakan
dalammasalah yang melibatkanbidang deformasiregangandari teskompresitriaksial. Kedua, Plane strain compression
testadalah bisa untukmenentukan parameteranisotropikdari hasil test. Meskipun testreganganbidangkompresiyang
tidak umummereka telahberhasil digunakan oleh pekerjapenelitian. Adaenammodelumum dalam
pemodelanlerenguntuk pemodelanelemen hingga. Namun,pemodelanelemen hinggadalam Tugas Akhir ini
adalahpemodelanMohr Coulomb. UntukmodelMohr-Coulomb, enam sifat materialyang diperlukan. Properti ini
adalah sudut geser (), kohesi (c), sudut dilatasi (), modulus Young (E), rasio Poisson () dan berat satuan tanah
(). Modulus Youngdan rasiopoissonmemiliki pengaruhbesar padadeformasidihitungsebelum kegagalanlereng,
tetapi memilikisedikit pengaruhpada faktorkeamanandalam perhitungan analisisstabilitaslereng(Rocscience, 2001).

Pelebaransudut, mempengaruhisecara langsungperubahanvolume selamatanahmenyusut. Jika=, aturan
aliranplastisitasdikenal sebagai"berhubungan ", dan jika , aturan aliranplastisitasdianggap
sebagai"tidakberhubungan ". Perubahanvolumeselama kegagalanitu tidakdihitung dalamtugas akhir inisehingga
sudutdilatasidiambiladalah = 0. Oleh karena itu, hanya tigaparameter(sudutgesekan, kohesi dansatuan berat bahan)
dari bahan modelyang diperhitungkandalam pemodelankegagalanlereng ini




Pemodelan
7



Gambar 2.6 Pemodelan

Tabel 1.2 Data Tanah
PARAMETER NAMA ATAS BWH BDG KAKI
Berat Isi Tanah Di Atas MAT
unsat
20.039 20.373 18 11
Berat Isi Tanah Di Bawah MAT
sat
26.059 26.029 28 20.5
Permeabilitas Horizontal k
x
0.000156 0.000152 0.432 8.643
Permeabilitas Vertikal k
y
0.000156 0.000152 0.432 8.643
Modulus Young

EA 422.473 563.297 20000 60000
Angka Poisson

0.3 0.3 0.3 0.2
Kohesi

c 9.709 10.101 29 0
Sudut Geser

15.51 17.055 32 35
Sudut Dilatansi - - - -

ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa
Pada studi ini di bagi beberapa kondisi yaitu pada kondisi awal di mana kondisi kenaikan muka air tidak ada
sehingga tidak ada perhitungan rembesan.Pada kondisi ini dihitung dengan asumsi bidang runtuh melingkar dan
asumsi bidang runtuh mendatar.Bidang runtuh yang di analisa adalah pada hilir bendung dan hulu bedndung.
Untuk kondisi analisa yang lain adalah saat muka air bendung naik, sehingga perlu perhitungan untuk rembesan.

Pembahasan
Dari hasil perhitungan maka di dapat angka keamanan dari tiap-tiap metode. Seperti yang ditunjukkan pada table
1.3.Untuk permukaan bidang longsor dari semua metode terdapat kesamaan, baik dengan permukaan bidang runtuh
melingkar dan bidang runtuh mendatar.Dapat dilihat pada gambar 2.7 dan gambar 2.8.Perhitungan dengan asumsi
bidang runtuh mendatar memperkirakan angka keamanan terlalu tinggi, sehingga untuk perhitungan selanjutnya
asumsi ini tidak digunakan lagi.
Tabel 1.3 angka keamanan permukaan bidang runtuh melingkar (hulu bendung)
FS/Method Ordinary Bishop Janbu Morgenstern-Price Spencer
Momen 1,377 1,608 - 1,597 1,594
Gaya - - 1,432 1,569 1,591

Tabel 1.4 angka keamanan permukaan bidang runtuh melingkar (hilir bendung)
FS/Method Ordinary Bishop Janbu Morgenstern-Price Spencer
Momen 2,281 2,571 - 2,540 2,565
Gaya - - 2,234 2,536 2,563

8


Gambar 2.7 Bidang runtuh melingkar




Gambar 2.7 Bidang runtuh mendatar
Pada kondisi design kedua ini harus terlebih dahulu dilakukan analisis rembesan untuk mengetahui garis
preatiknya. Untuk analisis rembesan dilakukan dengan program (perangkat lunak ) metode limit equilibrium. setelah
didapat garis preatiknya kemudian dilakukan perhitungan permukaan bidang runtuh kritis, angka keamanan dengan
Perangkat lunak limit equilibrium


Gambar 2.9 tekanan air pori
Tekanan air pori yang paling besar ditandai dengan daerah yang berwarna merah muda, sedangkan tekanan air pori
paling kecil ditandai dengan warna biru muda. Garis berwarna biru tua menunjukkan garis preatik. Tekanan air pori
di atas garis preatik adalah bernilai negarif (negative pore preasure). Berikut diberikan hasil perhitungan tekanan air
pori.

Gambar 2.10 Grafik Tekanan Air Pori di sepanjang dasar bendung
Tekanan Air Pori
T
e
k
a
n
a
n

A
i
r

P
o
r
i

(
k
P
a
)
Jarak (m)
0
20
40
60
80
100
120
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
9

Pada gambar 4.15 di atas menunjukkan tekanan air pori yang terjadi pada sepanjang dasar bendung yaitu pada
elevasi 17 meter. Dari hasil perhitungan rembesan di atas kemudian dilakuka perhitungan stabilitas untuk berbagai
metode yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Berikut hasil perhitungan stabilitas dari program
perangkat lunak limit equilibrium
Tabel 1.5Hasil Perangkat lunak limit equilibriumUpstream
FS/Method Ordinary Bishop Janbu Morgenstern-Price Spencer
Momen 1,295 1,785 - 1,766 1,763
Gaya - - 1.618 1,757 1,730
Tabel 1.6Hasil Perangkat lunak limit equilibriumDownstream
FS/Method Ordinary Bishop Janbu Morgenstern-Price Spencer
Momen 1,149 1,30 - 1,236 1,286
Gaya - - 1.2 1,239 1,286


Gambar 2.11 Fs Pada Hilir Bendung

Gambar 2.12 Fs Pada hulu Bendung
Pada perhitungan menggunakan perangkat lunak finite element mempunyai dua tahap yaitu kondisi awal lereng
dengan pembebanan dan perhitungan angka keamanan. Untuk geometri dan imput parameter sesuai dengan yang
ada pada perhitungan dengan perangkat lunak limit equilibrium.Dari hasil perhitungan didapat angka keamanan
adalah 1,514.Pada analisa elemen hingga kondisi kritis berad pada bagian hilir.Seperti pada gambar 2.13 dibawah.

Gambar 2.13 Kondisi Displacement Awal Lereng
Perbandingan Antara Metode LEM dan FEM
Sesuai pada perhitungan pada perangkat lunak finite element, kondisi paling kritis berada pada bagian hilir bending
sehingga pada bagian ini yang akan dibandingkan antara metode limit equilibrium (LEM) dan metode finite element
10

(FEM) berdasarkan faktor keamanan yang didapat dari masing-masih perhitungan.Darianalisis perhitungan yang
dilakukan didapatkan hasih perhitugan sesuai pada tebel 7 berikut
Dari grafik Gambar 4.41 dapat dilihat metode Fellenius dan Janbu memberikan hasil perhitungan nilai angka
keamanan yang lebih kecil.Nilai angka keamanan yang di dapat dari kedua metode itu lebih baik digunakan untuk
pra analisis.

Tabel 7 Faktor Keamanan Hasil Perhitungan
Metode Fs
Fellenius 1.295
Bishop 1.785
Janbu 1.618
MPM 1.766
Spencer 1.763
Finite
element
1.514


Gambar 2.14 Grafik perbadingan angka keamanan



KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang dilakukan dalam tugas akhir ini, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Setiap metode analisis kestabilan lereng membutuhkan asumsi-asumsi karena jumlah persamaan yang ada lebih
sedikit dibandingkan dengan bilangan yang tidak diketahui (unknown)
2. Untuk kasus Lereng bendungan Kuala kurang akurat mengasumsikan permukaan bidang longsor non lingkaran,
karena memperhitungkan angka keamanan yang besar (overestimated)
3. Pada semua kondisi pada studi ini, dalam asumsi permukaan bidang runtuh melingkar, Metode Fellenius
(ordinary) karena memperhitungkan angka keamanan lebih kecil (fs=1.295) dari metode lainnya.
4. Metode Morgenstern Price (fs=1.766), Metode Bishop (fs=1.785) dan Metode Spencer (fs=1.763)
memperhitungkan angka keamanan lebih tinggi dibanding dengan Metode lainnya karena syarat keseimbangan
sudah terpenuhi untuk semua gaya.
5. Dari perhitungan perangkat lunak finite element memperhitungkan angka keamanan (fs=1.514) lebih akurat,
disebabkan FEM didasarkan pada hubungan tegangan regangan, redistribusi stress pasti lebih baik.

1.295
1.785
1.618
1.766 1.763
1.514
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
Fellenius Bishop Janbu MPM Spencer Finite
element
Fs
Fs
11

DAFTAR PUSTAKA
Das, Braja M, 1995, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Das, Braja M. 2008 Advanced Soil Mechanics, Third Edition. New York : Taylor & Francis Group
Hardiyatmo, C.H, 1955, Mekanika Tanah 1 dan Meksanika Tanah 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Atkinson JH. Bransby P.L. 1978. The Mechanics of Soils. Mc Graw-Hill. London.
Duncan, J. Michael and Stephen G. Wright. 2005. Soil Strength and Slope Stability. New Jersey : John Wiley &
Sons,Inc
Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah, Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Conforth, D.H. 2004. Landslide In Practice : Investigation, Analysis And Remedial/ Preventative Option In Soil.
New Jersey : John Wiley & Sons,Inc
Chowdhury, R. 2010. Geotechnical Slope Analysis. Taylor & Francis Group, London, UK
Smith, M. R. (ed.) 1999. Stone: Building stone, rock fill and armourstone in construction. Geological Society,
London,Engineering Geology Special Publications,
Cheng.Y.K. 2008, Slope stability analysis and stabilization.New York
Bell. H.G.. 2002. Geological hazard. London & New York , E & FN Spon Routledge
Plaxis Manual. Delft University of Technology & Plaxis. Belanda
Geo-Slope Manual.Geo-Slope International Ltd, Calgary, Alberta Canada.
Bowles, Joseph E, 1996. Foundation Analysis and Design.5
th
Edition.Mc Graw Hill.
Aryal , Krishna Prasad. 2006. Slope Stability Evaluations by Limit Equilibrium and Finite Element Methods,
Norwegian University of Science and Technology, Trondheim, Norway.
Hartono, Wijaya. 1997. Studi Perbandingan Berbagai Metode Analisa Kestabilan Lereng, Tugas Akhir, Universitas
Kristen Petra
Larosa, Eduard J. H. DS. 2012. Analisis Stabilitas Lereng Bendung Usu Kuala Bekala, Tugas Akhir, Universitas
Sumatera Utara.

You might also like