You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam Urat
1. Definisi Asam Urat
Asam urat merupakan hasil pemecahan metabolisme purin ( asam nukleat
) tubuh, yang sebagian kecil berasal dari makanan. Sebagian besar asam urat
diekskresikan oleh ginjal. Dalam darah, sebagian besar asam urat dalam bentuk
monosodium urat. ( Underwood, 1999 )
2. Metabolisme Asam Urat
Asam urat merupakan molekul kompleks dengan dua sistem cincin
terkondensasi, yang disebut nukleus purin. Bagian adenin dan guanin pada
nukleotida adenin dan guanin juga termasuk golongan purin. ( Lehninger, 1982 )
Nukleotida purin diuraikan melalui suatu lintas metabolisme, dimana
gugus fosfat dibebaskan oleh kerja 5-Nukleotidase, Adenilat menghasilkan
Adenosin yang kemudian mengalami deaminasi menjadi Inosin. Inosin kemudian
dihidrolisis menjadi basa purin Hipoksantin dan D-Ribosa. Hipoksantin dioksidasi
berturut-turut menjadi Xantin dan kemudian Asam Urat. Oleh Xantin Oksidase,
suatu flavoenzim kompleks yang juga mengandung atom Molibdenum dan 4 pusat
besi sulfur, pada gugus prostetiknya. Molekul O
2
adalah penerima elektron pada
reaksi kompleks ini. ( Lehninger, 1982 )
Katabolisme Guanosin 5,-Monofosfat ( GMP ) juga menghasilkan urat
sebagai produk akhir. GMP pertama-tama dihdrolisis menjadi nukleosida
4
5
Guanosin, yang kemudian diuraikan menjadi Guanin bebas. Guanin mengalami
pembebasan hidrolitik gugus aminonya menjadi Xantin, yang diubah menjadi urat
oleh xantin oksidase. ( Lehninger, 1982 )

LINTAS KATABOLISME PURIN ( LEHNINGER, 1982 )

AMP Guanosin 5-Monofosfat ( GMP )
H
2
O H
2
O
5-Nukleotidase 5-Nukleotidase
Pi Pi
Adenosin Guanosin
H
2
O H
2
O
Adenosin Nukleosidase
NH
3
Deaminase D-Ribosa
Inosin Guanin
H
2
O
Nukleosidase H
2
O
D-Ribosa
Hipoksantin NH
3
Deaminase
Guanin
Oksidase
Xantin
Xantin

Xantin
Oksidase
Asam Urat

Urat
Dikeluarkan
oleh primata
Oksidase
Allantoin
Dikeluarkan oleh sebagian
mamalia lainnya, reptil
daratan, dll.


Bagian terbesar asam urat disintesis dalam hati, sedangkan reaksi itu
membutuhkan enzim Xanthine Oxidase. Asam urat diangkut oleh darah ke ginjal
dan fungsi renal yang filtrasi, absorpsi, dan ekskresi asam urat. ( Widmann, 1995 )
6
3. Gangguan Metabolisme Asam Urat
a. Asam Urat Tinggi
Penumpukan asam urat berlebihan dalam serum dapat menyebabkan
suatu radang sendi yang disebut Gout. Kadar asam urat yang tinggi juga
terdapat pada Lesch-Nyhan Syndrome. Meski asam urat dapat berperan
sebagai antioksidan, kadar asam urat yang terlalu berlebihan dalam serum juga
dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler.
( http://en.wikipedia.org/wiki/Uric_acid, 23 Februari 2007 )
b. Asam Urat Rendah
Kadar asam urat yang rendah berhubungan dengan penyakit Multiple
Sclerosis. Pada pasien Multiple Sclerosis ditemukan kadar asam urat 194
mol/ l, pada pasien relaps kadar mencapai 160 mol/ l dan pada pasien yang
mengalami perbaikan kadar asam urat mencapai 230 mol/ l ( 1 mg/dl =59,48
mol/ ). Selain itu kadar asam urat yang rendah juga ditemukan pada pasien
dengan Oxidative Stress. ( http://en.wikipedia.org/wiki/Uric_acid, 23 Februari
2007 )

B. Pemilihan Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium yang baik harus selalu memperhatikan beberapa
hal dalam analisis bahan laboratorium, ( AP, Purwanto, 1997 ) diantaranya :
1. Tujuan, prinsip, dan metode pemeriksaan.
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring,
diagsnotik, dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tujuan
7
pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda,
sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda pula.
2. Bahan pemeriksaan.
Bahan pemeriksaan yang digunakan harus memenuhi beberapa hal.
Diantaranya macam sampel harus sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
Persiapan sampel, puasa dulu atau tidak. Cara pengambilan, wadah
sampel, pemberian pengawet dan volume pengambilan yang tepat.
3. Alat dan reagensia yang digunakan.
Pemilihan alat dan reagensia harus mempertimbangkan hal-hal berikut ;
banyaknya kebutuhan, mempunyai kadaluarsa yang panjang, mudah
diperoleh di pasaran, besarnya biaya tiap satuan ( nilai ekonomis ),
pemasok, kelancaran dan kesinambungan pengadaan, dan sebagainya.
4. Cara pemeriksaan.
5. Evaluasi hasil ( AP,Purwanto, 1997 )
Ada beberapa prinsip dalam pemeriksaan asam urat ( Dep Kes RI, 1985 ).
Diantaranya metode Tes Strip dan metode Enzymatic Colorimetric. Kedua metode
ini yang sekarang paling banyak digunakan di laboratorium-laboratorium klinik.
Masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan yang harus selalu
dipertimbangkan.
1. Metode Tes Strip
Prinsip pemeriksaan :
8
Strip tes UASure menggunakan katalis bersama dengan teknologi
biosensor yang dirancang khusus untuk pemeriksaan asam urat. Tes strip
ini dirancang sedemikian rupa sehingga ketika darah dimasukkan ke dalam
zona reaksi strip , katalis asam urat memicu oksidasi asam urat dalam
darah. Intensitas elektron yang terbentuk diukur dengan sensor UASure
dan setara dengan kadar asam urat dalam sampel.
Metode tes strip mempunyai kelebihan waktu pemeriksaan lebih
cepat, kurang dari lima menit, tidak memerlukan sampel dalam jumlah
besar, dan mudah dalam pengoperasionalan alat, karena dirancang untuk
dapat digunakan selain teknisi laboratorium juga dapat digunakan oleh
orang awam. Tetapi metode test strip juga mempunyai kekurangan yaitu
harga alat dan strip yang sedikit lebih mahal dan hasil pemeriksaan
dipengaruhi oleh kualitas sampel. Sampel yang tidak normal ( Vitamin C,
hemoglobin, bilirubin, methyl-dopa ), dan nilai hematokrit yang terlalu
tinggi ( >50% ) atau terlalu rendah ( <35% ) dapat menyebabkan hasil
tidak akurat. Selain itu limitasi alat yang hanya mampu membaca kadar
asam urat 3,0 20,0 mg/dL memberikan kesulitan pada pemeriksaan pada
pasien, karena nilai normal asam urat antara 2 7 mg/dL berarti pada
kadar dibawah 3,0 mg/dL tidak akan mampu terbaca padahal sebenarnya
sampel tersebut normal.

2. Metode Enzymatic Colorimetric
Prinsip pemeriksaan :
9
H
2
O
2
dengan katalisa Peroxidase bereaksi dengan 3,5-dichloro-2-
hydroxybenzenesulofonic acid ( DCHBS ) dan 4-aminophenazone ( PAP )
memberikan warna merah-violet dengan Quinoneimine sebagai indikator.
Intnsitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri.
Uric acid +O
2
+2 H
2
O
uricase
allantoin +CO
2
+H
2
O
2

2 H
2
O
2
DCHBS + PAP
peroxidase
N-(4-antipyryl-3-chloro-5-
sulfonate-p-benzoquinonimine +HCl +4 H
2
O
Metode enzymatic colorimetric mempunyai kelebihan berupa
harga reagen yang lebih murah, tetapi kekurangannya metode enzymatic
colorimetric memerlukan waktu pemeriksaan yang lebih lama, karena
memerlukan inkubasi dan sampel dalam jumlah besar karena
menggunakan serum / plasma. Metode enzymatic colorimetric tidak
dipengaruhi oleh kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl dan kadar bilirubin
sampai 20 mg/dl.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan ini adalah :
a. Volume sampel.
Volume sampel darah pada pemeriksaan menggunakan UASure
Blood Uric Acid Meter, tidak dapat ditentukan berapa besar volumenya
karena hanya berdasarkan tetesan. Untuk itu diusahakan penetesan
menggunakan mikropipet dengan volume yang sama ( contoh mikropipet
50 L ), sehingga volume darah yang bereaksi seragam.
b. Suhu dan waktu inkubasi
10
Suhu inkubasi yang digunakan adalah 20-25 C, sedang
keterbatasan alat inkubator yang harus selalu menyesuaikan suhu,
sehingga sulit mencapai suhu 20-25 C yang stabil. Selain itu karena
pemeriksaan dilakukan sampai 23 kali dalam waktu bersamaan, maka
terdapat selisih waktu inkubasi antara pemeriksaan satu dengan
pemeriksaan yang lain.

C. Kerangka Konsep




Variabel bebas :
Metode Pemeriksaan
Asam Urat
Variabel Pengganggu :
1. Kualitas sampel
2. Waktu pengambilan
Variabel terikat :
Kadar Asam Urat

You might also like