Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara berkembang
yang sedang
giat-giatnya
kualitatif
bertujuan
untuk
mengetahui
senyawa-senyawa
yang
infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada
zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang
menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penentuan kadar antibiotic golongan antibiotic golongan
aminoglikosida, beta lactam dan tetra siklin secara kuantitatif?
2. Bagaimana cara penentuan kadar antibiotic golongan antibiotic golongan
aminoglikosida, beta lactam dan tetra siklin secara kualitatif?
I.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah guna mengetahui uji kuantitatif dan
kualitatif penentuan kadar aminoglikosida, beta lactam dan tetra siklin.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Antibiotik
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat
membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain
sedangkan Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba pada manusia. Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik
alami maupun sintetik, yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan
suatu proses suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri.
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat
membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain
sedangkan Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba pada manusia. Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik
alami maupun sintetik, yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan
suatu proses suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri.
1. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya
golongan
karbapenem
(ertapenem,
imipenem,
2. Golongan Aminoglikosida
Antibiotika golongan aminoglikosid bekerja dengan menghambat
sintesis protein dari bakteri. Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri
dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada
inti heksosa. Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus
lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses
fradiae untuk Neomisin, Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin,
Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin, Micromomospora purpures
untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin. Aminoglikosid
dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid
pertama yang ditemukan adalah Streptomisin. Antibiotika lain untuk bakteri
gram negatif adalah golongan Sefalosporin generasi 3 yang lebih aman,
akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan
Aminoglikosid.
Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin,
Kanamisin, Netilmisin dan Amikasin terutama tertuju pada basil gram
negatif yang aerobic (yang hidup dengan oksigen). Masalah resistensi
merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik
misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut.
Resistensi terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi
terhadap Aminoglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
3. Antibiotika Golongan Tetrasiklin
Bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Tetrasiklin
pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu
penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin yang
pertama
ditemukan
adalah
Klortetrasiklin
yang
dihasilkan
oleh
Kerja
Tetrasiklin:
Golongan
Tetrasiklin
termasuk
paha,
hati
dan
telur
dihomogenisasi
menggunakan
Jika sampel
dinyatakan
positif,
maka dilanjutkan
dengan
Uji kuantitatif:
1. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Sampel yang dinyatakan positif secara kualitatif ditimbang sebanyak 5
g, ditambah dengan 30 mL dapar MC-Ilvaine EDTA dimasukkan ke dalam
tabung sentrifus 50 mL dan dihomogenkan kemudian disentrifus pada 4000
rpm selama 15 menit. Supernatan dipisahkan, tahapan ini diulangi sebanyak
2 kali, masing-masing dengan 20 mL dan 10 mL larutan dapar MC-Ilvaine
EDTA terhadap sedimen. Supernatan disatukan dan dialirkan ke dalam
catridge SepPak C-18 yang sebelumnya telah diaktifkan terlebih dahulu
dengan 20 mL metanol dan 20 mL air suling. Kemudian catridge SepPak
C-18 dicuci dengan 20 mL air suling, selanjutnya dielusi dengan 10
mL larutan asam oksalat 0,01 M dalam metanol. Sebanyak 50L
larutan ini disuntikkan ke dalam HPLC menggunakan kolom C-18
dengan detector UV-350 nm, laju alir 1 mL/menit dan fase gerak berupa
campuran metanol, asetonitril dan asam oksalat dihidrat 0,01 M (1:1:8).
V.4 Uji Kualitatif dan Kuantitatif neomisin
Analisis antibiotic aminoglikosida sulit dilakukan karena tidak ada kromofor
dan juga antibiotic biasanya merupakan campuran beberapa komponen.
Penetpan kadar BP tetes mata neomisin melakukan suatu pemeriksaan identitas
terhadap komponen neomisinB dan neomisin C dalam tetes mata dengan cara
menderivisasikannya sehingga komponen tersebut dapat dideteksi dengan
pemantauan UV. Polaritas gula-gula amino yang sangat polar berkurang
menjadi beberapa tingkat dengan cara derivatisasi sehingga gula amino tersebut
dapat digerakkan pada kolom gel silica dalam fase gerak yang terdiri atas
kloroform dan etanol.
Dalam jurnal Yuningsih (2010) analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan untuk menganalisis semyawa antibiotic dalam suatu produk ternak
digunakan beberapa analisis berikut:
laktam,
khloramfenikol
dan
antibiotika
lainnya
seperti
aminoglikosida.
Thin Layer Chromatography (TLC) atau Khromatografi Lapis Tipis (KLT).
Metoda ini kurang sensitif kualitatif/ semi kuantitatif) dibandingkan dengan
KCKT (kuantitatif), tetapi pemeriksaan lebih cepat terutama dalam uji screening
dari beberapa macam (golongan) antibiotika yang dapat dilakukan dalam satu kali
analisis.
Gas Chromatography (GC) atau Khromatografi Gas (KG), dapat dipergunakan
untuk analisis antibiotika golongan khloramfenikol. Prinsip analisis residu
antibiotika diperlukan 3 tahapan, yaitu:
Tahap ekstraksi, pemisahan antibiotika dari matriks lain (lemak, protein dsb)
dengan bahan larutan buffer atau bahan organik lain (pelarut antibiotika)
dengan cara pengocokan, biasanya menggunakan alat shaker atau vortex.
Tahap pemurnian, kebanyakan dilakukan dengan teknik yang cepat dan
efisien dalam pemakaian bahan kimia, yaitu teknik solid phase extraction
(SPE), dengan mempergunakan catridge dan paling banyak menggunakan
catridge C18.
Tahap deteksi, yaitu hasil pemurnian diinjeksikan pada alat KCKT atau KG
atau spotting pada plat KLT dan diikuti dengan injeksi larutan standar
antibiotika sebagai pembanding dan larutan fase gerak yang spesifik tiap jenis
antibiotika. Beberapa pemeriksaan residu antibiotika dengan cara cepat, uji
screening berdasarkan hambatan mikroba dan telah dikembangkan untuk
deteksi residu antibiotika dan golongan sulphonamida dalam jaringan yaitu Calf
Antibiotic and Sulfonamide Test (CAST) dan Fast Antimicrobial Screen Test
(FAST) yang masing- masing memerlukan waktu dalam 18 jam dan 6 jam
(DEY et al., 2005).
BAB III
PENUTUP
III.1 kesimpulan
Berdasarkan makalah yang dibuat dapat disimpulkan bahwa uji
kualitatif dan kuantitatif dari antibiotik golongan beta-laktam, aminoglikosida
dan tetrasiklin dapat dilakukan dengan cara reaksi oksidasi-reduksi,reaksi
iodometri, penetapan kadar BP, dan HPLC.
III.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut lagi dalam uji senyawa kualitatif
dan kuantitatif golongan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Journal of Pharmaceutical and Biomedical. Vol 7 N0. 12, 1998. Determination of
residues of tetracycline antibiotics in animal tissues by high-performance
liquid chromatography.
Susidarti dkk. 2008. Penetapan Kadar Sefadroxil Secara Spektrofotometri Visibel
Menggunakan Pereaksi Etil Asetoasetat Dan Formaldehid. Yogyakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Windiarti,Rai Devi. 2013. Penetapan Kadar Tetrasiklin HCL Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Tasikmalaya: STIKES Bakti Tunas Husada.
Yuningsih. 2010. Keberadaan Residu Antibiotika Dalam Produk Peternakan (Susu
Dan Daging). Bogor: Balai Penelitian Veteriner