You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai
angka tertinggi di SEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai
penyebab yang kompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas
pelayanan kesehatan, dan gender, dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Hal ini
menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas pemerintah.
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang unik dan penuh misteri bagi setiap
pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan dapat berakhir aman dan sejahtera
baik bagi Ibu maupun bagi janinnya, oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal
yang bermutu sangatlah penting dan semua perempuan diharapkan dapat memperoleh
akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala- gejala ini kurang lebih
terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2002).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual
ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam
serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem
saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang
berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.
1

Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.


Hiperemesis gravidarum yang yang tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat
pula menyebabkan kematian pada ibu hamil (Prawihardjo, 2002).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling
bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis
untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lain.
B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana pengertian hiperemesis gravidarum ?

2.

Bagaimana etiologi hiperemesis gravidarum ?

3.

Bagaimana patofiologi hiperemesis gravidarum ?

4.

Bagaimana gejala dan tanda hiperemesis gravidarum ?

5.

Bagaimana pencegahan hiperemesis gravidarum ?

6.

Bagaimana terapi hiperemis gravidarum ?

7.

Bagaimana prognosis dari hiperemesis gravidarum ?

C. Tujuan
1.

Mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum

2.

Menjelaskan etiologi hiperemesis gravidarum

3.

Mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum

4.

Mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum

5.

Menjelaskan pencegahan hiperemesis gravidarum

6.

Mengetahui terapi hiperemesis gravidarum

7.

Mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa
hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan
kelaparan. (Prawirohardjo, 2002).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sehingga apa yang dimakan dimuntahkan kembali, sehingga berat badan sangat
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urine.(Arief.2005)
Hiperemesis

gravidarum

adalah

mual

muntah

berlebihan

sehingga

menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari dan bahkan membahayakan hidupnya.


(Manuaba, 2001)
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan
susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat
kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum. Beberapa faktor predisposisi dan
faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut
1.

Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola


hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan
karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.

2.

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.

3.

Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik
3

4.

Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

C. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulanbulan.
Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkolosis metabolik. Belum jelas mengapa gejalagejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan
dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula
khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
4

ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati
dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
D. Gejala dan tanda
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah
memerlukan perawatan yang intensif.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam
3 tingkatan :
1.

Tingkatan I. Ringan
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa

lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2.

Tingkat II. Sedang


Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah

mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3.

Tingkat III. Berat


Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen

sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan
5

gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati.
E. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurakan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan
dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau`sangat dingin.
Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan
karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
F. Terapi
1.

Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah
pohenobarbital, vitamin yang dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6,
antihistaminika juga dianjurakn Pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik
seperti disklomin hidrokhloride, avomin.

2.

Isolasi. Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang
baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah
berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak
diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilanhg tanpa pengobatan

3.

Terapi psikologik

a.

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,


hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.

4.

Cairan parenteral

a.

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena

b.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

5.

Penghentian kehamilan

a.

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik
sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada
organ vital.

G. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
7

tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang menjadi
pegangan bagi kita untuk menilai maju mundurnya pasien adalah adanya aseton dan
urin dan berat badan sangat turun

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU HIPEREMESIS


GRAVIDARUM
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 September 2014, asuhan keperawatan
keluarga bapak S dengan Hiperemesis Gravidarum pada ibu T.
1.

Data Umum

a.

Identitas Kepala Keluarga


Nama kepala keluarga : Bpk. S

b.

c.

Umur

: 30 tahun

Pekerjaan

: Buruh tani

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Sidoarjo

Komposisi anggota keluarga


NAMA

UMUR

SEX

HUB dg KK

PENDIDIKAN

KET

Ibu T

26 th

Istri

SMP

Sakit

Anak A

6 th

Anak

TK

Sehat

Genogram

Bpk S

Ibu T

30 th

26 th

Sehat

Anak A

Sakit

6 th
Sehat
Keterangan :
: meninggal
: tinggal serumah
9

d.

Tipe keluarga
Tipe keluarga Bapak S adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak

e.

Suku bangsa
Keluarga Bapak S merupakan keluarga suku Jawa, bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah Bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan keluarga yang dipengaruhi oleh
suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya.

f.

Agama
Keluarga Bapak S mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan
keyakinan semua beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu,
namun Bapak S tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan pengajian karena kondisi
tubuhnya sering tidak fit. Bapak S mengatakan agama sangat penting karena agama
merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat nantinya.

g.

Status sosial ekonomi keluarga


Penghasilan keluarga Bapak S diperoleh dari Bpk S yang bekerja sebagai buruh
tani yang membantu di lading orang lain. Penghasilan rata-rata sebulan Rp 700.000,/bulan, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli
lauk pauk, memenuhi kebutuhan dapur dan membiayai anak sekolah. Keluarga tidak
mempunyai tabungan khusus untuk kesehatan, tiap bulannya keluarga tidak bisa
menabung. Barang yang dimiliki keluarga dirumah seperti kompor minyak, kipas
angin, setrika, dan televisi 14 inchi.

h.

Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga jarang pergi ke tempat rekreasi rekreasi secara bersama, karena Bpk S
sibuk bertani dan tidak ada hari libur selain lebaran. Kebiasaan kumpul bersama
biasanya dilakukan keluarga dimalam hari.

10

2.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a.

Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Bpk S berada pada tahap perkembangan anak sekolah, ditandai oleh
istri Bpk S yang sedang hamil 3 bulan dan sudah mempunyai anak berusia 6 tahun
yang sekolah TK.

b.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Belum mampunyai keluarga untuk menciptakan lingkungan yang sehat, ditandai
dengan tidak adanya jamban di rumah.

c.

Riwayat keluarga inti


Bpk S mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit
menular seperti kencing manis, TBC, Jantung, Hepatitis, Hipertensi. Apabila anggota
keluarga sakit, keluarga biasanya berobat ke Bidan desa atau Puskesmas.

d.

Riwayat keluarga sebelumnya


Bpk S mengatakan keluarga Bpk S ataupun Ibu T tidak mempunyai riwayat
penyakit yang berbahaya. Seperti Hepatitis, Jantung, TBC, Diabetes Mellitus.

3.

Lingkungan

a.

Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni oleh keluarga Bpk S adalah rumah sendiri, kondisi rumah
tidak permanen dengan lantai yang belum di semen, luas rumah 7x7 m2 dan terdiri
dari 4 ruangan, yaitu ruang tamu, dua buah kamar tidur dan dapur. Ventilasi hanya
terdapat pada kamar tidur 1 dan kamar tidur 2. Penempatan barang-barang tidak
teratur, semua ruangan bermanfaat dengan baik. Bpk S mengatakan dirumahnya tidak
ada WC. Anggota keluarga BAB menumpang pada WC tetangga. Sedangkan sumber
air minum keluarga berasal dari air ledeng.
Keterangan :

3
3

1. Teras

2. Ruang tamu
3. Kamar tidur

4. Dapur
11

b.

Karakteristik tetangga dan komunitas


Bpk S mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan
masyarakat lainnya cukup harmonis, dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan
dengan gotong royong, jarak rumah dan tetangga cukup dekat, disini tidak ada
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c.

Mobilitas geografis keluarga


Bpk S mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah
tempat karena keluarga memiliki keluarga tetap.

d.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Bpk S mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi pada malam hari setelah
makan sambil menonton Tv. Dan pada sore hari keluarga jarang berkumpul karena
bekerja. Dalam keluarga tidak mengalami masalah serta konflik dalam berinteraksi.

e.

Sistem pendukung keluarga


Keluarga Bpk S bila ada masalah keluarga termasuk masalah keuangan, biasanya
dibantu oleh keluarga yang lain, mertua dan tetangga yang tinggal berdekatan dengan
rumah Bpk S dengan meminjam uang untuk keperluan berobat dan lainnya.

4.

Struktur Keluarga

a.

Pola komunikasi
Bpk

mengatakan

bahwa

anggota

keluarga

berkomunikasi

dengan

menggunakan bahasa jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga


menyelesaikan masalah dengan membicarakan terlebih dahulu dengan anggota
keluarga

dan

pengambilan

keputusan

oleh

kepala

keluarga

yang

sudah

dimusyawarahkan sebelumnya.
b.

Struktur kekuatan keluarga


Bpk S mengatakan apabila ada masalah maka akan dirundingkan dengan sang
istri.

12

c.

Struktur peran
Bpk S mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah dan ikut
membantu mengasuh anak, ibu T sebagai ibu rumah tangga, mengasuh anak dan
sebagai anggota masyarakat

d.

Nilai dan norma keluarga


Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti
mengaji, sholat, berpuasa pada bulan ramadhan. Anak hanya diperbolehkan bermain
sampai maghrib, anak tidak dibolehkan keluar pada malam hari.

5.

Fungsi Keluarga

a.

Fungsi Afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
emmbutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga.

b.

Fungsi sosialisasi
Bpk S mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dikeluarga dan yang berlaku
dimasyarakat

c.

Fungsi Ekonomi
Bpk S sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga dengan penghasilan yang
diperoleh dari buruh tani. Pendapat tersebut digunakan untuk membiayai anak
sekolah dan keperluan rumah tangga.

d.

Fungsi Reproduksi
Ibu T mengatakan bahwa beliau menggunakan kontasepsi suntik 3 bulan setelah
kelahiran anak pertamanya, dan tidak ada masalah dengan penggunaan alat
kontrasepsi tersebut.

13

e.

Fungsi Perawatan Kesehatan


Bapak S mengatakan bahwa jika ada ada anggota keluarga yang sakit maka
beliau cukup membelikan obat di warung kecuali sudah beberapa hari tidak kunjung
sembuh maka beliau membewanya berobat ke Bidan atau Puskesmas.

6.

Stress dan Koping Keluarga

a.

Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga


Stressor jangka pendek yang dirasakan pada masalah keuangan keluarga seperti
biaya sekolah, anak A yang masih SD dan biaya kelahiran. Tetapi kondisi ini tidak
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari keluarga. Sedangkan stressor jangka
panjang yang dialami ibu T seperti cemas karena terus merasa mual di awal
kehamilan.

b.

Respon terhadap stressor


Upaya ibu T dalam mengatasi stress biasanya dengan cara menghibur sendiri
dengan aktif mengikuti pengajian, pasrah dan memperbanyak berdoa dan saling
komunikasi dengan keluarga yang lain.

c.

Strategi koping yang digunakan


Kalau tidak menemukan jalan keluar biasanya keluarga berkomunikasi dengan
tetangga dan saudara-saudaranya untuk mengurangi beban yang dideritanya.
Biasanya keluarga merasa nyaman setelah berkomunikasi dengan tetangga yang
pempunyai nasib yang sama melalui pengajian yang diikuti

d.

Strategi adaptasi yang disfungsional


Dari hasil pengkajian, tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga dalam
mengatasi masalah yang maladaptive

14

7.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan

Tn S

Ny T

Cukup

Lemah

Cukup

Composmentis

Composmentis

Composmentis

456

456

456

120/80 mmHg

110 / 70 mmHg

90 / 60 mmHg

76x/menit

96x/menit

100x / menit

36,5 0C

37 0C

36,5 0C

20 x / menit

24 x/menit

20 x/menit

Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
TTV T

RR
BB

BB : 62 Kg

BB Sebelum : 55 Kg
BB Sakit

BB : 25 Kg

: 53 Kg

Kepala
Kulit Kepala

Bersih, tidak terdapat Bersih, tidak terdapat Bersih, tidak terdapat


benjolan,
bekas

tidak

luka,

ada benjolan,
bersih bekas

tidak ada ketombe


Rambut

tidak

luka,

ada benjolan,
bersih bekas

tidak ada ketombe

Merata, lurus, tidak Lurus,


rontok, tidak berbau.

tidak

luka,

ada

bersih

tidak ada ketombe

panjang, Hitam, lurus, bersih,

merata, bersih, tidak tidak rontok


berbau

Wajah

Simetris,

tidak

bekas luka
Mata

ada Simetris,

tidak

bekas luka

ada Simetris,

tidak

ada

bekas luka

Simetris, konjungtiva Simetris, konjungtiva Simetris, konjungtiva


merah muda, sklera merah muda, sklera merah muda, sklera
putih,
penglihatan
pupil isokor.

Hidung

Tidak

fungsi putih,
baik, penglihatan
pupil isokor.
ada Tidak

fungsi putih,
baik, penglihatan

fungsi
baik,

pupil isokor.
ada Tidak

ada

pembengkokan, tidak pembengkokan, tidak pembengkokan, tidak


ada polip nasi, fungsi ada polip nasi, fungsi ada polip nasi, fungsi
15

penciuman
simetris,
sekret,

baik, penciuman
tidak

tidak

pernafasan

ada sekret,

tidak

ada simetris,

tidak

cuping pernafasan

hidung
Telinga

ada simetris,

baik, penciuman

ada sekret,

baik,
tidak

tidak

cuping pernafasan

hidung

ada
ada

cuping

hidung

Simetris, bersih, tidak Simetris, bersih, tidak Simetris, bersih, tidak


ada kelainan, fungsi ada kelainan, fungsi ada kelainan, fungsi
pendengaran baik.

Mulut

pendengaran baik.

pendengaran baik.

Tidak ada stomatitis, Tidak ada stomatitis, Tidak ada stomatitis,


gigi lengkap. Fungsi gigi lengkap. Fungsi gigi lengkap. Fungsi
pengecapan baik, bibir pengecapan baik, bibir pengecapa baik, bibir
lembab.

Leher

kering.

lembab.

Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kelenjar tyroid, tidak kelenjar tyroid, tidak kelenjar tyroid, tidak
terdapat

bendungan terdapat

bendungan terdapat

bendungan

kelenjar getah bening, kelenjar getah bening, kelenjar getah bening,


tidak ada bendungan tidak ada bendungan tidak ada bendungan
vena jugularis.

vena jugularis, tidak vena jugularis


ada

cloasma

gravidarum.
Thorax
Inspeksi

Simetris,

terdapat Simetris,

tarikan intercosta.

terdapat
intercosta,
simetris,

tidak Simetris,
tarikan terdapat

tidak
tarikan

payudara intercosta.
adanya

pembesaran

aerola

mammae,

puting

menonjol.
Palpasi

Tidak
benjolan

terdapat Tidak

terdapat Tidak

abnormal, benjolan

abnormal, benjolan

16

terdapat
abnormal,

tidak ada nyeri tekan

tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan


ASI belum keluar.

Auskultasi

Wheezing - , ronchi Wheezing - , S1 S2 tunggal

, ronchi Wheezing - , ronchi

- , S1 S2 tunggal

- , S1 S2 tunggal

Abdomen

Tidak ada bekas luka, Terdapat linea nigra, Tidak ada bekas luka,

Inspeksi

tidak ascites, tidak ada perut menonjol, ada tidak ascites, tidak ada
benjolan abnormal.

Palpasi

bekas luka SC.

benjolan abnormal.

Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan,
pembesaran hepar tak TFU = 3 jari diatas pembesaran hepar tak
teraba.

simpisis.

teraba.

Perkusi

Suara tympani

Suara tympani

Suara tympani

Auskultasi

Bising usus 8 x / menit Bising usus 20 x / Bising usus 10 x /


menit,

DJJ

140 menit

x/menit
Ekstremitas

Akral

hangat,

tidak Akral dingin, oedem Akral hangat, tidak

ada oedem, pergerakan pada kaki, pergerakan ada oedem,


baik, kadang sering baik, tidak ada bekas pergerakan baik.,
kesemutan,sianosis
Integumen

Kulit

sawo

luka.

matang Kulit kuning, bersih, Kulit sawo matang

bersih, turgor cukup, turgor


Genetalia

tidak ada bekas luka.

kulit lembab

kering.

Tidak terkaji

Bersih,
benjolan.

17

turun,

kulit bersih, turgor cukup,


kulit lembab

tidak

ada Tidak terkaji

8.

Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang
terjadi pada ibu T dan berharap tidak terjadi hal-hal yang merugikan kesehatan pada
ibu T.

B. Analisis Masalah
No

Data

1.

Kemungkinan Penyebab
Ketidakmampuan

Data subjektif:
Ny.

mengatakan merawat

anggota

Masalah Keperawatan

keluarga Resiko nutrisi kurang dari


keluarga kebutuhan tubuh

sebelum yang sakit

bahwa

hamil Ny. T sering


makan tidak teratur:
Ny.

bahwa

mengatakan
Tn. S sangat

sibuk

dengan

pekerjaannya

Data objektif:
BB sebelum hamil 55
Kg, saat ini BB 53 Kg
2.

Ketidakmampuan

Data Subjektif:
Ny.

mengatakan mengenal

penyakit

mereka hiperemesis gravidarum

bahwa

tidak mengetahui cara


mengatasi mual dan
muntah

yang

dialaminya
Ny.

keluarga Kekurangan volume cairan

mengatakan

18

bahwa

dia sering

merasa

mual

dan

muntah
Ny.

mengeluh

merasa
lesu

lemah
serta

dan
tidak

bergairah
Data Objektif
Mukosa bibir kering
dan turgor kulit turun
Mata cowong

C. Penapisan Masalah
1.

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny. T keluarga Tn. S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

No

Kriteria

Nilai

Skor

Pembenaran
Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan

Sifat masalah : Ancaman

2/3x1

2/3

keluarga tentang merawat anggota keluarga


yang sakit.

Kemungkinan

untuk diubah : Sebagian


Potensial masalah untuk
dicegah : Cukup
Menonjolnya

masalah

masalah

1/2x2

2/3x1

2/3

Masalah berat harus segera

Sumber-sumber tindakan yang mendesak


dapat dijangkau oleh keluarga
Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan
keluarga tentang adanya bahaya dehidrasi
Keluarga merasakan masalah harus segera

2/2x1

ditangani agar tidak terjadi dehidrasi

ditangani
Total

2 4/3

19

2. Kekurangan volume cairan pada Ny. T keluarga Tn. S berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah anggota keluarga.
No
1

Kriteria
Sifat masalah : Tidak /
Kurang sehat
Kemungkinan

masalah

untuk diubah : Mudah

Nilai

Skor

3/3x1

2/2x2

Potensial masalah untuk


3

dicegah : Cukup

Pembenaran
Faktor kebudayaan dapat memberi dukungan /
pengetahuan merawat anggota keluarga
Masalah dapat diubah dengn mudah melalui
pengetahuan
Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan

2/3x1

2/3

keluarga tentang persalinan dan perawatan


setelah melahirkan

Menonjolnya
4

masalah

Masalah berat harus segera

Keluarga merasa masalah berat dan harus


2/2x1

segera ditangani dan harus segera diatasi

ditangani
Total

4 2/3

20

D. Perencanaan
D
X
1

Tujuan
Umum

Kriteria evaluasi
Khusus

Kriteria

Rencana Tindakan

Standar

Setelah dilakukan Tujuan Khusus :


tindakan keluarga Setelah

melakukan

mampu mengenal kunjungan 4 x 60 menit


masalah

keluarga dapat mencapai:

kekurangan

Keluarga mampu

volume

cairan

kurang

dari

kebutuhan tubuh.

mengenal masalah
kekurangan volum cairan

Diskusikan

tubuh :

dengan

keluarga :

a. Menyebutkan

Verbal

Keluarga

dapat

pengertian

tentang

menyebutkan pengertian

kekurangan

volume

kekurangan

cairan.

volum

cairan yaitu terjadinya


ketidakseimbangan
antara
cairan
21

output-input

Pengertian

kekurangan

volum cairan tubuh

b. Menjelaskan penyebab Verbal

Penyebab

kekurangan

terjadinya kekurangan

cairan

tubuh

karena

cairan tubuh

mual muntah berlebihan

Penyebab

terjadinya

kekurangan cairan tubuh


Berikan

kesempatan

keluarga untuk bertanya


apabila ada hal yang
kurang dimengerti
c. Menjelaskan

tentang Verbal

Dampak

dampak

kekurangan cairan tubuh

ketidakefektifan

adalah

bersihan jalan nafas

gangguan

tindakan keluarga Setelah


mampu

melakukan

merawat kunjungan 4 x 60 menit

anggota keluarga keluarga dapat mencapai:


yang

mengalami
22

terhadap

cairan tubuh
Berikan

reward

paru

hasil diskusi

akibat
saluran

pada

keluarga apabila dapat


menjelaskan

pernafasan
Setelah dilakukan Tujuan Khusus :

terjadinya

Dampak dari kekurangan

suplai oksigen ke paru-

tersumbatnya

dari

kembali

nutrisi kurang dari Keluarga


kebutuhan tubuh.

mampu

melakukan tindakan untuk


mengatasi dan mencegah
serta

merawat

masalah

kekurangan cairan tubuh


dengan:
a. Melakukan pemberian

Verbal dan Keluarga

dapat Jelaskan tentang manfaat

makanan dan minuman psikomotor menjelaskan


sedikit tapi sering
b. Keluarga
manfaat

manfaat dari pemberian

mengerti
dan

Cara

pemberian diet

Anjurkan pada keluarga

diet yaitu untuk

untuk mempraktikkan

mencegah atau

diet makan dan minum

meminimalkan mual

sedikit tapi sering

dan muntah.

23

pemberian diet

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sehingga apa yang dimakan dimuntahkan kembali, sehingga berat badan sangat
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urine.
Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui, tetapi faktor psikologis
termasuk salah satu penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum, serta kandungan
hormon estrogen yang tinggi selama kehamilan dapat menimbulkan hiperemesis
gravidarum.
Gejala pada hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi tiga tingkatan yakni :
ringan, sedang, dan berat. Jika hiperemesis gravidarum berada pada tingkatan berat
maka pasien dapat mengalami perubahan mental akibat kurangnya asupan makanan
dan vitamin B kompleks.
Prognosis pada hiperemesis gravidarum sangan memuaskan jika ditangani
dengan baik, dan jika tidak segera ditangani maka akan berakibat fatal.
B. Saran
1.

Keluarga diharapkan mampu mengenali masalah yang dialami ibu hamil

2.

Perawat seharusnya mampu memberikan penjelasan atau pengertian pada ibu


hamil, faktor resiko apa saja yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis
gravidarum.

24

DAFTAR PUSTAKA

Friedman M. Marilyn, 1998, Keperawatan Keluarga - Teori dan Praktik, edisi 3,


Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapis.
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC

25

You might also like