Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai
angka tertinggi di SEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai
penyebab yang kompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas
pelayanan kesehatan, dan gender, dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Hal ini
menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas pemerintah.
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang unik dan penuh misteri bagi setiap
pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan dapat berakhir aman dan sejahtera
baik bagi Ibu maupun bagi janinnya, oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal
yang bermutu sangatlah penting dan semua perempuan diharapkan dapat memperoleh
akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala- gejala ini kurang lebih
terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2002).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual
ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam
serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem
saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang
berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa
hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan
kelaparan. (Prawirohardjo, 2002).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sehingga apa yang dimakan dimuntahkan kembali, sehingga berat badan sangat
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urine.(Arief.2005)
Hiperemesis
gravidarum
adalah
mual
muntah
berlebihan
sehingga
2.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
3.
Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik
3
4.
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
C. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulanbulan.
Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkolosis metabolik. Belum jelas mengapa gejalagejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan
dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula
khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
4
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati
dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
D. Gejala dan tanda
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah
memerlukan perawatan yang intensif.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam
3 tingkatan :
1.
Tingkatan I. Ringan
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2.
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3.
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan
5
gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati.
E. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurakan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan
dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau`sangat dingin.
Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan
karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
F. Terapi
1.
Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah
pohenobarbital, vitamin yang dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6,
antihistaminika juga dianjurakn Pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik
seperti disklomin hidrokhloride, avomin.
2.
Isolasi. Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang
baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah
berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak
diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilanhg tanpa pengobatan
3.
Terapi psikologik
a.
4.
Cairan parenteral
a.
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena
b.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5.
Penghentian kehamilan
a.
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik
sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada
organ vital.
G. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
7
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang menjadi
pegangan bagi kita untuk menilai maju mundurnya pasien adalah adanya aseton dan
urin dan berat badan sangat turun
Data Umum
a.
b.
c.
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Buruh tani
Pendidikan
: SMP
Alamat
: Sidoarjo
UMUR
SEX
HUB dg KK
PENDIDIKAN
KET
Ibu T
26 th
Istri
SMP
Sakit
Anak A
6 th
Anak
TK
Sehat
Genogram
Bpk S
Ibu T
30 th
26 th
Sehat
Anak A
Sakit
6 th
Sehat
Keterangan :
: meninggal
: tinggal serumah
9
d.
Tipe keluarga
Tipe keluarga Bapak S adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak
e.
Suku bangsa
Keluarga Bapak S merupakan keluarga suku Jawa, bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah Bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan keluarga yang dipengaruhi oleh
suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
f.
Agama
Keluarga Bapak S mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan
keyakinan semua beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu,
namun Bapak S tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan pengajian karena kondisi
tubuhnya sering tidak fit. Bapak S mengatakan agama sangat penting karena agama
merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat nantinya.
g.
h.
10
2.
a.
b.
c.
d.
3.
Lingkungan
a.
Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni oleh keluarga Bpk S adalah rumah sendiri, kondisi rumah
tidak permanen dengan lantai yang belum di semen, luas rumah 7x7 m2 dan terdiri
dari 4 ruangan, yaitu ruang tamu, dua buah kamar tidur dan dapur. Ventilasi hanya
terdapat pada kamar tidur 1 dan kamar tidur 2. Penempatan barang-barang tidak
teratur, semua ruangan bermanfaat dengan baik. Bpk S mengatakan dirumahnya tidak
ada WC. Anggota keluarga BAB menumpang pada WC tetangga. Sedangkan sumber
air minum keluarga berasal dari air ledeng.
Keterangan :
3
3
1. Teras
2. Ruang tamu
3. Kamar tidur
4. Dapur
11
b.
c.
d.
e.
4.
Struktur Keluarga
a.
Pola komunikasi
Bpk
mengatakan
bahwa
anggota
keluarga
berkomunikasi
dengan
dan
pengambilan
keputusan
oleh
kepala
keluarga
yang
sudah
dimusyawarahkan sebelumnya.
b.
12
c.
Struktur peran
Bpk S mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah dan ikut
membantu mengasuh anak, ibu T sebagai ibu rumah tangga, mengasuh anak dan
sebagai anggota masyarakat
d.
5.
Fungsi Keluarga
a.
Fungsi Afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
emmbutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga.
b.
Fungsi sosialisasi
Bpk S mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dikeluarga dan yang berlaku
dimasyarakat
c.
Fungsi Ekonomi
Bpk S sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga dengan penghasilan yang
diperoleh dari buruh tani. Pendapat tersebut digunakan untuk membiayai anak
sekolah dan keperluan rumah tangga.
d.
Fungsi Reproduksi
Ibu T mengatakan bahwa beliau menggunakan kontasepsi suntik 3 bulan setelah
kelahiran anak pertamanya, dan tidak ada masalah dengan penggunaan alat
kontrasepsi tersebut.
13
e.
6.
a.
b.
c.
d.
14
7.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Tn S
Ny T
Cukup
Lemah
Cukup
Composmentis
Composmentis
Composmentis
456
456
456
120/80 mmHg
110 / 70 mmHg
90 / 60 mmHg
76x/menit
96x/menit
100x / menit
36,5 0C
37 0C
36,5 0C
20 x / menit
24 x/menit
20 x/menit
Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
TTV T
RR
BB
BB : 62 Kg
BB Sebelum : 55 Kg
BB Sakit
BB : 25 Kg
: 53 Kg
Kepala
Kulit Kepala
tidak
luka,
ada benjolan,
bersih bekas
tidak
luka,
ada benjolan,
bersih bekas
tidak
luka,
ada
bersih
Wajah
Simetris,
tidak
bekas luka
Mata
ada Simetris,
tidak
bekas luka
ada Simetris,
tidak
ada
bekas luka
Hidung
Tidak
fungsi putih,
baik, penglihatan
pupil isokor.
ada Tidak
fungsi putih,
baik, penglihatan
fungsi
baik,
pupil isokor.
ada Tidak
ada
penciuman
simetris,
sekret,
baik, penciuman
tidak
tidak
pernafasan
ada sekret,
tidak
ada simetris,
tidak
cuping pernafasan
hidung
Telinga
ada simetris,
baik, penciuman
ada sekret,
baik,
tidak
tidak
cuping pernafasan
hidung
ada
ada
cuping
hidung
Mulut
pendengaran baik.
pendengaran baik.
Leher
kering.
lembab.
bendungan terdapat
bendungan terdapat
bendungan
cloasma
gravidarum.
Thorax
Inspeksi
Simetris,
terdapat Simetris,
tarikan intercosta.
terdapat
intercosta,
simetris,
tidak Simetris,
tarikan terdapat
tidak
tarikan
payudara intercosta.
adanya
pembesaran
aerola
mammae,
puting
menonjol.
Palpasi
Tidak
benjolan
terdapat Tidak
terdapat Tidak
abnormal, benjolan
abnormal, benjolan
16
terdapat
abnormal,
Auskultasi
- , S1 S2 tunggal
- , S1 S2 tunggal
Abdomen
Tidak ada bekas luka, Terdapat linea nigra, Tidak ada bekas luka,
Inspeksi
tidak ascites, tidak ada perut menonjol, ada tidak ascites, tidak ada
benjolan abnormal.
Palpasi
benjolan abnormal.
Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan,
pembesaran hepar tak TFU = 3 jari diatas pembesaran hepar tak
teraba.
simpisis.
teraba.
Perkusi
Suara tympani
Suara tympani
Suara tympani
Auskultasi
DJJ
140 menit
x/menit
Ekstremitas
Akral
hangat,
Kulit
sawo
luka.
kulit lembab
kering.
Tidak terkaji
Bersih,
benjolan.
17
turun,
tidak
8.
Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang
terjadi pada ibu T dan berharap tidak terjadi hal-hal yang merugikan kesehatan pada
ibu T.
B. Analisis Masalah
No
Data
1.
Kemungkinan Penyebab
Ketidakmampuan
Data subjektif:
Ny.
mengatakan merawat
anggota
Masalah Keperawatan
bahwa
bahwa
mengatakan
Tn. S sangat
sibuk
dengan
pekerjaannya
Data objektif:
BB sebelum hamil 55
Kg, saat ini BB 53 Kg
2.
Ketidakmampuan
Data Subjektif:
Ny.
mengatakan mengenal
penyakit
bahwa
yang
dialaminya
Ny.
mengatakan
18
bahwa
dia sering
merasa
mual
dan
muntah
Ny.
mengeluh
merasa
lesu
lemah
serta
dan
tidak
bergairah
Data Objektif
Mukosa bibir kering
dan turgor kulit turun
Mata cowong
C. Penapisan Masalah
1.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny. T keluarga Tn. S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No
Kriteria
Nilai
Skor
Pembenaran
Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan
2/3x1
2/3
Kemungkinan
masalah
masalah
1/2x2
2/3x1
2/3
2/2x1
ditangani
Total
2 4/3
19
Kriteria
Sifat masalah : Tidak /
Kurang sehat
Kemungkinan
masalah
Nilai
Skor
3/3x1
2/2x2
dicegah : Cukup
Pembenaran
Faktor kebudayaan dapat memberi dukungan /
pengetahuan merawat anggota keluarga
Masalah dapat diubah dengn mudah melalui
pengetahuan
Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan
2/3x1
2/3
Menonjolnya
4
masalah
ditangani
Total
4 2/3
20
D. Perencanaan
D
X
1
Tujuan
Umum
Kriteria evaluasi
Khusus
Kriteria
Rencana Tindakan
Standar
melakukan
kekurangan
Keluarga mampu
volume
cairan
kurang
dari
kebutuhan tubuh.
mengenal masalah
kekurangan volum cairan
Diskusikan
tubuh :
dengan
keluarga :
a. Menyebutkan
Verbal
Keluarga
dapat
pengertian
tentang
menyebutkan pengertian
kekurangan
volume
kekurangan
cairan.
volum
output-input
Pengertian
kekurangan
Penyebab
kekurangan
terjadinya kekurangan
cairan
tubuh
karena
cairan tubuh
Penyebab
terjadinya
kesempatan
tentang Verbal
Dampak
dampak
ketidakefektifan
adalah
gangguan
melakukan
mengalami
22
terhadap
cairan tubuh
Berikan
reward
paru
hasil diskusi
akibat
saluran
pada
pernafasan
Setelah dilakukan Tujuan Khusus :
terjadinya
tersumbatnya
dari
kembali
mampu
merawat
masalah
mengerti
dan
Cara
pemberian diet
untuk mempraktikkan
mencegah atau
meminimalkan mual
dan muntah.
23
pemberian diet
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sehingga apa yang dimakan dimuntahkan kembali, sehingga berat badan sangat
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urine.
Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui, tetapi faktor psikologis
termasuk salah satu penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum, serta kandungan
hormon estrogen yang tinggi selama kehamilan dapat menimbulkan hiperemesis
gravidarum.
Gejala pada hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi tiga tingkatan yakni :
ringan, sedang, dan berat. Jika hiperemesis gravidarum berada pada tingkatan berat
maka pasien dapat mengalami perubahan mental akibat kurangnya asupan makanan
dan vitamin B kompleks.
Prognosis pada hiperemesis gravidarum sangan memuaskan jika ditangani
dengan baik, dan jika tidak segera ditangani maka akan berakibat fatal.
B. Saran
1.
2.
24
DAFTAR PUSTAKA
25