Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia adalah salah satu penyebab
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai dampak pada
periode neonatal. Menurut National Center For Health Statistics (NCHS), pada tahun
2002, asfiksia menyebabkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup di Amerika
Serikat. Di dunia, lebih dari 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum. Di
RSU Roemani Semarang selama tahun 2007, angka kelahiran bayi hidup mencapai 1600
jiwa setahun dengan angka kejadian bayi baru lahir dengan asfiksia berjumlah
187kelahiran.
Asfiksia akan menyebabkan keadaan hipoksia dan iskemik pada bayi. Hal ini
berakibat kerusakan pada beberapa jaringan dan organ tubuh. Dari beberapa penelitian
yang dilaporkan oleh Mohan(2000) bahwa kerusakan organ ini sebagaian besar terjadi
pada ginjal(50%), sistem syaraf pusat(28%), sistem kardiovaskuler(25%), dan paru
(23%). Asfiksia bayi baru lahir dapat dihubungkan dengan beberapa keadaan kehamilan
dan kelahiran. Bayi tersebut dalam keadaan resiko tinggi dan ibu dalam keadaan hamil
resiko tinggi. Pada umur kahamilan 30 minggu, paru janin sudah menunjukan
pematangan baik secara anatomis maupun fungsional, walaupun demikian janin tidak
melakukan pergerakan pernapasan kecuali jika ada gangguan yang dapat menimbulkan
hipoksia /anoksia. Pada keadaan asfiksia bayi mengalami kekurangan O2 dan kelebihan
CO2 yang dapat mengakibatkan asidosis. Keadaan inilah yang menjadi penyebab
kegagalan dalam beradaptasi dan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernapasan
dan pada hari- hari pertama kelahiran. Insidensi pada bayi premature kulit putih lebih
tinggi daripada bayi kulit hitam dan lebih sering pada bayi laki- laki daripada perempuan
(Nelson, 1999).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Memberikan Asuhan Kebidanan kepada bayi dengan asfiksia.
b. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh kepada bayi dengan
asfiksia dengan manajemen Varney.
2. Tujuan Khusus:
a. Mampu melakukan pengkajian pada By. S dengan asfiksia sedang.
b. Mampu melakukan interprestasi data dasar untuk menentukan diagnosa,
masalah dan kebutuhan pada By. Ny L dengan asfiksia sedang.
c. Mampu mengantisipasi diagnosa masalah atau masalah potensial pada By. Ny L
dengan asfiksia sedang.
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada By. Ny L dengan asfiksia
sedang.
e. Mampu membuat rencana asuhan secara menyeluruh secara tepat dan rasional
pada By. Ny L dengan asfiksia sedang.
f. Mampu melaksanakan implementasi perencanaan asuhan secara efisien, efektif
dan rasional pada By. Ny L dengan asfiksia sedang.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan hasil pelaksanaan rencana asuhan yang
diberikan kepada Ny L dengan asfiksia sedang.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Memberikan manfaat dalam pembelajaran, guna melatih diri agar terampil dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan, sekaligus melatih diri menjadi bidan yang professional.
b. Dapat membedakan sejauhmana adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat
menilai
sejauhmana
kemampuan
mahasiswanya
dilapangan
dalam
mengimplementasikan teori yang telah diberikan dan praktek yang telah diajarkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI VARNEY
1. PENGERTIAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen
kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis
untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan
keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2. Standar 7 langkah Varney
yaitu :
a. Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa
a) Biodata
b) Keluhan pasien
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat Kesehatan Pasien
e) Riwayat kebidanan
f) Riwayat keluarga berencana
g) Riwayat perkawinan
h) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Pola nutrisi, Pola aktifitas
dan latihan)
i)
Keadaan psikologis
j) Pengetahuan pasien
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
f. Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien
g. Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benarbenar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah
proses
penatalaksanaan
umumnya
merupakan
B. ASFIKSIA NEONATORUM
1. Prinsip Dasar Asfiksia pada BBL
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan
tidak segera bernafas secara spontan dan teratur.
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera setelah tali pusat dijepit
bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil
pada frekuensi 120-140 permenit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat.
Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan
menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan
mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi-bayi ini dapat mengalami apnu
atau menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi
paru-paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan
pengeluaran CO2.
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup:
a. Asfiksia intrauterin
b. Bayi kurang bulan
c. Obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu
d. Penyakit neuromuskular bawaan (kongenital)
e. Cacat bawaan
f. Hipoksia intrapartum
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,penimbunan CO2 dan asidosis.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan
yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun,sedangkan tonus
neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode
apnu yang dikenal sebagai apnu primer. Perlu diketahui bahwa kondisi
pernafasan megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat
obat-obat yang diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan
oksigen selama periode apnu primer dapat merangsang terjadinya pernafasan
spontan.
Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan megapmegap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai
7
menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apnu yang disebut apnu sekunder. Selama
apnu sekunder ini, denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di dalam
darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan
dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan
terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
oksigen dimulai dengan segera.
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan cairan paru-paru
janin. Cairan paru-paru janin harus dibersihkan terlebih dahulu apabila udara
harus masuk ke dalam paru-paru bayi baru lahir. Dalam kondisi demikian, paruparu memerlukan tekanan yang cukup besaruntuk mengeluarkan cairan tersebut
agar alveoli dapat berkembang untuk pertama kalinya. Untuk mengembangkan
paru-paru, upaya pernafasan pertama memerlukan tekanan 2-3 kali lebih tinggi
daripada tekanan untuk pernafasan berikutnya agar berhasil. Menghadapi bayi
yang tidak pernah mengambil nafas pertama dapat diasumsikan bahwa
pengembangan alveoli tidak terjadi dan paru-paru tetap berisi cairan. Melakukan
pernafasan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan untuk membuka
alveoli dan mengeluarkan cairan paru-paru. Masalah yang dihadapi dalam
mengeluarkan cairan dari paru-paru adalah:
a. Bayi sudah menderita apnu saat dilahirkan
b. Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif seperti pada:
1) Bayi kurang bulan
2) Bayi yang dilahirkan dengan depresi karena asfiksia, pengaruh obatobatan pada ibu, anestesia,dll.
2. PATOGENESIS
a. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium: janin mulai asfiksia
Jika DJJ lebih dari 160x permenit dan ada mekonium: janin sedang asfiksia
Jika DJJ kurang dari 100x permenit dan ada mekonium: janin dalam keadaan
gawat.
b. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan bila kita periksa
kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.
8
3. DIAGNOSIS
In utero:
a. DJJ irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100x
permenit
b. Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
c. Analisa air ketuban atau amnioskopi
d. Kardiotokografi
e. USG
Setelah bayi lahir:
a. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas
b. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik
seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik atau tidak menangis
4. PENILAIAN ASFIKSIA PADA BBL
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai
bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan tadi. Penilaian seanjutnya merupakan dasar untuk menentukan
kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efisien dan efektif
berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu penilaian, pengambilan keputusan
dan tindakan lanjutan. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya
pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda sekaligus menilai
pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan menentukan langkahlangkah selanjutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi
tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan
dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya yaitu memberikan
ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila pernafasannya
normal, maka tindakan selanjutnya menilai denyut jantung bayi. Segera sesudah
memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat
kesimpulan untuk tahap berikutnya.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh
tiga tanda yang penting, yaitu:
Pernafasan
Denyut jantung
Warna
9
Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi
atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi.
10
B-Memulai pernafasan
1) Memakai rangsangan traktil untuk memulai pernafasan
2) Memakai VTP, bila perlu seperti:
a) Sungkup dan balon, atau
b) Pipa ET dan balon
c) Mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
C-Mempertahankan sirkulasi darah
1) Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
a) Kompresi dada
b) Pengobatan
6. PERSIAPAN RESUSITASI
Mengantisipasi bayi lahir dengan depresi/asfiksia
a. Meninjau riwayat antepartum
b. Meninjau riwayat intrapartum
Persiapan Alat
a. Alat pemanas siap pakai
b. Oksigen
Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa oksigen dan alat
pengukurnya
c. Alat penghisap
1) Penghisap lendir kaca
2) Penghisap mekanis
3) Kateter penghisap no. 5F atau 6F,8F,10F
4) Sonde lambung no.8F dan semprit 20ml
5) Penghisap mekoneum
d. Alat sungkup dan balon resusitasi
1) Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan/prematur
(sungkup mempunyai pinggir yang lunak seperti bantal)
2) Balon resusitasi neonatus dengan katup penurun tekanan. Balon harus
mampu untuk memberikan oksigen 90-100%. Pipa saluran pernafasan
berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan. Oksigen
dilengkapi alat pengukur aliran oksigen dan pipa-pipanya
11
e. Alat intubasi
1) Laringoskop dengan lidah lurus no.0 (untuk bayi kurang bulan) dan
no.1 (untuk bayi cukup bulan)
2) Lampu dan baterai ekstra untuk laringoskop
3) Pipa endotrakeal ukuran 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mm
4) Stilet
5) Gunting
6) Sarung tangan
f. Obat-obat
1) Epinefrin 1:10.000 dalam ampul 3ml atau 10 ml
2) Nalokson hidroklorid 0,4 mg/ml dalam ampul 1ml atau 1 mg/ml
dalam ampul 2 ml
3) Volume expender, salah satu dari yang berikut ini :
a) 5% larutan Albumin Saline
b) Larutan NaCl 0.9%
c) Larutan RL
4) Bikarbonas natrikus 4,2% (5mEq/10ml) dalam ampul 10ml
5) Larutan dekstrose 5%,10%,250ml
6) Aquadest steril 25ml
7) Larutan NaCl 0,9%, 25ml
g. Lain-lain
1) Stetoskop bayi
2) Plester atau inci
3) Semprit untuk 1,3,5,10,20,50 ml
4) Jarum berukuran 18,21,25
5) Kapasa alkohol
6) Baki untuk kateterisasi arteria umbilikalis
7) Kateter umbilikus berukuran 3,5F; 5F
8) Three-way stopcocks
9) Sonde lambung berukuran 5F
Paling sedikit satu orang siap dikamar bersalin yang terampil dalam
melakukan resusitasi bayi baru lahir dan dua orang lainnya untuk
membantu dalam keadaan resusitasi darurat.
12
13
14
15
16
Kadar
Persiapan
1:10.000
1ml
Dosis/cara
catatan
0,1-0,3 ml/kg
Diberikan
IV atau ET
cepat. Dapat
diencerkan
dengan
larutan
garam
fisiologis
sampai 1-2
ml apabila
diberikan
melalui pipa
ET
Volume
ekspanders
(kristaloid)
40 ml
Darah
lengkap
10ml/kg
Diberikan
IV
selama 5-
Albumin
10menit
salin 5%
Diberikan
Larutan
melalui
garam
semprit atau
fisiologis
tetesan
Ringer
intravena
Laktat
Natrium
0,5
mEq/ml
bikarbonat
(cairan 4,2%)
20 ml atau
2 mEq/kg
Diberikan
IV (4ml/kg)
pelan-pelan
buah
semprit 10
dalam
ml
waktu
yang
telah diisi
paling
sedikit 2
menit
Diberikan
hanya
apabila bayi
17
sudah dalam
ventilasi
efektif
Nalokson
0,4 mg/ml
0,1 mg/kg
IV,ET,IM,SC
Diberikan
hidroklorit
1,0 mg/ml
1 ml
0,1
cepat
mg/kg
(0,1 ml/kg)
Diutamakan
IV,ET,IM,SC
IV,ET
IM,SC
dapat
dilakukan
18
19
Volume Expanders
Berikan Epinefrin
Natrium Bikarbonat
tidak menunjukkan
respon terhadap
terapi lain
Berikan Volume
Expanders
Berikan Natrium
Bikarbonat
Berikan Epinefrin
Dopamin
Depresi berlanjut
Nalokson Hidroklorid
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
Yang membuat,
1. Suci Dian Raraswati
2. Titi Agustianti
3. Tri Susilawati
Mengetahui,
CI Lahan Praktek
CI Akademik
21
NO. REGISTRASI
:-
Tgl. Masuk
: 14 Maret 2013
Tempat praktek
:-
ruang: -
Tanggal pengkajian
: 14 Maret 2013
I.
PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama bayi
: By. Ny. L
Umur bayi
: Bayi barulahir
Tgl/jam lahir
: 14 Maret 2013 / 07.00 WIB
Jenis kelamin
: Laki-laki
Nama Ibu
Umur
Suku/kebangsaan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat Rumah
: Ny. L
: 25 Tahun
: Jawa/Indonesia
: Islam
: SD
: IRT
: Purwokerto
Telp
:-
Telp
22
:-
tidak
menangis
Penyakit ginjal
Hepatitis
(tinja) mungkin tampak abu-abu pucat dan urin akan muncul gelap.
D.M
Hipertensi
23
f)
g)
ketuban pecah
WIB
Lama persalinan
: lengkap
: tidak ada
: 8 kg
: obat dari bidan
: tidak merokok
: tidak ada
Komplikasi persalinan
Ibu : tidak ada
Bayi :
Caput sucedenium
Caput hematomia
IUGR
Caput bawan
BBLR
Gimeli
Oligohidromion
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Kesulitan menyusui
: tidak ada
Warna kulit kuning
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
h)
Riwayat keadaan bayi baru lahir :
Nilai Apgar : 1 = 5
5 = 9
10 = 10
5. Pola Kebiasaan Bayi Baru Lahir
No
Pola Kebiasaan
Sekarang
1
Pola pemenuhan Nutrisi Jenis ASI : Belum dilakukan
Keluhan : Belum dilakukan
2
Pola tidur bayi
Tidur
: Belum dilakukan
Keluhan : Belum dilakukan
3
Aktivitas bayi
Belum dilakukan
4
Pola eliminasi
BAK : Belum BAK
BAB : Belum BAB
BAB/BAK pertama : Belum BAK dan
BAB
Keluhan : tidak ada
5
Personal hygiene
Mandi
: Belum dilakukan
Ganti baju : Belum dilakukan
Perawatan tali pusat : Belum dilakukan
Cara perawatan: Belum dilakukan
R: 50 x/menit
Nilai APGAR
Tanda
Menit
ke-1
Warna
[]
biru/pucat
[ ] tubuh
kemerahan
tangan & kaki
biru
[ ]
kemerahan
Frekuen
si
jantung
Tonus
otot
[ ] tak ada
Reflex
[ ] >100
[ ] <100
[ ] lumpuh
[ ] ext sedikit
flexi
[ ] tak
bereaksi
[ ] gerakan
sedikit
[ ] tak ada
[ ]lambat tak
Usaha
25
[ ] gerakan
aktif
[ ]
menangis
[ ]
menangis
Jumla
h nilai
5
bernafas
Menit
ke-5
Warna
[ ]
biru/pucat
Frekuen
si
jantung
Tonus
otot
[ ] tak ada
Reflex
teratur
kuat
[ ] tubuh
kemerahan
tangan & kaki
biru
[ ]
kemerahan
[ ] >100
[ ] <100
[ ] lumpuh
[ ] ext sedikit
flexi
[ ] tak
bereaksi
[ ] gerakan
sedikit
[ ] tak ada
Menit
ke- 10
Usaha
bernafas
Warna
Frekuen
si
jantung
Tonus
otot
Reflexi
[ ]
biru/pucat
[ ] lambat tak
teratur
[ ] tubuh
kemerahan
tangan & kaki
[ ] <100
[ ] lumpuh
[ ] tak
bereaksi
[ ] tak ada
[]
gerakan
aktif
[]
menangis
[]
menangis
kuat
[]
kemerahan
[ ] >100
[ ] tak ada
[ ] ext sedikit
flexi
[ ] gerakan
sedikit
[ ] lambat tak
teratur
Usaha
bernafas
[]
gerakan
aktif
[]
menangis
[ ]
menangis
kuat
: 3000 gr
: 34
cm
: 30
cm
26
10
Panjang badan
LILA
: 49
: 11
cm
cm
Abdomen
inspeksi
- Bentuk
- Tanda infeksi
- Perdarahan
- Kelainan Kongenital
- Tali pusat
putih.
Palpasi
- Pembesaran Lien
- Pembesaran Hepar
Auskultasi
perkusi
Punggung
Genetalia
Bentuk
: normal
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak keluar darah,tidak bau busuk,warnanya
: tidak ada
: tidak ada
: terdapat bising usus
: perut tidak kembung
: tulang belakang tidak ada benjolan
: normal, testis sudah turun ke scrotum
27
Kelainan congenital
Lain-lain
Anus
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Trauma lahir
Warna
Jumlah jari
Lain-lain
: tidak ada
: tidak ada
: lubang anus ada
: tidak ada
: kebiruan
: lengkap ( 5 )
: tidak ada
Ekstremitas bawah
-
Trauma lahir
Warna
Jumlah jari
Lain-lain
Kulit
Warna
Turgor
Tanda lahir
Lain-lain
: tidak ada
: kebiruan
: lengkap ( 5 )
: tidak ada
: kebiruan
: baik
: tidak ada
: tidak ada
Refleks
Refleks Moro
: ada, refleks baik
Refleks Rooting
: ada, refleks baik
Refleks Walking
: ada, refleks baik
Refleks Grasph
: ada, refleks lemah
Refleks Sucking
: ada, refleks baik
Refleks Tonik Neck
: ada. refleks baik
Refleks Babynski
: ada, refleks baik
Data perkembangan ( tidak dikaji )
Personal social
:
Motorik halus
:
Motorik kasar
:
Bahasa
:
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( tidak dilakukan pemeriksaan)
Tanggal :
pukul :
WIB
- Pemeriksaan labolatorium (hasil dan nilai normal)
- Darah
:- Urine
:- Rotgen :28
II.
INTERPRETASI DATA :
Diagnosa Kebidanan : By. Ny. L BBL normal,cukup bulan sesuai masa kehamilan
dengan asfiksia sedang.
Data Dasar : DS :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. L.
2. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 14 Maret 2013 jam 07.00 WIB.
3. Bayi lahir saat usia kehamilan 40 minggu
4. Jenis kelamin : laki-laki
DO :
KU : jelek
Kesadaran: latergis
Antropomerti
III.
IV.
V.
VI.
Suhu
Respirasi
Denyut Jantung Bayi
Ekstremitas atas
Trauma lahir
Warna
Jumlah jari
Lain-lain
Ekstremitas bawah
Trauma lahir
Warna
Jumlah jari
Lain-lain
: 36oC
: 50 x/menit
: 85 x/menit
: tidak ada
: kebiruan
: lengkap ( 5 )
: tidak ada
: tidak ada
: kebiruan
: lengkap ( 5 )
: tidak ada
31
VII.
1.
Ibu bersedia dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya bahwa bayinya
memerlukan bantuan untuk melakukan pernafasan.
2.
Hasil resusitasi :
i.
Pernafasan
: 60 x/mnt
ii.
denyut jantung
: 90 x/mnt
iii.
Warna kulit
: Agak kemerahan
3. Hasil VTP :
a. Pernafasan
: 60 x/mnt
b.denyut jantung
: 90 x/mnt
c. Warna kulit
: Agak kemerahan
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum merupakan masalah pada bayi baru lahir dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian
Perinatal dan Angka Kematian Neonatal Dini, masalah ini perlu segera ditanggulangi
dengan berbagai macam cara dan usaha mulai dari aspek promotif, kuratif dan
rehabilitative.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saransaran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka
meningkatkan kualitas dalam pemberian obat anti diuretik guna menunjang
peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature guna
mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu.
33
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin,Abdul.dkk.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC.
Syaifudin,Abdul.dkk.2010.Ilmu
Prawirohardjo.
Kebidanan.Jakarta:
PT
Bina
Pustaka
Sarwono
34