Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2013
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... v
I.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2.Tujuan Praktikum ........................................................................ 2
1.3.Prinsip Praktikum ........................................................................ 2
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Termoregulasi..............................................................................
2.2.Tinjauan Umum Sampel .............................................................
2.3.Alat Pernapasan ...........................................................................
2.4.DO meter.....................................................................................
2.5.Suhu ............................................................................................
3
4
6
9
10
III.METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.................................. 12
3.2.Alat dan Bahan ............................................................................ 12
3.3.Prosedur Praktikum ..................................................................... 13
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil ............................................................................................ 14
4.2.Pembahasan ................................................................................ 15
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ................................................................................. 18
5.2.Saran ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 19
LAMPIRAN .................................................................................... 21
iii
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
5
7
7
8
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap makhluk hidup didunia ini memerlukan bernafas, secara tidak
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan
1.3
ManfaatPraktikum
Manfaat dari praktikum ini kita dapat menghitung jumlah kadar oksigen
yang dikonsumsi ikan mas dalam selang waktu tertentu, dengan alat bantu DO
meter sebagai pengukur kandungan oksigen terlarutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Termoregulasi
Termoregulasi merupakan proses yang terjadi dalam tubuh hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, supaya suhu tubuhnya tidak
mengalami perubahan yang drastis. Mekanisme termoregulasi yaitu mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Keseimbangan
suhu tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar, hewan dapat
bertahan hidup diantara -2oCsampai 50oCatau pada suhu yang lebih ekstrim.
Namun, hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari
kisaran suhu tersebut yang ideal yang dikuasai agar proses fisiologis optimal.
Suhu tubuh ideal yang palig disukai yaitu suhu ekritik berkisar antara 35 oC-40oC.
Kisaran toleransi termal yaitu kisaran suhu yang lebih luas dan dapat diterima
hewan. Suhu optimal sesuai keadaan tubuh suhu tubuh yaitu inti konstan dan suhu
permukaan berubah ubah.
Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood
animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli
Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang
berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan
yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu
tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan.
Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan
reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum
dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada
lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan
homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini
juga disebut hewan berdarah dingin, dan hewan homoiterm sering disebut hewan
berdarah panas.
2.2
Ikan Mas
Ikan Mas (karper, Common Carp) yang di kenal di Indonesia memiliki
nama latin Cyprinus Carpio dari keluarga Cyprinid. Bentuk badan Ikan Mas pada
umumnya adalah agak gemuk dengan tubuh panjang membulat pada bagian perut
dan pipih di bagian ekor. Perbandingan panjang total dengan tinggi tubuhnya
berkisar 2,3:1 hingga 3,5:1. Warna dominan pada tubuhnya coklat keemasan,
varian warna lain pada ikan mas adalah kuning, merah, hitam, putih dan corak
kombinasi dari warna-warna tersebut. Mulutnya dapat dilebarkan dengan struktur
bibir lunak dan mempunyai dua pasang sungut. Bagian kepala tanpa sisik,
sedangkan seluruh tubuh dipenuhi sisik agak besar. Fernandez (1985) menyatakan
bahwa ikan mas mempunyai satu sirip punggung, dengan sebuah jari-jari keras
yang tak sejajar dengan sirip perut memanjang kebelakang dan berakhir sejajar
dengan bagian sirip anus.Tubuh berbentuk pipih memanjang, lipatan mulut dan
bibir tipis, memiliki satu atau dua pasang kumis. Warna tubuh bervariasi dari
kecoklatan sampai keemasan.
Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa ikan mas memiliki mulut diujung
kepala dan pada sudut-sudut mulut terdapat dua pasang sungut peraba. Sirip
punggung mempunyai 4 jari-jari keras dan 16-18 jari-jari lunak, sirip anus
mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut mempunyai 2 jari-jari
keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada mempunyai 1 jari-jari keras dan 13 - 16 jarijari lunak, jumlah sisik pada gurat sisi antara 33-37 buah.
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : (Cyprinus carpio L )
Ikan Mas hidup di alam bebas pada sungai berarus tenang sampai sedang
dan area perairan air tawar lainnya seperti danau, waduk dan situ. Ikan ini
menempati perairan dengan kedalaman yang dangkal sampai sedang, dapat hidup
dan berkembang biak dengan baik di wilayah perairan dengan ketinggian 150-600
meter dpl dengan suhu kisaran 25-30 C. Ikan Mas adalah ikan air tawar yang
mampu hidup di air payau seperti tambak atau rawa-rawa di pesisir maupun
muara sungai dengan kadar garam 25-30%. Ikan Mas menyukai suatu tempat
tertentu bukan hanya karena tersedianya banyak pakan alami tetapi juga adanya
tumbuhan air yang berguna sebagai tempat memijah dan berlindung. Ikan Mas
dapat beradaptasi dengan baik sehingga mampu hidup menyebar di perairan air
tawar di seluruh pelosok Indonesia.
Seperti ikan-ikan lainnya, cara berkembang biak Ikan Mas adalah bertelur.
Masa pijahnya (breeding season) bisa terjadi sepanjang tahun. Sang Betina akan
bertelur pada perairan dangkal dekat tumbuhan air yang tembus sinar matahari,
telur-telurnya menempel pada dedaunan. Pada kondisi yang ideal dan bersuhu
hangat, telur-telur tersebut akan menetas dalam 5 hingga 8 hari.
Setiap hewan memiliki tingkah laku (behavior) yang berbeda-beda, Ikan
Mas masuk golongan omnivora dan sangat rakus. Ia gemar mengaduk-aduk dasar
perairan untuk mencari makan. Makanan alaminya meliputi tumbuhan air, lumut,
cacing, keong, udang, kerang, larva serangga dan organisma lainnya yang ada di
perairan baik yang terdapat pada dasar perairan, pertengahan maupun permukaan
air.
Cara makan ikan ini cukup unik yakni dengan membuka mulutnya lebarlebar dan kemudian menyedot makanannya seperti alat penghisap. Dalam kondisi
nafsu makan yang tinggi, apapun yang dianggapnya makanan akan dihisap
kemudian dicicipi dan yang bukan makanan akan dibuang dengan cara
disemburkan.
2.2
Sistem Pernafasan
Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara
lain untuk mengangkut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju
sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2)
dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya.
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan
kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O 2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan
tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada
pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu
ikan paru-paru (Dipnoi).
Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Ikan mas bernapas
dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing
mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum).
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut
secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut
membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup.
Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah
yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan
air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air
melalui
insang,
karbondioksida
dikeluarkan.
Pertukaran
oksigen
dan
Gambar 3. StrukturInsangIkan
(Sumber : http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html)
Gambar 4. MekanismePernapasanPadaIkanBertulangSejati
(Sumber :http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html)
a)
Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup
insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
b)
Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
2.3
DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam
kadar mg per liter air atau part per million (ppm).Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen
dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurangdengan semakin tingginya salinitas.
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle,
1968).
Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet,
1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk
kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004).
DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada
konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen
dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati
lemas (Ahmad dkk, 1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu,
banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono, 1986 dalam
Anonim, 2008).
10
DO: Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut dapat
disebabkan oleh tiga hal:
1.
2.
Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar
perairan.
3.
Gambar 5. DO meter
(Sumber: https://www.electronichealing.co.uk/resources/Image/do_meter.jpg)
2.4
Suhu
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila
11
sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.
Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi
metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh
kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.
Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang metabolisme
tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Neuman et al. 1997). Engelsma et
al. (2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter
hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggiataupun
suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan
mas. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme,
pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi
dipengaruhi oleh suhu (Fadhil et al. 2011).
Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan biota budidaya
tergantung ukuran, suhu dan tingkat aktivitasnya dengan batas minimum adalah 3
ppm. Kandungan oksigen di dalam air dianggap optimum bagi budidaya biota air
adalah 4-10 ppm, tergantung jenisnya. Laju respirasi terlihat tetap pada batas
kelarutan oksigen antara 3-4 ppm pada suhu 20-30 oC (Ghufran & Kordi 2007).
Ernest (2000) ikan mas dapat bertahan hidup pada konsentrasi DO minimum
sebesar 2 mg/L. Doudoroff dan Shumway (1970) menyatakan bahwa kebutuhan
minimum oksigen untuk ikan mas (C. carpio) adalah 0,2-2,8 mg/L. Boyd
(1990)menjelaskan juga bahwa kandungan DO kurang dari 1 mg/L dapat
menyebabkan lethal atau menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
3.2
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Air disajikaan
dalam Tabel 1
Tabel 1. Alat yang Digunakan
No.
Nama Alat
Fungsi
Wadah Plastik
DO meter
Jam Tangan
Timbangan
Cling Wrap
Bahan pelapis
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikumKonsumsi Oksigen Pada Ikan
Mas disajikaan dalam Tabel 2
Tabel 2. Bahan yang Digunakan
No.
Nama Bahan
Ikan mas
Reagen
3.1.
Prosedur Praktikum
Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Tutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dngan
udara luar.
6.
7.
8.
13
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Hasil praktikum Konsumsi Oksigen Ikan Mas disajikan dalam Tabel 3
DO awal
DO akhir
Konsumsi
Kebutuhan O2
(g)
(g/l)
(g/l)
O2 (g/l)
ikan (O2/g/l)
90
6.9
3.6
3.3
0.0733
103
6.9
2.2
4.7
0.0913
77
6.9
4.7
2.2
0.0571
89
6.9
4.3
2.6
0.0584
99
6.9
5.9
0.1192
86
6.9
2.3
4.6
0.1070
65
6.9
1.5
5.4
0.1662
78
6.9
1.3
5.6
0.1436
90.88
5.4
1.4
0.0880
10
72.54
5.4
3.2
2.2
0.0607
11
82.01
5.4
1.3
4.1
0.1000
12
92.7
5.4
1.5
3.9
0.0841
13
70.63
5.4
1.6
3.8
0.1076
14
83.09
5.4
1.3
4.1
0.0987
15
94.16
5.4
1.5
3.9
0.0828
16
85.63
3.4
1.4
0.0467
17
95.14
3.4
0.8
2.6
0.0547
18
93.7
3.4
1.5
1.9
0.0406
19
70
3.4
1.8
1.6
0.0457
20
49.9
3.4
2.3
1.1
0.0441
21
76.96
3.4
0.5
2.9
0.0754
Kelompok
15
4.2.
Pembahasan
Dari kegiatan praktikum mengenai Konsumsi Oksigen Ikan Mas yang
telah dilakukan pada hari Kamis 10 Oktober 2013 diperoleh sejumlah data seperti
yang dicantumkan pada Tabel 3 hasil pengamatan di atas.
Praktikum ini dilakukan dengan cara menghitung konsumsi oksigen pada
ikan mas dengan menggunakan metode alat pengukur DO meter atau titrasi.
Namun, pada praktikum kali ini dijelaskan mengenai konsumsi oksigen dengan
menggunakan alat ukur DO meter.Perlakuan yang dilakukan pada praktikum kali
ini, yaitu dengan menghitung DO awal yang dilakukan tanpa memasukkan
organisme pada wadah tersebut. Selanjutnya, melakukan penimbangan berat pada
ikan mas. Ikan mas tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah dan ditutup rapat
dengan plastic warp dan karet. Ditunggu hingga, 30 menit dan akhirnya diukur
DO akhir sehingga dapat diperoleh konsumsi oksigen pada ikan mas dengan cara
melakukan penghitungan pengurangan pada DO awal dan DO akhir yang telah
dicatat oleh praktikan. Kemudian, data tersebut di masukkan dalam tabel
pengamatan.
Pada praktikum ini oksigen sangat diperhatikan dalam konsumsinya pada
ikan mas.Berdasarkan tabel pengamatan, kelompok praktikan, yaitu kelompok 10
diperoleh data berat bobot ikan sebesar 72,54 g. Dengan DO awal sebesar 5,4 g/l
DO akhir 3.2 g/l konsumsi oksigen sebesar 2.2 g/l serta kebutuhan oksigen
sebesar 0.0607O2/g/l. Bila dibandingkan dengan kelompok lain, tentunya
perbedaan terdapat pada bobot ikan sehingga mempengaruhi perbedaan pada DO
awal, DO akhir, konsumsi oksigen, serta kebutuhan oksigen. Namun, perbedaan
tersebut tidak terlalu signifikan bila dilihat dari bobot ikan lain yang tak jauh
berbeda dengan kelompok praktikan.
Pada praktikum ini kita dapat mengetahui konsumsi oksigen yang
dibutuhkan oleh ikan. Pada dasarnya praktikum ini untuk mengetahui laju
pernafasana atu respirasi ikan, kita ketahui bahwa pernafasan adalah suatu proses
pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui
permukaan alat pernafasan, atau pengangkutan oksigen dari lingkungan eksternal
16
pengangkutan O2.
Ketersediaan oksigen dalam air sangat sedikit oleh karena itu oksigen
sering disebut sebagai factor pembatas, karena daya larut oksigen dalam air kecil.
Apabila kandungan oksigen dalam air rendah makaikan dan organism akuatik lain
harus memompa air dalam jumlah tertentu kepermukassn insang untuk
mendapatkan oksigen yang cukup agar kecepatan metabolismenya stabil.
Oksigen sebagai bahan pernafasan di butuhkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan
oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.
Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi
fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai
dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004).
Sebagai mana menurut Zonneveld, 1991 (dalam Aristiawan, 2012)
bahwafaktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, yaitu (1) aktifitas,
ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan
mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif;
(2)ukuran, ikan yang ukurannya lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih
tinggi daripada ikan yang ukurannya lebih besar sehingga konsumsi oksigennya
lebih banyak;(3) umur, ikan yang masih berumur masih muda akan
mengkonsumsi oksigen lebih banyak daripada ikan yang lebih tua; (4) temperatur,
17
ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya tinggi sehingga
konsumsi oksigennya lebih banyak.
Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan
kecil dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebih banyak
membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel
yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar
hanya membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Tetapi dari hasil
praktikum jumlah konsumsi ikan besar lebih banyak dari pada jumlah oksigen
yang digunakan oleh ikan kecil. Ini dikarenakan karena perbandingan bentuk
tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen
untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan
untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan oksigen.Menurut Djawad dkk
(2003), bahwa semakin besar suatu organisme maka mengkonsumsi oksigen
semakin besar pula karena semua anggota tubuhnya bergerak memerlukan energi
yang berasal dari oksigen dan makanan (terjadi metabolisme dalam tubuh).
Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan
diri dengan suhu
mempengaruhi
kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan
(Debora, 2011).
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Pada praktikum Konsumsi Oksigen Pada Ikan Mas dapat disimpulkan
Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami cara
DAFTAR PUSTAKA
2009.
Termoregulasi
(Pengatuan
Suhu
Tubuh).
http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/termoregulasipengaturan-suhu-tubuh/. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2013,pada pukul 10.00 wib
Friliawindy.
19
20
21
LAMPIRAN
22
Proses pelapisan
Perhitungan DO akhir.
23