You are on page 1of 20

I.

Tujuan
- Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare
yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.

II.

Prinsip
Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses,

dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat loperamid yang dapat memperlambat
peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki
konsistensi feses.

III. Teori

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)


dan merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya.
Menurut tori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga
pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
penyebab utama diare adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi
dan reosrpsi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di
sel-sel epitel mukosa ( Neal, 2005 ).
Proses ini di atur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin,
sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive
Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu
sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare.
Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai
gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang lambung usus) yang
disebabkan oleh kuman dan toksinnya ( Ansel, 2005 ).
1

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan empat jenis gastroenteritis dan


diare sebagai berikut:
1. Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan travellers diarrhoea
yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat
pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi
menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang
terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Di negara-negara barat, jenis diare ini
paling sering terjadi, lebih kurang 60%
2. Diare bakterial (invasif) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang
berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteribakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang
terinfeksi oleh banyak kuman, menjadi infvasif dan menyerbu ke dalam
mukosa. Di sini bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri

dan

membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan


menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang, di damping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab
terkenal dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, shigella,
campylobacter, dan jenis coli tertentu.
3. Diare parasiter, seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia
Llambia, Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di
daerah (sub) tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya mencirikan
mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih dari satu minggu.
Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea,
muntah-muntah, dan rasa letih umum (malaise).
4. Diare akibat enteroktosin. Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih
dari 50 % dari wisatawan di negara-negar berkembang dihinggapi diare
2

ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enteroktosin,


yang terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella,
Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin melekat
pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat
selflimiting, artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan
dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel
mukosa baru ( Ansel, 2005 ).
Berdasarkan jenisnya dapat dibedakan empat jenis atau kelompok diare
sebagai berikut:

Diare sekretori

Entah usus adalah mensekresi lebih banyak cairan dari biasanya, atau tidak
dapat menyerap cairan dengan baik. Dalam kasus seperti kerusakan
struktural minimal. Hal ini paling sering disebabkan oleh toksin kolera protein disekresikan oleh bakteri Vibrio kolera.

Osmotik diare

Terlalu banyak air ditarik ke dalam perut. Ini mungkin merupakan akibat
dari penyakit celiac, penyakit pankreas, atau obat pencahar. Terlalu banyak
magnesium, vitamin C, laktosa tercerna, atau fruktosa tercerna juga bisa
memicu diare osmotik.

Motilitas terkait diare

Makanan bergerak terlalu cepat melalui usus (hipermotilitas). Jika


makanan bergerak terlalu cepat tidak ada cukup waktu untuk menyerap
nutrisi yang cukup dan air. Pasien yang memiliki vagotomy (pengangkatan
atau pemutusan saraf vagus) serta mereka dengan neuropati diabetes
rentan terhadap jenis diare.

Inflamasi diare

Lapisan usus menjadi meradang. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, atau masalah autoimun seperti IBS
(penyakit inflamasi usus). TBC, kanker usus besar dan usus juga dapat
menyebabkan diare inflamasi.

Disentri

Adanya darah dalam tinja biasanya tanda disentri, bukan diare. Disentri
disebabkan oleh pelepasan kelebihan air yang disebabkan oleh hormon
antidiuretik dari kelenjar hipofisis posterior. Disentri adalah salah satu
gejala dari Shigella, Entamoeba histolytica, dan Salmonella
( Christian, 2006 ).
Pemilihan obat yang tepat untuk diare tergantung pemeriksaan fisik yang
teliti. Pengobatan yang spesifik harus diberikan untuk disentri amoeba dan basiler.
Dehidrasi harus dicegah atau diatasi dengan memberikan cairan elektrolit.
Antibiotik umumnya tidak diberikan kecuali infeksi oleh V. cholera, S. typhi, S.
shigae, S. flexneri atau ada tanda penyebaran sistemik misal demam.Pengobatan
simtomatik dengan opiat atau loperamid bermanfaat untuk mengurangi hebatnya
diare. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa obat-obat ini dapat
menimbulkan efek samping seperti distensi abdominal, dll ( Tjay, 2002 ).
Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai simtomatis pada diare
akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein
menstimulasi aktivasi reseptor pada neuron mienterikus dan menyebabkan
hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut
menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan
motilitas usus ( Tjay, 2002 ).
Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek local pada usus
karena tidak menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid hanya
mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan
4

( William, 2000 ).
Terapi Rehidrasi adalah larutan oral yang mengandung elektrolit dan
glukosa diberikan untuk mengoreksi dehidrasi berat yang dapat diakibatkan oleh
infeksi akibat organisme toksigenik. Terapi ini lebih penting daripada terapi
dengan obat, terutama pada bayi dan pada diare karena infeksi ( Alfan, 2010 ).
Antibiotik berguna hanya untuk infeksi tertentu, misalnya kolera dan
disentri basiler berat, yang diterapi dengan tetrasiklin (antibiotic spectrum luas) .
Kuinolon, tampaknya efektif melawan patogen diare yang paling penting
( Alfan, 2010 ).

IV. Alat dan Bahan

Alat
a ) Alat bedah

b ) Alat suntik 1 ml

c ) Alat timbangan hewan

d ) Meja bedah

e ) Pengukur jarak

f ) Sonde oral mencit

g ) Stopwatch

Bahan
a ) Loperamid HCl
b ) Mencit putih
c ) Suspensi PGA 2%
d ) Tinta Cina

V. Prosedur

Pada pengujian kali ini, setiap kelompok diberikan tiga ekor mencit, setiap
ekor mencit ditimbang bobotnya. Setelah itu, mencit control diberikan aquadest,
mencit 1 diberikan suspensi Loperamid dosis 1 ( 6mg) manakala mencit 2,
diberikan suspensi Loperamid dosis 2 ( 12mg). Kesemuanya diberikan per oral.
Pada t= 45 menit, semua mencit diberikan tinta cina 0.1 ml/10g secara oral.
Kemudian, mencit dikorbankan dengan dislokasi tulang leher pada t- 65 menit.
Setelah itu mencit di belah badannya, dan di keluarkan ususnya secara berhatihati sampai teregang. Kemudian, diukur usus yang sudah teregang yaitu panjang
usus yang dilalui norit dari pylorus sampai ujung akhir ( berwarna ungu), dan
panjang seluruh usus dari pylorus sampai rectum. Rasio normal jarak yang
ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya dihitung dan dicatat.
Kemudian hasil pengamatan dalam table, dan dibuat grafiknya. Akhir sekali, di
evaluasi pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare,
jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi masing-masing secara
statistic dengan metode ANAVA dan Students test.
.

VI.

Data Pengamatan

1) Tabel Pemberian Obat Terhadap Mencit Mengikut Rute Pemberian dan Waktu

Waktu (menit)
Kelompok Uji

45

65

Kontrol Negatif

Susp.PGA 2% p.o

Tinta Cina
(0.1ml/10g)p.o

Dikorbankan

Uji I

Loperamid HCL
(0.24mg/ml)p.o

Tinta Cina
(0.1ml/10g)p.o

Dikorbankan

Uji II

Loperamid
HCL(0.48mg/ml)
p.o

Tinta Cina
(0.1ml/10g)p.o

Dikorbankan

2) Tabel Bobot Mencit dan Volum Obat Yang Diberikan

Bobot
Mencit
(gram)
1
2
3

16.2
19.9
15.4

PGA2%
0.41
-

Volume obat yang diberikan po

Volume (ml)
Loperamid Loperamid
I
II
0.50
0.39

Tinta Cina
0.1ml/10mg
0.16
0.20
0.15

bobot mencit
0,5 mL
20 g

bobot mencit
0,1 mL
10 g

Volume tinta cina yang diberikan p.o =


3) Tabel Hasil Pemberian Obat Mengikut Waktu
0'
Kelompok Uji Mencit

Kontrol
Negatif

1
2
3
4

0bat
1
2
3
4

Obat

II

1
2
3
4

Susp.PGA2
%(ml)
0.41
0.74
0.55
0.37
Loperamid
HCL
(0.24mg/ml)
0.50
0.49
0.34
0.44
Loperamid
HCL
(0.48mg/ml)
0.39
0.24
0.12
0.14

45'
Tinta Cina
(0.1ml/10g)

65'

0.16
0.29
0.22
0.15
Tinta Cina (0.1
ml/mg)
Dikorbankan

0.20
0.20
0.13
0.18
Tinta Cina (0.1
ml/mg)
0.15
0.24
0.12
0.14

4) Tabel Panjang Usus yg Dilihat Tinta Cina dan Rasionya

Kontrol PGA
Kelompok

Bobot ( g )

I
II
III
IV

16.2
29.4
22.0
14.9

Panjang ( cm )
x
y
25.2
50.2
51.0
37.3
57.0
13.5
56.5

Ratio
=x/y
0.50
0.65
0.24
= 1.39

Ratio
1.39 / 4
= 0.35

Loperamida I
Kelompok

Bobot ( g )

I
II
III
IV

19.9
19.5
13.6
17.5

Panjang ( cm )
x
y
19.5
41.0
21.0
54.0
24.3
54.5
6.6
56.5

Ratio
=x/y
0.48
0.39
0.46
0.12
= 1.45

Panjang ( cm )
x
y
10.5
68.5
14.0
61.0
15.7
51.5
1.5
41.0

Ratio
=x/y
0.15
0.23
0.30
0.04
= 0.71

Ratio
1.45 / 4
= 0.34

Loperamida II
Kelompok

Bobot ( g )

I
II
III
IV

15.4
23.5
12.0
14.0

VII.

Ratio
0.71 / 4
= 0.18

Perhitungan

A. Rasio
Perlakuan
Kontrol
Loperamid Dosis
I
Loperamid Dosis
II

Rasio Mencit

Rataan

Jumlah

0.24

0.35

1.39

0.45

0.12

0.36

1.44

0.3

0.04

0.18

0.72

0.1

0.65

0.48

0.39

0.15

0.23

3.55

1. Perlakuan (p)
10

2. Ulangan (u)

Kontrol negatif
Loperamid dosisI
Loperamid dosiII
: 4 kali

3. Model Linier
Yij i ij
Yij

rasio jarak yang dilalui tinta cina terhadap panjang usus

rataan umum

pengaruh pemberian obat antidiare (Loperamid)

ij

pengaruh galat (error)

4. Hipotesis
H0 : tidak ada pengaruh pemberian obat antidiare (Loperamid) terhadap
rasio jarak yang dilalui tinta cina terhadap panjang usus pada hewan
percobaan
H1 : terdapat pengaruh pemberian obat antidiare (Loperamid) terhadap
rasio jarak yang dilalui tinta cina terhadap panjang usus pada hewan
percobaan

5. Tabel Analisis Varians


11

Derajat Bebas Perlakuan (dbp)= p-1


=3-1
=2
Derajat Bebas Total (dbt )

= (p.u)-1
= (3.4)-1
=11

12

Jumlah Kuadrat Total (JKT) Y 2 FK


Derajat Bebas Galat (dbg )

= dbt-dbp
= 11-2= 9
= Y2/N

Faktor Koreksi (FK)

N = P.U
= 4 (3) = 12
Y2/N = 3.552/12
= 1.050

2
2
2
2
2
2
2
2
2
Y 2 0,10 0,65 0,24 0.48 0,39 0,45 0,12 0,15 0,23

0,30 2 0,04 2 1.257

JKT

1,2 5 7 1,0 5 0 0.2 0 7 0


2

Y
Y 2 Y22. Y32.
i . FK 1.
FK
ri
r

Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

1,39 2 1,44 2 0,72 2


1.050
4

= 0,0810

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT JKP


= 0.2070 - 0.0810 = 0.126

JK
p
db

13

Kuadrat Tengah

Kuadrat Tengah Perlakuan

0,0810
0,0405
2

Kuadrat Tengah Galat

0,126
0,014
9

Fhitung

KTP
KTG

0,0405
2,89
0,014

6. Tabel ANAVA
Sumber
Variasi
(SV)

Derajat
Jum.Kuadrat
Kebebasan
(JK)
(dk)

Kuadrat
Tengah
(KT)

F hitung

F Tabel

2.89

5.27

Perlakuan

0.2535

0.127

Galat

0.2561

0.028

Total

11

0.5096

Dengan tingkat kesalahan () = 5% diperoleh nilai Ftabel sebesar 5.27.Dari hasil


perhitungan student't diketahui bahawa Fhitung < Ftabel ,maka H diterima atau H
ditolak.Oleh karena itu dapat disimpulkan bahawa data yang ada tidak cukup
membuktikan adanya pengaruh pembeian obat antidiare ( Loperamid ) terhadap
rasio jarak yang dilalui tinta cina terhadap panjang usus pada hewan percobaan.

Perhitungan Peratus Inhibisi

14

Persen proteksi 100

rata rata kel. uji 100%


rata rata kel. kontrol

Loperamid I
Persen inhibisi 100

0.36
100%
0.35

2.86 %

Loperamid II
Persen inhibisi 100

0.18
100%
0.35

48.6 %

Grafik

15

Figure 1 : Ratio panjang usus vs Mencit

VIII.

Perbahasan

Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menguji aktivitas


obat antidiare (loperamid HCl) dapat menghambat diare dengan memperlambat
gerakan peristaltic usus.
Diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran feses cair atau
seperti bubur (chymus masih mengandung banyak air) berulang kali, lebih dari
tiga kali sehari. Penyebab diare dapat bermacam-macam, antara lain kurangnya
absorpsi zat osmotik dari lumen usus, meningkatnya sekresi elektrolit dan air ke
dalam lumen usus, naiknya permeabilitas mukosa usus atau terganggunya
motilitas usus. Pada praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode transit
intestinal. Metode ini lebih popular dibanding dengan metode lain karena metode
ini lebih rapi dan masa yang dibutuhkan juga lebih pendek. Selain itu, metode
transit intestinal juga dapat memperoleh data yang lebih tepat karena parameter
yang diamati lebih mudah dibandingkan dengan metode proteksi terhadap diare
yang diinduksi oleh oleum ricini.

16

Pada percoban kali ini, loperamid HCl diberikan sebagai antidiare yang
bekerja dengan memperlambat motilitas saluran cerna dengan memengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus, sedangkan tinta cina sebagai marker atau penanda
terhadap absorbsi pada usus. Pengamatan dilakukan terhadap panjang usus mencit
yang mengabsorbsi tinta cina.
Mula-mula hewan dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari mencit
kontrol, mencit uji I dan mencit uji II, kemudian masing-masing mencit
ditimbang, untuk menyesuaikan dosis peroral yang diberikan dengan berat badan
mencit.
Setelah ditimbang, pada mencit kontrol dengan berat 16,2g diberi larutan
PGA sebanyak 0,41 ml. Larutan PGA digunakan sebagai kontrol dengan
pertimbangan bahwa PGA merupakan pembawa dari loperamid HCl (loperamid
HCl dilarutkan dalam PGA) dan larutan PGA tidak mempunyai efek
farmakologis. Mencit uji I dengan berat 19,99 g diberi loperamid HCl 0,50 ml dan
mencit uji II dengan berat 15,49 g diberikan loperamid HCl sebanyak
0.39ml.Dosis yang diberi ke mencit I dan II berbeda.Pemberian larutan PGA dan
loperamid ke mencit dilakukan secara oral. Hal ini dikarenakan dengan pemberian
secara oral obat akan melewati saluran pencernaan, sehingga dapat memberikan
efek ke tubuh mencit, dalam hal ini adalah memperlambat motilitas saluran cerna
(usus).Setelah pemberian obat, mencit didiamkan selama 45 menit, dengan asumsi
bahwa dalam 45 menit, obat telah bekerja di dalam tubuh mencit, kemudian
mencit segera diberikan tinta cina sebanyak 0,16 ml untuk mencit kontrol; 0,20 ml
untuk mencit uji I; dan 0,15 ml untuk mencit uji II. Setelah pemberian tinta cina,
mencit dibiarkan selama 20 menit, agar usus dapat mengabsorbsi tinta cina.
Setelah 20 menit, mencit dimatikan dengan mengdislokasikan leher mencit,
mencit dibedah, dipisahkan bagian ususnya, diluruskan (usus tidak ditarik, karena
usus akan meregang bila ditarik, peregangan usus ini akan mempengaruhi
perhitungan) lalu diukur panjang usus mencit yang mengabsorbsi tinta cina (usus
yang mengabsorbsi tinta cina akan lebih gelap dari usus lain) dan diukur total
17

panjang usus mencit. Pengukuran panjang usus harus diukur dengan sama untuk
setiap mencit (kesamaan dalam lokasi awal dan akhir pada usus mencit yang
diukur) Untuk mengetahui efek antidiare, dihitung rasio antara panjang usus yang
mengabsorbsi tinta cina dan total panjang usus mencit.
Mencit pertama kali diberikan obat antidiare sehingga gerakan peristaltik
usus akan diperlambat oleh loperamid. Semakin kuat efek loperamid (dosis
diperbesar) semakin sedikit tinta cina yang diabsorbsi oleh usus karena gerakan
peristaltik usus diperlambat, sehingga rasio panjang usus yang diberi loperamid
lebih kecil dibandingkan rasio panjang usus yang hanya diberi PGA. Mencit yang
diberi PGA tidak memiliki efek untuk memperlambat gerakan peristaltik usus,
sehingga ketika diberi tinta cina, tinta cina masuk (diabsorbsi) oleh usus tanpa
hambatan, dimana gerakan peristaltik usus berjalan normal.
Dari data yang diamati, dapat dikonklusikan bahawa semakin besar dosis
loperamid HCl yang diberikan semakin besar efeknya dalam menghambat
persistalsis usus. Ini kerana pada kelompok kontrol yang hanya diberi PGA, ratarata rasio yang diperoleh adalah 0.35, pada kelompokI rata-rata rasio adalah 0.34
dan pada kelompok II rasio yang didapat adalah 0.1. Semakin kecil rasio yang
didapat, semakin lambat pergerakan peristaltik dalam usus.
Namun, dalam praktikum ini terdapat penyimpangan disebabkan
kesalahan teknikal praktikan semasa praktikum dijalanka. Kesalahan yang
terdapat adalah seperti kesalahan teknik dalam pemberian tinta cina kepada
mencit sehingga tinta cina tidak dapat diamati dengan jelas pada usus mencit
setelah mencit dikorbankan.Contohnya,mencit memuntahkan sebagian tinta
cina(praktikan salah memasukkan tinta cina, tidak ke kerongkongan, tetapi obat
masuk ke tenggorokan, atau terlalu dalam memasukkan sonde ke kerongkongan
mencit).

18

Selain itu, kesalahan dosis juga dapat menyebabkan data yang diamati
tidak tepat. Contohnya, dalam pemberian loperamid HCl, sonde mengandung
gelembung udara, gelembung udara ini akan meningkatkan volume pada sonde
dan loperamid HCl tidak seutuhnya diberi ke mencit karena adanya gelembung
udara yang menghambat pengeluaran loperamid HCl.

VIII.

Kesimpulan
Loperamid HCl memberikan aktivitas antidiare yang paling kuat terhadap

oleum ricini dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak lain.

Daftar pustaka

Alfan,2010, Obat-obat diare Available online at : http:/ /panmedical. wordpress.


com/2010/04/09/obat-anti-diare/ [access on 5/4/2012]
Ansel, (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi
University of Indonesia Press. Hal. 72-74

Keempat.Jakarta

Christian,2006, What is Diarrhea ? Available online at :

http://www. medical

news today.com/articles/158634.php [access on 5/4/2012]


19

Neal, 2005. At A Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta : EGC


Tjay, 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya.
Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia
William,2000, Loperamide : Available online at : www.andriewongso.com
/imodium-(loperamide)-2-mg-without-prescription.html [access on
5/4/2012]

20

You might also like