Professional Documents
Culture Documents
Tujuan
- Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare
yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.
II.
Prinsip
Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses,
dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat loperamid yang dapat memperlambat
peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki
konsistensi feses.
III. Teori
dan
Diare sekretori
Entah usus adalah mensekresi lebih banyak cairan dari biasanya, atau tidak
dapat menyerap cairan dengan baik. Dalam kasus seperti kerusakan
struktural minimal. Hal ini paling sering disebabkan oleh toksin kolera protein disekresikan oleh bakteri Vibrio kolera.
Osmotik diare
Terlalu banyak air ditarik ke dalam perut. Ini mungkin merupakan akibat
dari penyakit celiac, penyakit pankreas, atau obat pencahar. Terlalu banyak
magnesium, vitamin C, laktosa tercerna, atau fruktosa tercerna juga bisa
memicu diare osmotik.
Inflamasi diare
Lapisan usus menjadi meradang. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, atau masalah autoimun seperti IBS
(penyakit inflamasi usus). TBC, kanker usus besar dan usus juga dapat
menyebabkan diare inflamasi.
Disentri
Adanya darah dalam tinja biasanya tanda disentri, bukan diare. Disentri
disebabkan oleh pelepasan kelebihan air yang disebabkan oleh hormon
antidiuretik dari kelenjar hipofisis posterior. Disentri adalah salah satu
gejala dari Shigella, Entamoeba histolytica, dan Salmonella
( Christian, 2006 ).
Pemilihan obat yang tepat untuk diare tergantung pemeriksaan fisik yang
teliti. Pengobatan yang spesifik harus diberikan untuk disentri amoeba dan basiler.
Dehidrasi harus dicegah atau diatasi dengan memberikan cairan elektrolit.
Antibiotik umumnya tidak diberikan kecuali infeksi oleh V. cholera, S. typhi, S.
shigae, S. flexneri atau ada tanda penyebaran sistemik misal demam.Pengobatan
simtomatik dengan opiat atau loperamid bermanfaat untuk mengurangi hebatnya
diare. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa obat-obat ini dapat
menimbulkan efek samping seperti distensi abdominal, dll ( Tjay, 2002 ).
Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai simtomatis pada diare
akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein
menstimulasi aktivasi reseptor pada neuron mienterikus dan menyebabkan
hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut
menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan
motilitas usus ( Tjay, 2002 ).
Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek local pada usus
karena tidak menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid hanya
mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan
4
( William, 2000 ).
Terapi Rehidrasi adalah larutan oral yang mengandung elektrolit dan
glukosa diberikan untuk mengoreksi dehidrasi berat yang dapat diakibatkan oleh
infeksi akibat organisme toksigenik. Terapi ini lebih penting daripada terapi
dengan obat, terutama pada bayi dan pada diare karena infeksi ( Alfan, 2010 ).
Antibiotik berguna hanya untuk infeksi tertentu, misalnya kolera dan
disentri basiler berat, yang diterapi dengan tetrasiklin (antibiotic spectrum luas) .
Kuinolon, tampaknya efektif melawan patogen diare yang paling penting
( Alfan, 2010 ).
Alat
a ) Alat bedah
b ) Alat suntik 1 ml
d ) Meja bedah
e ) Pengukur jarak
g ) Stopwatch
Bahan
a ) Loperamid HCl
b ) Mencit putih
c ) Suspensi PGA 2%
d ) Tinta Cina
V. Prosedur
Pada pengujian kali ini, setiap kelompok diberikan tiga ekor mencit, setiap
ekor mencit ditimbang bobotnya. Setelah itu, mencit control diberikan aquadest,
mencit 1 diberikan suspensi Loperamid dosis 1 ( 6mg) manakala mencit 2,
diberikan suspensi Loperamid dosis 2 ( 12mg). Kesemuanya diberikan per oral.
Pada t= 45 menit, semua mencit diberikan tinta cina 0.1 ml/10g secara oral.
Kemudian, mencit dikorbankan dengan dislokasi tulang leher pada t- 65 menit.
Setelah itu mencit di belah badannya, dan di keluarkan ususnya secara berhatihati sampai teregang. Kemudian, diukur usus yang sudah teregang yaitu panjang
usus yang dilalui norit dari pylorus sampai ujung akhir ( berwarna ungu), dan
panjang seluruh usus dari pylorus sampai rectum. Rasio normal jarak yang
ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya dihitung dan dicatat.
Kemudian hasil pengamatan dalam table, dan dibuat grafiknya. Akhir sekali, di
evaluasi pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare,
jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi masing-masing secara
statistic dengan metode ANAVA dan Students test.
.
VI.
Data Pengamatan
1) Tabel Pemberian Obat Terhadap Mencit Mengikut Rute Pemberian dan Waktu
Waktu (menit)
Kelompok Uji
45
65
Kontrol Negatif
Susp.PGA 2% p.o
Tinta Cina
(0.1ml/10g)p.o
Dikorbankan
Uji I
Loperamid HCL
(0.24mg/ml)p.o
Tinta Cina
(0.1ml/10g)p.o
Dikorbankan
Uji II
Loperamid
HCL(0.48mg/ml)
p.o
Tinta Cina
(0.1ml/10g)p.o
Dikorbankan
Bobot
Mencit
(gram)
1
2
3
16.2
19.9
15.4
PGA2%
0.41
-
Volume (ml)
Loperamid Loperamid
I
II
0.50
0.39
Tinta Cina
0.1ml/10mg
0.16
0.20
0.15
bobot mencit
0,5 mL
20 g
bobot mencit
0,1 mL
10 g
Kontrol
Negatif
1
2
3
4
0bat
1
2
3
4
Obat
II
1
2
3
4
Susp.PGA2
%(ml)
0.41
0.74
0.55
0.37
Loperamid
HCL
(0.24mg/ml)
0.50
0.49
0.34
0.44
Loperamid
HCL
(0.48mg/ml)
0.39
0.24
0.12
0.14
45'
Tinta Cina
(0.1ml/10g)
65'
0.16
0.29
0.22
0.15
Tinta Cina (0.1
ml/mg)
Dikorbankan
0.20
0.20
0.13
0.18
Tinta Cina (0.1
ml/mg)
0.15
0.24
0.12
0.14
Kontrol PGA
Kelompok
Bobot ( g )
I
II
III
IV
16.2
29.4
22.0
14.9
Panjang ( cm )
x
y
25.2
50.2
51.0
37.3
57.0
13.5
56.5
Ratio
=x/y
0.50
0.65
0.24
= 1.39
Ratio
1.39 / 4
= 0.35
Loperamida I
Kelompok
Bobot ( g )
I
II
III
IV
19.9
19.5
13.6
17.5
Panjang ( cm )
x
y
19.5
41.0
21.0
54.0
24.3
54.5
6.6
56.5
Ratio
=x/y
0.48
0.39
0.46
0.12
= 1.45
Panjang ( cm )
x
y
10.5
68.5
14.0
61.0
15.7
51.5
1.5
41.0
Ratio
=x/y
0.15
0.23
0.30
0.04
= 0.71
Ratio
1.45 / 4
= 0.34
Loperamida II
Kelompok
Bobot ( g )
I
II
III
IV
15.4
23.5
12.0
14.0
VII.
Ratio
0.71 / 4
= 0.18
Perhitungan
A. Rasio
Perlakuan
Kontrol
Loperamid Dosis
I
Loperamid Dosis
II
Rasio Mencit
Rataan
Jumlah
0.24
0.35
1.39
0.45
0.12
0.36
1.44
0.3
0.04
0.18
0.72
0.1
0.65
0.48
0.39
0.15
0.23
3.55
1. Perlakuan (p)
10
2. Ulangan (u)
Kontrol negatif
Loperamid dosisI
Loperamid dosiII
: 4 kali
3. Model Linier
Yij i ij
Yij
rataan umum
ij
4. Hipotesis
H0 : tidak ada pengaruh pemberian obat antidiare (Loperamid) terhadap
rasio jarak yang dilalui tinta cina terhadap panjang usus pada hewan
percobaan
H1 : terdapat pengaruh pemberian obat antidiare (Loperamid) terhadap
rasio jarak yang dilalui tinta cina terhadap panjang usus pada hewan
percobaan
= (p.u)-1
= (3.4)-1
=11
12
= dbt-dbp
= 11-2= 9
= Y2/N
N = P.U
= 4 (3) = 12
Y2/N = 3.552/12
= 1.050
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Y 2 0,10 0,65 0,24 0.48 0,39 0,45 0,12 0,15 0,23
JKT
Y
Y 2 Y22. Y32.
i . FK 1.
FK
ri
r
= 0,0810
JK
p
db
13
Kuadrat Tengah
0,0810
0,0405
2
0,126
0,014
9
Fhitung
KTP
KTG
0,0405
2,89
0,014
6. Tabel ANAVA
Sumber
Variasi
(SV)
Derajat
Jum.Kuadrat
Kebebasan
(JK)
(dk)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F hitung
F Tabel
2.89
5.27
Perlakuan
0.2535
0.127
Galat
0.2561
0.028
Total
11
0.5096
14
Loperamid I
Persen inhibisi 100
0.36
100%
0.35
2.86 %
Loperamid II
Persen inhibisi 100
0.18
100%
0.35
48.6 %
Grafik
15
VIII.
Perbahasan
16
Pada percoban kali ini, loperamid HCl diberikan sebagai antidiare yang
bekerja dengan memperlambat motilitas saluran cerna dengan memengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus, sedangkan tinta cina sebagai marker atau penanda
terhadap absorbsi pada usus. Pengamatan dilakukan terhadap panjang usus mencit
yang mengabsorbsi tinta cina.
Mula-mula hewan dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari mencit
kontrol, mencit uji I dan mencit uji II, kemudian masing-masing mencit
ditimbang, untuk menyesuaikan dosis peroral yang diberikan dengan berat badan
mencit.
Setelah ditimbang, pada mencit kontrol dengan berat 16,2g diberi larutan
PGA sebanyak 0,41 ml. Larutan PGA digunakan sebagai kontrol dengan
pertimbangan bahwa PGA merupakan pembawa dari loperamid HCl (loperamid
HCl dilarutkan dalam PGA) dan larutan PGA tidak mempunyai efek
farmakologis. Mencit uji I dengan berat 19,99 g diberi loperamid HCl 0,50 ml dan
mencit uji II dengan berat 15,49 g diberikan loperamid HCl sebanyak
0.39ml.Dosis yang diberi ke mencit I dan II berbeda.Pemberian larutan PGA dan
loperamid ke mencit dilakukan secara oral. Hal ini dikarenakan dengan pemberian
secara oral obat akan melewati saluran pencernaan, sehingga dapat memberikan
efek ke tubuh mencit, dalam hal ini adalah memperlambat motilitas saluran cerna
(usus).Setelah pemberian obat, mencit didiamkan selama 45 menit, dengan asumsi
bahwa dalam 45 menit, obat telah bekerja di dalam tubuh mencit, kemudian
mencit segera diberikan tinta cina sebanyak 0,16 ml untuk mencit kontrol; 0,20 ml
untuk mencit uji I; dan 0,15 ml untuk mencit uji II. Setelah pemberian tinta cina,
mencit dibiarkan selama 20 menit, agar usus dapat mengabsorbsi tinta cina.
Setelah 20 menit, mencit dimatikan dengan mengdislokasikan leher mencit,
mencit dibedah, dipisahkan bagian ususnya, diluruskan (usus tidak ditarik, karena
usus akan meregang bila ditarik, peregangan usus ini akan mempengaruhi
perhitungan) lalu diukur panjang usus mencit yang mengabsorbsi tinta cina (usus
yang mengabsorbsi tinta cina akan lebih gelap dari usus lain) dan diukur total
17
panjang usus mencit. Pengukuran panjang usus harus diukur dengan sama untuk
setiap mencit (kesamaan dalam lokasi awal dan akhir pada usus mencit yang
diukur) Untuk mengetahui efek antidiare, dihitung rasio antara panjang usus yang
mengabsorbsi tinta cina dan total panjang usus mencit.
Mencit pertama kali diberikan obat antidiare sehingga gerakan peristaltik
usus akan diperlambat oleh loperamid. Semakin kuat efek loperamid (dosis
diperbesar) semakin sedikit tinta cina yang diabsorbsi oleh usus karena gerakan
peristaltik usus diperlambat, sehingga rasio panjang usus yang diberi loperamid
lebih kecil dibandingkan rasio panjang usus yang hanya diberi PGA. Mencit yang
diberi PGA tidak memiliki efek untuk memperlambat gerakan peristaltik usus,
sehingga ketika diberi tinta cina, tinta cina masuk (diabsorbsi) oleh usus tanpa
hambatan, dimana gerakan peristaltik usus berjalan normal.
Dari data yang diamati, dapat dikonklusikan bahawa semakin besar dosis
loperamid HCl yang diberikan semakin besar efeknya dalam menghambat
persistalsis usus. Ini kerana pada kelompok kontrol yang hanya diberi PGA, ratarata rasio yang diperoleh adalah 0.35, pada kelompokI rata-rata rasio adalah 0.34
dan pada kelompok II rasio yang didapat adalah 0.1. Semakin kecil rasio yang
didapat, semakin lambat pergerakan peristaltik dalam usus.
Namun, dalam praktikum ini terdapat penyimpangan disebabkan
kesalahan teknikal praktikan semasa praktikum dijalanka. Kesalahan yang
terdapat adalah seperti kesalahan teknik dalam pemberian tinta cina kepada
mencit sehingga tinta cina tidak dapat diamati dengan jelas pada usus mencit
setelah mencit dikorbankan.Contohnya,mencit memuntahkan sebagian tinta
cina(praktikan salah memasukkan tinta cina, tidak ke kerongkongan, tetapi obat
masuk ke tenggorokan, atau terlalu dalam memasukkan sonde ke kerongkongan
mencit).
18
Selain itu, kesalahan dosis juga dapat menyebabkan data yang diamati
tidak tepat. Contohnya, dalam pemberian loperamid HCl, sonde mengandung
gelembung udara, gelembung udara ini akan meningkatkan volume pada sonde
dan loperamid HCl tidak seutuhnya diberi ke mencit karena adanya gelembung
udara yang menghambat pengeluaran loperamid HCl.
VIII.
Kesimpulan
Loperamid HCl memberikan aktivitas antidiare yang paling kuat terhadap
Daftar pustaka
Keempat.Jakarta
http://www. medical
20