Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai ukuran kemampuan pelayanan kesehatan satu negara ditetapkan
berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan. Sementara
persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 80 % masih ditolong oleh
dukun terutama di pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas.
Penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil
serta terlambatnya sistem rujukan (Manuaba, 2010).
Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengendalikan
angka kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya. Dengan
berkembangnya pengetahuan dan teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan
terhadap masa kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan
nama plea of promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu
selama masa kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan
baik dan bayi dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model
pengawasan tersebut semakin membuka
1 pandangan masyarakat bahwa pengawasan
yang ketat pada masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan
ibu dan bayi kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia
dikembangkan model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai
Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program
Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang
dokter sehingga kemampuan pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan
menjelang pencapaian Indonesia Sehat 2010, dikembangkan program Bidan di Desa
guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan kesehatan
yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.
Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini
mengingat permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat
kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 2009). Bahkan
dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan
karena perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan, menjadikan program
pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC
(Ante Natal Care).
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran
atau abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan dan pengethauan
masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi
ekonomi keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade
terakhir. Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya
menjadinya banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga
kecenderungan kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan semakin
merebaknya klinik klinik aborsi di tanah air, semakin membuka peluang wanita
untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat permasalahan
abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri merupakan suatu
permasalahan yang kompleks bagi ibu, suami/pasangan maupun keluarga.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari rubella ?
2. Bagaimanainsidendarirubella ?
3. Bagaimana etiologi dari rubella ?
4. Bagaimana tandadangejaladari rubella ?
5. Bagaimana patofisiologi dari rubella?
6. Bagaimana WOC dari rubella ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita rubella ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari rubella ?
9. Apa saja komplikasi dari rubella ?
10. Bagaimanaasuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita rubella ?
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
penderita rubella
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari rubella.
9. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari rubella.
10. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita rubella
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abortus
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diuar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia ada sebelum usia
16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus
hidup dibawah 400 gram itu dianggp keajiban karena semakin tinggi BB anak waktu
lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2012).
2.3 Patofisiologi
Janin gugur
lahir
mati, janin
masih
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
dipertahankan
> 37
minggu
atau BB janin > 2500 gram
Kontraksi uterus
Prostaglandin
Dilatasi serviks
Resiko defisit volume cairan
Nyeri
Kelemahan
Resiko gawat janin
Resiko terjadi infeksi
Kecemasan
Defisit knowledge
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
2.8 Penatalaksanaan Abortus
a) Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
a. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).
b. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.
c. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otototot rahim (misal gestanon).
d. Dilarang coitus sampai 2 minggu.
b) Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
a. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 satuan tiap jam sebnayak
6 kali.
b. Mengurangi nyeri dengan sedativa.
c. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
c) Abortus incompletus
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
d) Abortus febrilis
a. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak
sekali.
b. Diberi atobiotika.
c. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.
e) Missed abortion
a. Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah
perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian
janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.
b. Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.
f) Penyulit Abortus
a. Perdarahan hebat.
b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan
kemandulan.
c. Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock.
d. Shock bakteri karen atoxin.
e. Perforasi saat curettage
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ABORTUS
3.1 Pengkajian
A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama
:
Umur
:
Suku
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
2) Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
3) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM ,jantung ,
hipertensi ,masalah ginekologi/urinary ,penyakit endokrin ,dan penyakit-penyakit
lainnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
6) Riwayat menstruasi
Mennorhoe
Siklus
Lama Haid
Jumlah
kapan menopause terjadi
:
:
:
:
:
7) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
10
8) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10) Pola kebiasaan sehari- hari
Nutrisi
:
Makan
:
Minum
:
Eliminasi
:
BAB
:
BAK
:
Aktivitas Istirahat:
Siang
:
Malam
:
Personal Hygiene :
Mandi
:
Gosok gigi
:
Keramas
:
Potong Kuku :
Ganti CD
:
B. Data Obyektif
Pemeriksaan fisik :
1) Perkusi : Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fifik, dan seterusnya
2) Palpasi merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. menentukan
karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit
kulit untuk mengamati turgor.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
11
3.3 Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
12
1.
Nyeri
b/d Setelah melakukan
adanya
tindakan
selama
kontraksi
.x
24
jam,
uterus,
diharapkan Klien
skunder
terhadap
dapat beradaptasi
pelepasan
dengan nyeri yang
separasi
dialami
plasenta
KH:
1. Rasa nyeri
berkurang/hilan
g
2. Klien bisa
istirahat dengan
cukup
3. Ekspresi wajah
tenang
a. menyenangkan
1.
2.
1) Pengukuran
nilai ambang
nyeri
dapat
dilakukan
3.
dengan skala
4.
maupun
5.
6.
7. Kaji kondisi nyeri
yang dialami klien
dsekripsi
2) Bantuan yang
diberikan
untuk
memenuhi
kebutuhan
klien
8. Beritahu
klien
penyebab rasa nyeri
3) Aktifitas
bertahap
untuk
mencegah
terjadinya
kontraktur
9. Kolaborasi
pemberian
analgetika
2.
Intoleransi
Setelah melakukan
selama
kelemahan,
.x
24
jam,
penurunan
diharapkan
Klien
sirkulasi
dapat
aktivitas
melakukan
tanpa
adanya komplikasi
13
KH :
a. Rasa
nyeri
berkurang
b. Klien tampak
tenang
c. Keadaan
umum baik
3.
4.
Nyeri
kerusakan
tindakan
jaringan
.x
intrauteri
diharapkan
24
selama
jam,
tindakan
perdarahan,
.x
24
selama
jam,
5.
6.
Ansietas
kurang
tindakan
pengetahuan
.x
Resiko
jam,
diharapkan
syok Setelah melakukan
(hipofolemik)
tindakan
b.d perdrahan .x
pervaginam
3.4
24
selama
24
diharapkan
selama
jam,
14
15
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
intervensi
Mengidentifikasi kemajuan
Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak atau penyimpangan dari hasil
menerima agen osmotic secara intravena, setiap 2 jam yang diharapkan.
bila menerima agen osmotic.
Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila
menerima agen osmotic intravena.
16
Pasien
dapat
mendemostrasikan status
cairan;
Kekurangan
volume cairan tidak
terjadi.
Pantau:
Mengidentifikasi
Tanda-tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian penyimpangan
indikasi
kapiler.
kemajuan atau penyimpangan
Warna urine.
dari hasil yang diharapkan.
Masukan dan haluaran.
Menunjukkan keadekuatan
Status umum setiap 8 jam.
volume sirkulasi.
17
Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam dan menurunkan resiko efek
sesuai toleransi tubuh.
samping
yang
membahayakan.
Kolaborasi:
Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Kelemahan
b/d
penurunan produksi
energi
metabolic,
peningkatan
kebutuhan
energi
(status
hipermetabolik);
kebutuhan
psikologis/emosional
berlebihan; perubahan
kimia
tubuh;
perdarahan.
18
untuk aktifitas.
Teknik penghematan energi
Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan menurunkan
penggunaan
kebutuhan ADL pasien.
energi
dan
membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas,
contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing
dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
Resiko terjadi gawat
janin
intra
uteri
(hipoksia)
b/d
penurunan suplay O2
dan nutrisi ke jaringan
plasenta
skunder
terhadap perdarahan.
Aktifitas
yang
maju
memberikan kontrol jantung,
meningaktkan regangan dan
mencegah
aktifitas
berlebihan.
Meminimalkan tekanan pada
aorta sehingga O2 yang
disuplay ke plasenta dan
janin lebih lancar.
Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur Deteksi dini terhadap adanya
sesuai dengan masa kehamilan:
penyimpangan
pada
1 x/bln pada trimester I
kehamilan.
2 x/bln pada trimester II
1 x/minggu pada trimester III.
Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin.
19
sekaligus
dapat
mengistirahatkan bayi sampai
cukup bulan.
Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan Sebagai kontrol langsung
kehamilannya bila terdapat:
dari pasien terhadap kondisi
Gerakan janin berkurang/menurun.
kehamilannya.
Kontraksi/his terus-menerus.
Perdarahan
Nyeri abdomen.
Perut mengeras dan sangat nyeri.
Ketakutan/ansietas b/d
krisis
situasi
(perdarahan);
ancaman/perubahan
pada status kesehatan,
fungsi peran, pola
interaksi;
ancaman
kematian; perpisahan
dari
keluarga
(hospitalisasi,
pengobatan),
transmisi/penularan
perasaan
interpersonal.
Pasien
dapat
mendemonstrasikan
hilangnya ansietas.
Kriteria hasil:
Pasien
melaporkan
hilangnya / berkurangnya
perasaan cemas/khawatir.
Pasien tenang.
Pasien kooperatif dalam
pengobatan.
Postur tubuh rileks.
Ekspresi wajah tenang.
Skala HARS: < 5
Menentukan
intervensi
keperawatan selanjutnya.
20
dan penerimaan
mengembangkan
kepercayaan.
individu,
Memudahkan
istirahat,
menghemat
energi
dan
meningkatkan kemmapuan
koping.
21
Defisit knowledge /
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar),
mengenai
penyakit,
prognosis
dan
kebutuhan pengobatan
b/d
kurang
pemajanan/mengingat;
kesalahan interpretasi
informasi, mitos; tidak
mengenal
sumber
informasi;
keterbatasan kognitif.
22
Peningkatan
kemandirian
dari pasien dan keluarga
meningkatkan rasa percaya
Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan diri dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri
keluarga secara aktif dalam perawatan.
secara aktif.
Pasien
Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik Membantu potensial sumber
infeksi/pertumbuhan skunder.
mendemonstrasikan tidak Tekankan higienen personal.
adanya tanda dan gejala
Pantau suhu.
Peningkatan suhu terjadi
infeksi yang terjadi.
karena berbagai factor, mis.
Kriteria hasil:
infeksi. Identifikasi dini
Tanda dan gejala infeksi
proses
infeksi
23
Membatasi keletihan.
Menurunkan
resiko
kontaminai, membatasi entri
portal
terhadap
agen
infeksius.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
BAB 3
26
Tanggal masuk
: 17 Maret 2009
Jam masuk
: 11.30 WIB
Ruang
:-
Pengkajian tanggal
: 17 Maret 2009
Jam
: 12.30 WIB.
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas
Nama
: Ny. R
Nama
: Tn. S
Umur
: 24 tahun
Umur
: 28 tahun
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu RT
Pekerjaan
: Swasta ( Rp.1.200.000,-)
Alamat
: Klampis - Sby.
Alamat
: Klampis - Sby
Status Kesehatan
a. Alasan datang ke rumah sakit : Ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan
yang lalu, lalu sejak tadi pagi dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta
ibu merasakan mules pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan
hubungan seksual kemarin malam, ibu mengatakan habis jalan-jalan di mall.
b. Keluhan utama saat ini : Ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan
atau terdapat apa-apa dengan janin yang dikandungnya.
c. Timbulnya keluhan : Mendadak.
d. Faktor yang memperberat : Jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan
dirasakan semakin bertambah.
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Istirahat dan duduk.
f. Diagnosa medik : Abortus imminens.
21
3.1.3
Riwayat Keperawatan
a. Riwayat obstetri:
27
b. Riwayat menstruasi:
1) Menarche umur 12 tahun
2) Banyak darah menstruasi sedang
3) Siklus teratur
4) Lama menstruasi: 5 -7 hari.
5) HPHT: 16 November 2008
6) Keluhan selama menstruasi tidak ada.
c. Riwayat perkawinan : Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan
yang pertama.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama
dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.
e. Genogram:
Hamil ini
Keterangan:
= Laki-laki
= Hipertensi
= Perempuan
= Ny.R abortus
= Meninggal
= Tinggal dlm satu rumah
f. Riwayat Keluarga berencana : Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain
tidak dikaji.
g. Riwayat kesehatan:
1) Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita
penyakit infeksi seperti typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan.
2) Pengobatan yang didapat: tidak ada.
h. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.R).
i. Riwayat lingkungan:
1) Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.
2) Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah
tidak ada, lantai licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat
kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.
j. Aspek psikososial:
Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.
Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari?
Tidak karena ibu memang harus beristirahat. Ibu berharap kehamilannya dapat
diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat
28
29
3.1.5
Pemeriksaan fisik:
a. Umum:
Keadaan umum: baik.
Kesadaran: CM, E4V5M6
Tekanan darah: 120/80 mmHg.
Respirasi: 18 x/mnt.
Nadi: 88 x/mnt
Suhu: 370C.
Berat badan: 48 kg.
Tinggi badan: 154 cm.
b. Khusus:
1) Kepala:
Bentuk: normal.
Keluhan: tidak ada.
2) Mata:
Kelopak mata: simetris, oedem palpebra tidak ada.
Gerakan mata: normal.
Konjungtiva: merah muda.
Sklera: putih, icetrus tidak ada.
Pupil: normal, isokor.
Akomodasi: baik (tidak memakai kacamata).
3) Hidung:
Reaksi alergi: tidak ada.
Sinus: normal.
4) Mulut dan tenggorokan:
Gigi geligi: lengkap, 32 buah.
Kesulitan menelan: tidak ada.
5) Dada dan axilla:
Mamae: membesar
Areolla mamae: hiperpigmentasi.
Papila mamae: menonjol.
Colostrum: belum keluar.
6) Pernafasan:
Jalan nafas: bebas.
Suara nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan.
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: tidak.
7) Sirkulasi jantung:
Kecepatan denyut apikal: 88 x/mnt.
Irama: reguler.
Kelainan bunyi jantung: tidak ada.
Sakit dada: tidak ada.
8) Abdomen:
Mengecil: tidak
30
Data Penunjang
a. laboratorium: -b. USG: -c. Rontgen: -d. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):
Vulva: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
Vagina: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
Porsio: tertutup, licin, nyeri tekan (-).
Cavum uteri: AF (18 20 mg).
Adnexa parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-).
Adnexa parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-).
Cavum douglas: tidak menonjol.
e. Terapi yang didapat:
Premaston: 2x1 tablet.
Mefenamic acid 3x500 mg.
Bed rest, KIE, Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.
3.1.7
Data Tambahan :
Ibu sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan.
Ibu menyakan apakah kondisi janinnya baik.
Saat dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur
tubuh kaku dan tegang.
3.1.8
Analisa Data
Data
Etiologi
Patofisiologi
Masalah
Implantasi plasenta di
endometrium lepas.
Resiko terjadi
gawat janin intra
uteri (hipoksia).
31
periksa dalam.
O:
separasi
plasenta.
Krisis situasi
(perdarahan dan
ancaman
terhadap
keselamatan
bayi yang
dikandungnya).
Perdarahan
Ansietas.
Perubahan respon
psikologis ibu
Maladaptif
Cemas meningkat
Kurang
informasi.
Kurang informasi
mengenai penyakit,
Defisit
knowledge
32
bayi
dapat
diselamatkan. Ibu juga
bertanya
tentang
pantangan yang harus
dilakukan
supaya
bayinya selamat. Ibu
berkali-kali
mengatakan
sangat
ingin punya bayi.
O: Ibu banyak bertanya
kepada petugas dan
mahasiswa.
Pendidikan ibu SMA,
ibu tidak bekerja. Ibu
baru menikah 6 bulan,
ini adalah kehamilan
pertama dan usia ibu
23 tahun.
prognosis, kebutuhan
pengobatan
Ketidakmampuan
mengenal informasi
(kebutuhan
belajar)
mengenai
penyakit,
prognosis dan
kebutuhan
pengobatan.
Ketidaktahuan tentang
kondisi dan pengobatan.
1.
33
2.
3.
34
1.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Hasil
Rencana Intervensi
Implementasi Keperawatan
Rasional
Implementasi
Tujuan:
setelah a.
Pantau
DJJ, Penurunan DJJ dan Tgl 17 Maret 2009:
diberikan askep, gawat
kontraksi uterus/his, gerakan janin sebagai 12.40 Memantau djj,
janin tidak terjadi, bayi
gerakan janin.
prediksi
adanya
kontraksi
dapat
dipertahankan
distres janin.
uterus/his,
sampai
umur
37
gerakan janin.
minggu dan atau BBL
b. Jelaskan penyebab Meningkatkan
13.00
2500 gr.
terjadinya
pemahamana ibu dan - Menjelaskan
Kriteria hasil:
perdarahan
dan kerjasama
dalam
penyebab terjadinya
- Gerakan janin
akibat
bila pengobatan.
aktif.
perdarahan dan akibat
- DJJ
120-160
perdarahan
terus
bila perdarahan terus
x/mnt.
berlangsung
berlangsung
- Kontraksi
(keguguran,
janin
(keguguran, bayi akan
uterus /his tidak
meninggal).
meninggal).
ada.
Meminimalkan
- Menganjurkan
ibu
- Kehamilan
c.
Anjurkan
penderita
tekanan
pada
aorta
dapat
untuk tidur miring ke
dipertahankan
untuk tidur miring sehingga O2 yang
arah kiri selama di
sampai umur 37
ke kiri.
disuplay ke plasenta
rumah.
minggu
dan
dan janin lebih lancar. - Memotivasi ibu untuk
atau BBL
lebih banyak istirahat
2500 gr.
Fase istirahat yang
minimal 8 jam sehari
- Perdarahan
d.
M
lebih
akan
membantu
dan
kurangi
berhenti
atau
otivasi
pasien
untuk
meminimalkan
beraktifitas agak berat
tidak ada.
meningkatkan
fase
pemakaian
energi
dan
- Flek-flek tidak
seperti olahraga.
Evaluasi
Ibu mengatakan
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan
mahasiswa.
35
ada.
istirahat.
e.
A
njurkan pasien untuk
melakukan
ANC
secara teratur sesuai
dengan
masa
kehamilan:
- 1 x/bln pada
trimester I
- 2 x/bln pada
trimester II
- 1 x/minggu pada
trimester III.
Ibu mengatakan
akan
mentaati
semua petunjuk
yang diberikan.
Ibu mengatakan
akan
mentaati
semua petunjuk
yang diberikan.
36
terdapat:
- Gerakan janin
berkurang/menuru
n.
- Kontraksi/his
terus-menerus.
- Perdarahan
- Nyeri abdomen.
- Perut mengeras
dan sangat nyeri.
g.
Anjurkan
me
masukan
cairan
minimal 2500 ml/24
jam dan diet tinggi
kalori
serta
membatasi aktifitas. Koitus
dapat
merangsang produksi
h. Anjurkan ibu untuk prostaglandin
tidak
melakukan eningkat
sehingga
hubungan
seksual dapat
terjadi
dengan
suami rangsangan
pada
sampai kehamilan uterus
dan
berusia 20 minggu menimbulkan
(5
bulan)
atau kontraksi.
selama
terjadi
37
perdarahan
Meningkatkan
i.
pemahaman ibu dan
Tanyakan pada ibu pesanan sebelum ibu
tentang pemahaman pulang.
terhadap penjelasan
yang
diberikan.
Lkaukan
pengulangan
bila
perlu.
2.
Tujuan:
setelah a.
Biarkan
pasien Pengekspresian
Tgl 17 Maret 2009.
diberikan askep, ibu
mengekspresikan
perasaan membantu 12.30
Memberiakn
dapat
menunjukkan
perasaan
tentang pasien
kesempatan kepada
hilangnya ansietas.
kondisinya.
mngidentifikasi
ibu
untuk
Kriteria hasil:
Pertahankan
cara sumber ansietas dan
menceritakan
3)
Ibu
yang tenang dan penggunaan respon
perasaanya
dan
melaporkan
efisien.
koping. Pendekatan
riwayat
terjadinya
hilangnya
/
tenang oleh pemberi
perdarahan.
berkurangnya
perawatan
perasaan
menyampaikan
12.40
Menjelaskan
cemas/khawatir.
kepercayaan
dan
kepada ibu bahwa
4)
Ibu
control.
akan
dilakukan
tenang.
5)
Ibu
tindakan VT (periksa
kooperatif dalam b. Jelaskan semua Pengetahuan
apa
dalam).
pengobatan.
tujuan tindakan yang yang
diperkirakan
6)
Postur
Ibu
bercerita
tentang perasaan
cemasnya
saat
terjadi
perdarahan.
Ibu
mau
dilakukan
pemeriksaan
dalam.
38
dikandungnya. Ibu
tubuh rileks.
ditentukan.
7)
Ekspresi
mengatakan
wajah tenang.
sangat ingin punya
c. Motivasi pasien
bayi dan ini adalah
untuk meningkatkan
kehamilan
yang
fase istirahat.
pertama.
O:
Ibu
tampak
gelisah,
saat
dilakukan
pemeriksaan ibu
banyak bertanya
d. Libatkan orang
kepada petugas.
terdekat
sesuai
Ekspresi wajah ibu
indikasi
bila
tampak
tegang,
keputusan
mayor
postur tubuh saat
akan dibuat.
dilakukan
pemeriksaan kaku
dan tegang.
e. Tingktakan rasa
tenang
dan
lingkungan tenang
(tutup gorden pada
saat
pemeriksaan
berlangsung, batasi
jumlah
petugas
dalam
ruangan
pemeriksaan,
nyalakan
kipas
angina,
sediakan
membantu
mengurangi ansietas.
39
3.
Defisit
knowledge
(kebutuhan belajar)
mengenai penyakit,
prognosis
dan
kebutuhan
pengobatan
b/d
kurang informasi.
Data penunjang:
S:
Ibu
banyak
bertanya tentang
kemungkinan bayi
dapat
diselamatkan. Ibu
Tujuan:
setelah
diberikan askep, ibu
dapat
memenuhi
kebutuhan
belajar
secara
mandiri,
memahami
penyakit
dan pengobatan yang
diberikan.
Kriteria hasil:
8)
Ibu
memahami regimen
terapeutik
dan
perawatan
yang
diberikan.
Ibu mengatakan
sangat
cemas
denagn
perdarahan yang
terjadi dan takut
kalau
bayinya
meninggal.
Ibu
mengatakan
perdarahan terjadi
tiba-tiba dan ibu
tidak
tahu
sebabnya.
40
juga
bertanya
tentang pantangan
yang
harus
dilakukan supaya
bayinya selamat.
Ibu
berkali-kali
mengatakan
sangat ingin punya
bayi.
O:
Ibu
banyak
bertanya kepada
petugas
dan
mahasiswa.
Pendidikan
ibu
SMA, ibu tidak
bekerja. Ibu baru
menikah 6 bulan,
ini
adalah
kehamilan
pertama dan usia
ibu 23 tahun.
9)
Ibu
yang nyata, jawab
kooperatif terhadap
pertayaan
dengan
tindakan pengobatan
jelas.
dan perawatan yang
diberikan.
10)
Ibu taat c. Berikan pedoman
antisipasi
pada
terhadap
program
pasien
tentang
pengobatan
dan
perawatan
yang
protocol
diberikan.
pengobatan,
hasil
yang
diharapkan,
kemungkinan janin
dapat dipertahankan.
Bersikap
jujur
dengan pasien.
d.
e.
Orientasikan
klien/keluarga thd
prosedur rutin dan
aktifitas. Tingkatkan
partisipasi
bila
mungkin.
informasi
yang 13.30
diperlukan
selama - Mendiskusikan
waktu menyerapnya.
dengan ibu dan suami
tentang penyakit yang
diderita
ibu
dan
Pasien
mempunyai
kemungkinan
bayi
hak untuk tahu dan
dapat dipertahankan.
beraprtisipasi dalam - Menjelaskan beberapa
mengambil keputusan
hal yang perlu ditaati
tentang
perawatan
oleh ibu dan suami
dan pengobatan yang
yaitu:
diterima. Informasi - Periksa teratur sesuai
akurat dan detail
petunjuk
yang
membantu
diberikan.
menghilangkan rasa - Tidur miring ke kiri.
takut dan ansietas.
- Tidak
hubungan
seksual selama
5
Perkiraan
dan
bualn kehamilan.
informasi
dapat
- Makan makanan yang
menurunkan
bergizi.
kecemasan pasien.
- Lebih
banyak
istirahat.
Dorong
kemandirian,
perawatan
diri,
libatkan
keluarga
secara aktif dalam
perawatan.
Peningkatan
kemandirian
dari
pasien dan keluarga
meningkatkan
rasa
percaya
diri dan
13.45
Melakukan
evaluasi sebelum
ibu pulang tentang
pemahaman
ibu
mengenai
41
kemampuan
untuk
melakukan
perawatan
f. Lakukan evalausi
sebelum pulang ke diri secara aktif.
Membantu
dalam
rumah
sesuai
transisi ke lingkungan
indikasi.
rumah
dengna
memberikan
informasi
tentang
kebutuhan perubahan
pada situasi fisik,
penyediaan
bahan
yang diperlukan.
penjelasan
yang diberikan.
sudah diberikan.
42
43
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan
sistem reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka berdasarkan pengamatan dan asuhan
yang telah diberikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi pembahasan yaitu:
4.1 Pengkajian
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada ibu hamil
dengan abortus adalah melakukan pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga
dalam merumuskan data fokus yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah.
Namun hal tersebut agak sulit dilakukan mengingat mobilitas pasien yang datang
berkunjung ke poliklinik sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap
dan sistematis pun sulit untuk didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah
siang (pukul 12.30 WIB) sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus
yang cenderung timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori asuhan keperawatan mengenai ibu dengan abortus, dalam
merumuskan diagnosa keperawatan ada beberapa kendala yang kami hadapi, yaitu tidak
adanya literatur mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus sehingga
perumusan diagnosa keperawatan diadopsi dari beberapa literatur yang ada yang
disesuaikan dengan permasalahan yang mungkin timbul.
Sementara dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada ibu hamil
dengan abortus, hanya 3 diagnosa keperawatan yang diangkat dengan alasan:
1. Pengkajian yang dilakukan hanya sesaat pada saat pasien datang dan pengkajian
dilakukan dengan lebih memfokuskan pada permasalahan yang ditemukan oleh
mahasiswa yang dihadapi oleh ibu pada saat datang berkunjung.
2. Beberapa diagnosa keperawatan seperti nyeri, resiko defisit volume cairan, kelemahan
dan resiko terjadi infeksi tidak diangkat karena data yang menunjang terhadap
timbulnya diagnosa tersebut tidak ditemukan.
36
44
45
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1. Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada
trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung
mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam
kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat
berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.
2. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara
komprehensif meliputi seluruh aspek bio psiko sosial dan spiritual karena
kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandungnya.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang
sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan
praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.