Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup
keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan
perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).
Pada pasien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah perubahan ukuran tubuh, berat
badan yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti
operasi dan suntikan daerah pemasangan infus. Perubahan struktur, sama dengan
perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh. perubahan
fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh, keterbatasan gerak,
makan, kegiatan, penampilan dan cara merias diri berubah, pemasangan alat pada
tubuh pasien (infus, traksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain)
(Harnawatiaj, 2008).
Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental
seseorang
terhadap
bentuk
dan
ukuran
tubuhnya,
bagaimana
seseorang
mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan
7
terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain
terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu
benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil
penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009).
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya
dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan
menigkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat
mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien
terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat,
1998).
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan
potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah
kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap
dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:
a)
b)
aspek
Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang
lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap
dirinya.
d)
Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga
diri.
e)
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat
mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).
1.2
persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh yang tertanam dan
dibentuk dalam konteks sosial budaya kita tidak hanya menyediakan rasa diri, citra
tubuh juga mempengaruhi bagaimana kita berpikir, bertindak dan berhubungan
dengan orang lain, yang tiba-tiba perubahan dalam satu penampilan fisik sebagai
hasil dari pekerjaan yang berhubungan dengan amputasi dapat hadir signifikan dan
kompleks sebagai tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif
tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan
perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.
Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
individu
boleh
juga
menyatakan
perasaan
ketidakberdayaan,
keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat
merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh
diri. (Kozier, 2004).
1. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
1.3
1.5
Tanda
dan
gejala
gangguan
citra
tubuh
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat
dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang
telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008).
1.6
Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah
diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon
pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan
pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).
1.7
Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa
potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor
kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh
yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan
dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).
1.8 Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai
1.9
Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat
(pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang
terjadi, mampu mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998).
Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut:
1) Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan
atau pada saat stoma telah ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan
sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan
Pengertian Amputasi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi seperti fraktur multiple organ
tubuh yang tidak mungkin diperbaiki, kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin
diperbaiki, gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang
berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, adanya tumor pada
organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif, deformitas organ (
Harnawatiaj, 2008).
2.3.
Tipe amputasi
2.3.1 Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Yang memerlukan
tekhnik aseptik ketat dan revisi lanjut.
2.3.2
Amputasi Tertutup
Amputasi
tertutup
dilakukan
dalam
kondisi
yang
lebih
memungkinkan dimana dibuat skait kulit untuk menutup luka yang dibuat
dengan memotong kurang lebih 5 m di bawah potongan otot dan tulang.
Berdasarkan pelaksanaannya, amputasi dibedakan menjadi:
a) Amputasi Selektif/ Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternative terakhir.
b) Amputasi Akibat Trauma
Amputasi akibat trauma merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah
2.4.
Penatalaksanaan
2.4.1 Tingkat Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan
berdasarkan dua faktor yaitu peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan
fungsional.
2.4.2
Sisa Tungkai
a. Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi, menghasilkan sisa tungkai yang tidak nyeri tekan,
dengan kulit yang sehat untuk penggunaan protesis.
2.5.
Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.
Karena adanya pembuluh darah yang besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan
massif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah
buruk atau terkontaminasi luka setelah amputasi traumatika, dimana risiko infeksi
meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostetis dapat
menyebabkan kerusakan kulit ( Suzane & Brenda, 2001).
Kejadian klinis umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan untuk
kebanyakan pasien adalah sensasi fantom limb. Rasional untuk fenomena ini tidak
jelas tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun
jarang, sensasi fantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan
intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf
listrik atau eksisi neuroma (Engram, 2000).
2.6.
Indikasi Amputasi
Adapun indikasi amputasi yaitu penyakit vascular perifer yang tidak dapat
direkonstruksi dengan nyeri iskemik atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi
lagi, nyeri atau infeksi yang tidak dapat di toleransi lagi dalam pasien yang
tidak dapat bergerak dengan penyakit vaskuler perifer, infeksi yang
menyebar secara luas dan tidak responsive terdapat terapi konservatif, tumor
yang responsnya buruk terhadap terapi nonoperatif, trauma yang cukup luas
sehingga tidak memungkinkan untuk direparasi.
2.7.
Prosedur
2.7.1 Amputasi ibu jari kaki: Tingkat transfalangeal dapat digunakan jika
nekrosis terletak dari distal ke proksimal sendi interfalangeal.
2.7.2 Amputasi transmetatarsal: Prosedur ini digunakan jika nekrosis
memanjang dari proksimal ke proksimal sendi interfalangeal, tetapi
distal dari kaput metatarsal pada permukaan plantar. Flap plantar
panjang sering digunakan, memotong tulang metatarsal pada posisi
tengah.
2.7.3 Amputasi syme: Prosedur ini biasanya digunakan jika kaki telah
hancur
oleh trauma.
Amputasi
ini
menyelamatkan panjang
dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan
tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri pasien dengan
meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien
terhadap rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan
identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama
dan bersama-sama dengan pasien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan
pemilihan koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum
seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan
dengan pasien setelah pasien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu
sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri pasien untuk berusaha berbuat yang baik
bagi kesehatan dirinya. (Harnawatiaj, 2008).