You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)
DI RUANG
RUMASAKIT PERMATA MEDIKA

Persiapan Praktek Ruang

Tanggal Praktek

Nama Mahasiswa

: ALFA CHOIRUL FATAH

NIM

: G2A010006

Nama Pembimbing

Tanda Tangan Pembimbing

PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES


UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG
2014

A. DEFINISI
Suatu penyakit demam akut disebabkan oleh virus yang masuk kedalam
tubuh melalui gigitan nyamuk apecies Aides Aegypti yang menyerang pada anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan: demam, nyeri otot dan sendi,
manifestasi

perdarahan

dan cenderung

menimbulkan

syok

yang

dapat

menyebabkan kematian. (Hendaranto, Buku ajar IPD, FKUI, 1997, hal 417).
B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II,
sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping
pula Aedes albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri:
1.

Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap

2.

Warnanya hitam dan belang-belang

3.

Menggigit pada siang hari

4.

Gemar hidup di tempat tempat yang gelap

5.

Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia

6.

Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi,

drum penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak
bersentuhan dengan tanah.
7.

Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari.

C. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai
dengan demam, sakit kepala, muak nyeri otot, pegal disekitar tubuh, hiperemia di
tenggorokan, suam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu kelainan dapat
terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler ehingga cairan
keluar dari intraseluler ke ekstraseluler. Akibatnya terjadi pengurangan volume
plasma, penurunan tekanan darah, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Plasma meembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau kurang. Bila renjatan hipopolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma tidak segera diatasi, maka akan terjadi anorekma jaringan,
asidosis metabolik, dan kematian.
( Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995 )
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke
dalam kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 5 hari diikuti oleh demam ,
sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 7 hari kemudian
turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya
demam , gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri
punggung , nyeri tulang dan persendian , nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.

3.Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit , dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat
dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan
terjadinya renjatan pada penderita.
4. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita ,
dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada
ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok
terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.
Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah
sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.
5. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum , muntah muntah , diare maupun obstipasi dan kejang
kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya
perdarahan gastrointestinal dan syok.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )
E.Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah
dengan

pasien

lain,

seyogyanya

pada

kamar

yang

bebas

nyamuk.

Penatalaksanaannya adalah:
1.

Tirah baring

2.

Makanan lunak

Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan munum banyak 1,5-2 liter /24 jam
(susu,air gula, sirop)

3.

Medikamentosa yang bersifat simtomatis

4.

Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder

5.

Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan yaitu:


a.

Keadaan umum memburuk

b.

Hati makin membesar

c.

Masa perdarahan memanjang

d.

Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.

6. Terapi untuk pengganti cairan yaitu:


a)

DBD tanpa renjatan

v Minum banyak 11/2 liter perhari


v Cairan intravena bila :
Penderita muntah-muntah terus
Intake tidak terjamin
Pemeriksaan berkala Hmt cenderung meningkat terus.
Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.
b)

DBD dengan renjatan

v Derajat IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL sampai nadi teraba


serta tensi terukur, biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.
v Derajat III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan tetesan 20 mL/KgBB/
jam. Setelah renajatan teratasi:
Tekanan sistol > 80mmHg
Nadi jelas terasa
Amplitudo nadi cukup besar.
v Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama 4-6 jam. Bila keadaan
umum baik, jumlah cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis RL: Dextrose 5%
=1:1. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan.

F. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a.

Aktivitas/istirahat

Malaise
b.

Sirkulasi

Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba
Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit
c.

Eliminasi

Diare atau konstipasi


d.

Makanan/ cairan

Anoreksia, mual, muntah


Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine, oligouria, anuria.
e.

Neurosensori

Sakit kepala, pusing, pingsan


Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium.
f.

Nyeri/ Ketidaknyamanan

Kejang abdominal, lokalisasi area sakit


g.

Pernapasan

Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil


h.

Penyuluhan/ pembelajaran

Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan.

2. PATHWAY

Virus Dengue

Masuk Tubuh Manusia


Melalui Gigitan Nyamuk
Aides Aigepty

Virusemia

Peningkatan
permeabilitas dinding
kapiler

Infeksi
Ifeksi

Demam ditandai
dengan sakit
kepala, mual, nyeri
otot disekitar
tubuh, hiperemia
tenggorokan

Cairan keluar dari


intra vaskuler ke
ekstra vaskuler

Kelainan sistem
retilkulo
endothelial
Nyeri ulu hati
hati

Volume plasma
Trombosit
Hipotensi,
hemokonsentrasi,
hipotermia,efusi,

Renjatan ( Syoki Hipovolemik )

(Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995 )

Perdarahan

Limpa

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi.

2.

Resiko terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan yang berlebihan

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake makanan yang tidak
adekuat akibat mual , muntah , sakit menelan dan tidak nafsu makan.

4.

Resiko kurang volume cairan vaskuler b.d pindahnya cairan dari intra
vaskuler ke ekstra vaskuler.
(Carpenito, Lynda Juall. 2001 )

4. INTERVENSI
Diagnosa
Peningkatan
tubuh

b.d

Tujuan
Intervensi
Rasional
suhu Suhu tubuh pasien akan 1.
Kaji suhu dan tanda- 1.
proses kembali normal setelah

infeksi

dilakukan

tanda vital setiap jam

tindakan 2.

keperawatan selama 2 x

Berikan

hasil :

4.

Anjurkan

berlebihan

suhu

yang

3.

yang

Meingka
tkan hidrasi

4.

menyerap

Menurun
kan suhu tubuh

keringat
6.

perdarahan

kan

pasien

pakaian
dan

Menurun
meningkat

Lakukan tirah baring

tipis

Pasien
tidak gelisah

hipofolemik

2.

memakai

37 C

terjadi

tubuh

Anjurkan pasien untuk

pasien antara 36 5.

Resiko

kompres

banyak minum
Suhu

u perubahan suhu

hangat

24 jam , dengan kriteria 3.

Memanta

syok

Ganti pakaian dan alat


tenun jika basah.

b.d

1.

yang Resiko terjadinya syok 1.

Observasi

Memanta
u kondisi pasien

hipovolemik berkurang

keadaan umum dan tanda-

selama

setelah

tnda vital

perawatan

tindakan

dilakukan
keperawatan 2.

selama 2 x 24 jam ,

dan

Puasa

makan

minum

pada

terutama

masa
saat

terjadi perdarahan

dengan kriteria hasil :

perdarahan saluran cerna

untuk memastikan
tidak

Tanda

terjadinya

tanda viotal stabil

pre syok / syok

dalam batas normal

pada pasien.

2.

Ht dalam

Puasa

batas normal 37

membantu

43 %

mengistirahatkan

saluran pencernaan

Pasien

untuk

terlihat tidak gelisah

sementara

selama perdarahan
Perubahan

nutrisi

berasal

kurang dari kebutuhan

dari

saluran cerna.

b.d intake makanan


yang tidak adekuat , Kebutuhan
nutrisi
akibat mual , muntah , pasien akan terpenuhi
sakit menelan dan setelah
dilakukan

1.

tidak nafsu makan

2.

tindakan

keperawatan

Anjurkan
makan

pasien

dengan

1.

porsi

supan nutrisi pasien

kecil tapi sering.


Kolaborasi

selama 3 x 24 jam ,

dokter

dengan kriteria hasil :

melaksanakan

medik

Pasien
dapat menghabiskan
porsi makanan yang

sedikit demi sedikit


dengan
dalam

terpenuhi
2.

Resiko
volume

kurangnya
cairan

engurangi mual ,

tentang

sakit menelan dan

pemberian infus makan ,

tidak nafsu makan

antisida dan antimedik

pasien.

Berat
badan pasien stabil

b.d

pindahnya cairan dari


intra

vaskuler

ekstra vaskuler.

ke

Resiko

kurangnya

volume cairan dalam

program

dihidangkan

1.

Anjurkan
pasien
minum

untuk

banyak
1.

tubuh

pasien

akan

berkurang

setela

dilakukan

tindakan

keperawatan selama 3 x

2.

Pantau
masukan dan pengeluaran
; catat berat jenis urine.

3.

Kolaborasi

24 jam , dengan kriteria

dengan

hasil :

pemberian infus.

Volume cairan dalam

dokter

tubuh bertambah
2.
Memberikan

dalam

perkiraankebutuhan
akan

cairan

pengganti , fungsi

Pasien

ginjal

dan

kekurangan volume

keefektifan

dari

cairan vaskuler yang

terapi

ditandai

diberikan.

tidak

mengalami

dengan

tanda tanda vital

3.

stabil dalam batas

Meningkatan

normal

produksi

urine > 30 cc / jam.

Pasien
tidak merasa haus ,
mukosa mulut tidak
kering.

cairan tubuh.

yang

intake

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku K\efdokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGVC.
Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna, 1991, Proses keperawatan, EGC.
Effendy, Christantie, 1995, Perawatan pasien DHF, EGC:

You might also like