Professional Documents
Culture Documents
ANALISA SAMPAH
A. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan masalah klasik yang terjadi di Indonesia, terutama di kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan lainnya. Meskipun pada masing-masing
daerah sudah ada dinas khusus yang menangani sampah, namun hal ini tidak lantas
menjadi jawaban yang akan menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di kota-kota
tersebut. Permasalahan sampah ini juga semakin diperparah dengan tingginya angka
pertumbuhan penduduk kota yang salah satunya juga disebabkan oleh tingginya angka
urbanisani. Hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan
permasalahan tekanan penduduk terhadap daya dukung lingkungannya seperti meluasnya
pemukiman kumuh, menumpuknya sampah, terbatasnya ruang terbuka hijau, dan
pencemaran lingkungan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud tujuan dari praktikum Analisis Sampah ini adalah untuk mengetahui
komposisi sampah, densitas sampah, kadar air dan kadar volatil sampah.
C. LANDASAN TEORI
Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen
yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen
(%) ( Azka,2006 ). Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sampah Organik
Sampah Organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran,
daun-daun kering dan sebagainya. Sampai saat ini diolah lebih lanjut menjadi kompos
( Departemen Kehutanan, 2004 ).
2. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik wadah
pembungkus makanan,kertas, plastik mainan,botol dam gelas minuman, kaleng, kayu
dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku
dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik dapat dijual adalah
plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca,dan kertas koran, HVS, maupun karton.
Dinegara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah
organik, sebesar 60-70% dan sampah anorganik 30% ( Departemen Kehutanan, 2004 ).
Densitas Sampah
Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas sampah
akan berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap penimbunan hingga
pembuangan akhir. Densitas sampah yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak
pengelolaan sampah kota adalah densitas sampah pada kontainer penyimpanan sementara
dan densitas pada lahan urug ( Ardan,2008 ).
Kadar Air Sampah
Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan frekuensi
pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh komposisi
sampah yang dikandungnya ( Azkha,2006 ).
Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran dapat berlangsung efektif
dan efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga tergantung pada besarnya
kadar air sampah. Apabila kadar air sampah tinggi, maka energi yang diperlukan untuk
pengeringan dan pembakaran juga tinggi. Selain tergantung pada kadar air sampah,
besarnya energi yang diperlukan juga tergantung pada kandungan energi sampah.
Kadar Volatil Sampah
Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar
efektifitas pengurangan (reduksi) sampah menggunakan metode pembakaran berteknologi
tinggi ( Incenerator ). Kadar abu merupakan sisa proses pembakaran pada suhu tinggi.
Dengan penentuan kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran
tersebut ( Azkha,2006 ).
Materi volatil pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada
temperatur 600C dimana bagian volatil sampah akan terpijar dan menguap
Ruslinda,2006 ).
Data pengukuran kadar volatil ini juga diperlukan untuk merencanakan teknologi
pembakaran sampah untuk menentukan apakah sampah sapat terbakar dengan sendirinya
atau memerlukan bahan bakar bantu seperti minyak dan gas untuk membuatnya terbakar
seluruhnya ( Ruslinda, 2006 ).
D. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini ada dua jenis, yaitu :
1. Sampah Organik ( sampah daun dan sampah kulit buah )
2. Sampah Anorganik ( sampah kertas, sampah plastik makanan dan plastik kresek )
E. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
1. Gelas Beaker
2. Oven
3. Cawan Porselin besar
4. Cawan Porselin kecil
5. Timbangan digital
6. Timbangan manual
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2 gr.
Percobaan
Data Pengamatan ( gr )
363,5
248,94
114,56
96,56
b. Anorganik
18
Percobaan
Data Pengamatan
363,5 gr
248,94 gr
500 ml
Percobaan
77,8
123,9
96,9
Percobaan
Pengamatan (gr)
10,87
12,87
12,2
H. PERHITUNGAN
a. Penentuan Komposisi Sampah
Diketahui :
Berat sampah keseluruhan
114,56
gr
= 0,11456
96,56
gr
0,09656 kg
18
gr
0,018
Ditanya
Jawab
% Sampah Organik
x 100%
100%
= 84,3 %
% Sampah Anorganik
x 100%
x 100%
= 15,7 %
500
= 248,94
gr
= 363,5
gr
Berat sampel
= 363,5 gr - 248,94 gr
= 114,56 gr
= 0,11456 kg
Ditanya
: Densitas Sampah ?
ml = 0,5 lt
kg
kg
Jawab
Densitas Sampah
=
=
= 0,22912 kg/lt
= 77,8 gr
Jawab
% Kadar Air
x 100%
100 %
=
= 58,6 %
% Kadar Kering
= 10,87 gr
= 12,2 gr (b)
Ditanya
Jawab
% Kadar Volatil
=
=
x 100%
100 %
= 33,5 %
% Kadar Abu
I. PEMBAHASAN
Sampah organic dan anorganik yang dijadikan sampel berupa sampah sayur yang
berasal dari sekitar laboratorium. Perlakuan awal sampel adalah pengecilan ukuran
sampel kemudian ditimbang sehingga diketahui komposisi sampah organik sebesar 84,3
% dan sampah anorganik sebesar 15,7 %. Kemudian untuk penentuan densitas sampel
sampah dipadatkan di dalam gelas beaker sehingga diperoleh nilai densitas sampah
sebesar 0,22912 kg/lt. Selanjutnya dilakukan penentuan nilai kadar air sampah dengan
cara memasukkan sampel sampah ke dalam oven selama
nilai kadar air sampah sebesar 58,6 %. Berarti sekitar setengah dari berat total sampah
yang dijadikan sampel tersebut adalah terdiri dari air. Selanjutnya sampel ditumbuk untuk
mengetahui kadar volatil sampah. Setelah ditimbang dan dilakukan perhitungan diperoleh
kadar volatil sampah sebesar 33,5 %. Hal ini menandakan bahwa sepertiga sampel yang
digunakan mengandung bahan-bahan organik yang mudah hancur dan menguap apabila
dipanaskan.
J. KESIMPULAN
Menurut SNI nomor19-7030-2004 mengenai standar kualitas dari kompos, kadar
air maksimum yang diperbolehkan dalam kompos adalah 50 %, sedangkan dari percobaan
yang dilakukandidapatkan hasil kadar air dalam sampah adalah 58,6 % sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampah sayuran yang digunakan sampel tidak layak digunakan
sebagai kompos.
K. LAMPIRAN
1. Laporan Sementara
2. Flowchart
3. Foto Alat Praktikum
4. Foto Langkah Kerja