Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .
BAB 1 PENDAHULUAN .
19
BAB 4 DISKUSI
24
DAFTAR PUSTAKA .
25
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah atas berkat dan rahmat allah SWT saya telah menyelesaikan laporan
kasus tentang DEMAM THYFOID
Laporan kasus ini di susun untuk melengkapi tugas sebagai syarat dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
universitas malahayati lampung, di RS Prof. Dr. Boloni medan sumatra utara.
Dalam kesempatan kali ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari :
1. dr. Leonardo B. Dairi Sp.PD KGEH
2. semua pihak yang ikut ambil bagian dalam pengerjaan laporan kasus ini.
Sebelumnya saya ingin meminta maaf jika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini,saya
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Sekian dari saya selaku penulis,saya harap makalah saya yang tidak sempurna ini
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan kita bagi masa yang akan datang,amin.
Wasalamualaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi. Di indonesia, saat ini penyakit demam tyfoid masih merupakan
penyakit endemik,terutama di kota-kota besar yang padat penduduknya, seperti halnya
dinegara-negara yang sedang berkembang lainnya. Hal ini berhubungan erat dengan keadaan
sanitasi, kebiasaan higiene yang tidak memuaskan dan tingkat pendidikan yang rendah.
Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang No.6 Tahun
1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang
mudah menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
Penderita anak biasanya berumur di atas satu tahun. Etiologi demam thypoid adalah kiman
salmonella typhi, basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, dan tidak berspora.
Ada dua sumber penularan salmonella typhi, yakni pasien dengan demam typoid dan lebih
sering adalah pembawa. Orang-orang tersebut mengekskresi sampai kuman per gram tinja.
Didaerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan yang tercemar oleh
pembawa merupakan sumber penularan yang paling sering. Pembawa adalah orang yang
sembuh dari demam typoid dan masih terus mengekskresi salmonella typhi dalam tinja dan
air kemih selama lebih dari satu tahun, masa tunas demam tyfoid belangsung 10 sampai 14
haru. Gejala yang timbul bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia,
tetapi juga daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, gambaran penyakit bervariasi
dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit khas dengan
komplikasi dan kematian.
BAB 2
LAPORAN STATUS
Umur : 16 Thn
Jenis Kelamin :
Perempuan
Pendidikan : SLTA
Jenis Suku : -
No. Telepon : -
Agama : islam
Dokter Muda
: Iin Rosalina
Dokter
Tanggal Masuk:
ANAMNESIS
Heternomentesi
s
Automentesis
: Demam
Deskripsi :
Os datang ke RSU.Prof.Dr.Boloni medan
dengan keluhan demam 5 hari yang lalu, demam naik turun, demam biasanya meningkat pada
sore menjelang malam hari,turun pada pagi hari,os juga mengeluh sakit kepala, batuk,lidah
terasa pahit, mengigil, dan berkeringat dingin.
Os juga merasa mual,seperti ingin muntah, nafsu makan menurun,sendi-sendi terasa ngilu
dan badan terasa pegal-pegal. BAB(+) lunak . BAK normal. OS juga mengatakan aktif dalam
kegiatan pramuka dan bela diri sehingga jarang mengontrol kebersihan diri dan kebersihan
makanan yang dimakan.
RPT
RPO
:-
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Alergi
Riwayat imunisasi
Tahun
Bahan / obat
Gejala
Tahun
Jenis imunisasi
-
Hobi
: mengikuti pramuka
Olah Raga
: latihan karate
: (-)
Minum Alkohol
: (-)
Abdomen :
Simetris
Kulit:
Normal
Mata:
Hematologi:
Normal
Telinga:
Endokrin/metabolik:
Hidung:
Musculoskeletal :
Sistem saraf:
terasa sakit
Pernafasan :
Emosi :
Terkontrol
Jantung :
Vaskuler :
DISKRIPSI UMUM
Ringan
Gizi
Sedang
Berat
BB : 50 Kg, TB : 160Cm
IMT
TANDA VITAL
Kesadaran
Compos mentis
Deskripsi:
Bicara dengan baik dan jelas
Nadi
Frekuensi 80 x/i
Tekanan darah
Berbaring:
Duduk:
Temperatur
Aksila: 38,8 C
Pernafasan
Frekuensi: 20 x/menit
Deskripsi: reguler
KULIT
TELINGA
HIDUNG
THORAX
Depan
Belakang
Inspeksi
Simetris fusiformis
Palpasi
SF ka=ki,
SF ka=ki,
Perkusi
Sonor
Sonor
JANTUNG
Batas Jantung Relatif Atas
Kanan : LSD
Kiri
Auskultasi
Palpasi
: undulasi (-)
Perkusi
PINGGANG
Ballotement (-), Tapping pain (-)
EKSTREMITAS:
Superior: edema (-)/ (-), eritema palmaris (-)
Inferior : edema (-)/ (-)
ALAT KELAMIN:
tidak dilakukan pemeriksaan
REKTUM
tidak dilakukan pemeriksaan
NEUROLOGI:
Refleks Fisiologis (+) Normal
Refleks Patologis (-)
BICARA
: Normal
Metabolisme Karbohidrat
KGD sewaktu : tidak dilakukan pemeriksaan
Kimia darah
Liver Function Test
Tidak dilakukan pemeriksaan
Widal test
Titer O : 1/320 (P,A 1/160, P.B 1/320, P.C 1/80)
Titer H : 1/320 (P.A 20, P.B 1/160, P.C 1/80)
URINALISA
Tidak dilakukan pemeriksaan
FESES RUTIN
tidak dilakukan pemeriksaan.
10
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
FOTO THORAKS:
Tidak dilakukan
FOTO POLOS ABDOMEN
Belum dilakukan
11
: Demam
2. ANAMNESIS
Riwayat
Pengobatan,
Riwayat
RPO
:-
12
RENCANA AWAL
Nama Penderita: filza perdana
0 0 6 4 8 7 5 7
Masalah
Rencana
Rencana
Rencana
Rencana
Diagnosa
Terapi
Monitoring
Edukasi
DD:
- Darah rutin
- Bedrest
- Klinis
Menerangkan
- DEMAM
- urine rutin
- Diet MB
- Laboratorium
dan menjelaskan
- widal test
- IVFD RL 20 gtt/i
keadaan,
- tinja
- Inj. Ranitidine
penatalaksanaan
1amp/12jam
dan komplikasi
-inj.novalgin 1
penyakit pada
amp/8 jam
pasien dan
THYPOID
- MALARIA
- DBD
keluarga
13
P
Tgl.
- Demam
Terapi
ik
- bedrest
29/5/2
Sens: CM
013
frekuensi naik
turun,naik pada
HR: 84 x/i
- IVFD RL 20 gtt/ i
RR: 22 x/i
- Inj ranitidine 1
menurun pada
T : 38,1 C
Thypoid
Diagnost
- Diet MII
amp/12 jam
pagi hari
- Inj.novalgin 1
(+),menggigil(+),
P. Fisik:
berkeringat (+),
Thorax:
mual(+),
I: simetris
pusing(+), nyeri
P: SF kanan=kiri
sendi(+), sakit
P: sonor
tenggorokan(+,
A: SP: vesikuler
batuk(+),
ST: -
amp/8 jam
muntah(-)
P.fisik abdomen:
I: simetris
A:peristaltik(+)N
Per: Timpani
- Demam
- bedrest
30/5/2
Demam (+),
Sens: CM
013
frekuensi naik
HR: 96x/i
- IVFD RL 20 gtt/ i
RR: 20 x/i
- Inj Ceftriaxon 1
menurun pada
T : 38 C
Thypoid
- Diet MII
gr/12 jam
pagi hari
- Omeprazol 2x1
(+),menggigil(+),
- Paracetamol 3 x1
berkeringat (-),
P. Fisik thorak :
- ambroxol syr
mual(+),
3xC1
pusing(+), nyeri
sebelumnya
sendi(+), sakit
14
tenggorokan(-),
P.fisik abdomen :
batuk(+),
I: simetris (+)
muntah(-), BAB
A:peristaltik(+)N
(+) mencret
Per: tympani
Frekuensi 2x,
ampas > air, BAK
(+)
- Demam
- bedrest
31/5/2
Demam (+),
Sens: CM
013
frekuensi naik
HR: 82 x/i
- IVFD RL 20 gtt/ i
RR: 22 x/i
- Inj Ceftriaxon 1
menurun pada
T : 37,9 C
pagi hari
- Omeprazol 2x1
(+),menggigil(+),
toung(+)
-Paracetamol 3 x1
Thypoid
- Diet MII
gr/12 jam
berkeringat (-),
- ambroxsol syr
mual(+), muntah
P. Fisik thorak :
nyeri sendi(+),
sebelumnya
3 x C1
sakit
tenggorokan(-),
P.fisik abdomen :
I: simetris,
A:peristaltik(+)N
Per: tympani
- Bedrest
01/06/
Demam (+),
Sens: CM
2013
frekuensi naik
HR: 98 x/i
RR: 18 x/i
menurun pada
T : 39,8C
pagi hari
(+),menggigil(+),
- Demam
Thypoid
- Diet MII
- IVFD RL 20 gtt/ i
- Inj Ceftriaxon 1
gr/12 jam
- Omeprazol 2x1
-Paracetamol 3 x1
- ambroxsol syr 3 x
15
berkeringat (-),
toung
C1
mual(-), muntah
(-) -, pusing(-),
P. Fisik thorak :
nyeri sendi(+),
sakit
sebelumnya
tenggorokan(-),
batuk (-), , BAB
P.fisik abdomen :
(+) mencret,
I: simetris,
BAK (+)
A:peristaltik(+)N
- Bedrest
Per: tympani
- Diet MII
02/06/
Demam (+),
Sens: CM
Demam
- IVFD RL 20 gtt/ i
2013
frekuensi naik
Thypoid
- Inj Ceftriaxon 1
HR: 98 x/i
RR: 18 x/i
- Omeprazol 2x1
menurun pada
T : 38,8C
-Paracetamol 3 x1
pagi hari
gr/12 jam
- ambroxsol syr
(+),menggigil(+),
berkeringat (-),
toung(+)
3 x C1
mual(-), muntah
(-) -, pusing(-),
P. Fisik thorak :
nyeri sendi(+),
sakit
sebelumnya
tenggorokan(-),
batuk (-), , BAB
P.fisik abdomen :
(+) mencret,
I: simetris,
BAK (+)
A:peristaltik(+)N
Per: tympani
16
03/06/
Demam (-),
Sens: CM
Demam
- Bedrest
2013
menggigil(-),
Thypoid
- Diet MII
berkeringat (-),
HR: 90 x/i
- Tree way
mual(-), muntah
RR: 20 x/i
terpasang
(-) -, pusing(-),
T : 36,2C
- Inj Ceftriaxon 1
nyeri sendi(+),
gr/12 jam
sakit
- Omeprazol 2x1
tenggorokan(-),
toung (-)
-Paracetamol 3 x1
- ambroxsol syr
P. Fisik thorak :
3 x C1
P.fisik abdomen :
I: simetris,
A:peristaltik(+)N
Per: tympani
04/06/
Demam (-),
Sens: CM
-Demam
- Bedrest
2013
menggigil(-),
Thypoid
- Diet MII
berkeringat (-),
HR: 94 x/i
- Tree way
mual(-), muntah
RR: 20 x/i
terpasang
(-) -, pusing(-),
T : 36,5C
nyeri sendi(+),
- Inj Ceftriaxon 1
gr/12 jam
sakit
- Omeprazol 2x1
tenggorokan(-),
toung(-)
-Paracetamol 3 x1
- ambroxsol syr
P. Fisik thorak :
3 x C1
17
P.fisik abdomen :
I: simetris,
A:peristaltik(+)N
Per: tympani
Kesimpulan :
Perempuan , 16 thn, dengan diagnosa Demam Thypoid
Prognosis:
-
Ad Vitam
: dubia ad bonam
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
B. Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O
(somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen
Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.
C. Manifestasi klinik
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam
Tifoid antara lain sebagai berikut :
Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu
pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat
pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh
terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan
kembali normal.
19
Nyeri kepala
Malaise
Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue)
Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Mual, muntah
Neri perut
Nyeri otot
Anoreksia
Hepatomegali, splenomegali
Konstipasi, diare
Penurunan kesadaran
Epistaksis
Bradikardi
Mengigau (delirium)
D. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah melewati
lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe
mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar,
lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder,
kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal).
Masa inkubasi 10-14 hari. (IDAI, 2004)
Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman
tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk
pembuluh darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem
retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening,
hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat
infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001)
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang
biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia
20
primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses
ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan
kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga
terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi
usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001)
Pathway
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
Konstipasi
Motilitas usus
Tukak
Endotoksin
Hepatosplenomegali
Mual, muntah
Hipertermi
Hospitalisasi
PK : Perdarahan
dan perforasi
21
E. Komplikasi
1. Perforasi usus
2. Perdarahan usus
3. Miyocarditis
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fsofat alkali meningkat.
3. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya
menurun.
4. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan
diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu
kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis.
G. Penatalaksanaan
Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu melalui
sonde
Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (pasien dengan
penurunan kesadaran)
Menurunkan demam
Mengawasi komplikasi
Mengelola oksigen
Health education : perawatan di rumah
Memonitor vital sign
22
Medikamentosa
Antipiretik
Antibiotik : cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10
mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg BB/hari,
sefiksim 10 mg/kg BB/hari
Infus D5 %, D10 %, KN 3A
Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora usus
terhadap pemberian antibiotik yang lama).
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran.
Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
Lavemen, Laxantia
Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan
perforasi
Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau kejang.
23
BAB IV
DISKUSI
Teori
Kasus
konstipasi, batuk
splenomegali, hepatomegali.
Bisa normal/Leukositosis/leukopeni
SGOT/SGPT meningkat
24
DAFTAR PUSTAKA
Aru. W. Sudoyo. Dkk, Ilmu Penyakit Dalam, jlid III edisi 5, 2006
Arif Mansjoer
Jakarta, 2000
dkk,
Kapita
Selekta
Kedokteran,
Media
Aesculapius
FKUI
Kesehatan
Anak,
Pusponegoro
dkk,
Standar
Pelayanan
Medis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,
NANDA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
EGC, Jakarta
25
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT DALAM
RSU PROF. DR. BOLONI MEDAN
DEMAM THYPOID
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama
Npm
: Iin Rosalina
: 08310150
27