You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pelajaran-pelajaran atau ilmu-ilmu yang dipelajar, melakukan
percobaan tentunya membantu seorang yang sedang belajar untuk menyerap ilmu
lebih baik. Melakukan pratikum di laboratorium tentunya seorang praktikan harus
mengenal alat-alat yang akan dipergunakan. Pengenalan alat-alat yang akan
dipergunakan dalam laboratorium ini sangat penting guna kelancaran percobaan yang
dilaksanakan diantaranya adalah menghindari kecelakaan kerja dan gagalnya
percobaan serta agar pratikum yang dijalankan dapat selesai tepat waktu atau bahkan
lebih cepat dengan hasil yang memuaskan.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan alat-alat
laboratorium beserta fungsinya dalam praktikum kimia dasar. Praktikan dikenalkan
dengan alat-alat yang ada di laboratorium yang akan dipakai ketika melakukan
percobaan-percobaan. Kemudian praktikan diajarkan cara memakai alat-alat sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Hasil yang didapatkan adalah praktikan dapat
mengenal dan mengetahui alat-alat laboratorium beserta fungsinya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Mengenal alat-alat yang ada di laboratorium kimia.
1.2.2.
Untuk mengetahui fungsi dan bagaimana cara menggunakan alat-alat
kimia yang ada di laboratorium.
1.2.3.
1.3. Manfaat Penulisan
1.3.1.
Bagi peneliti
1.3.1.1.
Menambah pengetahuan tentang alat gelas kimia yang ada di
laboratorium baik dari sisi nama maupun fungsi
1.3.1.2.
Mengembangkan kemampuan dalam melakukan penulisan
karya tulis ilmiah
1.3.2.
Bagi pembaca
1.3.1.3.
Sebagai informasi tambahan tentang alat gelas kimia yang ada
di laboratorium baik dari sisi nama maupun fungsi
1.3.2.1.
Menambah informasi dalam karya tulis ilmiah

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Metode ilmiah lebih dari hanya sekedar pernyataan resmi dan langkah-langkah yang
selalu kita lakukan untuk memecahkan masalah secara logis. Perhatikan misalnya, bagaimana
montir mobil berusaha memperbaiki mobil yang tidak mau hidup mesinnya bila distater.
Mula-mula, penyebab yang jelas dari masalah ini akan dilokalisir dengan cara mengamati
hasil dari satu atau beberapa percobaan. Selanjutnya bagian/alat yang diperkirakan
penyebabnya diganti atau dibetulkan dan kemudian di coba lagi menghidupkan mesin mobil
tersebut. Bila montir tersebut tepat memperkirakan penyebab masalah tersebut, mka
perkerjaan ini selesai. Jika tidak, maka dilakukan percobaan lainnya, kemudian mengganti
dan membetulkannya lagi sampai akhirnya mobil tersebut dapat berjalan kembali. (Braddy,
1995: 2).
Bila kita memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan, kita juga akan
melaksanakan kita juga akan melaksanakan langkah-langkah yang hampir sama seperti ini.
Oleh sebab itu langkah pertama dalam metode ilmu dapat disebut penelitian dan observasi.
Hal ini merupakan tujuan eksperimen yang dibuat di laboratorium dimana sifat-sifat dapat
diteliti dalam keadaan terkontrol, jadi hasil eksperimen itu dapat diulangi atau diiru kembali
(Braddy, 1999: 5).
Eksperimen dan praktek laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains ini.
Bekerja di laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda nyata dan juga
mengamati perubahan yang diamati. Ketika sains bergerak melampaui dunia pengalaman
menuju generalisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan dan peramalan,
pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori.
Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam
pengajaran sains sebagai produk ini (Wahyudi, 2011).
Pengajaran metode sains melalui metode praktik laboratorium dapat berperan sebagai
(Wahyudi, 2011):
1. Untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimensi daripada sekedar penjelasan
tertulis.
2. Persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks
3. Untuk memberkan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan untuk melath
penggunaan alat-alat laboratorium beserta teknik-teknik penggunaannya.
4. Untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah.

Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan praktek
yang beragam dan cocok dalam pemakaian metode praktek laboratorium. Karena sebelum
memulai melakukan praktik di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara
penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta
menerapkan dilaboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan
dalam praktikum (Laboratorium Kimia SMA YPPI, 2011):
1. Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses reparasi
larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai
skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur
larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan miniskus pada saat pembacaan skala.
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup
besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan
kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan
reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir
cairan dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastik. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk
mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan untuk
menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit,
seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7.

Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut.
Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan
untuk memanaskan larutan.

8. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam
jumlah sedikit.
9. Penjepit
Penjepit kayu, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk
membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisipanas.
10. Pipet Tetes
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
11. Buret
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk
menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
Dalam praktikum analis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian. Kerapian
hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot-perabot laboratorium yang permanen
seperti oven, lemari asam dan bak meja. Bahkan korosif yang tumpah harus segera
dibersihkan dari peralatan, bangku ataupun lantai. Penting bahwa saluran pembuangan di
sterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan banyak air (Underwood, 1991: 1).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca yang bisa
dimasuki sikat seperti beker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun, deterjen
sintetik atau pembersih sintetik lainnya. Pipet, buret, tabung reaksi atau labu volumetrik
mungkin memerlukan deterjen panas untuk bisa benar-benar bersih dan hilang atau hilang
semua bekas kotoran yang menempel. Jika permukaan kaca belum membuang airnya secara
keseluruhan, perlu digunakan larutan pembersih yang sifat oksidasinya kuat sehingga dapat
memastikan kebersihan kaca secara keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu dibilas dengan
air kran, kemudian dengan sedikit air suling dan biarkan mengering sendiri tanpa di lap
(Underwood, 1991: 578).
Maksud penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan
kelebihan reagensia. Umumnya digunakan kertas saring yang tekstur kehalusannya sedang.
Tepi kertas saring hendaknya 1 cm dari bagian tepi atas corong (Vogel, 1994: 72).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan percobaan langsung menggunakan
alatnya yaitu percobaan kerts lakmus, pengenceran, titrasi, pengendapan, reaksi
eksotermis.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu
: 24 Oktober 2014 pukul 12.00 14.00
Tempat
: LDB FMIPA Universitas Sriwijaya Indralaya
3.3. Langkah Kerja
1. Pembuatan dan pengenalan suatu gas
a. Ambil sedikit larutan Ammonium Klorida (NH4Cl) 0.1M dan
masukkan dalam tabung reaksi kemudian tambahkan sedikit larutan
NaOH 0.1M
b. Peganglah tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabung,
panaskan sambil digoyang pelan-pelan. Dalam pemanasan mulut
tabung reaksi diarahkan ketempat kosong dan dijaga agar tidak terjadi
percikan-percikan pada larutan
Pengamatan yang terjadi dapat dilakukan dengan dua cara :
Dengan cra membaui. Angkat tabung reaksi dari tempat
pemanasan dan kemudian kipas-kipasan tangan diatas mulut
tabung reaksi didekat hidung, usahakan membaui gas yang
keluar pada jarak yang relative jauh. Jangan pernah langsung
membaui dengan mencium langsung gas yang keluar dari
mulut tabung.
Dengan menggunakan kertas lakmus. Letakkan kertas lakmus
merah dan lakmus biru pada mulut tabung reaksi, usahakan
agar kertas lakmus mengenati zat gas yang keluar
2. Pengenceran dengan labu ukur, ambil 10mL HCl 4M (pengambilan harus
menggunakan alat yang sesuai), masukkan dalam labu ukur kemudian
tambahkan aquadest sampai garis tanda.
3. Titrasi
a. Cucilah buret sampai benar-benar bersih dan pastikan kran buret
terpasang dengan benar, kemudian bilas dengan larutan standar yang
digunakan yaitu NaOH 0.1M
b. Isilah buret dengan larutan standar sampai skala 0
c. Ambil larutan yang akan dititrasi (HCl hasil pengenceran No. 2)
sebanyak 10mL, masukkan dalam erlenmeyer.
d. Tambahkan 2-3 tetes indikator phenolptalin (PP)

e. Teteskan pelan-pelan larutan standar pada Erlenmeyer yang berisi


larutan titran sambil digoyang-goyang sampai terjadi perubahan
warna.
f. Catat volume larutan standar yang digunakan. Ulangi pekerjaan ini 3
kali hitung molartias larutan HCl.
4. Pengenceran asam sulfat pekat, untuk zat yang menunjukkan reaksi
eksotermis seperti H2SO4, maka proses pengenceran dilakukan sebagai
berikut :
a. Ambil 10mL aquadest dengan menggunakan gelas ukur dan
dipindahkan ke gelas beaker 100mL, kemudian ambil 3mL asam
sulfat pekat dengan gelas ukur.
b. Tuangkan Asam sulfat pekat pada aquadest dengan pelan-pelan dan
hati-hati ingat jangan sampat terbalik, perhatikan panas sebelum dan
sesudah penambahan asam sulfat pekat tersebut.
5. Penyaringan, menyaring adalah cara untuk memisahkan suatu endapan dari
suatu larutan. Dalam percobaan ini akan disaring endapan PbSO4 yang dibuat
dari penambahan Pb Acetat pada larutan Asam Sulfat.
a. Ambil 5mL larutan Pb Acetat 0.1M dan masukkan dalam beaker glass
50mL
b. Tambahkan 5mL larutan asam sulfat 0.1 M
c. Saring endapan yang terjadi. Endapan akan tertinggal pada kertas
saring, sedangkan larutannya disebut filtrate.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan pertama didapatkan hasil bahwa kertas lakmus merah menjadi
buru dan kertas lakmus biru tetap biru yang mengindikasikan pH lebih dari atau sama dengan
7, namun tidak tercium aroma ammonia yang mungkin disebabkan faktor Human Error
praktikan. Kemudian pada percobaan kedua didapatkan hasil perhitungan molaritas larutan
HCl dengan rumus V1 . M1 = V2 . M2 setelah pengenceran adalah 0,25M dan tidak terjadi
perubahan apapun kecuali perubahan konsentrasi. Selanjutnya percobaan ketiga didapatkan
molaritas hasil titrasi pada HCl dengan rumus V1 . M1 = V2 . M2 adalah 0,3367M dengan
persentase kesalahan sebesar 25,74%. Pada percobaan keempat terjadi peningkatan suhu pada
system karena terjadinya reaksi eksotermis yaitu kalor dari sistem berpindah ke lingkungan
yang menyebabkan suhu sistem naik. Dan terakhir pada percobaan kelima yang menjadi
endapan adalah PbSO4 dan yang menjadi filtrat adalah CH3COOH

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setiap kali melakukan pratikum kita harus mengenali dan mengerti fungsi dari
alat-alat yang akan digunakan
Adanya perubahan aroma atau wujud atau suhu mengindikasikan adanya
reaksi kimia yang terjadi
Reaksi eksotermis termasuk dalam perubahan suhu
Pengenceran tidak menyebabkan perubahan apapun kecuali konsentrasi
Penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dan larutan
5.2 Saran
Mempelajari terlebih dahulu materi yang akan di praktikkan
Cek dan cuci sampai bersih alat yang akan digunakan dalam praktikum untuk
mencegah adanya kesalahan

DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1994. Kimia Universitas Edisi Kelima. Jilid Pertama. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Day, R.A. Jr and, A. L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi Revisi
Terjemahan. R.Soendoro dkk. Erlangga: Jakarta.
Laboratorium Kimia SMA YPPI. 2011. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Kimia.
http://chemistrylaboratorysma1.blogspot.com/2009/8/pengenalan-alat-alat-laboratoriumkimia.html, diakses tanggal 30 September 2014

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Organik dan Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro
Revisi G. Svehla Terjemahan Ir. L. Setrono dan Dr. A. Haelyana Pudjaatmaka. PT
Kalman Media Pustaka: Jakarta.
Wahyudi,

Adi

Ribut.

2011.

Pengajaran

Sains

di

Laboratorium.

http://yudhiart.blogspot.com/2011/02/pengajaran-sains-di-laboratorium.html,

tanggal 30 September 2014

diakses

You might also like