You are on page 1of 8

RTG, Baterai yang Mampu Hidupkan Wahana NASA Hingga Puluhan Tahun

Umumnya NASA menggunakan dua sumber energi untuk mendukung misi


dari wahana yang diluncurkannya. Sumber energi diperlukan untuk menghidupkan
berbagai instrumen dan sistem elektronik dari wahana itu sendiri. Pertama
adalah Solar Array (Panel

Surya)

dan

RTG (Radioisotope

Thermoelectric

Generators). Seperti yang diketahui bersama bahwa panel surya mendapatkan sumber
energi dari sinar Matahari untuk kemudian dirubah menjadi listrik dan disimpan ke
dalam baterai. Dan khusus kali ini yang akan kita bahas secara lebih detail adalah
RTG.

Sumber listrik radioisotop telah menjadi sumber energi penting dalam misi
ruang angkasa sejak tahun 1961. Reaktor mini ini telah banyak digunakan terutama
oleh Rusia, namun desain yang lebih canggih dan kuat, dikembangkan oleh Amerika
Serikat. Generator Termal Radioisotop (Radioisotope Thermal Generator (RTG))
merupakan sumber listrik utama bagi pesawat dan satelit luar angkasa. Prinsip
kerjanya yaitu mengubah panas yang dihasilkan dari peluruhan Plutonium 238 (0.56
w/g) menjadi energi listrik. Radiasi sinar alpha yang dipancarkan, hanya
membutuhkan perisai yang tipis, sehingga desain yang dihasilkan pun ringan dan
minimalis. Keuntungan dari generator termal radioisotop ini adalah aman, handal dan
tanpa perlu perawatan, yang dapat menyediakan listrik selama beberapa puluh tahun
dibawah kondisi yang sangat keras, terutama dimana tenaga surya tidak
dimungkinkan. Sekitar 25 pesawat luar angkasa telah menggunakan generator termal
radioisotop, termasuk Apollo, Pioneer, Viking, Voyager, Galileo, Ulysses, Misi New
Horizons ke planet Pluto, Misi Cassini ke planet Saturnus serta banyak satelit lainnya.
Perangkat Unit Pemanas Radioaktif (Radioactive Heater Units) digunakan
pada satelit dan pesawat luar angkasa untuk menjaga instrumen didalamnya agar
cukup hangat sehingga dapat berfungsi secara efisien. Out put yang dihasilkan hanya
sekitar 1 watt, dan menggunakan Plutonium 238 seberat 2.7 gram. Unit Pemanas
Radioaktif memiliki ukuran 1 kali 1.3 inci, dan berbobot 1.4 ons. Sebanyak 240 Unit
Pemanas Radioaktif telah digunakan oleh Amerika Serikat dalam US Mars Rover

Spirit dan Opportunity, yang mendarat pada tahun 2004, agar baterai pesawat tetap
berfungsi. Baik Generator Termal Radioisotop maupun Unit Pemanas Radioaktif,
keduanya dirancang untuk bertahan pada fase peluncuran pesawat dan fase kembali.
Badan PBB mengimplementasikan keputusan United Nations Committee on
the Peaceful Uses of Outer Space (COPUOS) melalui United Nations Office for
Outer Space Affairs (UNOOSA), yang menyatakan bahwa sumber tenaga nuklir
pesawat luar angkasa hanya dikhususkan pada pembangkit tenaga listrik non
pendorong (non propulsive purposes), termasuk sistem radioisotop dan reaktor
fisinya. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran terhadap resiko jatuhnya radioaktif
ke bumi yang ditimbulkan akibat serangkaian ledakan nuklir kecil sebagai tenaga
pendorong bila diaplikasikan sebagai propulsi pesawat luar angkasa.
RTG dirancang, dibuat, dan dikembangkan oleh Departemen Energi Amerika
untuk digunakan sebagai sumber energi jangka panjang pada wahana-wahana luar
angkasa. RTG yang disebut juga sebagai baterai luar angkasa (space batteries) atau
baterai Nuklir(nuclear batteries) bisa membuat instrumen dan perangkat elektronik
wahana luar angkasa beroperasi selama belasan bahkan puluhan tahun tanpa harus
diisi ulang. RTG secara umum terdiri dari dua unsur utama yaitu sumber panas
(bahan bakar) yang terdiri dari Plutonium-238 dioksida dan Termoelektrik /
termokopel yang berfungsi untuk merubah panas yang dihasilkan oleh Plutonium-238
dioksida menjadi energi listrik. Konversi panas menjadi listrik bukanlah hal yang
baru melainkan sudah ditemukan 150 tahun lalu oleh ilmuwan Jerman Thomas
Johann Seebeck.
Biasanya sebuah RTG terdiri dari 72 pelet bahan seperti keramik yang
terdapat Plutonium-238 dioksida di dalamnya. Berat total pelet tersebut bisa
mencapai 11 kg.

Pelet Plutonium-238 dioksida.


Selain karena bisa menghasilkan listrik dalam jangka waktu sangat lama,
RTG juga aman untuk digunakan. Pelet dilindungi oleh beberapa lapisan luar dengan
tujuan untuk meminimalkan efek dari hal-hal yang bisa membahayakan seperti
kondisi lingkungan, musibah, dan sebagainya. Plutoniumnya juga dikemas dalam
bahan keramik dalam bentuk dioksida sehingga aman karena tidak larut dalam air dan
kimia reaktif. Jika keluar dari kemasan, Plutonium akan sangat lambat untuk masuk
ke dalam rantai makanan manusia. Biasanya pelet hancur dalam bentuk bongkahan
dan bukan debu sehingga lebih aman. Selain itu pelet Plutonium dlindungi oleh
lapisan Iridium sehingga mampu menahan suhu yang sangat tinggi

RTG dengan 11 kg pelet Plutonium-238 dioksida akan mampu menghasilkan


listrik sebesar 250 Watt pada saat awal beroperasi. Setiap 4 tahun performanya turun
sekitar 5 persen sehingga dalam waktu 10 tahun akan menghasilkan listrik sebesar
200 Watt. Penggunaan RTG sudah sejak lama diterapkan oleh NASA beberapa
diantaranya digunakan pada misi dan wahana yang fenomenal seperti Apollo, Viking,
Cassini, Galileo, New Horizon, Curiosity, Voyager, dan sebagainya. Berikut ini foto
beberapa RTG yang digunakan oleh NASA pada beberapa wahananya:

RTG pada wahana Pioneer 10.

RTG pada wahana Ulysses.

RTG pada wahana Voyager.

RTG pada wahana Curiosity.

RTG pada wahana Viking.

RTG pada wahana Apollo.

RTG pada wahana New Horizon.

RTG PAda wahana Cassini.

Sumber :
http://www.astronomi.us/2014/08/rtg-baterai-yang-mampu-hidupkan-wahana.html
www.solarsystem.nasa.gov/rps/rhu.cfm, www.world-nuclear.org/info/Non-PowerNuclear-Applications/Transport/Nuclear-Reactors-forSpace/#.UYsL5_IVb8g,www.wikipedia.org/wiki/Radioisotope_thermoelectric_generator)

You might also like