You are on page 1of 12

REVIEW PAPER

AKUNTANSI KEPERILAKUAN
THE EFFECT OF BIAS ON DECISION USEFULNESS: A REVIEW OF
BEHAVIORAL FINANCIAL ACCOUNTING RESEARCH

Dosen Pengampu: R.A. Supriyono, Prof., Dr., S.U., CMA.

Oleh Anggota Kelompok 1 :


Deasy Adellia Hadi

(359644)

Desy Ainur Rizki Amirawati

(359451)

Fitria Nurul Jannah

(359596)

Marisanti

(359595)

Verawati Simanjuntak

(359649)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

I. ABSTRAKSI
Paper ini mereview penelitian keperilakuan pada akuntansi keuangan yang diterbitkan
pada 1990-1999. Fokus dari penelitian ini terdapat pada penggunaan informasi keuangan dan
kecenderungan pengguna secara tidak tepat mengintegrasikan informasi keuangan ke dalam
keputusan mereka. Review studi penelitian perilaku akuntansi menyarankan bahwa temuan
pendahulu tidak konsisten atau mungkin bertentangan.
Belum ada dasar teori yang kuat untuk membuktikan adanya peran individu dalam
menjelaskan ketidakmampuan perilaku pengguna laporan keuangan untuk memprediksi laba
dan arus kas secara akurat. Dari penelitian lain secara sistematis menjelaskan bahwa adanya
bias individu dapat memberikan kontibusi untuk pemahaman tentang kegunaan informasi
akuntansi dalam konteks keputusan.

II. PENDAHULUAN
FASB menyatakan bahwa tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna untuk investor, kreditor, dan pihak lain dalam menilai
memprediksi laba dan arus kas. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian McEwen &
Hunton (1999) yang menyatakan bahwa informasi akuntansi tidak berguna dan pengguna
informasi akuntansi tidak bisa menilai informasi akuntansi tersebut dengan akurat. Penelitian
mereka menunjukkan hasil ketidakjelasan dalam penggunaan informasi akuntansi mungkin
disebabkan karena kurangnya informasi, perilaku pengguna, dan kombinasi dari faktorfaktor tersebut.
Ball & Brown (1968) menyatakan serta memberikan bukti bahwa secara agregat atau
keseluruhan informasi akuntansi berguna bagi pasar keuangan. Dengan menggunakan metode
ini, pasar diasumsikan efisien untuk informasi dan penyimpangan yang anomali. Berbeda
dengan paradigma event study dimana anomali muncul sebagai hasil secara individual dan
terkadang perilaku manusia bias cukup luas untuk mempengaruhi harga pasar secara
keseluruhan (agregat). Raghubir dan Das (1999) mengenalkan psikologi terdahulu untuk
analisis anomali yang tidak meniadakan pasar rasional. Pengkajian terkait dengan perilaku
individual memberikan dasar menjelaskan suatu peristiwa dapat terjadi. Heterogenitas
manusia mendasari bias kognitif dan motivasi dalam perilaku pengambilan keputusan
keuangan.
Adanya bias kognitif dipandang sebagai penyimpangan sistematis dari norma karena
kemampuan yang memadai atau kesempatan untuk mengumpulkan atau mengintegrasikan

informasi. Sedangkan bias motivasi berkaitan dengan menciptakan insentif yang mengganggu
dalam mengevaluasi objektivitas peluang atau resiko.
Bamber (1993) melakukan penelitian dan hasilnya) menunjukkan bahwa penelitian
keperilakuan dalam akuntansi keuangan dapat berkontribusi untuk pemahaman tentang
anomali pasar modal dengan berfokus pada individu dalam desain eksperimental yang dapat
mengendalikan variable kognitif dan variable lingkungan. Berdasar pada penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa keterbatasan kognitif dan motivasi juga mempengaruhi
pengambilan keputusan keuangan individu dalam menggunakan informasi akuntansi.

III. AGREGAT VS INDIVIDU


Berdasarkan pada model keuangan keperilakuan dalam melakukan pengambilan
keputusan, harga asset diasumsikan diatur secara agregat oleh investor. Dapat disimpulkan
bahwa timbulnya mispricing menjadi focus bias individu. Berdasarkan Thaler (1999)
menyatakan bahwa perilaku pasar diamati sering tidak konsisten dengan apa yang diprediksi
dipasar efisien.
Berdasar pada penelitian antara akuntansi dan keuangan sering menimbulkan
pertanyaan yang berbeda. Dalam keuangan keperilakuan memiliki kecenderungan untuk
memeriksa pola harga saham dan perdagangan tanpa harus memerhatikan efek jenis
informasi yang spesifik terhadap keputusan, kecuali informasi mengenai harga, resiko, dan
return.
Akuntansi keperilakuan keuangan diinformasikan oleh behavioral finance, yang
memiliki peran berbeda dengan akuntan. Behavioral finance mengkaji pola harga dan
perdagangan saham tanpa memperhatikan dampak informasi terhadap pembuatan keputusan,
sedangkan akuntan lebih berfokus pada dampak informasi keuangan. Maines (1997)
menyatakan bagaimana standar dalam FASB dan IASC dapat mempengaruhi analis dalam
pengungkapan keandalan, kepercayaan dalam meramalkan pendapatan dan valuasi saham,
dan kekuatan rekomendasi saham.
Penelitian juga menemukan bahwa analis melihat pelaporan menjadi lebih bisa
diandalkan ketika eksternal dan internal adalah sama dan ketika produk sejenis digabungkan.
Ashton (1995) mengkatagorikan pengguna utama informasi akuntansi keuangan meliputi
investor dan kreditor saat ini dan potensial, investor non professional, sell-side analysis dan
buy-side analysis. Hasil dari penelitian penelitian tersebut memberikan bukti bahwa adanya
perilaku informasi akuntansi terbukti berguna di dalam melakukan pengambilan keputusan.
Secara umum, studi ini meneliti mengenai kegunaan di dalam berbagai konteks dan
3

menemukan bahwa antara jumlah dan waktu pengungkapan keuangan mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan keuangan. Penggunan informasi keuangan memiliki 2 konsekuensi :
1) Keputusan sering memiliki konsekuensi keuangan dan hal ini berdampak pada banyak
pihak, 2) Pasar dapat menengahi dampak dari pengambilan keputusan individu. Jadi, harga
saham dihasilkan dari interaksi dan pengambilan keputusan banyak individu.

IV. PARADIGMA PERILAKU KEUANGAN


Bounded rationality adalah suatu kondisi bahwa dalam

pengambilan keputusan,

individu mempunyai keterbatasan informasi, kemampuan kognitif, dan waktu. Berdasarkan


paradigma perilaku keuangan, model pemrosesan informasi umum telah ditujukan untuk
mengidentifikasi bias mana yang mungkin masuk dan menyebabkan bias pada pengambilan
keputusan. Raghubir dan Das (1999) mengklasifikasikan bias menjadi kognitif dan
motivasional.
Bias kognitif (cognitive biases) adalah bias yang mempengaruhi proses mental dari
persepsi, penalaran, dan penentuan, sementara bias motivasional tumbuh dari insentif
prakarsa sendiri yang melibatkan evaluasi objektif individu atas peluang atau risiko. Bias ini
meliputi bias persepsi pada informasi yang ada (existing information), bias penerimaan pada
memori jangka panjang, bias integrasi informasi pada banyak sumber, dan bias penentua
kriteria. Selanjutnya, bias motivasional (motivational biases) diklasifikasikan menjadi dua
yaitu langsung dan tidak langsung. Bias langsung adalah yang berhubungan dengan
pengaturan citra diri tertentu (efek kepemilikan, kontrol ilusi, terlalu percaya diri) dan yang
berhubungan dengan peningkatan tahap afektif (optimism, penghindaran penyesalan). Bias
motivasional dapat bersifat tidak langsung dengan efek moderating pada bias perceptual.
Heuristics memiliki pengertian yaitu individu menggunakan strategi (taktik)
sederhana atau rules of thumb dalam pembuatan keputusan (Tversky dan Kahneman, 1973).
Heuristik sendiri merupakan proses yang dilakukan oleh individu dalam mengambil
keputusan secara cepat, dengan menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi saja
(Kahneman, Slovic dan Tversky, 2008). Proses ini mengakibatkan adanya pasar yang tidak
efisien karena seharusnya hara pasar ditentukan melalui proses yang fundamental.
Ada berbagai jenis heuristik, yaitu keterwakilan (representativeness), ketersediaan
(availability), probabilitas dan risiko (probability and risk), anchoring dan adjustment,
persepsi tentang keacakan (randomness); korelasi, hubungan sebab akibat, control, dan
atribusi. Dua macam heuristik, yaitu kekeliruan konjungsi (conjunction fallacy) dan bias
hainsait (hindsight bias). Dua jenis heuristik tersebut dipilih karena jenis heuristik tersebut
4

relatif banyak terjadi, tetapi belum banyak mendapat perhatian dalam penelitian, terutama di
bidang akuntansi dan keuangan di Indonesia. Selanjutnya, shefrin (2000) juga mendiskusikan
pengaruh motivasional pada pembuatan keputusan keuangan menyebabkan pembuatan
keputusan yang bias (frame bias). Review pada penelitian pendahulu menyarankan bahwa
kedua bias, kognitif maupun motivasional berdampak pada penilaian informasi akuntansi
pada konteks penentuan keputusan keuangan. Dalam hal ini, bias individual dapat
berkontributsi pada ketidakmampan pengguna memprediksi laba masa depan dan arus kas
menggunakan informasi akuntansi.
V. PENGARUH BIAS PADA PEMBUATAN KEPUTUSAN : BUKTI DARI
LITERATUR AKUNTANSI
General Information or Perception Biases (Initial Anchoring,
Inadeuate Adjustment, Differential Attention)
Raghubir dan Das (1999,64) mendefinisikan bias perceptual sebagai .sebuah
sistematik penyimpangan pada perilaku seseorang mempersepsikan serangkaian data
dibandingkan dengan deskripsi objektif data tersebut. Bias persepsi meningkat ketika
seorang individu mencari pola dan tren yang dapat menolongnya memprediksi dan
mengendalikan lingkungannya. Hal ini mengakibatkan kemampuan yang tidak sesuai untuk
memproses informasi yang ada.
a. Ciri khas (salience)
Ciri khas yang dimaksud di sini mengacu pada penekanan kontekstual daripada
kejelasan (Haynes & Kachelmeier, 1998, 107). Beberapa studi mengkaji tentang efek
kontekstual pada pengambilan keputusan. Harper et al (1991) secara eksperimen
mengkonfirmasi pembobotan yang tidak tepat dari informasi untuk peminjaman komersial
yang disediakan dengan berbagai metode pelaporan untuk kewajiban yang diasosiasikan
dengan manfaat postretirement yang tidak didanai. Pengguna menerima obligasi dalam
bentuk hutang waktu disajikan sebagai kewajiban daripada didiskusikan sebagai footnote.
Sami & Schwartz (1992) mencatat reaksi yang sama pada perlakuan akutansi dari kewajiban
pension, di mana pengungkapan neraca lebih mudah diintegrasikan daripada pengungkapan
lewat footnote.
Kebalikannya, Davis et al. (1991) tidak menemukan bukti bahwa persyaratan kredit
peminjam dipengaruhi apakah perusahaan menggunakan pembatalan atau pelunasan utang
tradisional. Berdasarkan studi Harper et al. (1991) dan Sami & Schwartz (1992), terdapat
kemungkinan pengaruh informasi berhubungan pengakuan kewajiban apabila subjek percaya

pengakuan

membawa informasi berbeda pada kepastian keluaran kas relatif terhadap

pengungkapan footnote.
Hopkins (1996) mengkaji apakah klasifikasi dari keamanan hybrid (saham preferen
yang wajib diuangkan - mandatory redeemable preffered stock) berdampak pada penilaian
keamanan oleh analis keuangan buy-side. Hirst dan Hopkins (1998) secara eksperimen
mengkaji apakah pengungkapan pendapatan komprehensif di bawah SFAS 130 memfasilitasi
deteksi manajemen laba dan mempengaruhi estimasi nilai analis. Kesimpulannya, konteks di
mana informasi disajikan secara berulang tampaknya berdampak pada pengambilan
keputusan individu. Tapi studi ini secara umum tidak dapat menentukan apa yang akan
muncul sebagai efek konteks adalah hasil dari kontes diinterpretasikan sebagai informasi oleh
subjek.
b. Pembobotan yang tidak sesuai (inappropriate weighting)
Bentuk dari bias persepsi adalah kecenderungan orang untuk menempatkan bobot
pada informasi yang subsequent dan .tingkat basis underweight, relatif apa pembobotan yang
dijelaskan oleh teorem Bayes. Eksperimen lapangan dan laboraturium tidak perlu didesain
untuk mendeteksi pengaruh bias individual pada outcome keseluruhan. Sebaliknya, studi
yang menggunakan pasar eksperimen menawarkan sarana pemeriksaan hubungan antara
perilaku individu dan outcome keseluruhan.
Penelitian akutansi perilaku keuangan berfokus pada pengambilan keputusan kreditor
(termasuk investor), investigasi pembobotan yang tidak sesuai dapat terbentuk sebagai efek
pengambilan keputusan. Contohnya eksperimen yang dilakukan oleh Holt dan Morrow
(1992), menggunakan penilaian risiko, menginvestigasi apakah bank peminjam dan auditor
sesuai dengan teorem Bayes. Hasilnya, auditor terbukti lebih sesuai dengan teori Bayes
(bayesian) daripada bank peminjam dan semakin bayesian dengan semain meningkatnya
pengalaman.
Maines dan Hand (1996) mendokumentasikan pembobotan yang tidak sesuai dari
properti rentetan waktu dari jumlah laba kuartalan. Mereka mencatat bahwa individual
meremehkan hubungan data dan tidak dapat mendeteksi korelasi tingkat rendah. Selanjutnya,
pembobotan yang tidak sesuai pada beberapa kasus beratribusi pada efek pada isyarat
sumber. Kaplan et al. (1990) menyediakan bukti bahwa manipulasi manajemen dapat
berdampak pada kesan pengguna individu di perusahaan. Pada percobaan eksperimenta,
siswa MBA dipengaruhi isi surat presiden untuk perusahaan berkinerja buruk. Bentuk ini
berpengaruh pada pengambilan keputusan keuangan.

Studi

King

(1996)

menginvestigasikan

perpanjangan

pengiriman

informasi

mengembangkan reputasi untuk pelaporan yang terpercaya dan berdampak pada reaksi
pelaporan pada pasar eksperimental. Ghosh dan White (1997) menggabungan kemampuan
persepsi yang lebih tinggi dan mentoleransi ambugitas dengan kinerja pada keperluan
peramalan laba. Lebih lanjut mereka mengkaji apakah tujuan pengambilan keputusan
memoderasi efek kemampuan peramalan laba.

Memory Biases atau Retrieval Biases (Frekuensi, Kekinian, Negatifitas, Hasil Ekstrim)
Review kami hanya mengidentifikasi beberapa studi penelitian perilaku akuntansi
keuangan yang berfokus pada memory/retrieval biases. Dalam percobaan lapangan, Beaulieu
(1994, 1996) menguji apakah petugas pinjaman lebih me-recall informasi konsistensi
keputusan dan konsistensi risiko ketika membuat keputusan pemberian kredit. Beaulieu
menemukan bahwa konsistensi fakta akuntansi dengan keputusan pemberian kredit
mempengaruhi recall untuk petugas kredit yang tidak berpengalaman maupun yang
profesional, tetapi karakter informasi sebenarnya mengganggu pemrosesan informasi
akuntansi bagi petugas kredit yang kurang berpengalaman.
Kida et al. (1998) meneliti proses informasi akuntansi retrieval bagi pengguna manajerial
informasi akuntansi keuangan. Mereka mencatat bahwa reaksi afektif terhadap data lebih siap
untuk diperbaiki daripada nilai numeriknya sendiri. Pengambil keputusan keuangan akan
mempengaruhi dalam menggabungkan data, bahkan ketika informasi rinci tersedia dari
sumber lain.

Information-Integration Biases (Pemilihan Informasi yang Tidak Sesuai, Asimetri


Negatif-Positif, Penggunaan Heuristic, Pembobotan Informasi yang Tidak Sesuai,
Attribution Bias, Inferensia)

Stock dan Harrell (1995) menemukan bahwa tingkat kompleksitas informasi akuntansi
mempengaruhi kemampuan individu untuk mengintegrasikan informasi ke dalam judgment.
Penulis juga menemukan, sesuai dengan harapan, bahwa kelompok yang mengungguli
individu baik di tingkat rendah dan tinggi dari kompleksitas informasi, dengan kesenjangan
yang melebar pada tingkat yang lebih tinggi dari kompleksitas informasi.
Tuttle dan Burton (1999) mempertimbangkan apakah pembatasan pada pemrosesan
informasi mungkin berkaitan dengan tingkat di mana pemrosesan terjadi, bukan hanya jumlah
informasi yang disajikan. Mereka menemukan bahwa insentif moneter meningkatkan waktu
7

yang dihabiskan untuk tugas, yang pada gilirannya menghasilkan penggunaan informasi yang
lebih tinggi.
Bloomfield dan Libby (1996) menggunakan desain pasar laboratorium untuk memeriksa
apakah ketersediaan diferensial informasi mempengaruhi harga, yaitu apakah harga pasar
meningkat ketika informasi yang tidak menguntungkan dibuat kurang tersedia. Temuan
mereka konsisten dengan klaim manajemen yang mengharuskan penyajian informasi yang
tidak menguntungkan pada laporan keuangan dapat mengurangi harga saham, independensi
dari kekhawatiran atas keandalan informasi.

Kriteria Penilaian Bias (Representativeness, Informational Cascades, Cue Source,


Availability, Anchoring and Adjustment).
Keterwakilan (Representativeness)
Keterwakilan heuristik (representativeness heuristics) berpendapat bahwa penilaian
probabilitas mencerminkan harapan masyarakat bahwa peristiwa tertentu adalah wakil dari
domain yang lebih besar (Tversky & Kahneman, 1974).
Dalam akuntansi perilakuan, keterwakilan telah diuji dalam konteks prediksi
kebangkrutan. Masalah yang paling sering dipertimbangkan adalah apakah subjek dapat
menggabungkan tarif dasar kegagalan yang rendah menjadi penilaian probabilitas, atau
apakah mereka akan melebih-lebihkan jumlah perusahaan bangkrut dalam sampel. Maines
(1995) meninjau aliran penelitian tentang keterwakilan heuristik dan prediksi kebangkrutan
yang dilakukan di tahun 1980. Hasil studi yang ditinjau dicampur sehubungan dengan sejauh
mana subjek muncul untuk menggunakan keterwakilan heuristik.
Van Breda dan Ferris (1992) menyelidiki apakah pengungkapan probabilitas sebelumnya
dan keterwakilan tingkat dasar sampel mempengaruhi akurasi prediksi kebangkrutan. Mereka
menemukan bahwa hanya keterwakilan yang memiliki dampak signifikan pada keakuratan
petugas pinjaman bank, yang menunjukkan bahwa pemberi pinjaman yang berpengalaman
menggabungkan tarif dasar populasi menjadi penilaian probabilitas.

Penjangkaran dan Penyesuaian (Anchoring dan Adjustment)


Anchoring dan adjustment menunjukkan bahwa orang menyederhanakan pengambilan
keputusan dengan memilih anchor (jangkar) awal, yang kemudian mereka melakukan
penyesuaian yang tidak cukup karena mereka menerima informasi tambahan.
Meskipun Ackert et al. (1997) tidak secara eksplisit mempertimbangkan anchoring dan
adjustment, hasil penelitian mereka pada kemauan pengambil keputusan untuk membeli
8

prakiraan bias menunjukkan bahwa orang dapat menyesuaikan informasi bias jika bias adalah
sistematis (dan dalam hal ini, ke atas). Temuan mereka menunjukkan bahwa individu
mengakui kegunaan dari perkiraan yang tidak bias secara cepat, lebih sering
mendapatkannya, dan belajar untuk menggunakannya untuk

mendapatkan keuntungan.

Namun, mereka juga menemukan bahwa orang yang bertahan dalam memperoleh perkiraan
bias dapat belajar untuk menggunakan informasi terlepas dari tingkat bias.
Bias motivasi Keyakinan

Raghubir dan Das (1999) mendefinisikan motivasi bias sebagai "bias yang muncul dari
insentif yang diciptakan sendiri yang mengganggu evaluasi obyektif individu dari
kesempatan atau risiko. Salah satu contoh bias motivasi adalah keyakinan yang berlebihan.
Bias memanifestasikan dirinya dalam pengambilan keputusan ketika orang melebih-lebihkan
pengendalian mereka atas peristiwa yang kebetulan dan meremehkan risiko. Sebagai contoh,
Maines (1990) mencatat bahwa informasi yang berlebihan meningkatkan keyakinan pembuat
keputusan tanpa peningkatan yang sesuai atas akurasi penilaian mereka.
Bloomfield et al. (1999) secara eksplisit memeriksa keyakinan yang berlebihan dari
mahasiswa MBA yang informasinya kurang dan efek bimbingan dalam mengurangi transfer
kekayaan untuk mata pelajaran yang lebih tepat. Mereka menemukan bahwa transfer
kekayaan terjadi, tetapi bimbingan dapat mengurangi efek dari keyakinan yang berlebihan.
Selling (1993) membedakan antara keyakinan yang berlebihan dalam penilaian dan
keyakinan yang berlebihan dalam tugas-tugas yang melibatkan pemilihan dan pemrosesan
informasi. Dia menguji pengaruh pilihan informasi pada keyakinan dalam prediksi
kebangkrutan dan menyelidiki faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keyakinan yang
berlebihan. Hasilnya secara umum mendukung teori perilaku keyakinan bagi pengguna
informasi akuntansi, tergantung pada prediktabilitas. Subjek dalam kondisi prediktabilitas
yang rendah relatif tidak terpengaruh oleh faktor-faktor seperti pengalaman dan umpan balik
tugas.
Whitecotton (1996) menyelidiki efek dari pengalaman, keyakinan, dan perjanjian dengan
strategi perkiraan bantuan keputusan pada ketergantungan alat bantu keputusan dalam
peramalan keuangan. Whitecotton menemukan hubungan terbalik antara keyakinan dan
ketergantungan bantuan keputusan, meskipun analisis akurasi subjek menunjukkan bahwa
sebagian besar akan mendapatkan keuntungan dengan lebih mengandalkan bantuan
keputusan.
9

Bias Motivasi - Insentif Keuangan

Raghubir dan Das (1999) mencatat bahwa dalam kondisi motivasi tinggi, bias persepsi
dapat dimoderasi karena orang mengubah jumlah informasi sampel, informasi jenis sampel,
jumlah perhatian kepada informasi, dan perhatian untuk kebisingan atau tren dalam data.
Namun, hasil penelitian tentang pengaruh insentif keuangan pada pengambilan keputusan
dalam akuntansi keuangan perilaku belum konsisten.
Meskipun Aston (1990) memberikan bukti bahwa insentif keuangan, umpan balik kinerja
dan persyaratan pembenaran meningkatkan tekanan kinerja pada pembuat keputusan, efek
positif pada kinerja dapat dirusak oleh ketersediaan bantuan keputusan. Ashton memberikan
paradigma penelitian di mana insentif berbasis kinerja memotivasi perilaku, adanya umpan
balik kinerja, dan diperlukannya justifikasi keputusan seseorang. Dia mencatat bahwa faktorfaktor ini tidak selalu memiliki efek positif pada pengambilan keputusan dan ia menemukan
bahwa efek directional dari tiga induser tekanan dikelola oleh adanya bantuan keputusan.
The Tuttle dan Burton (1999) menyelidiki apakah informasi yang berlebihan merupakan
fungsi dari waktu serta jumlah informasi. Mereka menemukan bahwa insentif tidak
mempengaruhi jumlah informasi yang digunakan per unit waktu, tetapi bahwa insentif
meningkatkan jumlah waktu pada tugas, dan, karenanya jumlah informasi digunakan.
Insentif keuangan memungkinkan untuk untuk memperburuk Bias ketika imbalan
keuangan mendukung hasil bias. Salah satu contoh adalah dalam perkiraan pendapatan, di
mana analis mungkin lebih optimis tentang perusahaan jika pemberi kerjanya mempunyai
hubungan pertanggungan (underwriting relationship) dengan perusahaan yang mereka
evaluasi. Hunton dan McEwen (1997) secara eksperimental mengkonfirmasi pengaruh
insentif keuangan pada analis menggunakan informasi akuntansi dalam peramalan laba. Hasil
penelitian mereka mengkonfirmasi bahwa insentif keuangan memperburuk kecenderungan
analis keuangan untuk memberikan perkiraan pendapatan yang optimis. Temuan ini
menunjukkan

bahwa

peningkatan

kegunaan

informasi

akuntansi

mungkin

tidak

meningkatkan penilaian terhadap laba masa depan jika ada insentif keuangan untuk melebihlebihkan laba.

Sumber Bias yang Terdiri Dari Banyak Bagian (Multiple Sources of Bias)

Peters (1993) secara benar mencatat bahwa pembuat keputusan mungkin menerapkan
10

beberapa heuristik terhadap sebuah tugas. Dengan menggambarkan dan memprediksi


perilaku membutuhkan teori tentang bagaimana berbagai heuristik mungkin digabungkan
atau ketika heuristik tertentu mungkin mendominasi.
Pengaturan kelembagaan di mana keputusan dibuat harus diabaikan ketika merancang
penelitian akuntansi perilaku, karena keputusan mungkin dalam konteks tertentu. Sebagai
contoh, Maines (1995) menunjukkan bahwa pasar saham yang terorganisir dapat
menyebabkan investor untuk melihat keputusan investasi sebagai zero-sum game di mana
mereka bersaing dengan investor lain. Dia memberikan bukti bahwa lingkungan instutional
investor profesional menciptakan insentif bagi pengambil keputusan. Secara khusus,
perkiraan laba analis dapat dipengaruhi oleh pendapatan yang dihasilkan dari broker bisnis
yang dilakukan oleh perusahaan mereka, dan akses ke informasi pribadi mungkin akan
terpengaruh oleh rekomendasi jual atau beli..Meskipun hal ini mungkin asumsi yang valid
dari sisi beli, McEwen dan Hunton (1999) memberikan bukti bahwa asumsi ini tidak selalu
berlaku untuk sisi jual.

VI. KESIMPULAN
Studi penelitian organisasi tentang akuntansi keperilakuan menunjukkan bahwa temuan
studi terdahulu adalah terputus-putus dan mungkin bertentangan. Tidak tampak adanya aliran
penelitian tertentu, seperti prediksi kebangkrutan, atau paradigma penelitian yang
mendominasi seperti model lensa, yang mampu dilacak oleh tinjauan penelitian sebelumnya
(Maines, 1995). Namun, kita menemukan dasar yang kuat untuk peran perilaku individu
dalam menjelaskan ketidakmampuan untuk menggunakan informasi akuntansi untuk
memprediksi laba dan arus kas dengan akurasi relatif.
Salah satu pendekatan untuk memperluas pengetahuan ditemukan menggunakan
eksperimental ekonomi (Moser, 1998) sebagai alternatif untuk eksperimen yang
mengandalkan teori psikologi. Penggunaan laboratorium pasar sebagai alat dalam penelitian
akuntansi keuangan perilaku tampaknya telah diperluas dalam dekade terakhir. Banyak
penelitian yang diteliti menggunakan laboratorium pasar sebagai setting eksperimental
mereka. Ini menyediakan abstrak pengaturan eksperimental, yang sesuai dalam prediksi
pengujian yang berasal dari teori ekonomi yang ditentukan. Tujuan dari penelitian tersebut
akan mencoba untuk mengembangkan kerangka kerja untuk mengevaluasi dampak dari
konteks keputusan dan memberikan dasar untuk menentukan apakah tujuan penelitian akan
ditingkatkan dengan desain kontekstual yang lebih beraneka ragam, atau apakah pendekatan
yang lebih umum untuk tugas itu akan lebih efektif .
11

Pengaturan kontekstual yang lebih beraneka ragam dapat memberikan informasi untuk
mencapai tujuan (Haynes & Kachelmeier, 1998). Salah satu contoh yang dikutip, Ganguly
(1994) mencatat analis akan lebih mungkin untuk menunjukkan dasar-tingkat kesalahan
ketika konteks keputusan itu secara konseptual beraneka ragam daripada ketika lebih abstrak.
Terakhir, konteks dapat langsung mengarahkan isyarat tertentu, seperti dalam studi
Whitecotton dan Butler (1998) tentang efek keterlibatan dalam mengembangkan alat bantu
keputusan untuk menggunakan rasio keuangan dalam rating obligasi.
Beresford (1994) menyebut untuk penelitian perilaku lebih sebagai masukan untuk
proses penetapan standar, terutama pada tahap awal pembahasan standar ketika Dewan
berupaya untuk mengidentifikasi dan membingkai isu-isu pelaporan keuangan. Namun, ia
mencatat bahwa hasil dari studi tentang topik yang sama belum konsisten, yang membatasi
kegunaannya sebagai panduan untuk kebijakan. Pertimbangan harus diberikan terhadap efek
bias kognitif dan motivasi ketika merancang sebuah studi penelitian, karena bias tersebut
dapat mempengaruhi hasil dan mungkin menjadi salah satu penyebab hasil yang
bertentangan.
Pembuat standar, peneliti akuntansi, pendidik akuntansi, dan pengguna informasi
akuntansi semua bisa mendapatkan keuntungan dari memahami efek bias kognitif dan bias
motivasi pada pengambilan keputusan keuangan. Beberapa jenis bias dapat dikelola dengan
pendidikan atau intervensi lain sementara jenis bias lainnya tampaknya bawaan dan hanya
dapat dihapus dari pengambilan keputusan dengan mengurangi ketergantungan pada
penilaian manusia (Raghubir & Das, 1999).

12

You might also like