You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini kebutuhan akan kosmetik sudah demikian primer dan tidak terpisahkan
dari kehidupan kita. Berbagai jenis kosmetika yang digunakan untuk menunjang
penampilan kita, salah satunya adalah kosmetika perawatan kulit. Kosmetika perawatan
kulit semakin beragam dan terus berkembang. Sebagian besar kosmetika perawatan kulit
untuk sediaan topikal ada dalam bentuk krim atau losion. Sebagian besar orang
menggunakan krim untuk merawat kulit, Kulit sendiri adalah organ tubuh yang terletak
yang paling luar yang mempunyai fungsi sangat penting yaitu menutupi dan melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan serta merupakan pembungkus tubuh yang sangat elastic
dan dimana kulit juga mengandung lapisan lemak tipis yang berfungsi untuk melindungi
dari kelebihan penguapan air yang menyebabkan dehidrasi. Pada kondisi kulit tertentu,
pelembaban diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Pengaruh
berbagai faktor baik dari luar maupun dalam tubuh, misalnya: udara kering, terik sinar
matahari, bertambahnya usia, ras, serta penyakit kulit dapat menyebabkan kulit menjadi
lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan yang tidak kita rasakan. Secara alamiah
kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kemungkinan ini yaitu dengan adanya tabir
lemak di atas kulit yang didapat dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit
serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi
tertentu, faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan
perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit.
Dasar pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah kekeringan dan
kerusakan kulit akibat sinar matahari atau penuaan kulit, sekaligus membuat kulit terlihat
bersinar. Krim yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a
atau emulsi a/m, tergantung pada berbagai faktor, seperti sifat zat terapeutik yang akan
dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut
jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit (Ansel,1989).
Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat yang mengandungdua zat yang
tidak tercampur, biasanyaair dan minyak, dimana cairan yang satuterdispersi menjadi butir1

butir kecildalam cairan lain, dimaksudkan untuk pemakaian luar Kandungan air dalam
stratumcorneum, meskipun sedikit (hanya 10%)tetapi sangat penting. Kelembutan
danelastisitas stratum corneum sepenuhnyatergantung pada air yang dikandungnyadan
bukan pada kandungan lemaknya.Stratum corneum yang diletakkandiudara kering menjadi
keras, kering,bersisik dan tidak dapat dilunakankembali hanya dengan pemberian
lemakseperti lanolin, olive oil, danpetrolatum. Stratum corneum barumenjadi lunak
kembali setelah diberi air(Tranggono dan Latifah, 2007).
Retak-retak pada stratumcorneum di bawah kondisi yang kurangbaik, akan
menimbulkan gangguan kulityang lebih serius dan retak-retak ituakan menimbulkan iritasi
danperadangan atau keratinisasi abnormalyang juga akan melemahkan kulit.Disinilah
perlunya kosmetik pelembabkulit, untuk mencegah dehidrasi kulityang menyebabkan
kekeringan dan retak-retak pada kulit.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa definisi moisturizer cream, tujuan, karakteristik serta penggolongannya ?
b. Bagaimana cara pembuatan dan evaluasi dari sediaan moisturizer cream ?

1.3. Tujuan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat menambah
wawasan atau keilmuan tentang moisturizer cream dan penggolongan , karakteristik serta
tujuan penggunaan moisturizer cream. Serta memberi masukan kepada pengguna atau
konsumen khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang kosmetik moisturizer pada
wajah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel- sel yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai
peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat yang terdapat di
lingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di
lingkungan kita. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
2

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat kira-kira
15% berat badan ( Effionora, 2012).

2.1.1. Fungsi kulit


Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus (Wirakusumah, 1994).
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar

palit

kulit

(Wirakusumah, 1994).
Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara
4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit yang berasal dari sebum,
keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Tingkat
keasaman itu dapat

mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya

berbagai jasad renik (Wasitaatmadja, 1997).


Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Pelindung / proteksi
Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi
untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung
ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan
permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari
racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari
bahaya radiasi UV (Mitsui,1997).
2. Pengaturan suhu tubuh / termoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah
melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan
penguapan uap air (Mitsui, 1997).

3. Persepsi panca indera


Kulit

merasakan

perubahan

pada

lingkungan

eksternal

dan

bertanggungjawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor


sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).
4. Penyerapan /absorpsi
Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua
jalur absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar
sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi
melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air
yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).
5. Fungsi Lain
Kulit

menunjukkan keadaan

emosional, seperti memerah

dan

ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai
organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan
bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).
2.1.2. Struktur kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan

lapisan

hipodermis (subkutan).
a. Lapisan epidermis (kutikel)
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar
terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
1. Lapisan tanduk (stratum korneum)Adalah lapisan yang paling luar dan
terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zattanduk).
2. Lapisan rintangan (stratum lusidum)Terdapat dibawah lapisan tanduk,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak
jelas di telapak tangan dan kaki.
3. Lapisan butir (stratum granulosum)Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.
5

4. Lapisan tajuk (stratum spinosum)Terdiri atas beberapa


berbentuk poligonal

lapis sel yang

yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses

mitosis.
5. Lapisan tunas (stratum basale)Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang
tersusun vertikal pada pembatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar
(palisade). Lapisan tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes,
yaitu sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.
b. Lapisan dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian

ini terdiri atas serabut-serabut penunjang

misalnya

serabut

kolagen elastis dan retikulin


c. Lapisan subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu
membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas
tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah,
1994).
2.1.3. Jenis kulit
1. Kulit Kering
Ada berbagai faktor penyabab kulit menjadi kering, antara lain cuaca,
penggunaan sabun, efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, faktor
genetik, usia, kekurangan nutrisi, dan terlalu sering berada diruangan ber AC.

2. Kulit Berminyak
Kulit berminyak cenderung lebih bermasalah dibandingkan dengan jenis
kulit lainnya. Masalah-masalah yang biasanya terjadi pada kulit berminyak
yaitu mudah timbul jerawat dan rasa gatal diwajah saat berkeringat. Penyabab
kulit berminyak antara lain faktor genetik, pola makan (gula yang berlebihan,
gorengan, makanan pedas, makanan berkadar lemak tinggi dan santan adalah
beberapa

jenis

makanan

yang

dapat

membuat

kulit

berminyak),

ketidakseimbangan hormon (misalnya pada masa pubertas dan saat menstruasi,


ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan produksi minyak menjadi
berlebih), dan pemakaian kosmetik yang tidak cocok.
3. Kulit Kombinasi
Kulit kombinasi merupakan jenis kulit paling umum

dimiliki oleh

kebanyakan orang. Kulit kombinasi merupakan gabungan dari dua jenis kulit
yang berbeda yaitu kulit kering dan kulit berminyak. Ciri kulit wajah kombinasi
adalah pada bagian T-zone (hidung, dahi, dagu, dan bagian atas mata)
berminyak, terlihat mengilat, dan pori-porinya besar. Sementara itu, kulit
didaerah lain cenderung kering atau normal.
4. Kulit Normal
Kulit normal merupakan jenis kulit yang dapat dikatakan sebagai kulit
ideal atau kulit dambaan. Hal ini karena kulit normal umumnya tidak memiliki
masalah yang serius dan perawatannya pun relatif lebih mudah dibandingkan
jenis kulit lainnya.
5. Kulit Sensitif
Kulit sensitif adalah kulit yang memberikan respon yang berlebihan
terhadap benda-benda atau kondisi tertentu, misalnya perubahan suhu, cuaca
bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya
gangguan kesehatan kulit.

2.2. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).
Istilah krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M
b. Emulsi minyak dalam air atau M/A
Emulsi

merupakan sediaan yang

mengandung dua zat yang tidak tercampur,

biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua
lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan

membentuk

film(lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.
Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak terdispersi
dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper adalah air dan fase pendisper adalah
minyak (Anief, 2004).
Formasi emulsi dengan cara kimia (emulsifier) terjadi sebagai berikut:
Pertama-tama, emulsifier harus ada pada permukaan antara fase yang ada pada
emulsi dalam jumlah yang cukup untuk memastikan bahwa adsorpsi cepat menurunkan
tegangan antarmuka sehingga fase terpisah menjadi tetesan. Aliran yang dihasilkan dan
turbulensi menyebabkan pembagian lebih lanjut, yang diperkuat denagn penyebaran
molekul dari emulsifier dalam sistem antarmuka.

Pasokan emulsifier berlebih ke antarmuka juga harus diperhatikan, karena jika


energi yang dipasok ke sistem tidak lagi cukup untuk meningkatkan luas permukaan
tetesan lebih lanjut, maka pembagian fase dalam berhenti (Effionora, 2012).
Lapisan terserap adalah tetesan minyak atau air harus mencegah koalesensi. Batas
lapisan tipis terdiri dari fase kontinu, yaitu medium pendispersi, mendekati bentuk-bentuk
antara tetesan.

Sifat fisik lapisan ini ditentukan oleh jenis emulsifier teradsorpsi

(Effionora, 2012).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi
merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika
terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam
sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen
tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam
komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak
dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang
tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket(Ditjen POM,1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight(1995) adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal
sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman dkk,1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta
memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam
persentase yang besar dan asam stearat.

Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol)

sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air
dari permukaan kulit (Voight, 1995).

2.3. Cream dan Lotion


Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60 % air, sedangkan lotion adalah sama dengan cream, tapi lebih encer.
Tipe cream :
1.

Tipe air dalam minyak ( w/o )

2.

Pembawa minyak ( External phase )

3.

Tipe minyak dalam air ( o/w )

4.

Pembawa air ( External phase )

Ada 3 (tiga) tipe bahan yang penting dalam formula emulsi kosmetika :
1.

Air

2.

Lemak/bahan yang tidak larut dalam air Misal : bees wax (cera), spermaceti,
hidrokarbon, lanolin ( 75 % adeps lanae + 25 % air), asam-asam lemak, alkohol
dengan BM tinggi, gliserida, isopropil miristat, dan lain lain

3.

Surfaktan / pengemulsi. Misal :sabun, garam amonium kuartener, alkilsulfat, gliserin


mono stearat, campuran polioksi etilen dan sebagainya

2.4. Gell dan Jelly


Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem dispersi yang terdiri dari partikel
organik, submikroskopik atau organik makromolekul yang tersuspensi atau terbungkus
dalam cairan yang bercorak dari transparan atau translusen hingga buram.
Sedangkan jelly adalah jel bercorak transparan atau translusen. Gel biasanya
digunakan untuk pembuatan sediaan kosmetika dalam tata rias rambut, dasar rias wajah
dan perawatan kulit. Konsistensi gel dan jeli dapat menunjukkan sifat tiksotropi yaitu
massa gel menjadi kental pada waktu didiamkan dan menjadi cair kembali setelah dikocok
dan tidak segera mengental sewaktu didiamkan. Sifat konsistensi ini penting untuk sediaan
kosmetika karena dengan demikian gel atau jeli akan mudah merata jika dioleskan pada
rambut atau kulit.

2.5. KosmetikUntukKulit
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untk
10

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap


dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
atau

menyembuhkan suatu

mengobati

penyakit (Wasitaatmadja, 1997).

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan tidak dimaksudkan


untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit

adalah sediaan tersebut sebaiknya tidak

mempengaruhi struktur dan faal kulit.Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat


adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar
UV, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum,
membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja, 1997).

2.5.1. Kosmetika pelembab


Kosmetik pelembab (moisturizers)

termasuk

kosmetik perawatan

yangbertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai


pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit
kulitmaupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetika

pelembab

dapat

dibedakan

kosmetikapelembab berdasarkan lemak dan

menjadi

dua

tipe, yaitu

kosmetika pelembab berdasarkan

gliserol atauhumektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).


1. Kosmetika pelembab berdasarkan lemak
Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing
cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
sedikitbanyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi
lembabdan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke
mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat
kulitlengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah
tertentu permukaankulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum,
mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah
penguapan air kulit, tetapi tidak sampaimencegah sepenuhnya agar kongesti
11

perspirasi dan pengeluaran panas badan tetapterjadi (Tranggono dan Latifah,


2007).
2. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya
Preparat jenisini akan mengering dipermukaan kulit, membentuk lapisan
yang

bersifathigroskopis,

yang

menyerapuap

air

dari

udara

dan

mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak


lebihhalus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono
danLatifah, 2007).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari
kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar
lemak dansedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang
berfungsisebagai

sawar

kulit.

Namun

dalam

kondisi

tertentu

faktor

perlindungan alamiahtersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan


perlindungan tambahannon alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik
pelembab kulit(Wasitaatmadja, 1997).
2.5.2. Komponen Moisturizer cream
a. Stearyl Alkohol
Banyak

ditemukan

di

produk-produk

seperti

kondisioner,

foundation,perawatan kulit dan tata rias wajah. Bnetuknya seperti lilin,


berwarna putih dan berbau samar. Stearyl Alcohol berfungsi untuk menyatukan
bahan-bahan yang bentuknya minyak dan air (sebagai pengemulsi). Dalam
produk perawatan kulit Stearyl Alcohol juga berfungsi untuk mengurangi
timbulnya busa, karena banyak bahan-bahan yang dipakai untuk produk
kosmetik dan personal care menghasilkan busa. Untuk kulit Stearyl Alcohol
memberi efek halus dan lembut pada permukaan kulit. Untuk keamana Stearyl
Alcohol FDA jga sudah melakukan evaluasi dan mengesahkan bahwa Stearyl
alcohol aman untuk produk kosmetik, bahkan juga aman digunakan sebagai
aditif dalam produk makanan.
b. Stearic acid
Asam stearat (stearic acid) adalah asam lemak jenuh yang memiliki
berbagai kegunaan seperti sebagai komposisi tambahan dalam makanan,
12

kosmetik, dan produk industri. Asam stearat diekstrak dari berbagai jenis lemak
hewani, lemak nabati, dan beberapa jenis minyak lainnya. Senyawa ini juga
banyak digunakan untuk mengubah konsistensi atau suhu leleh suatu produk,
sebagai pelumas, atau untuk mencegah oksidasi. Dalam dunia kosmetik, asam
stearat digunakan untuk membuat dasar yang stabil bagi deodoran, lotion, dan
krim. Senyawa ini membantu mengikat dan mengentalkan berbagai produk
kosmetik sehingga lebih lembut digunakan serta memiliki waktu simpan lebih
lama. Fakta bahwa titik leleh asam asam stearat jauh di atas suhu tubuh manusia
membuat kosmetik tetap melekat meskipun digunakan dalam waktu lama.
Asam stearat juga digunakan dalam banyak produk makanan karena bersifat
stabil selama penyimpanan dan proses penggorengan.
c. KOH
Senyawakimia dengan rumus kimiaCa(OH)2. Kalsium hidrokida dapat
berupa kristaltak berwarna atau bubuk putih. Kalsium hidroksida dihasilkan
melalui reaksikalsium oksida (CaO) dengan air. Senyawa ini juga dapat
dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutankalsium klorida
(CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).
d. Olive oil
Minyak zaitun (olive oil) yang terkenal dari daerah Mesir, memiliki
banyak kegunaan. Tidak hanya untuk memasak, minyak zaitun juga memiliki
andil penting dalam kesehatan perempuan.Fungsinya juga digunakan untuk
membersihkan kulit yang sensitif karena dapat memulihkannya. Berguna juga
untuk melembabkan kulit yang kering dan mencegah penuaan dini. Agar
terhindar dari kulit kering dan pecah-pecah, oleskan minyak zaitun di bagian
kulit yang kasar seperti tumit dan siku.
e. Glyserin
Glyserin adalah satu zat yang terbentuk secara alami sewaktu proses
pembuatan sabun. Di pabrik-pabrik sabun komersial, glycerin diekstrak keluar
untuk dijual secara terpisah, karena harganya mahal.glycerin sangat berfungsi
untuk melembutkan kulit. Selain itu glycerin menjaga kelembaban kulit. Ia bisa
menarik kelembaban melalui lapisan-lapisan kulit, dan mencegah pengeringan
13

dan evaporasi, sehingga mengizinkan kulit tetap lentur dan tidak cepat berkerut.
Selain itu, glycerin memperbaiki ketahanan tubuh di kulit, membasmi bakteri,
mencegah radang kulit, memperbaiki kerusakan kulit dan mencegah penebalan
kulit.
f. Nipagin dan nipasol
Bahan pengawet makanan khususnya anti jamur yang juga digunakan
secara luas sebagai pengawet untuk obat-obatan dan kosmetika.
g. BHT
Butylated

hydroxytoluene

(BHT),

juga

dikenal

sebagai

butilhidroksitoluena, suatu senyawa organik lipofilik (larut dalam lemak),


secara kimia suatu turunan dari fenol, yang berguna untuk sifat-sfat
antioksidannya
h. Aqua
Kegunaan sebagai solvent

2.6. Penggolongan Kosmetik


Kosmetik dibagi menjadi tiga golongan, yaitu menurut peraturan Mentri Kesehatan
RI, menurut sifat dan cara pembuatannya, serta menurut kegunaan bagi kulit.
2.6.1. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, kosmetik dibagi menjadi 13 kelompok:
a. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.
b. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.
c. Preparat untuk mata, misalnya mascara, eyes-shadow, dll
d. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll
e. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll
f.

Preparat pewarna rambut, misalnya pewarna rambut, dll

g. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll


h. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mount washes, dll
i.

Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll

j.

Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll

k. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih pelembab, pelindung, dll


l.

Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll


14

m. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll

2.6.2. Penggolongan Kosmetik Menurut Sifat dan Cara Pembuatan.


a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern
b. Kosmetik tradisional :

1. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam
dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.
2. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
3. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional
2.6.3. Penggolongan Menurut Penggunaanya Pada Kulit
a.

Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).


Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk
didalamnya:
1.

Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,


cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

2.

Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizring


cream, night cream, anti wrinkle cream.

3.

Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen foundation, sun block


cream/lotion

4.

Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya


scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengampelas (abrasiver)

b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik
riasan, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.
2.7. Faktor yang mempengaruhi efek kosmetik terhadap kulit
Ada empat faktor yang mempengaruhi efek kosmetikaterhadapkulit yaitu faktor manusia
pemakainya, faktor lingkungan alam pemakai,faktor kosmetika dan gabungan dari ketiganya.
15

1. Faktor manusia Perbedaan warna kulit dan jenis kulit dapat menyebabkanperbedaan reaksi kulit
terhadap kosmetika, karena struktur dan jenispigmen melaminnya berbeda.
2. Faktor iklim Setiap iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit,sehingga
kosmetika untuk daerah tropis dan sub tropis seharusnya berbeda.
3. Faktor kosmetika Kosmetika yang dibuat dengan bahan berkualitas rendah Atau bahan yang
berbahaya bagi kulit dan cara pengolahannya yang kurangbaik, dapat menimbulkan reaksi
negatif atau kerusakan kulit seperti alergi atau iritasi kulit.
4. Faktor gabungan dari ketiganya
Apabila bahan yang digunakan kualitasnya kurang baik, cara pengolahannya kurang baik dan
diformulasikan tidak sesuai denganmanusia dan lingkungan pemakai maka akan dapat
menimbulkan kerusakan kulit, seperti timbulnya reaksi alergi, gatal-gatal, panas dan
bahkan terjadi pengelupasan.Kosmetika memiliki efek terhadap kulit yaitu efek negatif dan
efek positif. Demikian juga untuk kosmetika pemutih yang mempunyai efek positif yaitu
menjadikan kulit lebih cerah atau putih seperti yang diinginkan dan mempunyai efek negatif
yang berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti kulit meradang atau
terkelupas apabila penggunaannya kurang berhati-hati atau tidak sesuai denganpetunjuk
penggunannya.Produk pemutih kulit adalah salah satu jenis produk kosmetikayang
mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin atau
menghilangkan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih.
Dampak positif yang dapat diperoleh dari pemakaian kosmetika pemutih
diantaranya yaitu kulit menjadi putih bersih dan bersinar. Keterbatasan pengetahuan
tentang berbagai produk kosmetika pemutih membuat mereka tidak tahu dampak negatif yang
timbul jika tidak berhati-hati. Kosmetika pemutih biasanya mengandung zat aktif
pemutih seperti

hidroquinon

dan merkuri. Hidroquinon yang banyak dipakai sebagai

penghambat pembentukan melamin yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi, padahal melamin


berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar ultraviolet , sehingga terhindar dari resiko
terkena kanker kulit. Apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama dan di bawah sinar matahari
secara langsung, hidroquinon dapat mengakibatkan noda.

16

2.8. Cara memilih pelembab wajah :


a.

Berminyak
Jika Anda mungkin berpikir bahwa kulit berminyak tidak lagi membutuhkan
pelembab, Anda salah. Meski tipe kulit berminyak, Anda tetap membutuhkan nutrisi
wajah yang didapat dari moisturizer. Produk pelembab yang paling cocok untuk jenis
kulit ini adalah yang berlabel non-comedogenic.Label tersebut berarti tidak
menyumbat pori-pori, sehingga meminimalisir jerawat dan komedo. Pilih pelembab
yang bertekstur ringan, bebas minyak dan mudah diserap. Untuk kulit berminyak
sangat cocok menggunakan pelembab berbahan dasar air yang dapat membantu
mengelupaskan komedo dan membuat kulit lebih halus.

b.

Kering
Jika Anda memiliki kulit sangat kering, maka Anda sangat membutuhkan
pelembab. Pilihlah pelembab yang berlabel 'oil-based' atau kaya akan minyak. Produk
pelembab yang mengandung minyak lebih tahan lama dibanding produk yang
mengandung air atau 'water-based'.

c.

Sensitif
Kulit sensitif ditandai dengan kulit kemerahan dan iritasi. Carilah pelembab
berformula lembut, bebas bahan kimia, wewangian dan pewarna. Singkatnya, baca
kandungan di balik kemasan yang tercantum pada produk. Jika kandungan kimia
semakin banyak maka semakin besar berpeluang mengiritasi kulit. Anda bisa mencoba
produk yang berbahan mineral atau organik.

d.

Kulit di Usia Lebih dari 30-an


Pada usia di atas 30-an kondisi kulit sudah mulai menurun. Masalah yang
sering terjadi adalah kekeringan kulit karena produksi kelenjar minyak di dalam kulit
mulai melambat. Kondisi tersebut ditandai dengan mulai muncul garis halus dan fle
hitam. Untuk itu, pakailah pelembab yang bukan hanya berbasis minyak, tapi juga
mengandung 'anti-aging'. Produk berlabel 'anti-penuaan' itu dapat melawan garis halus,
kerutan dan membuat kulit lebih halus.

17

2.9. Tujuan dan fungsi Moisturizing Cream


Tujuan dari moisturizing cream memberi kelembaban secara optimal pada kulit,
menormalkan jumlah zat yg trdapat pada kulit kering dan melindungi kulit yang sehat dari
efek lingkungan kering. Standar ( Harrys page 62 tipe o/w)
Fungsi Moisturizing cream :
a. Melindungi kulit wajah dari Make-Up
Sebelum make up ada baiknya gunakan pelembab wajah agar tidak terjadi hal yang
inginkan krn memakai make-up tersebut.
b. Mencegah Penuaan Dini pada Kulit Wajah
Pelembab wajah dapat membantu mencegah penuaan dini pada kulit wajah karena
secara tidak sadar wanita di usianya yang muda mempunyai garis garis halus permanen
yang sulit dihilangkan dengan pelembab wajah bisa mencegahnya.
c. Melindungi kulit wajah
Pelembab wajah dapat melindungi kulit wajah dari sinar matahari
d. Membantu Kulit Awet Muda
Membantu untuk mempertahankan stuktur dan fungsi kulit dari faktor usia.
e. Mengatasi penyebab kulit kering dan rusak
Mencegah kekeringan dan kerusakan kulit akibat faktor eksternal seperti udara
kering, AC, sinar matahari, dan angin.
f. Membentuk Struktur Kulit
Pelembab wajah dapat membentuk lemak pada permukaan kulit sehingga kulit
menjadi halus, lentur, serta mengurangi penguapan air dari sel kulit.
g. Menghaluskan kulit wajah
Membuat kulit lebih kenyal dan bersinar.
h. Memutihkan kulit wajah
Pelembab juga bisa memutihkan wajah
i. Mencerahkan wajah
Pelembab juga bisa mencerahkan wajah

18

2.10. Karakteristik moisturizing cream


Memiliki fase minyak antara 30 50 %, karakter dari krim medium ini adalah
perpaduan antara vanishing cream dan krim dingin. Krim ini sangat berguna karena
memiliki kandungan minyak yang sedikit. Ini memberikan perasaan yang ringan di wajah,
baik yg larut minyak maupun larut air. (Mitsui hal.346)

2.11. Evaluasi
Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan
harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan
standard an spesifikasi yang telah ada.
a. Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur
sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria
tertentu ) dengan menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung
prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan
analisa statistik.
b. Uji homogenitas sediaan
Setiap formula krim tidak diperolehnya butiran-butiran kasar, maka semua
formula sediaan krim dikatakan homogen.
c. Uji stabilitas sediaan
Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan
dari pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi. Pengamatan stabilitas
sediaan meliputi pengamatan berupa pecah atau pemisahan fase, perubahan warna dan
bau dari sediaan yang terjadi pada saat sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
penyimpanan pada suhu kamar. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya
oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat
ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatsi hal tersebut dapat dilakukan
dengan panambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.

19

d. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200
ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan
diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang
tertera pada alat pH meter.

e. Evaluasi daya sebar


Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di
beri rentang waktu 1 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap
penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara
teratur ).
f. Evaluasi penentuan ukuran droplet
Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel,
dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian
diperiksa adanya tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
g. Uji aseptabilitas sediaan.
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di
buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan,
kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masingmasing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut
h. Uji daya iritasi terhadap kulit
Menurut Wasitaatmadja (1997), menyatakan uji kulit yang dilakukan untuk
mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di bagian
bawah lengan atau di belakang telinga dan di biarkan selama 24 jam. Hasil uji daya
iritasi terhadap kulit sukarelawan ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa
eritema, papula, vesikula dan edema yang ditimbulkan. Kemampuan Sediaan
UntukMengurangi Penguapan Air Dari Kulit Kemampuan sediaan untuk.

20

2.12. Syaratdarikosmetikapelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:
a. Enak dan mudah dipakai.
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dankelembaban kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).

21

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Formulasi
Formula
Bahan

I (ekstrak
buah
alpukat )

Formula

Formula

II

III

(ekstrak

(ektrak

sari jeruk

lidah

bali )

buaya)

Formula
IV (sari

Formula

buah

sendiri

Fungsi

srikaya)

Petrolatum jelly

9,3 %

Polidimetilsiloksan

4,0 %

Paraffin Liquidum

4,0 %

Aqua Demineralisata

68,0 %

100,0 %

100,0 %

100

100,0%

Pelarut
bahan

Cornstarch

3,2 %

pengental /
pewarna

Benzalkonium Klorida

0,8 %

Gliserin

10,0 %

Ekstrak alpukat

0,4 %

Nipagin

0,2 %

0,1 %

0,1 %

0,1%

0,1 %

Nipasol

0,1 %

0,2 %

Asam Stearat

12,0 %

2,0%

12

12,0 %

Setil Alkohol

0,5 %

0,5

0,5 %

Anti
mikroba
bahan
pelembab
Bahan
aktif
Bahan
pengawet
Bahan
pengawet
Bahan
pengemulsi
Bahan
pengemulsi

22

Bahan
Trietanolamin

1,0 %

1,0 %

pengemulsi
dan pelarut

Natrium metabisulfit

0,1 %

0,1 %

Ol. Rosae

3,0 %

3,0 %

Sari Buah Jeruk Bali

5,0 %

5,0 %

Gel Lidah Buaya

0,5 %

KOH

0,7 %

BHT

0,05 %

Sari Buah Srikaya

2,5

Bahan
pengawet
Bahan
pewangi
Bahan
aktif
Bahan
aktif
Bahan
pengikat
Bahan
antioksidan
Bahan
aktif

Pada pembahasan kali ini kami membuat formula sediaan moisturizer cream , bedak itu
sendiri termasuk dalam Kosmetik perawatan kulit yang ditujukan untuk melembabkan kulit
wajah.
Pembahasan kali ini dicobakan 4 formula moisturizer dalam bentuk sediaan cream
dengan kandungan zat aktif yang beda hanya zat tambahannya yang berbeda.

Pada Formula 1
Petrolatum jelly

: bahan pelembab

Polidimetilsiloksan

Paraffin liquidum

: bahan pelembab

Aqua demineralisata

: pelarut dan bahan tambahan

Cornstarch

: bahan pengental / pewarna

Benzalkonium klorida

: anti mikroba

Ekstrak alpukat

: zat aktif
23

Gliserin

: bahan pelembab

Nipagin

: bahan pengawet

Nipasol

: bahan pengawet

Keunggulan dari Sediaanini stabil terhadap penyimpanan selama 56 hari, karena tidak
mengalami perubahan konsistensi, warna, dan bau. Demikian pula pada uji mikrobiologi terlihat
selama 56 hari penyimpanan tidak ada mikroorganisme pada media uji. Hal ini menunjukkan
bahwa sediaan dapat bertahan terhadap kontaminasi mikroba.

Pada Formula 2
Asam stearat

: bahan pengemulsi

Setil alkohol

: bahan pengemulsi

Nipagin

: bahan pengawet

Trietanolamin

: bahan pelarut

Natrium metabisulfit

: bahan pengawet

Ol. Rosae

: bahan pewangi

Sari buah jeruk bali

: bahan aktif

Aqua demineralisata

: bahan tambahan

Keunggulan dari sediaan ini Sari buah jeruk bali dapat diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen dan
tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Penambahan sari buah jeruk bali kedalam sediaan krim
dapat mengurangi panguapan air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari jeruk bali yang
ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi kemampuan sediaan krim tersebut untuk
mengurangi penguapan air dari kulit.

Formula 3
Aqua demineralisata

: bahan pelarut / tambahan

Nipagin

: bahan pengawet

Nipasol

: bahan pengawet

Stearic Acid

: bahan pengental

Gel lidah buaya

: bahan aktif

KOH

: bahan pengikat

BHT

: bahan antioksidan

24

Keunggulan sediaan ini Aloe vera gel herbal dapat disiapkan dengan mudah dengan
kuantitas yang lebih tinggi dari komponen herbal tanpa menggunakan bahan beracun . Ini dapat
diproduksi secara komersial untuk membersihkan , melembutkan dan memperbaiki tekstur kulit .

Formula 4
Asam Stearat

: bahan pengental

Setil Alkohol

: bahan pengemulsi

Trietanolamin

: menyeimbangkan kadar asam PH

Nipagin

: bahan pengawet

Sari buah srikaya

: bahan aktif

Air suling

: bahan pelaru tatau bahan tambahan

Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan krim pelembab tangan dan badan dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang
dihasilkan semuanya homogen, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan stabil pada
penyimpanan selama 12 minggu.
Penambahan sari buah srikaya kedalam sediaan krim pelembab tangan dan badan
dapat mengurangi penguapan air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya
yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan
krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

3.2. Formulasi sendiri


Bahan
Aqua
Demineralisata

Formula sendiri
100,0%

Fungsi
Pelarut

Nipagin

0,1 %

Asam Stearat

12,0 %

Setil Alkohol

0,5 %

Bahan pengemulsi

Trietanolamin

1,0 %

Bahan pengemulsi dan pelarut

0,1 %

Bahan pengawet

Natrium
metabisulfit

Bahan pengawet
Bahan

pengemulsi/bahan

pengikat/pengental

25

Ol. Rosae
Sari

Buah

Jeruk

Bali

3,0 %

Bahan pewangi

5,0 %

Bahan aktif

Cara pembuatan
Pembuatan Sari Buah Jeruk Bali
Buah jeruk bali 3.560 gram dikupas kulitnya kemudian daging buah jeruk bali dipotongpotong menjadi bagian yang lebih kecil sehingga menjadi 2.600 gram lalu dihaluskan dengan
juicer sehingga menghasilkan juice jeruk bali 1.000 ml, ditambahkan natrium metabisulfit 0,1%
dan dikeringkan dengan freeze dryer selama 72 jam pada suhu -40oC dengan tekanan 2 atm,
sampai diperoleh ekstrak kental sebanyak 75 gram.
Formulasi Krim
Konsentarsi sari buah jeruk bali yang digunakan yaitu: 5%, Adapun formula
yangdigunakan dapat dilihat pada Tabel diatas.
Pembuatan Krim
Asam stearat dan setil alcoholdimasukkan ke dalam cawan penguapdan dilebur di atas
penangas air (massaI). Nipagin dilarutkan dalam air panaslalu ditambahkan natrium
metabisulfitdan trietanolamin (TEA) diaduk sampailarut (massa II). Lalu massa IIditambahkan
ke dalam massa I di dalamlumpang panas sambil digerus secaraterus menerus hingga terbentuk
dasarkrim. Sari buah jeruk bali digerus laluditambahkan sedikit demi sedikit dasarkrim. Terakhir
ditambahkan 3 tetesparfum dan digerus sampai homogen.

3.3. Fungsi Bahan


Asam stearat
a)

Sinonim : Acid stearicum, ctylaceticacid, crodacid, edenor, emersol, stereophonic acid,


pearl steric.

b) Rumus Molekul : C18H36O2


c)

Berat Molekul : 284.47

d) Rumus Bangun :

26

e)

Pemerian : Zat pada keras mengkilat menunjukkan susunan hablur putih ayau kuning
pucat mirip lemak lilin.

f)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dan
dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

g) Khasiat : Bahan pengemulsi


h) Dosis : untuk salep dan krim = 1-20%
i)

Stabilitas :

Asam stearat merupakan bahan yang stabil. Antioksidan dapat

ditambahkan ke dalam asam stearat. Disimpan dalam wadah tertutup di tempat yang
sejuk dan kering.
Suhu lebur : tidak kurang dari 54oC (FI III), 69oC-70oC (HOPE)

j)

k) Inkompatibilitas : Asam stearat inkompatibel dengan metal hidroksida dan


inkompatibel dengan basa, agen pereduksi, dan agen pengoksidasi. Basis salep yang
dibuat dengan asam stearat akan menjadi kental jika bereaksi dengan senyawa zink
dan garam kalsium.
Sumber : Farmakope Indonesia III, Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi
Keenam hal. 697
TEA
a)

Sinonim : Triethanolamine (BP), Trolaminum (PhEur), Trolamine (USPNF), Tealan,


triethylamine, trihydoxytriethylamine, tris (hydroxyethyl)-amine.

b) Nama Kimia : 2,2,,2-Nitrilotriethanol


c)

Rumus Molekul : C6H15NO3

d) Berat Molekul : 149.9


e)

Rumus Bangun :

f)

Pemerian : Berwarna sedikit kuning muda (pucat), berbentuk cairan, berbau ammonia
sedikit.

g) Kelarutan : Becampur dengan acetone, karbon tetraklorida, metanol dan air, 1:24
dalam benzena, 1:63 dalam etileter.
27

h) Khasiat : Agen alkali dan bahan pengemulsi


i)

pH: 10.5

j)

Titik lebur : 20-21oC

k) Stabilitas : Berwarna coklat jika terpapar udara dan cahaya


l)

Penyimpanan : Tempat yang tertutup rapat (kedap udara), terlindungi dari cahaya.
Simpan dalam keadaan sejuk dan kering.

m) Inkompatibilitas : Bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan
ester. Dengan asam lemak yang tinggi, TEA membentu garam yang larut dalam air
dan mempunyai karakteristik seperti sabun. TEA beraksi dengan tembaga yang
membentuk kompleks garam. TEA juga dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil
klorida.
n) Kadar : 2-4 %

NIPAGIN
a)

Sinonim : Methyl hydroxybenzoate (BP), Methyl parahydroxybenzoate (JP), Methylis


parahydroxybenzoates (PhEur), Methylparaben (USPNF), hydroxybenzoic acids
methyl ester, methyl p-hydroxybenzoate, Nipagin , Uniphen p-23.

b) Nama Kimia : Methyl-4-hydroxbenzoate


c)

Rumus Molekul : C8H8O3

d) Berat Molekul : 152.5


e)

Rumus Bangun :

28

f)

Pemerian : Kristal putih atau bedrupa serbuk, berbau lemah atau hampir tidak berbau,
rasa khas (kuat)

g) Kelarutan : Praktis tidak larut dalam minyak mineral, 1:2 etanol, 1:3 etanol (95%), 1:6
etanol (50%), 1:10 eter, 1:60 gliserin, 1:200 minyak kacang, 1:5 propilenglikol, 1:400
air, 1:50 air suhu 50oC, 1:30 air suhu 80oC.
h) Khasiat : Bahan antimikroba
i)

pH: 4-8

j)

Titik lebur : 125-128oC

k) Stabilitas : Larutan yang mengandung nipagin pada pH 3-6 mungkin disterilisasi


dengan autoklaf pada suhu 120oC selama 20 menit.
l)

Penyimpanan : Disimpan dalam tempat tertutup rapat dalam keadaan sejuk dan kering.

m) Inkompatibilitas : Tereduksi dengan surfaktan nonionik seperti polisorbat 80.


Inkompatibilitas dengan bentonit, magnesium trisilicat, talk, tragakan, sodium alginat,
minyak essensial, sorbitol, atropin. Bereaksi dengan macam-macam gula dan alkohol
gula.
n) Kadar : Topikal (0.02-0.3%)
Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 794
AQUADEST
a)

Sinonim : Air Suling

b) Rumus Molekul : H2O


c)

Berat Molekul : 18.02

d) Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak bebau, dan tidak berasa.
e)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sumber : Farmakope Indonesia III


SETIL ALCOHOL
a. Sinonim : 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; palmityl alcohol
b. Rumus Molekul : C16H34O
c. Pemerian : Setil alkohol seperti lilin, putih serpih, butir, kubus, atau benda tuang. Ia
memilikikarakteristik samar bau dan rasa hambar.

29

d. Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat dengan
meningkatnyasuhu; praktis tidak larut dalam air. Mampu dicampur ketika dilarutkan
dengan lemak, larutan danparaffins padat, dan isopropyl miristat.
e. Stabilitas : Stabil di asam, alkali, cahaya, dan udara; itu tidakmenjadi tengik. Ini harus
disimpan dalam wadahtertutup baik di tempat sejuk dan kering.
Natrium metabisulfit (fi iv, hal. 596; martindale 2005 hal.1193; excipient hal. 451)
a.

Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang
dioksida

b.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol

c.

Kegunaan : Antioksidan

d.

Konsentrasi : 0,01-1 % (Excipient ed. 2nd, hal. 451)

e.

pH : 3,5 5

f.

Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC

g.

Sterilisasi : Filtrasi

Oleum Rosae (FI III hal 459, Martindale hal 682)


a. Pemerian

: Tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas,

pada suhu 250C kental


b. Kelarutan

: Larut dalam 1 bagian kloroform P, Larutan jernih.

c. Khasiat

: Pengharum/pewangi

d. Konsentrasi : 0,01%-0,05%.
e. Stabilitas

: Memadat pada suhu180C -220C menjadi massa kristal.

f. Penyimpanan : Wadah tertutup rapat

30

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Ansel (1989), suatuemulsi menjadi tidak stabil akibatpenggumpalan dari pada
globul-globul(bulatan-bulatan) dari fase terdispersi.Pengamatan stabilitas sediaan meliputi
pengamatan berupa pecah ataupemisahan fase, perubahan warna danbau dari sediaan yang terjadi
pada saatsediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12minggu penyimpanan pada suhu kamar. Untuk
mengatasi kerusakan bahanakibat adanya oksidasi dapat dilakukandengan penambahan suatu
antioksidan.
Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna, rasa
dan bau selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang
terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi. Suatu sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika
mengalami flokulasi, creaming dan koalesensi. Flokulasi merupakan proses yang terjadi antara
droplet dari fase internal emulsi dimana droplet tersebut bergabung menjadi suatu partikel besar
tetapi dengan pengocokan sedikit akan terdispersi sempurna . Koalesensi merupakan agregasi
antara dua partikel dimana jika dua partikel tersebut bergabung, maka akan membentuk satu
partikel besar, secara visual akan terlihat adanya pemisahan (Barel dan Maibach, 2001).
Creaming terjadi jika agregat dari bulatan fase dalam mempunyai kecendrungan yang
lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada
partikel-partikelnya sendiri. Dikenal dua macam creaming yaitu up ward creaming dimana
terjadi pembentukan massa krim ke atas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil
daripada berat jenis fase pendipersi dan down ward creaming yaitu terjadi pembentukan massa
krim kebawah yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar daripada berat jenis fase
pendispersi. Oleh karena itu utnuk meningkatkan stabilitas emulsi, maka perbedaan fase
terdispersi dan fase pendispersi harus sekecil mungkin ( Ansel, 1989).Kami memilih formulasi
ini karena sediaan moisturizer cream dengan ekstrak sari buah jeruk ini dapat diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya
homogen dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Krim ini juga stabil pada penyimpanan
selama 12. Penambahan sari buah jeruk bali kedalam sediaan krim dapat mengurangi panguapan
air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari jeruk bali yang ditambahkan pada sediaan krim,

31

maka semakin tinggi kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari
kulit.

32

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.Jakarta: Universitas
Indonesia. Hal377, 389.
Anief, M. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press.Hal.132.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.Hal 8.

33

You might also like