Professional Documents
Culture Documents
peristaltik urin melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam
bentuk
pancaran
melalui
osteum
uretralis
masuk
ke
kandung
kemih.
\Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempes, terletak di
belakang simfisis pubis dan kandung kemih mempunyai tiga muara, dua muara ureter
serta satu muara uretra. Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
dengan
ligamentum
vesika
umbilikus
medius.
( Sylvia A. Price Lorrance W., 1995 ). Bagian vesika urinaria terdiri dari :
Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang teisi oleh jaringan ikat duktus
deferent,
vesika
yaitu
Korpus,
seminalis
bagian
dan
antara
verteks
prostat.
dan
fundus.
Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika
Dinding
umbilikalis.
kandung
kemih
Lapisan
sebelah
Tunika
Muskularis
terdiri
dari
lapisan
luar
(Peritonium)
(lapisan
otot)
Tunika
Submukosa
lapisan
d)
mukosa
Proses
(lapisan
Miksi
atau
bagian
dalam).
Rangsangan
Berkemih
Distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang stresreseptors yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung
kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
internus
dihantarkan
melalui
serabut-serabut
saraf
para
simpatis.
Kontraksi spinter eksternus secara volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila ada
kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka terjadi inkontinensia urin (kencing keluar
terus-menerus tanpa disadari) dan retensi urin (kencing tertahan). Persyarafan dan
peredaran
darah
vesika
urinaris.
Persyarafan diatur torako lumbar dan kranial dari sistem persyarafan otonom. Torako
lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna peritonium
melapisi kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung kemih.
Peritonium dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih
e)
berisi
penuh.
Pembuluh
Darah
Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk
anyaman di bawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
limfatikus sepanjang arteri umbilikalis ( Syaifuddin, 1996 ).
2.
Fisiologi
Kandung kemih juga sering disebut buli-buli. Adapun fungsi dari kandung kemih adalah :
1) Muara tempat akhir zat-zat sisa dari makanan yang kita makan yang tidak diperlukan
tubuh
atau
tidak
direasorbsi
tubuh.
2) Tempat penampungan atau menyimpan air kemih yang akan dikeluarkan melalui uretra (
Syaifuddin,
1996
).
Ginjal juga merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Ginjal berfungsi sebagai :
1)
Memegang
2)
peranan
penting
dalam
Mempertahankan
pengeluaran
suasana
zat-zat
toksis
atau
keseimbangan
3)
Mempertahankan
keseimbangan
kadar
asam
4)
Mempertahankan
keseimbangan
garam-garam
dan
dan
racun.
cairan.
basa
dari
cairan
tubuh.
zat-zat
lain
dalam
tubuh.
5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, amoniak (
Syaifuddin, 1996 ).
B.
DEFINISI
a. Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau
kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare,
2000
).
b. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang
nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia.
Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid,
diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria
terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat,
dan
zat-zat
lainnya.
(Brunner
and
Suddarth,
2001).
c. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).
C.
ETIOLOGI
Faktor
Endogen
Faktor
Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
c.
Faktor
lainnya
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk
yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996
).
Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium
fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa
faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses
pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih
besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi
yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obatobatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.
( Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ).
D.
PATOFISIOLOGI
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi mungkin terjadi
hanya parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang disertai
tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Proses patofisiologisnya sifatnya mekanis. Urolithiasis
merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah, jaringan yang
tidak vital, tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan rendah
dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat ISK atau urin statis, mensajikan sarang
untuk pembentukan batu. Di tambah adanya infeksi meningkatkan ke basahan urin (oleh
produksi amonium), yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium
fosfat. Komposisi kalkulus Renalis dan faktor-faktor yang mendorong adalah: No
sebagai
berikut
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan
terjadi
b.
Adanya
Adapun
a.
inti
Riwayat
pribadi
nidus
resiko
tentang
batu
Usia
kandung
dan
c.
).
mencangkup
kemih
dan
saluran
jenis
Pernah
Makanan
f.
Adanya
mengalami
yang
kelainan
Masukan
h.
dapat
Profesi
morfologi
infeksi
meningkatkan
pada
cairan
ginjal
kurang
sebagai
kemih
kelamin
Kelainan
e.
g.
Faktor-faktor
b.
d.
pengendapan.
saluran
kalsium
dan
dan
kemih
asam
saluran
dari
pekerja
urat
kemih
pengeluaran
keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama. ( Brunner and
Suddart, 2001 ).
E. PATHWAYS
F.
MANIFESTASI
KLINIS
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan
muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak
dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan
kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
a.
b.
Urinalisa
Foto
KUB
:
:
Warna
Menunjukkan
kuning,
ukuran
ginjal
coklat
ureter
dan
atau
ureter,
adanya
gelap
menunjukan
batu.
EKG
Menunjukan
ketidakseimbangan
cairan,
asam
basa
dan
elektrolit.
abnormal
otot
kandung
kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta ) : Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal : Prosedur menghancurkan batu ginjal
dengan
gelombang
kejut.
i. Pielogram retrograde : Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
PENATALAKSANAAN
MEDIK
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat
batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer,
et.al.2000)
adalah
Vesikolitektomi
atau
Litotripsi
secsio
gelombang
alta.
kejut
ekstrakorpureal.
Ureteroskopi.
Nefrostomi.
I.
Adapun
KOMPLIKASI
komplikasi
dari
batu
kandung
kemih
ini
a.
adalah
Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter
dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara
urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan
timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi
gagal
ginjal.
b.
Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur,
kejang,
koma,
nafas
dan
keringat
berbau
c.
urine.
Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan
kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil,
sakit
d.
pinggang,
disuria,
Gagal
poliuria,
dan
ginjal
akut
nyeri
ketok
sampai
kosta
vertebra.
kronis
e.
Obstruksi
pada
kandung
kemih
f.
Perforasi
pada
kandung
kemih
g.
Hematuria
kencing
darah
atau
h.
i.
Nyeri
Infeksi
pada
pingang
saluran
ureter
dan
kronis
vesika
urinaria
oleh
batu.
II
kebutuhan
klien.
(Nursalam,
2001).
Sedangkan yang dikutip dari Iyer, et al.1996 dalam ( Nursalam, 2001 ) mengemukakan lima
tahap
yaitu
pengkajian,
diagnosa,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi.
1.
PENGKAJIAN
a.
Anamnesa
1)
Identitas
Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa
yang
digunakan,
pendidikan,
2)
pekerjaan,
alamat
Data
rumah.
Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.
3)
Keluhan
Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih, merasa
tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan
ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat
berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan
fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan
konstipasi.
b.
Pemeriksaan
1)
Status
Fisik
Kesehatan
Umum
Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa bekas
terauma
3)
pada
kepala,
bagaimana
keadaan
rambut
klien.
Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka dan
otot
rahang.
4)
Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata,
kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien masih
baik.
5)
Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda asing,
membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.
6)
Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah terdapat
secret,
perdarahan
pada
hidung,
7)
apakah
daya
penciuman
Mulut
masih
baik.
Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut apakah
terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum
masih
utuh
atau
tidak.
8)
Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi
pembesaran
atau
tidak.
9)
Apakah
Dada
ada
kelainan
paru-paru
dan
10)
jantung.
Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus
meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada
abdomen.
11)
Inguinal
/Genetalia/
anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum,
apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula
maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk
mengetahuan
pembesaran
prostat
dan
12)
konsistensinya.
Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema,
bagaimana
c.
kekuatan
otot
Pemeriksaan
dan
refleknya
Diagnosis
BNO (Blass Nier Overzicht) untuk mengetahui pembesaran prostat, kandung kemih dan
kelainan
ginjal.
d.
Hasil
1)
Peningkatan
2)
Penelitian
Kultur
sel
Urin
Laboratorium
darah
ditemukan
Putih,
dan
Ureum,
adanya
kuman
diagnostic.
dan
kretinin.
penyebab
infeksi.
3) Pemeriksaan HB, waktu pendarahan dan pembekuan, golongan darah sebagai persiapan
preoperasi.
e.
Potensial
Komplikasi.
Hiponatrium dilusi akibat Transuretal Resection Prostat (TURP), infeksi, komplikasi sirkulasi
termasuk testis, hydrokel, syok, retensi urine akut, ileus para litikum, abses, peningkatan suhu
tubuh,
dan
nyeri
f.
pada
saat
berjalan.
Penatalaksanaan
Medis.
Obsevasi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu secara rutin pasca operasi, analgesik,
antispasmodic, antibiotik, irigasi kadung kemih kontinu, irigasi kandung kemih intermiten,
terapi iv parenteral.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
POST
OPERATIF
VESIKOLITEKTOMI
a. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi
kateter/
badan.
pendarahan,
pembatasan
pemasukan
pra-operasi.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap :
prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung
kemih.
d. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks
spasme otot : prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
e. Resiko tinggi terhadap komplikasi, hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder
terhadap
vesikolitektomi
atau
sectia
alta.
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
POST
OPERATIF
trauma,
prosedur
bedah,
tekanan
dan
iritasi
kateter
atau
balon.
Tujuan
Klien
menunjukan
kemajuan
eliminasi
yang
jernih.
a.
urine
Kriteria
Berkemih
b.
dengan
Jumlah
Evaluasi
adekuat
residu
tanpa
urine
bukti
distensi
kurang
kandung
kemih.
50
ml.
dari
Intevensi
a.
Mandiri
1) Mengkaji keluaran urine dan system kateter atau drainase, khususnya selama irigasi
kandung
kemih.
2) Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran urine di urine bag.
3) Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2-4 jam per
protocol.
4) Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi. Batasi cairan pada malam hari setelah
kateter
dilepas.
b.
Kolaborasi
1) Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu sesuai indikasi pada periode pasca operasi
dini.
Rasional
a.
Mandiri
1) Retensi dapat terjadi karena edema area bedah,bekuan darah, dan spasma kandung kemih
2) Urine yang tertampung harus seimbang atau tidak jauh berbeda dengan pemasukan cairan.
3) Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine.Keterbatasan berkemih untuk tiap 4
jam meningkatkan tonus kandung kemih dan membantu latihan ulang kandung kemih
4) Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk kelainan urine, penjadwalan,
masukan cairan menurunkan kebutuhan berkemih/ gangguan tidur selama malam hari
b.
Kolaborasi
1) Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk mempertahankan patensi
kateter atau aliran urine
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan
mengontrol
a.
Tujuan
perdarahan,
:
pembatasan
Kebutuhan
Kriteria
Tanda-tanda
pemasukan
cairan
Evaluasi
vital
pre
klien
operasi.
terpenuhi.
:
stabil.
b.
Pengisian
c.
kapiler
Membran
d.
Menunjukan
baik.
mukosa
tak
lembab.
ada
perdarahan
aktif.
Intervensi
a.
Mandiri
1)
Awasi
pemasukan
dan
pengeluaran.
2) Inspeksi balutan atau luka drain. Timbang balutan bila di indikasikan, perhatikan
pembentukan
hematoma.
3) Evaluasi warna, konsistensi urine. Contoh: merah terang dengan bekuan merah.
4) Awasi tanda-tanda vital, peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah,
diafrosis,
pucat,
perlambatan
pengisian
b.
kapiler
dan
membran
mukosa
kering.
Kolaborasi
1)
Awasi
Contoh
pemeriksaan
laboratorium
Hb/Ht,
jumlah
sesuai
sel
indikasi.
darah
merah.
Rasional
a.
Mandiri
1) Indicator keseimbangan cairan dan kebutuhan pengantian. Pada irigasi kandung kemih,
awasi pentingnya perkiraan kehilangan darah dan secar akurat mengkaji haluaran urine.
2)
Perdarahan
dapat
dibuktikan
atau
disingkirkan
dalam
jaringan
perineum
cepat.
Kolaborasi
Tujuan
Tidak
dan
terjadi
infeksi
selama
pemasangan
retensi
Kriteria
kateter
urine.
evaluasi
a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, nyeri bertambah, luka berbau).
b.
Warna
c.
Suhu
urine
dalam
jernih,
batas
Intervensi
dan
normal
tidak
(36.5-37.5
berbau.
).
:
a.
Mandiri
1) Pertahankan system kateter steril : berikan perawatan kateter regule dengan sabun dan air,
berikan
salep
2)
antibiotik
Ambulasi
dengan
disekitarsisi
kateter.
drainase
dependen.
kantung
3) Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat,
gelisah,
4)
peka,
Observsi
drainase
dari
luka
b.
1)
disorientasi.
supra
pubik
dan
foley
kateter.
Kolaborasi
Berikan
antibiotik
sepalosporin,
misalnya:
:
cetroxone
sesuai
program
medis.
Rasional
a.
Mandiri
1)
Mencegah
pemasukan
bakteri
dan
infeksi
sepsis
lanjut.
2) Menghindari refleks balik urine,yang dapat memasukan bakteri kedalam kandung kemih.
3) Pasien yang mengalami sistoskopi atau TUR prostat berisiko untuk syok bedah septic
sehubungan
dengan
meanipulasi/
instrumentasi.
4) Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan risiko untuk infeksi, yang di indikasikan
dengan
eritemia,
drainase
b.
purulen.
Kolaborasi
1) Mungkin diberikan secara profilaksis sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada
vesikolitotomi.
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks
spasme
otot:
Tujuan
prosedur
Rasa
nyeri
dan
atau
berkurang
tekanan
atau
dari
hilang
Kriteria
a.
Klien
balon
setelah
kandung
diberikan
kemih.
perawatan.
Evaluasi
nyeri
berkurang.
mengatakan
b.
Raut
muka
tampak
c.
Skala
nyeri
berkurang
rileks.
0-4.
Intervensi
a.
Mandiri
1)
Kaji
nyeri,
perhatikan
loksi,
intensitas
(skala
0-10).
2) Pertahankan patensi kateter dan sistemdrainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan
bekuan.
3)
Tingkatkan
pemasukan
cairan
3000
ml
hari
sesuai
toleransi.
termasuk
latihan
nafas
b.
dalam,
visualisasi,
pedoman
imajinasi.
Kolaborasi
1)
Berikan
obat
sesuai
instruksi
:
untuk
nyeri
dan
spasme
Rasional
a.
Mandiri
1) Nyeri tajam, intermiten dengan dorongan berkemih / pasase urine sekitar kateter
menunjukan spasme kandung kemih, yang cendrung lebih berat pada pendekatan suprapubik
atau
TUR
2) Mempertahankan fungsi kateter dan system drainase, menurunkan resiko distensi / spasme
kandung
kemih
kemih
koping.
b.
Kolaborasi
1) Obat anti spasmodic mencegah spasme kandung kemih. Obat analgesik mengurangi nyeri
insisi.
5. Resiko terhadap komplikasi hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder
terhadap
vesikolitotomi/
Tujuan
Kriteria
Evalusi
section
Tidak
:
Tidak
ada
alta.
tampak
tanda-tanda
perdarahan,
infeksi,
komplikasi.
dan
inkontinensia
urine.
Intervensi
a.
Mandiri
1)
Pantau
Tekanan
Masukan
Warna
darah,
dan
nadi,
dan
haluaran
pernafasan
tiap
tiap
24
8
jam.
jam.
urine.
2) Sediakan diet makan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi jika ada
riwayat
konstipasi.
3) Pastikan masukan cairan setiap hari paling sedikit 2-3 liter tanpa ada kontraindikasi.
4) Lakukan kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, gunakan
sarung tangan ketika kontak dengan darah atau cairan yang keluar dari tubuh pasien) pada
semua
prosedur
tindakan
b.
keperawatan.
Kolaborasi
1)
Berikan
terapi
antibiotik
dan
:
mengevaluasi
efektivitas
obat.
Rasional
a.
Mandiri
1) Deteksi awal terhadap komplikasidengan intervensi yang tepat dapat mencegah kerusakan
jaringan
yang
permanen.
2) Dengan peningkatan penekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan.
3) Cairan membantu mendistribusikan obat-obatan keseluruh tubuh. Resikoterjadi ISK
dikurangi
bila
aliran
urine
encer
konstan
dipertahankan
melalui
ginjal.
pemberian
perawatan
b.
dan
pasien.
Kolaborasi
salah
Tujuan
Klien
dan
interprestasi.
keluarga
kliean
mengerti
secara
umum
penyakitnya.
Kriteria
sederhana
Evaluasi
tentang
Klien
proses
dan
keluarga
penyakit,
dapat
pencegahan,
menjelaskan
dan
secara
pengobatannya.
Intervensi
a.
Mandiri
1)
Kaji
implementasi
prosedur
harapan
masa
depan.
2) Tekankan perlunya nutrisi yang baik : dorong konsumsi buah, meningkatkan diet tinggi
serat.
3) Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh: menghindari mengangkat berat, latihan
keras, duduk/ mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih dari dua tingkat tangga
sekaligus.
4)
Dorong
kesinambungan
latihan
perineal.
5) Instruksikan perawatan kateter urin bila ada identifikasi sumber alat atau dukungan.
Rasional
a.
Mandiri
operasi
dan
Membantu
prostat,
kontrol
menimbulkan
urinaria
dan
resikoperdarahan
menghilangkan
inkontinesia.
PERENCANAAN
PULANG.
a. Diet tinggi kalori dan protein yakni nasi, telur, daging, susu, dan lain-lain untuk tenaga dan
proses
penyembuhan.
b. Diet minum banyak air putih 3000 cc / hari dan hindari minum kopi,alcohol dan yang
bersoda
serta
makanlah
makanan
yang
banyak
mengandung
serat.
c. Mendorong klien agar tidak melakukan pekerjaan yang berat, buang air kecil yang teratur
dan mendorong klien dalam mematuhi program pemulihan kesehatan dan minum obat sesuai
dengan
pesanan
dokter.
dan
kompliksi
penyakit.
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Definisi
a. Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau
kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare,
2000
).
b. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang
nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia.
Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid,
diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria
terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat,
dan
zat-zat
lainnya.
(Brunner
and
Suddarth,
2001).
c. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).
2.
Etiologi
Faktor
Endogen
Faktor
Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
c.
Faktor
lainnya
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk
yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996
).
Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium
fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa
faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses
pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih
besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi
yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obatobatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.
( Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ).
3.
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat
batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer,
et.al.2000)
Nefrostomi.
adalah
Vesikolitektomi
Litotripsi
atau
gelombang
secsio
kejut
alta.
ekstrakorpureal.
Ureteroskopi.
DAFTAR
http://www.google.com (
PUSTAKA
diakses
pada
Senin,
April
2012