Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. JUDUL PERCOBAAN
Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom
Sub judul : Efek obat kolinergik dan antikolinergik pada mata.
B. TUJUAN PERCOBAAN:
1. Menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat system saraf otonom dalam
pengendalian fungsi-fungsi vegetative tubuh.
2. Mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi aktivitas obat kholinergik dan
aktivitas obat antikholinergik pada neuroefektor parasimpatikus.
3. Menjelaskan manfaat atau bahaya obat obat kholinergik, antikholinergik dan
adrenergic pada pengobatan mata serta pendekatan-pendekatan yang mungkin
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.
C. PRINSIP PERCOBAAN:
Pemberian zat kolinergik dan zat antikholinergik pada mata akan menimbulkan suatu
efek fisiologis yang berbeda.
D. TEORI DASAR
Anatomi mata
Bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata,
dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Gambar dibawah ini
menunjukan bagian-bagian yang termasuk ke dalam bola mata, bagian-bagian tersebut
memiliki fungsi berbeda, secara rinci diuraikan sebagai berikut :
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
melekatnya bola mata
Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica
vasculosa, dan tunica nervosa.
Kelopak Mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat membuka diri untuk
memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.
Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan
air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak
mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk. Kelopak
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga
orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam
meatus inferior.
3
Neuron eferen ( motorik ) : menerima impuls dari otak dan meneruskan impuls ke
sel-sel organ efektor melalui medulla spinalis.
Jalur eferen pada system saraf ada dua cabang yaitu system saraf simpatis dan system
saraf parasimpatis. Keduanya bekerja pada organ yang sama tetapi member respons
yang berlainan agar tercapai homeostatis ( keseimbangan ).
Organ tubuh
Bagian
Respon simpatis
Respon parasimpatis
Mata
Pupil
Dilatasi
Konstriksi
Paru-paru
Bronkus
Dilatasi
Jantung
Denyut jantung
Denyut jantung
meningkat
menurun
Pembuluh darah
Konstriksi
Dilatasi
Gastrointestinal
Relaksasi
Peristaltik meningkat
Spinkter
Kontraksi
Relaksasi
otot
Relaksasi
kontraksi
Kandung kemih
Uterus
Relaksasi
Kelenjar saliva
Salviasi bertambah
KOLINERGIK / PARASIMPATOMIMETIK
Adalah obat yang merangsang saraf parasimpatis. Asetilkolin adalah neurotransmitor
pada ganglion dan ujung saraf terminal parasimpatis dan mempersarafi reseptor-reseptor
pada organ, jaringan, kelenjar.
Ada dua jenis reseptor kolinergik :
1. Reseptor muskarinik, pada otot polos, kelenjar, jantung dan otot paru-paru.
2. Reseptor nikotinik, mempengaruhi otot rangka di ganglion dan sambungan
neuromuscular ( otot rangka ).
Terdapat kolinergik kerja langsung dan kolinergik kerja tidak langsung :
1. Kolinergik kerja langsung bekerja pada reseptor untuk mengaktivasi respons
jaringan. Kelompok obat ini kerja selektif untuk reseptor muskarinik tetapi tidak
spesifik, karena reseptor muskarinik berada pada otot polos, saluran gastrointestinal,
kelenjar dan jantung. Contoh pilokarpin (untuk mengobati glaucoma dengan
menurunkan tekanan intraocular cairan dalam bola mata selainitu juga bekerja pada
nikotinik) ; betanekol ( untuk meningkatkan berkemih ) ; karbakol.
2. Kolinergik kerja tidak langsung ( antikolinesterase ) bekerja dengan menghambat
enzim kolinesterase sehingga asetilkolin meningkat.
Efek samping : mual, muntah, diare, kejang abdomen, bradikardia, banyak berkeringat,
salvias dan sekresi bronchial, hipotensi.
ANTIKOLINERGIK / PARASIMPATOLITIK
Adalah obat-obat yang menghambat asetilkolin dengan menempati reseptor asetilkolin.
Obat ini menyebabkan saraf simpatis menjadi lebih dominan. Contoh obatnya : atropine
sulfat, skopolamin memberikan kerja pada muskarinik, nikotinik kecil (tidak). Atropin
digunakan sebagai praanestetik untuk mengurangi saliva, sebagai antispasmodic untuk
mengobati tukak peptic peristaltic, mengurangi sekresi HCL lambung dan meningkatkan
denyut jantung.
Efek samping : mulut kering, gangguan penglihatan ( kabur akibat dilatasi pupil ), retensi
urin, takikardi.
Kontra indikasi : glaucoma, asma, retensi urin, obstruksi gastrointestinal.
OBAT ADRENERGIK
Neurotransmiter pada system saraf simpatis adalah norephineprine dan ephineprine. Ada
empat reseptor adrenergic yaitu alfa 1, alfa 2, beta 1, dan beta 2.\
Efek adrenergic pada reseptor
Reseptor
Alfa 1
Respons fisiologik
Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung,
Vasokonstriksi : meningkatkan tekanan darah
Midriasis : dilatasi pupil mata
Kelenjar saliva mengurangi sekresi
Alfa 2
Beta 1
Beta 2
PENGHAMBAT ADRENERGIK
Dibagi tiga golongan :
Penghambat adrenergic alfa : misalnya dihidroergotamin
Penghambat adrenergic beta : misalnya propanolol
Penghambat neuron adrenergic : reserpin.
Efek penghambat adrenergic pada reseptor
Reseptor
Respon
Alfa 1
Beta 1
Beta 2
: kelinci 1 ekor.
A. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Amati , ukur dan catat diameter pupil mata pada cahaya suram dan pada penyinaran
dengan senter, bandingkan.
2. Obat yang digunakan diteteskan kedalam kelopak mata bawah. Setelah larutan
diteteskan, biarkan mata terbuka selama satu menit sambil ditekan saluran
nasolakrimal.
3. Bila tidak ada efek setelah 15 menit, ulangi prosedur ini.
4. Kedalam mata kiri teteskan 3 tetes Tropicamide 1%. Perhatikan dan catat efek yang
terjadi.
5. Tiap kali setelah penetesan obat, reflex pupil mata diuji.
6. Setelah terjadi midriasis kuat pada kedua mata, kedalam mata kiri diteteskan 2 tetes
larutan atropin. Amati efek pada kedua mata
B. ANALISIS
Pengamatan sebelum adanya tindakan
kiri
kanan
cahaya suram
0,5 cm
0,5 cm
cahaya sinar
0,3 cm
o,3 cm
Ket : karena sediaan fisotigmin salisilat 0,2% tidak ada di laboratoriium, jadi hanya
digunakan pada mata kiri yaitu Mydriatil yang berisi Tropicamide 1% sebagai pengganti
Pilokarpin HCL. Efek Cendo Mydriatl ( Tropicamide 1% ) sama dengan Pilocarpin HCL
yaitu melebarkan pupil mata.
rekasinya
pertama
berkedip/refleks
kedua
berkedip/refleks
ketiga
berkedip/refleks
Hasil pengamatan
Pengamatan
Waktu ke-...
Ukuran pupil
Suram
13 menit
0,9 cm
Sinar
13 menit
0,7 cm
Setelah terjadi miosis kuat ( pelebaran pupil mata) pada mata kiri ditetesi dengan atropin
sulfat.
Obat Atropin sulfat 2 tetes
Waktu
Kiri
Kiri
(15 menit)
(20 menit)
Cahaya suram
0,8 cm
0,7 cm
Cahaya sinar
0,6 cm
0,7 cm
Suasana
10
III. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, ternyata telah terbukti benar sesuai dengan teori bahwa efek
fisiologis yang ditimbulkan oleh obat kolinergik yang merangsang saraf parasimpatis,
contohnya tropicamide 1%, menimbulkan dilatasi pupil mata (mydriasis) namun
konstriksi pada pembuluh darah. Hal tersebut dibuktikan pada saat setelah penetesan
tropicamide 1%, pupil menjadi lebih besar ( mydriasis) dan pupil menjadi merah cerah (
konstriksi pembuluh darah).
Setelah penetesan atropine, pupil mata menjadi terkonstriksi ( midriatik ) dan
pembuluh darah terdilatasi sehingga pupil mata kelinci menjadi normal kembali.
IV. KESIMPULAN
Bahwa efek suatu obat obat kolinergik seperti Tropicamide 1%
yang dapat
meleberkan pupil mata (dilatasi) dan mengkonstriksi pembuluh darah, efek tersebut
dihilangkan dengan obat anti kolinergik yaitu atropine, sehingga pupil mata kembali
normal. Dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa obat kolinergik dan anti
kolinergik bekerja pada organ yang sama namun memberi efek yang berlawanan /
berbeda guna menjaga homeostatis pada tubuh.
11
V. JAWABAN PERTANYAAN
12
13