You are on page 1of 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN DIAGNOSA DIABETUS MELITUS

OLEH KELOMPOK :
1.

Auliya Rahmi

(470113003)

2.

Dwi Kurniawati

(470113006)

3.

Fahmilia Tri Hidayati

(470113009)

4.

Ghones Ghozeli

(470113012)

5.

Ima Setyowati

(470113016)

6.

Kurnnia Septyaningrum (470113019)

7.

Litha Damayanti

(470113021)

8.

M. Mustafiddin Munir

(470113023)

9.

Nanda Akbar

(470113026)

10.

Nur Hidayati

(470113031)

11.

Nurislami Mandarizki

(470113033)

12.

Nurma Indah Livianinda (470113034)

13.

Rima Yuliana Sari

(470113041)

AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN


2014

ii

DAFTAR ISI
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan .................................................................................
1.1. Latar belakang ...........................................................................
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................
1.3. Tujuan Umum ...........................................................................
1.4. Tujuan Khusus ...........................................................................
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian DM ..........................................................................
2.2. Penyebab DM ............................................................................
2.3. Tanda dan gejala.........................................................................
2.4. Patofisiologi ..............................................................................
2.5. Penatalaksanaan ........................................................................
2.6. Asuhan Keperawatan
2.6.1. Keluhan Utama ...............................................................
2.6.2. Riwayat Penyakit ............................................................
2.6.3. Keadaan Umum ..............................................................
2.6.4. Pemeriksaan Fisik ...........................................................
2.6.5. Pemeriksaan Laboratorium .............................................
2.6.6. Pathway ..........................................................................
2.6.7. Diagnosa Keperawatan ...................................................
2.6.8. Intervensi ........................................................................
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan ......................................................................................
3.2. Saran ................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit degenerative
yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan
mengalami peningkatan, sehingga dampak adanya pergeseran perilaku
pola konsumsi gizi makanan. (Singgih B, et al. 2003). Diabetes Mellitus
(DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini
tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan
penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok
umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya
penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala
prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik
pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan
ginjal.
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan
menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta
meningkatnya umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi demografi
akibat

keberhasilan

upaya

menurunkan

angka

kematian

dapat

menimbulkan transisi epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari


infeksi akut penyakit degenerative yang menahun.
Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan
sebutan kencing manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan
ke 4 terbesar di dunia. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171
juta penderita diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat dua kali
ii

menjadi 366 juta pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya,
hanya 30% yang rutin berobat. Kecenderungan peningkatan prevalensi
akan membawa perubahan posisi diabetes mellitus semakin menonjol,
yang

ditandai

dengan

perubahan

atau

kenaikan

peningkatannya

dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes mellitus makin


memberI kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten diseases
leading cause of death). (Bustan, 2007)
1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dan patofisiologi penyakit Diabetes Melitus ?
2. Apa saja klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?
3. Bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus ?
4. Bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus ?

1.3

Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin
akibat Diabetes Melitus.

1.4
1.
2.
3.
4.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Pengertian dan patofisiologi penyakit Diabetes
Melitus
Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus
Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis
yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa

ii

hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan


protein.
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA) 2003, diabetes itu
merupkan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hyperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO tahun 1980 diabetes
mellistus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau
relative dan gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan
atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas
( Burnner dan suddarrth, 2003)
2.2.

Penyebab
a.

Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain
yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan

karbohidrat

dan

gula

yang

diproses

secara

berlebihan, obesitas dan kehamilan.


3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

ii

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan


kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap
insulin.
b.

Gangren Kaki Diabetik


Faktor faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a.

Genetik, metabolik

b. Angiopati diabetic
c. Neuropati diabetic
Faktor eksogen :

a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

2.3.

Tanda dan gejala diabetes


1. Gejala khas
Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)
Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)
2.

Gejala lain
Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh
yang terasa gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan
kulit,seperti ketiak bawah payudara dan pelipatan paha.
Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada
lensa akibat akibat hiperglikemia
Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya
jamur candida dan kelainan pola haid.
Impotensi pada laki-laki
Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di
akibatkan neuropati.
Luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun luka hanya
timbul karena hal sepele,seperti luka lecet.
Tubuh merasa lemah dan mudah merasa lelah
Berat badan menurun tanpa penyebab khusus.

ii

2.4.

Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus
adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes

tipe

terdapat

ketidakmampuan

untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan


oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan

cairan

yang

berlebihan,

pasien

akan

mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).


Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.

Ketoasidosis

diabetik

yang

diakibatkannya

dapat

menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,


muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani
2.

akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.


Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

ii

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada


permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka
awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar
glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati
diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan
pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati,
dan

pada

pembuluh

darah

halus

(mikrovaskular)

disebut

mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya


lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin
dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk
keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme
yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang
inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan
dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).

ii

2.5.

Penatalaksanaan
1.

Penatalaksanaan makan
a.

Jumlah kalori tepat


Pasien kurus diet 2100-2500 kalori
Pasien sedang diet 1700-1900 kalori
Pasien gemuk diet 1100-1500 kalori

b.

Makanan yang mengandung serat tinggi, misalnya :


sayur-sayuran dan buah

c.

Komposisi makanan : Protein 15-20 %, lemak 20-25 %,


karbohidrat 60-70 %.

d.

2.

Gula dan produk lain dari gula tidak dianjurkan.

Latihan Jasmani
a. Memperbaiki sel-sel tubuh dan pemakaian glukosa oleh sel tubuh
menjadi baik
b. Latihan jasmani yang disenangi dapat meningkatkan kebugaran
tubuh dan otot-otot besar
c. Dilakukan sesudah makan 3-5 kali seminggu
d. Jenis olahraga : Jalan, jogging, berenang dan bersepeda.

3.

Obat-obatan
a. Diberikan bila perencanaan makan dan latihan jasmani tidak
menurunkan kadar gula darah
b. Jenis obat hiperglikemi oral dan insulin

4.

Penyuluhan
Sangat perlu untuk motivasi pasien dalam pelaksanaan Diabetes
Millitus dan tidak terjadi komplikasi.
Pengetahuan yang perlu diberikan antara lain :
-

Pengertian DM dan komplikasi

Penatalaksanaan DM

Perencanaan makan

Latihan jasmani/olahraga

ii

2.6.

Monitoring kadar gula darah

Perawatan kaki

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
2.6.1.

Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.

2.6.2.

Riwayat Penyakit
a.

Riwayat Penyakit Sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.

b.

Riwayat Penyakit Dahulu


Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit
lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas.

Adanya riwayat penyakit jantung,

obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah


di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
2.6.2.1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda tanda vital.
2.6.3.

Pemeriksaan Fisik
a.

Kepala dan leher


Kaji

bentuk

kepala,

keadaan

rambut,

adakah

pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,

ii

adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,


ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
b.

Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.

c.

Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.

d.

Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.

e.

Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.

f.

Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas
atau sakit saat berkemih.

g.

Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.

h.

Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2.6.5.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

ii

a.

Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula
darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200
mg/dl.

b.

Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ).Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :hijau ( + ),
kuning (++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c.

Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

ii

2.6.7.

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


faktor biologis.
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik
3. Kekurangan

volume cairan tubuh berhubungan dengan

diuresis osmotik.
4. Resiko injuri b/d gangguan penglihatan
2.6.8.

Intervensi

1.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


faktor biologis.
Tujuan:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam nutrisi pasien normal.
Kriteris Hasil :

2.

1. Intake nutrien normal


2. Intake makanan dan cairan normal
3. Berat badan normal
4. Massa tubuh normal
5. Pengukuran biokimia normal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam status nutrisi, intake nutrien, pasien adekuat.

ii

Kriteria Hasil :
1. Intake kalori
2. Intake protein
3. Intake lemak
4. Intake karbohidrat
5. Intake vitamin
6. Intake mineral
7. Intake zat besi
8. Intake kalsium
Intervensi:
Mandiri:
1) Timbang berat badan.
R/: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (absorpsi
dan utilisasinya).
2) Tentukan program diet dan pola makan klien.
R/: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
3) Berikan makanan yang

mengandung

nutrient

dan

elektrolit. R/: pemberian makanan melalui oral lebih baik


jika pasien sadar dan fungsi gasrtointestinal baik.
4) Identifikasi makanan yang di sukai/ tidak di sukai.
R/: jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam

perencanaan

makanan,

kerjasama

ini

dapat

diupayakan setelah pulang.


5) Observasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti perubahan
tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat,
peka rangsangan, cemas, sakit kepala.
R/: metabolisme karbihidrat mulai terjadi (gula darah akan
berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka
hipoglikemia dapat terjadi).
Kolaborasi:
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah.
R/ : gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan terapi insulin terkontriol.
7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.
R/: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuain
diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

ii

2.

Kekurangan

volume cairan tubuh berhubungan dengan

diuresis osmotik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam nutrisi keseimbangan cairan pasien normal.
Kriteria Hasil :
1. TD dalam rentang yang diharapkan.
2. CVP dalam rentang yang diharapkan
3. Tekanan Arteri rata rata yang diharapkan
4. Nadi perifer teraba
5. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
6. Suara nafas tambahan tidak ada
7. Berat badan stabil
8. Tidak ada asites
9. Tidak ada distensi vena
10. Tidak ada edema perifer
11. Hidrasi kulit
12. Membran mukosa basah
13. Serum elektrolit dbn
14. Ht dbn
15. Tidak ada haus yang abnormal
16. Tidak ada sunken eyes
17. Urin putput normal
18. Mampu berkeringat
19. Tidak demam
Intervensi:
Mandiri:
1) Pantau TTV.
R/: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemia ketika
tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari
posisi berbaring keposisi duduk/ berdiri.
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa.
R/: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
3) Ukur masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.
R/: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairab
pengganti, fungsi ginjal, dan keeektifan dari terapi yang
diberikan.
Kolaborasi:

ii

4) Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi.


R/: tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajad
kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.
3.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan


status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau
menunjukkan

penyembuhan.

Kriteria hasil :
1. Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. Pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Intervensi
1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
R/ : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka
secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan
nekrotomi jaringan yang mati.
R/ : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak
jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan
nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin,
pemeriksaan

kultur pus

pemeriksaan gula darah

pemberian anti biotik.


R/ : insulin akan menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan

ii

anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar


gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
4.

Resiko injuri b/d gangguan penglihatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan tidak terjadi injuri pada pasien.
Kriteria hasil :
1. Klien terbebas dari cidera
2. Klien mampu

menjelaskan cara atau metode untuk

mencegah injury atau cidera


3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan
atau perilaku bersama
4. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
6. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Intervensi :
1) Hindarkan alat-alat yang dapat menghalangi aktivitas
pasien.
R/ : Untuk meminimalisir terjadinya cedera
2) Gunakan bed yang rendah.
R/ : Meminimalkan resiko cedera
3) Orientasikan untuk pemakaian alat bantu penglihatan ex.
Kacamata
R/ : Membantu dalam penglihatan klien

ii

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyakit

Diabetes Militus (DM) ini sangat berbahaya. Banyak sekali

faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus.


Seperti obesitas (berat badan berlebih), faktor genetis, pola hidup yang
tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang
lainnya.
3.2.

Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu berhati hatilah dalam menjaga pola hidup, sering berolah raga
dan istirahat yang cukup.
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan
atau minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar
gula meningkat dengan cepat.

ii

DAFTAR PUSTAKA
Herdman,Heather.(2012).NANDA

INTERNASIONAL

DIAGNOSIS

KEPERAWATAN.Jakarta;EGC
Cohen,S.M.(2006).Jaundice In the full-term newborn. Pediatr nurse: 32(3);202-7
NANDA NIC NOC PSIK FIKES UMM.pdf
http://nurkayat.wordpress.com/ratna/diabetes-melitus-dan-askep-diabet-militusdm/
http://merinirmalasari.wordpress.com/2012/04/04/dmcontoh-makalah-diabetesmelitus/
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-golsulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/
http://4askep.blogspot.com/
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

ii

Doenges,

Marilyn

E,

Rencana

Asuhan

Keperawatan

Pedoman

untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I


Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

ii

You might also like