You are on page 1of 57

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN KELINCAHAN

TERHADAP KETRAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM


SEPAKBOLA PADA SISWA LEMBAGA PENDIDIKAN
SEPAKBOLAATLAS BINATAMA
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I
untuk memperoleh gelar Sarjana Sain
Oleh
Nama : Tirto Ponco Nugroho
NIM : 6104000048
Jurusan : Ilmu Keolahragaan
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
SARI
Skripsi ini berjudul Hubungan Antara Kecepatan dan Kelincahan terhadap
Ketrampilan Menggiring Bola dalam Sepak Bola pada Siswa Lembaga Pendidikan
Sepakbola Atlas Binatama Semarang.
Permasalahan yang akan diungkapkan penelitian ini adalah : 1) Apakah ada
hubungan antara kecepatan dan kelincahan terhadap ketrampilan menggiring bola
dalam sepak bola pada siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) Atlas Binatma
Semarang. Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara antara kecepatan dan
kelincahan terhadap ketrampilan menggiring bola dalam sepak bola pada siswa
Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) Atlas Binatma Semarang.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa LPSB Atlas
Binatama Semarang U-16 sebanyak 26 siswa, sampel dalam penelitian diambil secara
total sampling yaitu 26 siswa. Variabel penelitian terdiri dari 2 variabel bebas yaitu
kecepatan dan kelincahan, serta 1 variabel terikat yaitu ketrampilan menggiring bola.
Instrumen tes dalam penelitian ini yaitu tes kecepatan, tes kelincahan dan tes
menggirng bola. Metode penelitiannya adalah metode survei dengan teknik tes dan
pengukuran. Analisis data menggunakan korelasi ganda.
Hasil analisis koefisien korelasi parsial untuk kecepatan sebesar 0.622 dengan
probabilitas 0.001 < 0.05, yang berarti hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan ada
hubungan secara signifikan antara kecepatan dengan menggiring bola pada permainan
sepak bola oleh siswa LPSB Atlas Binatama Semarang. Hal ini berarti bahwa dengan
bertambahnya kecepatan akan diiikuti pula kecapatan dalam menggiring bola. Hasil
analisis koefisien korelasi parsial untuk kelincahan sebesar 0.518 dengan probabilitas
0.008 < 0.05, yang berarti hipotesis diterima, dengan demikian kelincahan
berhubungan secara signifikan dengan hasil menggiring bola pada permainan
sepakbola oleh siswa LPSB Atlas Binatama Semarang. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi kelincahan seseorang akan diikuti naiknya kecepatan dalam menggiring bola.
Hasil analisis korelasi ganda sebesar 0.740 yang diuji keberartiannya menggunakan
uji F diperoleh Fhitung sebesar 13.953 dengan probabilitas 0.000 < 0.05, yang berarti
hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kecepatan dan kelincahan dengan hasil menggiring bola pada permainan sepak bola
oleh siswa LPSB Atlas Binatama Semarang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecepatan
dan kelincahan terhadap ketrampilan menggiring bola pada permainan sepak bola
pada siswa LPSB Atlas Binatama Semarang. Disarankan pada pihak pelatih sepak
bola di LPSB Atlas Binatma Semarang: 1) Dalam penyusunan program latihan fisik
untuk menggiring bola dalam sepakbola, hendaknya seorang pelatih memprioritaskan
kecepatan dan kelincahan. 2) Agar melakukan penelitian yang sejenis untuk mengkaji
lebih lanjut faktor-faktor lain yang termasuk dalam penelitian ini.
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Semarang, Desember 2004
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Drs. Djanu Ismanto, M.S Drs. Prapto Nugroho, M.Kes
NIP. 131571558 NIP. 131469635
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Drs. Djanu Ismanto, M.S
NIP 131571558
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Februari 2005
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Sutardji, M.S Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes
NIP. 130523506 NIP 132050000
Anggota Penguji
Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes
NIP 132050000
Drs. Djanu Ismanto, M.S
NIP. 131571558
Drs. Prapto Nugroho, M.Kes
NIP. 131469635
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan pekerjaan yang baik
untuk menghilangkan akibat akibat yang jelek dari kesalahan kesalahan
yang dilakukan (QS Al Baqarah,160)
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada :
1. Ayah, Ibu, Kakak dan Adikku tercinta.
2. Adik Rofin Fadilah tersayang.
3. Rekanrekan mahasiswa Ilmu
Keolahragaan.
4. Almamater Universitas Negeri Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan anugerahNya, skripsi yang berjudul Hubungan Kecepatan dan
Kelincahan terhadap Ketrampilan Menggiring Bola dalam Sepakbola pada Siswa
Lembaga Pendidikan Sepakbola Atlas Binatama Semarang dapat terwujud.
Sehubungan dengan hal tersebut perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan hormat yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Drs. Sutardji, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang yang telah berkenan menyetujui peneliti untuk melaksanakan penelitian.
2. Bapak Drs. Djanu Ismanto, M.S, Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan sekaligus
Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran, bimbingan dan
pengarahan dalam menyusun maupun penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Prapto Nugroho, M.Kes, Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan saran, bimbingan dan pengarahan dalam menyusun maupun
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bantuan hingga terselesainya
penelitian skripsi ini.
5. Bapak Daud, Kepala pelatih Lembaga Pendidikan Sepak Bola Atlas Binatama
Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti sehingga dapat
vii
melaksanakan penelitian di Lembaga Pendidikan Sepak Bola Atlas Binatama
Semarang.
6. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang yang telah membantu pada penelitian skripsi ini.
7. Rekan-rekan Singgasana Cost yang telah membantu dan memberikan motivasi
hingga terselesainya skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung dalam penelitian skripsi ini.
Selanjutnya peneliti mengakui bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran maupun kritik
yang bersifat membangun.
Akhirnya peneliti berharap semoga skrisi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan dapat dijadikan pedoman bagi pembuatan skripsi selanjutnya.
Semarang, Maret 2005
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL

. i
SARI
.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..
iii
HALAMAN PENGESAHAN . ..
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .v
KATA PENGANTAR
.. vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL .
.x
DAFTAR GAMBAR ..
.. xi
DAFTAR LAMPIRAN .. .
xii
BAB I. PENDAHULUAN
.1
1.1 Alasan Pemilihan Judul .. .1
1.2 Permasalahan .. .6
1.3 Tujuan Penelitian .. .7
1.4 Penegasan Istilah .7
1.5 Kegunaan hasil Penelitian . .9
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .. ..10
2.1 Landasan Teori ..10
2.1.1 Kecepatan ..11
2.1.2 Kelincahan . ..14
2.1.3 Ketrampilan Menggiring Bola . ..21
2.1.4 Hubungan kecepatan dengan ketrampilan menggiring bola . ..28
2.1.5 Hubungan kelincahan dengan ketrampilan menggiring bola ..29
2.2 Hipotesis.. ..30
BAB III. METODE PENELITIAN . ..31
3.1 Populasi ..31
3.2 Sampel.. ..32
ix
3.3 Variabel Penelitian ..32
3.4 Metode Pengumpulan Data ..33
3.5 Pengambilan Data . ..35
3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian . ..38
3.7 Analisis Data . ..40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ..45
4.1 Deskriptif Data Hasil Penelitian . ..45
4.2 Hasil Uji Prasyarat . ..46

4.2.1 Uji Kenormalan ..46


4.2.2 Uji Kelinieran ..47
4.3. Hasil Uji Hipotesis 47
4.3.1 Persamaan Regresi .47
4.3.2 Besarnya Hubungan Secara Parsial49
4.3.3 Uji Simultan ..49
4.3.4 Koefisien Korelasi dan Determinasi Ganda..50
4.4. Pembahasan..50
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .. ..53
5.1 Simpulan ..53
5.2 Saran . ..54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskriptif Data Hasil Pengukuran Kecepatan, Kelincahan dan Menggiring
Bola
.. 45
2. Hasil Uji Normalitas Data. 46
3. Hasil uji Kelinieran ..
47
4. Persamaan Regresi
47
5. Uji Simultan
. 49
6. Koefisien Korelasi dan Determinasi Ganda. 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman halaman
1. Perkenaan bola pada teknik menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian
dalam
25
2. Perkenaan bola pada teknik menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian
luar

26
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel daftar nama siswa yang dijadikan sampel. ..57
2. Data hasil penelitian..
..58
3. Analisa Data..
.59
4. Daftar nama petugas pengambil data ..63

5. Surat Keterangan Hasil Pengujian . ..64


6. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian.. ..66
7. Usulan Penetapan Dosen Pembimbing ..67
8. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ..69
9. Surat Permohonan Ijin Penelitian ..70
10. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan . ..71
11. Surat Penunjukan Penguji Skripsi.. ..73
12. Surat Undangan Penguji Skripsi . ..74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik
sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi
untuk membela desa, daerah dan negara. Sepak bola yang sudah memasyarakat itu
merupakan gambaran persepakbolaan di Indonesia khususnya negara maju pada
umumnya.
Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang menuntut adanya
kerjasama yang baik dan rapi. Sepakbola merupakan permainan tim, oleh karena itu
kerja sama tim merupakan kebutuhan permainan sepakbola yang harus dipenuhi oleh
setiap kesebelasan yang menginginkan kemenangan. Kemenangan dalam permainan
sepakbola hanya akan diraih dengan melalui kerjasama dari tim tersebut.
Kemenangan tidak dapat diraih secara perseorangan dalam permainan tim, disamping
itu setiap individu atau pemain harus memiliki kondisi fisik yang bagus, teknik dasar
yang baik dan mental bertanding yang baik pula.
Tujuan olahraga bermacam-macam sesuai dengan olahraga yang dilakukan,
tetapi olahraga secara umum meliputi memelihara dan meningkatkan kesegaran
jasmani, memelihara dan meningkatkan kesehatan, meningkatkan kegemaran
manusia berolahraga sebagai rekreasi serta menjaga dan meningkatkan prestasi olah
raga setinggi-tingginya. Tujuan tersebut telah menjadi bagian yang terpenting untuk
2
dicapai secara umum, tetapi tujuan khusus yang lebih penting adalah memenangkan
pertandingan dalam permainan sepakbola. Keberhasilan akan diraih apabila latihan
yang dilakukan sesuai dan berdasarkan prinsip latihan yang terencana, terprogram
yang mempunyai tujuan tertentu.
Permainan sepakbola modern saat ini telah mengalami banyak kemajuan,
perubahan serta perkembangan yang pesat, baik dari segi kondisi fisik, teknik, taktik
permainan maupun mental pemain itu sendiri. Kemajuan dan perkembangan tersebut
dapat dilihat dalam siaran langsung pertandingan perebutan Piala Eropa, penyisihan
Pra Piala Dunia oleh tim-tim kesebelasan Eropa maupun Amerika Latin. Bagaimana
permainan cepat dan teknik yang baik yang didukung oleh kemampuan individu
menonjol serta seni gerak telah pula ditampilkan. Permainan yang cepat dan teknik
yang baik itulah yang perlu dicontoh oleh persepakbolaan Indonesia agar dapat maju
dan berkembang dengan baik.
Masalah peningkatan prestasi di bidang olahraga sebagai sasaran yang ingin
dicapai dalam pembinaan olahraga di Indonesia membutuhkan waktu yang lama
dalam proses pembinaannya. Pembinaan olahraga menuntut partisipasi dari semua

pihak demi peningkatan prestasi olahraga di Indonesia.


Manusia dapat mencapai prestasi pada berbagi usia, akan tetapi prestasi dalam
olahraga terutama dicapai oleh mereka yang masih muda usianya. Pencapaian prestasi
semua cabang olahraga khususnya sepakbola dapat ditingkatkan pula pada mereka
yang masih muda usianya.
3
Kondisi fisik pemain sepakbola menjadi sumber bahan untuk dibina oleh
pakar sepakbola selain teknik, taktik, mental dan kematangan bertanding. Kondisi
fisik yang baik dan prima serta siap untuk menghadapi lawan bertanding merupakan
unsur yang penting dalam permainan sepakbola. Seorang pemain sepakbola dalam
bertahan maupun menyerang kadang-kadang menghadapi benturan keras, ataupun
harus lari dengan kecepatan penuh ataupun berkelit menghindari lawan, berhenti
menguasai bola dengan tiba-tiba. Seorang pemain sepakbola dalam mengatasi hal
seperti itu haruslah dibina dan dilatih sejak awal.
Kondisi fisik yang baik serta penguasan teknik yang baik dapat memberikan
sumbangan yang cukup besar untuk memiliki kecakapan bermain sepakbola. Tetapi
hal itu perlu diselidiki lebih lanjut oleh pakar sepakbola di tanah air. Kondisi fisik
yang baik tanpa didukung dengan penguasaan teknik bermain, taktik yang yang baik
serta mental yang baik, maka prestasi yang akan dicapai tidak dapat berjalan
seimbang. Demikian pula sebaliknya memiliki kondisi yang jelek tetapi teknik, taktik
dan mental yang baik juga kurang mendukung untuk pencapaian prestasi.
Untuk itu perlu pembinaan yang baik pada cabang olahraga sepakbola ini
sedini mungkin untuk mencapai sasaran pada event tertentu agar prestasi puncak
dapat ditampilkan sebaik-baiknya.
Dalam proses latihan unsur-unsur kondisi fisik menempati posisi terdepan
untuk dilatih, yang berlanjut ke latihan teknik, taktik, mental dan kematangan
bertanding dalam pencapaian prestasi. Lebih lanjut Suharno HP (1985: 24),
menyatakan bahwa pembinaan fisik, teknik, taktik, mental dan kematangan
4
bertanding merupakan sasaran latihan secara keseluruhan, dimana aspek yang satu
tidak dapat ditinggalkan dalam program latihan yang berkesinambungan sepanjang
tahun.
Hocke dan Nasution (1956: 31) menyatakan manusia dapat mencapai prestasi
pada berbagai usia, akan tetapi prestasi dalam olahraga terutama dicapai oleh mereka
yang muda usianya. Hal ini menunjukan bahwa semua cabang olahraga khususnya
sepakbola dapat ditingkatkan pada usia muda untuk pencapaian prestasi tertinggi.
Latihan kondisi fisik secara teratur dan berkesinambungan dapat memberikan
sumbangan yang besar bagi peningkatan kemampuan pengembangan teknik dalam
pertandingan. Hal ini ditambahkan oleh Sardjono (1981: 1), bahwa peranan latihan
untuk mengembangkan unsur-unsur permainan sepak bola guna meningkatkan
kecakapan bermain sangat menentukan.
Unsur-unsur kondisi fisik yang perlu dilatih dan ditingkatkan sesuai dengan
cabang olahraga masing- masing sesuai dengan kebutuhannya dalam permainan
maupun pertandingan. Dalam peningkatan kondisi fisik maka perlu dilatih dengan
beberapa unsur fisik, sedangkan unsur fisik umum meliputi kekuatan, daya tahan,
kecepatan dan kelentukan. Sedangkan unsur fisik khususnya mencakup stamina, daya

ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan dan keseimbangan.


Tiap-tiap cabang olahraga mempunyai sifat tertentu dan pesertanya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Seseorang pemain sepak bola harus memiliki dan
menguasai teknik bermain yang baik terutama teknik dengan bola, yang diperlukan
saat menyerang dan menguasai bola . Untuk teknik yang diperlukan adalah teknik
menggiring bola (dribbling). Yang perlu dilatih dengan posisi yang cukup, disamping
5
itu untuk menghindari dan melakukan gerak tipu untuk mengecoh lawan saat
menguasai bola perlu memiliki kecepatan dan kelincahan tubuh untuk menghindari
sergapan lawan.
Kecepatan dan kelincahan dibutuhkan oleh seseorang pemain sepak bola
dalam menghadapi situasi tertentu dan kondisi pertandingan yang menuntut unsur
kecepatan dan kelincahan dalam bergerak untuk menguasai bola maupun dalam
bertahan untuk menghindari benturan yang mungkin terjadi. Kecepatan dan
kelincahan dapat dilatih secara bersama-sama, baik dengan bola maupun tanpa bola.
Bagi seorang pemain sepakbola situasi yang berbeda-beda selalu dihadapi dalam
setiap pertandingan, juga seorang pemain sepak bola menghendaki gerakan yang
indah dan cepat sering dilakukan unsur kecepatan dan kelincahan.
Teknik dalam permainan sepak bola meliputi 2 macam teknik yaitu : teknik
dengan bola dan tanpa bola. Teknik dasar bermain sepakbola yang harus dikuasai
meliputi menendang bola, menghentikan bola, mengontrol bola , gerak tipu, tackling ,
lemparan kedalam dan teknik menjaga gawang. Mengontrol bola diantaranya adalah
menjaga dan melindungi bola dengan kai untuk terus dibawa kedepan disebut juga
menggiring (dribbling).
Menggiring bola tidak hanya membawa bola menyusuri tanah dan lurus ke
depan melainkan menghadapi lawan yang jaraknya cukup dekat dan rapat. Hal ini
menuntut seorang pemain untuk memiliki kemampuan menggiring bola dengan baik.
Menggiring bola adalah membawa bola dengan kaki dengan tujuan melewati lawan.
Dribling berguna untuk melewati lawan, mencari kesempatan memberi umpan
6
kepada kawan dan untuk menahan bola tetap ada dalam penguasaan . Dribling
memerlukan ketrampilan yang baik dan dukungan dari unsur-unsur kondisi fisik
yang baik pula seperti kecepatan dan kelincahan dapat memberikan kemampuan
gerak lebih cepat. Dengan metode ulangan yang banyak maka kemampuan dribbling
yang lincah dan cepat dapat dicapai dan ditampilkan dalam pertandingan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian yang
berjudul : Hubungan Antara Kecepatan Dan Kelincahan Terhadap Ketrampilan
Menggiring Bola Dalam Sepakbola Pada Siswa Lembaga Pendidikan Sepakbola
(LPSB) Atlas Binatama Semarang.
Adapun alasan pemilihan judul tersebut adalah :
1. Sepakbola merupakan olahraga yang sudah memasyarakat dan sangat digemari.
2. Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola
yang harus dikuasai secara baik oleh pemain sepakbola.
3. Kecepatan dan kelincahan merupakan dua faktor penting yang berpengaruh besar
terhadp ketrampilan menggiring bola.
4. Sepengetahuan penulis belum pernah ada penelitian tentang hubungan antara

kecepatan dan kelincahan terhadap ketrampilan meggiring bola dalam sepakbola.


1.2 Permasalahan
Sesuai dengan judul diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah : Apakah terdapat hubungan antara kecepatan dan kelincahan terhadap
7
ketrampilan menggiring bola dalam sepak bola pada siswa Lembaga Pendidikan
Sepak Bola ( LPSB ) Atlas Binatama Semarang.
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penelitian mempunyai tujuan yaitu:
Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dan kelincahan terhadap ketrampilan
menggiring bola dalam sepak bola pada siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola
(LPSB) Atlas Binatama Semarang
1.4 Penegasan Istilah
Sehubungan dengan judul diatas untuk menghindari agar permasalahan yang
dibicarakan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan tidak terjadi salah
penafsiran istilah yang digunakan, peneliti mengadakan penegasan istilah yang
meliputi :
1.4.1 Korelasi
Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta (1982:
562), mengartikan korelasi atau hubungan sebagai keadaan berhubungan atau
dihubungkan Sedangkan menurut Winarno Surahmad (1980 : 83) korelasi adalah
hubungan antara dua variabel atau lebih dinyatakan dengan angka atau grafis. Yang
dimaksud dengan korelasi dalam penelitian ini adalah hubungan antara kecepatan dan
kelincahan terhadap ketrampilan menggiring bola dalam sepakbola.
1.4.2 Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
kesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M.
8
Sajoto 1995 : 9). Sedangkan menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984 :
7), kecepatan didefinisikan sebagai laju gerak dapat berlaku untuk tubuh secara
keseluruhan atau bagian tubuh. Yang dimaksud kecepatan dalam penelitian ini adalah
kecepatan lari.
1.4.3 Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah posisi di arena
tertentu (M. Sajoto 1995 : 9). Sedang menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino
Tjokro (1984 : 8), kelincahan adalah kemampuan mengubah cepat arah tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Yang dimaksud kelincahan dalam
penelitian ini adalah kelincahan seseorang dalam bermain sepakbola.
1.4.4 Ketrampilan
Ketrampilan adalah kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
sesuatu dengan baik dan cermat ( dengan keahlian ), (W.J.S Poerwadarminta 1982 :
1088). Yang dimaksud dengan ketrampilan dalam penelitian ini adalah kemampuan
seseorang dalam menggiring bola.
1.4.5 Menggiring bola
Menurut Csanadi Arpad (1972 : 145) menggiring bola adalah mengulirkan
bola terus menerus di tanah sambil lari Menurut Hughes Charles (1980 : 235),

menggiring bola adalah kemampuan seseorang pemain penyerang menguasai bola


untuk melewati lawan, dikatakan pula oleh Soedjono (1985 : 143) menggiring bola
adalah membawa bola dengan kaki untuk melewati lawan. Yang dimaksud
9
ketrampilan menggiring bola dalam penelitian ini adalah kecakapan atau kemampuan
siswa dalam menggiring bola.
1.4.6 Siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola
Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) merupakan lembaga pendidikan
yang mempunyai tujuan untuk pengajaran dan latihan sepakbola. Siswa Lembaga
Pendidikan Sepak Bola adalah pemain yang mengikuti pendidikan sepakbola di
LPSB Atlas Binatama Semarang, pada umumnya berusia 16 tahun.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi para pelatih yang terkait dengan hasil penelitian ini
diharapkan pelatih dapat memberikan latihan-latihan yang dapat meningkatkan aspek
kecepatan dan kelincahan.
Manfaat bagi siswa dengan melihat kajian ini diharapkan para siswa sadar
akan pentingnya kecepatan dan kelincahan dan berusaha meningkatkan latihan yang
berkenaan dengan unsur tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Sepakbola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia. Lebih dari 200
juta orang di seluruh dunia memainkan lebih dari 20 juta permainan sepakbola setiap
tahunnya. Untuk memberikan bayangan tentang popularitas sepakbola, lebih dari 2
biliun pemirsa televisi menyaksikan kesebelasan brazil mengalahkan italia pada final
world cup 1994. Bandingkan jumlah tersebut dengan 750 juta pemirsa yang
menyaksikan NFL Super Bowl 1993, 350 juta menyaksikan final tenis Wimbeldon,
dan 490 juta pemirsa menyaksikan pendaratan manusia pertama di bulan.
Alasan dari daya tarik sepakbola terletak pada kealamian permainan tersebut.
sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Pemain harus
melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya
terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan. Pemain harus
mampu berlari beberapa mil dalam suatu pertandingan, hampir menyamai kecepatan
sprinter dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat. Dan,
pemain harus memahami taktik permainan individu, kelompok dan beregu.
Kemampuan pemain untuk memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan
pemain di lapangan sepakbola. Adapun unsur unsur kondisi fisik diantaranya adalah
kecepatan dan kelincahan.
11
2.1.1 Kecepatan
Dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar,
sehingga kecepatan merupakan faktor penentu dalam cabang olahraga seperti nomor
lari jarak pendek, tinju, anggar, dan cabang olahraga permainan. Kecepatan adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu gerak
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono 1988 : 216).

Kecepatan adalah kemampuan bergerak yang dilakukan dalam waktu yang


singkat. Kecepatan dapat juga berarti berpindahnya badan secepat-cepatnya ketempat
lain. Bompa, Tudor O. (1983: 249) mengatakan, kecepatan adalah kemampuan
memindahkan badan atau menggerakkan suatu benda atau objek secara sangat cepat.
Menurut Treadwell (1991) yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11), kecepatan bukan
hanya melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang
dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kemampuan ini membuat
jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh.
Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat,
akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan
berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola
ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.
Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna
memberikan akselerasi kepada obyek-obyek eksternal seperti sepakbola, bola basket,
tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya. Kecepatan tergantung dari
12
beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu strength, waktu reaksi, dan fleksibilitas
(Harsono 1988 : 216). Untuk melakukan gerakan kecepatan adalah merupakan hasil
dari jarak per satuan waktu (m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120 meter per detik.
Sedangkan menurut fisiologis kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan
berdasarkan kemudahan gerak dalam suatu waktu tertentu (Jonath.U.E. Haag dan R.
Krembel, 1984 : 19). Kecepatan merupakan suatu keuntungan dalam bermain bila
dilakukan dengan benar terburu-buru atau tergesa-gesa berbeda dengan cecap.
Terburu-buru menandakan tiadanya emosi, keseimbangan fisik terkontrol. Kecepatan
mengacu pada kecepatan gerak di dalam menampilkan keahlian (bukan sekedar
berlari cepat).
Singer, Robert N. (1982: 208) mengemukakan secara garis besar kecepatan
dapat dibagi kedalam dua tipe : (1) waktu reaksi yaitu kecepatan waktu reaksi muncul
pada saat adanya stimulus hinggga mulai terjadi gerakan, dan (2) waktu gerakan
adalah waktu yang digunakan atau dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dari
permulaan hingga akhir. Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa kecepatan
gerakan dapat dibagi menjadi tiga , yaitu : (1) waktu reaksi, (2) waktu gerakan , (3)
waktu respon yaitu merupakan kombinasi dari waktu reaksi dan waktu gerakan.
Kecepatan dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (1) kecepatan
sprint, (2) kecepatan reaksi, (3) kecepatan bergerak (Jonath.U.E. Haag dan R.
Krembel 1984 :19). Kecepatan sprint adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
ke depan dengan kuat dan kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang sebaikbaiknya.
Dalam hal ini lari 40 yard adalah gerakan lari yang sepenuhnya masih
13
menggunakan glikogen dalam otot belum membutuhkan stamina untuk lari 40 yard
belum mengalami kelelahan dan jarak ini digunakan untuk melakukan fast break.
Kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan organisme atlet melakukan
gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya (Suharno HP, 1978: 26). Kecepatan reaksi adalah kecepatan
seseorang antara pemberian rangsang atau stimulan dengan gerak pertama (Harsono

1988 : 217). Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan


gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkatsingkatnya
(M. Sajoto 1995 : 9).
Kecepatan seseorang ditentukan oleh berbagai faktor, secara umum yaitu : (1)
macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan ), fibril berwarna putih baik
untuk gerakan kecepatan , (2) Pengaturan Nervous system, (3) Kekuatan otot, (4)
Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot, (5) Kemauan dan disiplin individu
(Suharno HP, 1978 :26).
Kecepatan mengacu pada kecepatan gerakan dalam melakukan suatu
ketrampilan bukan hanya sekedar kecepatan lari. Menggerakkan kaki dengan cepat
merupakan ketrampilan fisik terpenting bagi pemain bertahan dan harus ditingkatkan
kemampuan mengubah arah pada saat teakhir merupakan hal yang terpenting lainnya.
Kecepatan merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik. Menurut M.Sajoto
(1995 : 9), kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
kesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Menurut Dangsina Moeloek
dan Arjadino Tjokro (1984 : 7), kecepatan didefinisikan sebagai laju gerak, dapat
berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh.
14
Menurut Nurhasan (1994) yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11), kecepatan
gerakan dan kecepatan reaksi sering dianggap sebagai ciri dari atlet berprestasi.,
yanag dapat diamati dalam cabang-cabang olahraga yang membutuhkan mobilitas
tinggi, seperti kecepatan lari seseorang pemain sepak bola mengejar atau menggiring
bola, kecepatan pemain softball berari dari satu base ke base berikutnya.
Kedua gerak tipe tersebut diatas sangat diperlukan dalam kegiatan olahraga
misalnya seorang pemain sepak bola pada saat menggiring bola lalu mengoper
kepada kawan dan sesaat kemudian dikembalikan lagi kedepannya dan bola harus
dikejar, artinya pemain tersebut sudah melakukan gerakan (movement) dengan
gerakan secara cepat, karena harus mendahului lawan yang menghadang. Dalam
permainan sepak bola, kedua tipe gerak didepan banyak digunakan mulai dari
menggiring bola, memberikan umpan, kepada kawan, saat menendang bola bahkan
saat melakukan gerakan tanpa bola pun seorang pemain harus sesering mungkin
melakukan gerakan (movement).
Bertolak dari teori yang telah dikemukakan didepan, maka dapat disimpulkan
bahwa kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi, dengan
bergerak secepat-cepatnya ke arah sasaran yang telah ditetapkan adanya respon.
2.1.2 Kelincahan
Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan
dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan
mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari hampir dalam keadaan penuh.
Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang ekplosif. Besarnya tenaga ditentukan
15
oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot tergantung dari kekuatan
dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya rekat
serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls saraf. Kedua hal ini merupakan
pembawaan atau bersifat genetis, atlet tidak dapat merubahnya (Baley, James A.,
1986 :198).

M. Sajoto (1995 : 90) mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk


mengubah arah dalam posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu mengubah
arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi
gerak yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi. Sedangkan menurut Dangsina
Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984 : 8), kelincahan adalah kemampuan mengubah
secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.
Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-ulang seperti halnya lari bolakbalik
memerlukan kontraksi secara bergantian pada kelompok otot tertentu. Sebagai
contoh saat lari bolak-balik seorang atlet harus mengurangi kecepatan pada waktu
akan mengubah arah. Untuk itu otot perentang otot lutut pinggul (knee ekstensor and
hip ekstensor) mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini
memperlambat momentum tubuh yang bergerak ke depan. Kemudian dengan cepat
otot ini memacu tubuh ke arah posisi yang baru. Gerakan kelincahan menuntut
terjadinya pengurangan kecepatan dan pemacuan momentum secara bergantian.
Rumus momentum adalah massa dikalikan kecepatan. Massa tubuh seorang
atlet relatif konstan tetapi kecepatan dapat ditingkatkan melalui pada rogram latihan
dan pengembangan otot. Diantara atlet yang beratnya sama (massa sama), atlet yang
memiliki otot yang lebih kuat dalam kelincahan akan lebih unggul (Baley, James A.,
16
1986 : 199). Dari beberapa pendapat tersebut tentang kelincahan dapat ditarik
pengertian bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah
atau posisi tubuh secara cepat dan efektif di arena tertentu tanpa kehilangan
keseimbangan. Seseorang dapat meningkatkan kelincahan dengan meningkatkan
kekuatan otot-ototnya.
Kelincahan biasanya dapat dilihat dari kemampuan bergerak dengan cepat,
mengubah arah dan posisi, menghindari benturan antara pemain dan kemampuan
berkelit dari pemain di lapangan. Kemampuan bergerak mengubah arah dan posisi
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dalam waktu yang relatif singkat
dan cepat.
Kelincahan yang dilakukan oleh atlet atau pemain sepakbola saat berlatih
maupun bertanding tergantung pula oleh kemampuan mengkoordinasikan sistem
gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Kelincahan
ditentukan oleh faktor kecepatan bereaksi, kemampuan untuk menguasai situasi dan
mampu mengendalikan gerakan secara tiba-tiba.
Suharno HP (1985: 33) mengatakan kelincahan adalah kemampuan dari
seseorang untuk berubah arah dan posisi secepat mungkin sesuai dengan situasi yang
dihadapi dan dikehendaki. Nossek Jossef (1982 : 93) lebih lanjut menyebutkan bahwa
kelincahan diidentitaskan dengan kemampuan mengkoordinasikan dari gerakangerakan,
kemampuan keluwesan gerak, kemampuan memanuver sistem motorik atau
deksteritas. Harsono (1988 : 172) berpendapat kelincahan merupakan kemampuan
untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan tepat pada waktu sedang bergerak,
tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
17
Dari batasan di atas menunjukkan kesamaan konseptual sehingga dapat
diambil suatu pengertian untuk menjelaskan pengertian ini. Adapun yang
dimaksudkan dengan kelincahan adalah kemampuan untuk bergerak mengubah arah

dan posisi dengan cepat dan tepat sehingga memberikan kemungkinan seseorang
untuk melakukan gerakan ke arah yang berlawanan dan mengatasi situasi yang
dihadapi lebih cepat dan lebih efisien.
Kegunaan kelincahan sangat penting terutama olahraga beregu dan
memerlukan ketangkasan, khususnya sepakbola. Suharno HP (1985 :33) mengatakan
kegunaan kelincahan adalah untuk menkoordinasikan gerakan-gerakan berganda atau
stimulan, mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi, gerakan-gerakan efisien,
efektif dan ekonomis serta mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan.
2.1.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelincahan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan menurut Dangsina
Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984 : 8-9) adalah :
1. Tipe tubuh
Seperti telah dijelaskan dalam pengertian kelincahan bahwa gerakan-gerakan
kelincahan menuntut terjadinya pengurangan dan pemacuan tubuh secara bergantian.
Dimana momentum sama dengan massa dikalikan kecepatan. Dihubungkan dengan
tipe tubuh, maka orang yang tergolong mesomorfi dan mesoektomorfi lebih tangkas
dari sektomorf dan endomorf .
2. Usia
Kelincahan anak meningkat sampai kira-kira usia 12 tahun (memasuki
pertumbuhan cepat). Selama periode tersebut (3 tahun) kelincahan tidak meningkat,
18
bahkan menurun. Setelah masa pertumbuhan berlalu, kelincahan meningkat lagi
secara mantap sampai anak mencapai maturitas dan setelah itu menurun kembali.
3. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kelincahan sedikit lebih baik dari pada anak
wanita sebelum mencapai usia pubertas. Setelah pubertas perbedaan tampak lebih
mencolok.
4. Berat badan
Berat badan yang berlebihan secara langsung mengurangi kelincahan.
5. Kelelahan
Kelelahan mengurangi ketangkasan terutama karena menurunnya koordinasi.
Sehubungan dengan hal itu penting untuk memelihara daya tahan kardiovaskuler dan
otot agar kelelahan tidak mudah timbul.
2.1.2.2 Latihan Kelincahan
Adapun macam-macam bentuk latihan kelincahan yaitu :
1. Lari bolak-balik (Shuttle Run).
Atlet lari bolak balik secepatnya dari titik yang satu ke titik yang lain
sebanyak kira-kira 10 kali. Setiap kali sampai pada suatu titik dia harus berusaha
untuk secepatnya membalikkan badan untuk lari menuju titik yang lain. Yang perlu
diperhatikan bahwa : a) jarak antara kedua titik jangan terlalu jauh, misalnya 10 m
atau lebih, maka ada kemungkinan bahwa setelah lari beberapa kali bolak balik dia
tidak mampu lagi untuk melanjutkan larinya., dan atau membalikkan badannya
dengan cepat disebabkan karena faktor keletihan. Dan kalau kelelahan mempengaruhi
19
kecepatan larinya, maka latihan tersebut sudah tidak sahih (valid) lagi untuk
digunakan sebagai latihan kelincahan. b). Jumlah ulangan lari bolak balik jangan

terlalu banyak sehingga menyebabkan atlet lelah. Kalau ulangan larinya terlalu
banyak maka menyebabkan seperti diatas. Faktor kelelahan akan mempengaruhi apa
yang sebetulnya ingin dilatih yaitu kelincahan ( Harsono, 1988 :172).
2. Lari zig-zag (zig-zag run).
Latihan hampir sama dengan lari bolak-balik, kecuali atlet lari melintasi
beberapa titik, misalnya 10 titik ( Harsono, 1988 :172)
3. Squart trust dan modifikasinya
Atlet berdiri tegak, jongkok, tangan di lantai , lempar kaki ke belakang
sehingga tubuh lurus dalam posisi push up, dengan kedua tangan bersandar dilantai.
Lemparan kedua kaki kedepan di antara kedua lengan, luruskan seluruh tubuh
menghadap ke atas, satu tangan lepas dari lantai dan segera balikkan badan sehingga
berada dalam posisi push up kembali, kembali berdiri tegak. Seluruh rangkaian gerak
dilakukan secepat mungkin ( Harsono, 1988 :173).
4. Lari Rintangan
Di suatu ruangan atau lapangan ditempatkan beberapa rintangan. Tugas atlet
adalah untuk secepatnya melalui rintangan tersebut. Baik dengan cara melompatinya,
memanjat atau menerobos ( Harsono, 1988 :173).
Latihan kelincahan dapat juga dilakukan dengan latihan yang bersifat
anaerobic seperti :
20
1. Dot drill
Dilantai atau dilapangan dibuat 4 titik yang membentuk persegi berjarak
masing-masing 24 inci ( kira-kira 60 cm, dan titik ditengah-tengah persegi). Atlet
bersiap dengan kedua kaki pada 2 titik, dan pada aba-aba ya atlet melompat-lompat
ke titik-titik yang lain secepatnya dalam waktu 30 detik atau lebih. Lompatannya
adalah maju, mundur, kesamping, berbalik dan sebagainya. Dengan demikian
kelincahan kaki terlatih.
2. Tree Corner drill
Ada 3 titik yang membentuk huruf L berjarak kira-kira 4 m. Atlet secepatnya
berlari melingkari ketiga titik dalam waktu yang telah ditentukan. Latihan ini mirip
dengan latihan boomerang run yang titiknya adalah 5 buah.
3. Down the-line drill
Di lapangan ada beberapa garis yang berjarak masing-masing kira- kiira
sampai 4-5 m. atlet lari menuju garis tersebut dan setiap tiba disuatu garis dia harus
mengubah cara larinya dengan mundur, maju atau menyamping sesuai dengan
instruksi pelatih. ( Harsono, 1988 : 173).
Dari contoh di atas kita lihat bahwa bermacam-macam latihan kelincahan
dapat diciptakan. Imajinasi pelatih adalah penting untuk menciptakan latihan-latihan
yang sesuai dengan gerakan-gerakan yang dilakukan dalam cabang olahraganya.
21
2.1.3 Ketrampilan menggiring bola
Ketrampilan menuirut Lutan, Rusli (1988: 94), adalah ketrampilan dipandang
sebagai satu perbuatan atau tugas yang merupakan indikator dari tingkat kemahiran
seseorang dalam melaksanakan suatu tugas.
Teknik dasar bermain sepakbola adalah semua cara pelaksanaan gerakangerakan
yang diperlukan untuk bermain sepakbola, terlepas sama sekali dari

permainannya. Artinya memerintah badan sendiri dan memerintah bola dengan


kakinya, dengan tungkainya, dengan kepalanya, dengan badannya, kecuali dengan
lengannya. Jadi setiap pemain harus dapat memerintah bola, bukan bola memerintah
pemain. Kualitas teknik dasar pemain lepas dari fak tor-faktor taktik dan fisik akan
menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat
ketrampilan teknik pemain dalam memainkan dan menguasai bola makin cepat dan
cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan lebih
lama menguasai bola atau menguasai permainan, akan tetapi mendapatkan
keuntungan secara fisik, moril dan taktik. Oleh karena itu sering pemain pertamatama
atau permulaan harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain yang
merupakan faktor untuk bermain. Melihat kenyataan yang sebenarnya maka
ketrampilan teknik dasar perlu dilakukan dengan latihan-latihan yang berulang-ulang
sehingga akhirnya merupakan gerakan yang otomatis. Jadi seorang pemain sepakbola
yang tidak menguasai ketrampilan teknik dasar bermain tidaklah mungkin akan
menjadi pemain yang baik dan terkemuka. Adapun teknik dasar yang sering
digunakan dalam permainan sepakbola diantaranya adalah teknik dasar menggiring
bola.
22
Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang cukup memiliki
peranan penting dalam permainan sepak bola, tidak heran jika para pengamat sepak
bola khususnya mengatakan bahwa mahirnya seorang pamain dapat dilihat pada
bagaimana seorang pemain tersebut menggiring bola. Untuk meningkatkan
ketrampilan menggiring bola, teknik harus dilatih, seperti : kekuatan, kecepatan,
kelentukan, kelincahan dan sebaginya. Kini banyak para pelatih mengabaikan atau
menganggap tidak penting hal itu.
Ada tiga unsur kondisi fisik yang cukup besar peranannya dalam menggiring
bola, yaitu kecepatan, kelentukan dan kelincahan, yang menurut Bompa, Tudor O.
(1983: 249) dikatakan sebagai komponen biomotor. Kecepatan hubungannya dengan
cepat tidaknya seorang pemain membawa bola kearah depan, sedangkan kelentukan
hubungannya dengan bagaimana keluwesan seorang pemain mengolah bola dengan
kakinya dan bagaimana keluwesan dalam melalui rintangan, serta kelincahan
hubungannya dengan kecepatan mengubah arah untuk menghindari rintangan.
Dribbling dapat diartikan sebagai suatu teknik menggiring bola. Hal itu
dikatakan oleh Csanadi Arpad (1972 : 145) bahwa menggiring bola adalah
mengulirkan bola terus menerus di tanah sambil lari. Menurut Hughes Charles (1980 :
235) menggiring bola adalah kemampuan seseorang pemain penyerang menguasai
bola untuk melewati lawan, dikatakan pula oleh Soedjono (1985 : 143) menggiring
bola adalah membawa bola dengan kaki untuk melewati lawan.
Dari batasan yang diberikan oleh para ahli di atas tidak menunjukkan adanya
perbedaan pengertian, sehingga dapat diambil suatu pengertian bahwa dribbling atau
23
menggiring bola adalah suatu kemampuan menguasai bola dengan kaki oleh pemain
sambil lari untuk melewati lawan ataui membuka daerah pertahanan lawan.
Kegunaan kemampuan menggiring bola sangat besar untuk membantu
penyerangan untuk menembus pertahanan lawan. Dribbling berguna untuk
mengontrol bola dan menguasainya sampai seorang rekan satu tim bebas dan

memberikannya dalam posisi yang lebih baik. Sedang menurut Engkos Kosasih
(1985:56) tujuan menggiring bola adalah :
1. Melewati lawan
2. Menerobos benteng pertahanan lawan
3. Mempermudah rekan kesebelasan atau diri sendiri untuk membuat serangan atau
mengukur strategi
4. Menguasai permainan
Berorientasi dari tujuan menggiring bola, maka dapat dibedakan beberapa cara
menggiring bola :
1. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam
2. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar
3. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian atas atau punggung kaki
Dari ketiga cara menggiring bola tersebut, penulis memilih menggiring bola
menggunakan kura-kura bagian dalam dan kura-kura kaki bagian luar dalam
penelitian.
Hal ini dikarenakan untuk melakukan teknik menggiring bola berputar ke arah
kiri digunakan kura-kura kaki sebelah dalam kaki kanan, sedangkan untuk melakukan
24
teknik menggiring ke arah kanan digunakan kura-kura kaki sebelah luar kaki kanan
(Sukatamsi 1988 : 161).
Adapun cara menggiring bola menurut Sukatamsi (1988 : 159) dengan kurakura
kaki bagian dalam adalah sebagai berikut :
1. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola
dengan kura-kura kaki sebelah kanan.
2. Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan seperti taknik
menendang, akan tetapi tiap langkah secara teratur menyentuh atau mendorong
bola bergulir ke depan dan bola harus selalu dekat dengan kaki. Dengan demikian
bola mudah dikuasai dan tidak mudah direbut oleh lawan.
3. Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus selalu sedikit ditekuk, dan pada
waktu kaki menyentuh bola, mata melihat bola, selanjutnya melihat situasi
lapangan.
Dengan menggunakan kura-kura kaki bagian dalam berarti posisi dari bola
selalu berada dalam penguasaan pemain. Hal ini akan menyebabkan lawan menemui
kesukaran untuk merampas bola. Selain itu pemain yang menggiring bola tersebut
dengan mudah merubah arah andaikan pemain lawan berusaha merebut bola. Jadi hal
seperti ini dapat diartikan jika pemain yang menggiring bola selalu diikuti atau bola
selalu berada diantara kedua kaki dengan lain perkataan bola selalu dapat dilindungi.
Disamping itu kalau menggiring bola menggunakan kura-kura kaki bagian dalam
pemain dapat merubah-rubah kecepatan sewaktu menggiring bola (A. Sarumpaet,
1992 : 25).
25
Gambar 1
Perkenaan bola pada teknik menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam
(Sukatamsi, Teknik Dasar Bermain Sepakbola, 1988 : 159)
Sedang menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar menurut
Sukatamsi (1988 : 161) adalah :

1. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola
dengan kura-kura kaki bagian luar.
2. Setiap langkah secara teratur dengan kura-kura kaki bagian luar kaki kanan atau
kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan, dan bola selalu dekat dengan kaki.
3. Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus selalu sedikit ditekuk, dan pada
waktu kaki menyentuh bola, mata melihat bola, selanjutnya melihat situasi
lapangan.
26
Menggiring bola dengan menggunakan kura-kura kaki bagian luar memberi
kesempatan pada pemain untuk merubah-rubah arah serta dapat menghindari lawan
yang berusaha merampas bola. Merubah arah dan membelok ke kiri maupun ke kanan
berarti menghindarkan bola dari lawan karena dengan cara demikian tubuh pemain
yang sedang menggiring bola dapat menutup atau membatasi lawan dengan bola (A.
Sarumpaet, 1992 : 25).
Gambar 2
Perkenaan bola pada teknik menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar
(Sukatamsi, Teknik Dasar Bermain Sepakbola, 1988 : 162)
Menggiring bola atau dribbling tidak hanya dilatih dengan satu kaki saja,
melainkan dengan kedua-duanya kiri dan kanan. Hal itu dilatihkan sepanjang latihan
dan terus menerus untuk meningkatkan kemampuan penguasaan bola yang baik dan
secara bergantian akan memberikan tambahan keseimbangan antara kaki kiri dan
kanan.
27
Dalam pelaksanaan menggiring bola zig-zag melewati pancang atau lawan
dapat dilakukan dengan menggunakan kedua kaki bergantian, kaki kanan saja, atau
menggunakan kaki kiri saja. Adapun cara pelaksanaannya menurut Sukatamsi (1988 :
169) adalah sebagai berikut :
1. Menggirng bola zig-zag melewati tiang pancang dengan menggunakan kaki kanan
dan kiri bergantian, bola didorong dengan kura-kura kaki bagian dalam, waktu
melampaui di sebelah kanan tiang pancang digunakan kura-kura kaki bagian
dalam sedangkan pada waktu melampaui sebelah kiri tiang pancang digunakan
kura-kura kaki bagian dalam kaki kiri.
2. Menggiring bola zig-zag melampaui tiang pancang dengan menggunakan kaki
sebelah kanan saja yaitu dengan cara : waktu melampaui sebelah kanan tiang
pancang digunakan kura-kura kaki bagian dalam dan waktu melampaui sebelah
kiri tiang pancang digunakan kura-kura kaki sebelah luar.
3. Menggiring bola zig-zag melampaui tiang pancang dengan manggunakan kaki
sebelah kiri saja yaitu dengan cara : pada waktu melampaui di sebelah kanan tiang
pancang digunakan kura-kura kaki bagian luar dan waktu melampaui sebelah kiri
tiang pancang digunakan kaki bagian dalam.
Menurut A Sarumpaet, (1992 : 24) untuk dapat menggiring bola dengan baik
perlu diketahui prinsip-prinsip menggiring bola diantaranya adalah :
1. Bola harus dikuasai sepenuhnya berarti tidak dapat dirampas lawan.
2. Dapat menggunakan seluruh bagian kaki sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3. Dapat mengawasi situasi pemain pada waktu menggiring bola.

28
Bola merupakan bagian yang penting dalam setiap permainan. Setiap pemain
atau tim berusaha untuk dapat menguasai bola, karena hanya dengan menguasai bola
gol dapat terjadi. Setelah bola dapat dikuasai, pemain atau tim akan berusaha supaya
bola tidak mudah hilang atau direbut oleh lawan. Oleh karena itu pemain harus
dituntut untuk memiliki penguasaan bola. Sedangkan untuk memiliki kesempatan
memasuki daerah lawan dan kesempatan memasukkan bola dibutuhkan kecepatan
dalam menggiring bola.
Dari pendapat di atas kita menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan
dribble atau menggiring bola seorang pemain harus dapat mengubah-ubah arah dan
dapat menghindari lawan dengan cepat serta harus dapat menggunakan seluruh
bagian kakinya sesuai dengan yang ingin dicapai. Untuk dapat melakukan semua itu
sangat dibutuhkan unsur fisik berupa kelincahan.
2.1.4 Hubungan kecepatan dengan ketrampilan menggiring bola
Kecepatan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi gerak.
Kecepatan merupakan unsur keampuan gerak yang harus dimiliki seorang pemain
sepakbola sebab dengan kecepatan yang tinggi, pemain yang menggiring bola dapat
menerobos dan melemahkan daerah pertahanan lawan. Kecepatan didukung dengan
tenaga eksplosif berguna untuk fastbreak, dribble dan passing. Kecepatan bukan
hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula
terbatas pada menggerakkan seluruh tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kecepatan anggota tubuh seperti tungkai adalah penting pula guna memberikan
akselerasi obyek-obyek eksternal seperti sepakbola, bola basket, tenis, lempar
29
cakram, bola voli, dan sebagainya. Kecepatan melibatkan koordinasi otot-otot besar
pada tubuh dengan cepat dan tepat dalam suatu aktifitas tertentu. Kecepatan dapat
dilihat dari sejumlah besar kegiatan dalam olahraga meliputi kerja kaki (footwork)
yang efisien dan perubahan posisi tubuh dengan cepat. Seseorang yang mampu
bergerak dengan koordinasi seperti tersebut diatas yang cepat dan tepat berarti
memiliki kecepatan yang baik.
2.1.5 Hubungan kelincahan dengan ketrampilan menggiring bola
Kelincahan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi gerak.
Kelincahan merupakan unsur kemampuan gerak yang harus dimiliki seorang pemain
sepakbola sebab dengan kelincahan yang tinggi pemain dapat menghemat tenaga
dalam suatu permainan. Kelincahan juga diperlukan dalam membebaskan diri dari
kawalan lawan dengan menggiring bola melewati lawan dengan menyerang untuk
menciptakan suatu gol yang akan membawa pada kemenangan. Seorang pemain yang
kurang lincah dalam melakukan suatu gerakan akan sulit untuk menghindari
sentuhan-sentuhan perseorangan yang dapat mengakibatkan kesalahan perseorangan.
Kelincahan melibatkan koordinasi otot-otot besar pada tubuh dengan cepat
dan tepat dalam suatu aktifitas tertentu. Kelincahan dapat dilihat dari sejumlah besar
kegiatan dalam olahraga meliputi kerja kaki (footwork) yang efisien dan perubahan
posisi tubuh dengan cepat. Seseorang yang mampu merubah posisi yang berbeda
dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup
baik.
Individu yang mampu merubah posisi yang satu ke posisi yang lain dengan

koordinasi dan kecepatan yang tinggi memiliki kesegaran yang baik dalam komponen
30
kelincahan. Dalam beberapa hal, kelincahan menyatu dengan tenaga daya tahan.
Kelincahan diperlukan sekali dalam melakukan gerak tipu pada saat menggiring bola.
Gerak tipu dapat kita kerjakan dengan mengendalikan ketepatan, kecepatan, dan
kecermatan.
2.2 Hipotesis
Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu
menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah.
Hipotesis akan menolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkan (Sutrisno Hadi 1996 : 63). Sesuai dengan permasalahan dan landasan
teori yang ada maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
Terdapat hubungan antara kecepatan dan kelincahan terhadap ketrampilan
menggiring bola dalam sepak bola pada siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola
(LPSB) Atlas Binatama Semarang U-16 Tahun 2004.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Salah satu kegiatan yang penting dalam penelitian adalah menetapkan metode
penelitian. Banyak metode penelitian yang digunakan dalam penelitian seperti
metode observasi, metode angket, metode interview, metode tes maupun metodemetode
lainnya, sangat membutuhkan ketelitian dalam memilih metode yang
bersangkutan, sehingga akan memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
Baik buruknya suatu penelitian sebagian tergantung kepada teknik-teknik
pemgambilan datanya. Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah bermaksud
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Untuk memperoleh yang
dimaksud itu suatu penelitian harus menggunakan teknik-teknik, alat-alat, prosedurprosedur
serta kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat
diandalkan. Dalam penelitian ini, akan diuraikan beberapa hal tentang metodologi
penelitian yang digunakan yaitu :
3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi
dibatasi dengan jumlah penduduk atau individu paling sedikit memiliki satu sifat
yang sama ( Sutrisno Hadi, 1996 : 220). Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 102)
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) Atlas Binatama Semarang
32
U-16, tahun 2004 yang berjumlah 26 anak. Sifat populasi, maka populasi yang
diambil dalam peneitian ini juga telah memenuhi syarat sebagai berikut : (1) Populasi
adalah siswa LPSB Atlas Binatama Semarang, (2) Populasi mendapatkan materi
latihan dari pelatih yang sama, (3) Populasi telah menguasai teknik dasar bermain
sepakbola.
3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1996 :
221). Dari pengertian tersebut yang dimaksud sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian individu yang mempunyai sifat sama untuk diselidiki dan dapat mewakili

seluruh populasi. Sampel yang jumlahnya sebesar populasi seringkali disebut sampel
total (Winarno Surahmad 1980 : 70). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola ( LPSB ) ATLAS
BINATAMA SEMARANG U-16 tahun 2004 dengan jumlah 26 siswa dari populasi
yang ada.
3.3 Variabel Penelitian
Setiap penelitian mempunyai obyek yang dijadikan sasaran dalam penelitian.
Obyek tersebut sering disebut sebagai gejala. Gejala-gejala yang menunjukkan
variasi baik dalam jenisnya maupun tingkatannya disebut variabel. (Sutrisno Hadi
33
1996 : 71). Variabel adalah segala yang bervariasi dan menjadi objek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 1989 : 99). Dalam penelitian ini variabelnya terdiri dari:
1. Variabel bebas
a. Hasil tes kecepatan ( X1)
b. Hasil tes kelincahan ( X2)
2. Variabel terikat yaitu hasil tes ketrampilan menggiring bola ( Y).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu faktor penting dalam penelitian
karena hubungan dengan data yang diperoleh dalam penelitian . Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan
teknik tes .Sumardjono (1986 : 5) mengatakan bahwa survei adalah suatu koleksi,
analisa, interprestasi, dan laporan yang disusun secara sistematis dan teratur tentang
fakta-fakta penting yang berhubungan dengan aspek- aspek tertentu.
Menurut Winarno Suharmad ( 1980 : 141), survei pada umumnya merupakan
cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu
bersamaan.
Dari kedua pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan survei adalah suatu
cara pengumpulan data untuk dianalisis, ditafsirkan dan meluruskan keadaan daripada
sekelompok tertentu dalam waktu bersamaan Sedangkan tes adalah percobaan,
pengujian sesuatu untuk mengetahui mutunya, nilainya, kekuatannya, susunannya dan
sebaginya (WJS. Poerwodarminto, 1982 :1058). Alat yang digunakan untuk
34
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lari 40 yard untuk tes kecepatan. Lari
bolak-balik untuk kelincahan dan menggiring bola untuk tes ketrampilan menggiring
bola.
3.4.1 Tahap Persiapan Penelitian
Sebelum data diperoleh, terlebih dahulu mempersiapkan faktor-faktor yang
menunjang untuk memperoleh data. Sebelum mendapatkan sampel penulis
mengadakan observasi dan minta informasi dari pelatih mengenai jumlah siswa dan
fasilitas olahraga yang ada. Setelah mendapatkan informasi dan melakukan observasi
kemudian menulis konsultasi dengan Dosen Pembimbing dan minta surat pengantar
untuk ijin penelitian yang ditujukan kepada Kepala LPSB Atlas Binatama Semarang
dan diijinkan untuk mengadakan penelitian.
3.4.2 Tempat Penelitian
Tempat tes dan penelitian ini adalah di lapangan sepakbola LPSB Atlas

Binatama Semarang yang berada di Jalan Ngemplak Simongan Semarang.


3.4.3 Obyek Penelitian
Sebagai obyek penelitian adalah siswa LPSB Atlas Binatama Semarang U-16
tahun 2004.
3.4.4 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Hari Minggu, tanggal 12 Desember 2004, pukul
07.00-10.00 WIB.
3.4.5 Persiapan Alat-alat dan Perlengkapan
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian adalah :
35
1. stopwatch
2. meteran
3. bola tendang
4. marka atau skoon
5. peluit
6. bendera start
7. kapur penanda
8. tiang pancang
9. formulir data dan alat tulis
3.5 Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, peneliti memerlukan tenaga pembantu yang berasal dari
rekan-rekan mahasiswa FIK UNNES Semarang. Sebelum dialaksanakan pengambilan
data terlebih dahulu diadakan pengarahan kepada siswa mengenai tata laksana
pengambilan data. Tahap pelaksanaan pengambilan data adalah sebagai berikut :
3.5.1 Pengambilan Data Untuk Tes Kecepatan (Lari 40 yard)
Tujuan : untuk mengukur kecepatan seseorang
Alat :
1. Stop watch menurut keperluan
2. Bendera start 1 buah
3. Formulir dan alat alat tulis
4. Lintasan lurus dan rata dengan jarak 40 yard
36
Pengetes:
1. Starter 1 orang
2. Pengambil waktu menurut keperluan
3. Pengawas dan pencatat 1 orang
Pelaksanaan tes:
1. Start dilakukan dengan start berdiri
2. Pada satu ujung kakinya sedekat mungkin dengan garis start
3. Pada aba-aba siap teste siap berlari
4. Pada aba-aba ya teste berlari secepat-cepatnya menempuh jarak 40 yard sampai
melewati garis finish
5. Bersamaan aba-aba ya stop watch dijalankan dan dihentikan pada saat testee
mencapai garis finish.
Pencatat Hasil :
1. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai untuk menempuh jarak tersebut

2. Waktu dihitung sampai sepersepuluh detik (Depdikbud, 1977, 5-6).


3.5.2 Pengambilan Data Untuk Tes kelincahan ( Tes lari bolak-balik/ shuttle Run )
Tujuan : untuk mengukur kelincahan seseorang
Alat dan perlengkapan :
1. Stop watch
2. Skoon / marka
37
3. Formulir dan alat tulis
4. Lapangan
Pelaksanaan tes :
1. Start berdiri
2. Pada aba-aba bersedia testee berdiri dengan salah satu ujung kakinya sedekat
mungkin dengan garis start.
3. Pada aba-aba Ya testee segera mengambil dan memindahkan balik satu demi
satu yang berada digaris start hingga selesai.
Pencatat hasil :
1. Bersamaan dengan ba-aba ya stop watch dijalankan dan pada saat balok
terakhir diletakkan stop watch dimatikan
2. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh testee untuk menempuh jarak 4
x 10 m
3.5.3 Pengambilan data Untuk Tes ketrampilan menggiring bola
Tujuan : untuk mengukur kemampuan menggiring bola .
Alat dan perlengkapan :
1. Lapangan
2. 10 buah pancang ukuran 2 meter
3. stop watch
4. bola
5. tali panjang 20 meter
38
6. meteran
7. kapur
8. formulir dan alat tulis
Pelaksanaan tes
1. Aba-aba siap testee berdiri dibelakan garis strart dengan bola siap untuk
digiring.
2. Pada aba-aba ya testee mulai menggiring bola dengan membeliti setiap pancang
secara urut.
3. Kalau terjadi kesalahan, maka harus diulang dimana kesalahan terjadi.
4. Diperkenankan menggiring bola dengan salah satu kaki atau dengan kedua kaki
bergantian.
5. Pada aba-aba ya stop watch dihidupkan dan diamati pada saat testee atau
bolanya yang terakhir melewati garis finish
6. Setiap testee diberi 2 kali kesempatan
Penilaian Hasil tes :
Diambil nilai tes yang tercepat dari 2 kali kesempatan menggiring bola, yang dicatat
sampai persepuluh detik.

3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian


Dalam suatu penelitian banyak faktor yang mempengaruhi hasil penelitian.
Demikian pula halnya dengan penelitian ini faktor-faktor itu adalah :
39
3.6.1 Faktor alat
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini harus dipertanggungijawabkan
kebenarannya. Sedangkan alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
bersumber dari peminjaman dari FIK UNNES Semarang dan dalam keadaan baru
atau sempurna, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya untuk
digunakan dalam penelitian.
3.6.2 Faktor Pengukur
Faktor pengukur sangat mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan, dan
untuk mengurangi masalah-masalah yang timbul dari hasil pengambilan data maka
disarankan untuk petugas pengambilan data agar teliti dalam membaca dan mencatat
hasil-hasil dari melakukan tes. Dan dalam pelaksanaan penelitian ini petugas yang
ditunjuk adalah rekan mahasiswa FIK UNNES Semarang sehingga dianggap mampu
dan mengerti dan terlatih dalam tata cara pengambilan data untuk masing-masing tes.
3.6.3 Faktor tempat
Faktor tempat kadangkala dapat mempengaruhi hasil penelitian karena dapat
mempengaruhi lancar atau tidaknya testee dalam melakukan tes. Untuk itu dipilih
lapangan yang memenuhi persyaratan.
3.6.4 Faktor Kesungguhan Hati
Faktor kesungguhan hati sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian dari
testee yang diteliti. Maka untuk mengatasi hambatan ini peneliti membuat motivasi
para testee untuk melakukan tes dengan sungguh-sungguh
40
3.7 Analisis Data
Analisa data merupakan satu langkah yang penting dalam suatu penelitian.
Data yang terkumpul tidak berarti apabila tidak diolah. Suatu kesimpulan diambil
dari hasil analisa data tersebut. Untuk menganalisa data diperlukan suatu teknik
analisa data yang sesuai dengan data yang dianalisa. Dalam suatu penelitian seorang
peneliti dapat menggunakan dua jenis analisa data yaitu analisa statistik dan analisa
non satatistik. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
statistik . menurut Sutrisno Hadi (1996 :21), analisa statistik adalah cara-cara ilmiah
yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisa
data-data penyelidikan yang terwujud angka-angka.
Dalam mempergunakan analisis statistik ini, ada pertimbangan sebagai
berikut:
1. Dengan analisa statistik, maka objektivitas dari hasil penelitian lebih terjamin.
2. Analisa statistik dapat memberikan efisiensi dan efektifitas kerja, karena data
lebih sederhana.
3. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah dengan teknik analisa regresi dua
prediktor.
Dalam analisis data ini terdiri dari dua tahap yaitu:
1. Uji prasyarat analisis regresi dua prediktor
Uji prasyarat analisis regresi dua prediktor meliputi uji normalitas, uji

homogenitas dan uji linieritas.


41
a. Uji normalitas data
Uji normalitas digunakan untuk menguji data yang diperoleh terdistribusi
normal atau tidak. Apabila data terdistribusi normal, maka statistik yang digunakan
untuk pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu analisis regresi ganda
atau dua prediktor, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal maka digunakan
statsitik non parametrik. Dalam pengujian normalitas ini digunakan uji Liliefors atau
Kolmogorov Smirnov (Singgih Santoso, 2001: 94). Apabila diperoleh nilai
probabilitas melebihi batas kesalahan yang digunakan yaitu = 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal (Singgih Santoso, 2001: 97)
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dnegan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Dalam pengujian ini digunakan
regresi tunggal. Apabila diperoleh nilai F hitung dengan probabilitas kurang dari =
0.05, dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.
2. Analisis Regresi Dua Prediktor
Dalam analisis regresi dua prediktor ada beberapa tahap analisis yaitu:
a. Menentukan persamaan regresi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel (X)
terhadap variabel-variabel dependen (Y). Adapun persamaan yang digunakan model
matematis probabilistik atau probabilistic mathematical mode (Algifari,1997) adalah:
Y= a + b1X1 + b2X2
42
Dimana :
Y = Penafsiran variabel dependen ( menggirng bola)
X1 = Variabel independen 1 (kecepatan )
X2 = Variabel independen 2 (kelincahan )
a = Nilai konstanta
b1 = Koefisien regresi varibel independen 1
b2 = Koefisien regresi varibel independen 2
b. Uji parsial
Uji parsial digunakan t-test merupakan pengujian koefisien regresi parsial
yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen kecepatan dan
kelincahan secara individual mempunyai hubungan dengan variabel dependen (Y)
yaitu menggiring bola. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut.
1) Perumusan hipotesis
Ho : bi = 0, dengan i = 1, 2, berarti tidak ada pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Ha : bi > 0, dengan i = 1, 2, berarti ada pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat.
2) Penentuan nilai kritis
Tingkat signifikansi () = 5%
Degree of fredom (df) = n k 1
Dimana
n : jumlah sampel

k : Jumlah variabel dependent


43
3) Kriteria pengujian
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus.
12
1
R
trnk

=
Ketentuan yang berlaku dalam uji t ini adalah :
Apabila t-test t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak atau apabila probabilitas
( value) < 0.05.
c. Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan ini digunakan untuk menguji pengaruh varibel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama-sama (simultan) dengan tingkat signifikansi yang
digunakan sebesar = 5% dan df (k: n-k-1). Langkah-langkah pengujiannya adalah
sebagai berikut.
1) Perumusan hipotesis
Ho : b1 = b2 = 0, tidak ada pengaruh secara bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Ha : b1 = b2 > 0 ada pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat
2) Penentuan nilai kritis
Tingkat signifikansi () = 5%
Degree of fredom (df) = k : n k 1
Dimana
n : jumlah sampel
k : Jumlah variabel dependent
44
3) Kriteria pengujian
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus.
(1 ) /( 1)
/
2
2

=
Rnk
FRk
Ketentuan yang berlaku dalam uji F ini adalah :
Apabila Freg F-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak atau apabila
probabilitas ( value) < 0.05.
45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskriptif Data Hasil Penelitian
Hasil pengukuran kecepatan, kelincahan dan menggiring bola dapat dilihat
dari hasil pengukuran menggunakan satuan detik seperti pada lampiran 1. Semakin
tinggi waktu yang dibutuhkan maka kecepatan, kelincahan dan menggiring bola dari
pemain sepak bola tersebut semakin kurang baik. Tabel 1 berikut memperlihatkan
rata-rata hasil pengukuran dari ketiga pengukuran tersebut.
Tabel 1.
Deskriptif Data Hasil Pengukuran Kecepatan, Kelincahan dan Menggiring Bola
26 26 26
5.16 9.47 17.77
7.21 12.37 27.46
5.8615 10.9473 22.5631
.5215 .7238 2.6758
.272 .524 7.160
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
Kecepatan Kelincahan Menggiring bola
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata kecepatan pemain sepak
bola LPSB Atlas Binatama Semarang 5.86 detik, waktu tempuh yang paling sedikit
5.16 detik, sedangkan waktu terbesar 7.21 detik. Dari hasil tes kelincahan diperoleh
rata-rata sebesar 10.95 detik, dengan waktu terbesar 12.37 detik dan terendah 9.47
detik. Hasil tes menggiring bola diperoleh rata-rata 22.56 detik dengan waktu
tertinggi 27.46 dan terendah 17.77 detik.
46
Untuk mengetahui lebih lanjut ada tidaknya hubungan kecepatan, kelincahan
dengan menggiring bola dapat dilihat dari hasil analisis regresi ganda. Pada penelitian
ini analisis regresi dihitung menggunakan program komputer yaitu SPSS release 10,
yang sebelumnya diuji kenormalan dan kelinieran garis regresi.
4.2 Hasil Uji Prasyarat
4.2.1 Uji Kenormalan
Uji kenormalan data merupakan salah satu statistik yang digunakan untuk
menguji data yang diperoleh dari hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak.
Apabila berditribusi normal, maka untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat
digunakan statistik parametrik (dalam hal ini adalah analisis regresi). Berkaitan
dengan pengujian kenormalan data ini digunakan uji Liliefors atau Kolmogorov
Smirnov, apabila diperoleh probabilitas lebih besar dari taraf kesalahan yang
digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Hasil uji
normalitas data dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Lo Probabilitas Kriteria

Kecepatan 0.165 0.068 > 0.05 Normal


Kelincahan 0.123 0.200 > 0.05 Normal
Menggiring bola 0.105 0.200 > 0.05 Normal
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa probabilitas dari hasil uji normalitas
lebih besar dari 0.05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal.
47
4.2.2 Uji Kelinieran
Untuk menguji kelinieran garis regresi antara kecepatan dengan menggiring
bola dan kelincahan dengan menggiring bola dapat dilihat dari hasil uji F seperti pada
tabel 4.4. Dari hasil analisis ini apabila diperoleh nilai F dengan probabilitas kurang
dari taraf kesalahan (0.05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang linier antara
kecepatan dengan menggiring bola dan kelincahan dengan menggiring bola.
Tabel 4
Hasil Uji Kelinieran
Hubungan F Probabilitas Kriteria
Kecepatan dengan menggiring bola 14.859 0.001 < 0.05 Linier
Kelincahan dengan menggiring bola 8.538 0.007 < 0.05 Linier
4.3 Hasil Uji Hipotesis
4.3.1 Persamaan Regresi
Model persamaan regresi untuk menyatakan hubungan antara kecepatan dan
kelincahan dengan menggiring bola pada siswa LPSB Atlas Binatama Semarang
dapat dilihat dari hasil output SPSS berikut.
Tabel 5.
Persamaan Regresi
-10.540 2.789 1.531
6.545 .731 .527
.544 .414
-1.611 3.814 2.905
.121 .001 .008
.618 .512
.622 .518
.535 .407
B
Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
Zero-order
Partial
Part
Correlations
(Constant) Kecepatan Kelincahan
1
Model

48
Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diperoleh koefisien regresi untuk
variabel kecepatan sebesar 2.789, variabel untuk kelincahan sebesar 1.531 dan
konstanta sebesar 10.540. Terlihat pula bahwa koefisien-koefisien regresi tersebut
diuji keberartiannya menggunakan uji t dan diperoleh thitung untuk variabel kecapatan
(X1) sebesar 3.814 dengan probabilitas 0.001 < = 0.05, yang berarti bahwa variabel
tersebut signfikan. Hal ini berarti bahwa kecapatan mempunyai hubungan dengan
menggiring bola. Dengan kata lain, siswa yang mempunyai kecepatan yang lambat
atau waktu yang besar dalam lari akan diikuti pula tingginya waktu dalam menggiring
bola, sebaliknya dengan kecepatan yang tinggi akan dikuti sedikitnya waktu dalam
menggiring bola. Hasil uji keberartian variabel kelincahan, diperoleh thitung sebesar
2.905 dengan probabilitas 0.008 < = 0.05, yang berarti variabel tersebut signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara kelincahan dengan
mengging bola. Secara umum hubungan variabel-variabel tersebut dapat dinyatakan
dengan persamaan regresi yaitu:
^Y
= 2.789X1 + 1.531X2 10.540.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan 1 detik
pada hasil pengukuran kecepatan akan dikuti peningkatan waktu dalam menggiring
bola 2.789 detik dan setiap terjadi peningkatan waktu 1 detik pada hasil pengukuran
kelincahan akan diikuti peningkatan waktu dalam menggiring bola sebesar 1.531
detik. Secara bersama-sama apabila seorang pemain mengalami peningkatan 1 detik
hasil pengukuran kecepatan dan kelincahan akan diikuti peningkatan waktu
menggiring bola sebesar 2.789 + 1.531 = 4.320 detik.
49
4.3.2 Besarnya Hubungan Secara Parsial
Besarnya hubungan antara kecepatan dengan menggiring bola dan kelincahan
dengan menggiring bola dapat dilihat dari koefisien korelasi parsial, seperti pada
tabel 4.5. Tampak bahwa koefisien korelasi parsial antara kecepatan dengan
menggiring bola sebesar 0.622 sedangkan antara kelincahan dengan menggiring bola
sebesar 0.518. Tampak bahwa hubungan antara kecapatan dengan hasil menggiring
bola lebih tinggi daripada antara kelincahan dengan hasil menggiring bola.
4.3.3 Uji Simultan
Secara simultan, hubungan kecepatan dan kelincahan dengan menggiring bola
dapat dilihat dari hasil uji anava untuk regresi.
Tabel 6.
Uji Simultan
ANOVAb
98.120 2 49.060 13.953 .000a
80.871 23 3.516
178.991 25
Regression
Residual
Total
Model
1

Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
a. Predictors: (Constant), Kelincahan, Kecepatan
b. Dependent Variable: Menggiring bola
Berdasarkan hasil uji anava tersebut, diperoleh F hitung sebesar 13.953
dengan probabilitas 0.000 < = 0.05, yang berarti signifikan. Hal ini berarti bahwa
secara simultan kecepatan dan kelincahan mempunyai hubungan dengan menggiring
bola pada permainan sepak bola bagi siswa LPSB Atlas Binatama Semarang, dan
50
secara parsial menunjukkan bahwa kecepatan memupunyai hubungan yang lebih
besar daripada kelincahan.
4.3.4 Koefisien Korelasi dan Determinasi Ganda
Hubungan antara kecepatan dan kelincahan dengan menggiring bola dapat
dilihat dari koefisien korelasi ganda, seperti pada hasil output SPSS berikut.
Tabel 7.
Koefisien Korelasi dan Determinasi Ganda
Model Summary
.740a .548 .509 1.8751
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
a. Predictors: (Constant), Kelincahan, Kecepatan
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa besar hubungannya 0.740,
sedangkan besar sumbangan kecepatan dan kelincahan terhadap hasil menggiring
bola dapat dilihat dari nilai R square yaitu sebesar 0.548 atau 54.8%. Hal ini berarti
bahwa hasil menggiring bola dipengaruhi oleh kecepatan dan kelincahan sebesar
54.8%, sisanya 55.2% dari faktor lain di luar penelitian ini seperti teknik menggiring
bola dan kelenturan kaki.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kecepatan dengan hasil menggiring bola pada permainan sepak bola.
Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi secara parsial yang diperoleh koefisien
untuk kecepatan sebesar 2.789 yang diuji keberartiannya menggunakan uji t
diperoleh thitung 3.814 dengan probabilitas 0.001 < = 0.05, yang berarti signifikan.
51
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecepatan mempengaruhi hasil
menggiring bola. Semakin besar kecepatan seseorang, maka hasil menggiring bola
akan semakin cepat, sebaliknya semakin lambata kecepatannya, maka hasil
menggiring bola semakin lambat pula. Kecepatan merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi gerak. Kecepatan merupakan unsur keampuan gerak

yang harus dimiliki seorang pemain sepakbola sebab dengan kecepatan yang tinggi,
pemain yang menggiring bola dapat menerobos dan melemahkan daerah pertahanan
lawan. Kecepatan didukung dengan tenaga eksplosif berguna untuk fastbreak, dribble
dan passing. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan
cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan seluruh tubuh dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan anggota tubuh seperti tungkai adalah penting
pula guna memberikan akselerasi obyek-obyek eksternal dalam menggiring bola.
Kecepatan melibatkan koordinasi otot-otot besar pada tubuh dengan cepat dan tepat
dalam suatu aktifitas tertentu. Kecepatan dapat dilihat dari sejumlah besar kegiatan
dalam olahraga meliputi kerja kaki (footwork) yang efisien dan perubahan posisi
tubuh dengan cepat. Seseorang yang mampu bergerak dengan koordinasi seperti
tersebut di atas yang cepat dan tepat berarti memiliki kecepatan yang baik yang
berpengaruh terhadap hasil menggiring bola.
Pada variabel kelincahan diperoleh koefisien regresi sebesar 1.531 yang diuji
keberartiannya menggunakan uji t dan diperoleh thitung 2.905 dengan probabilitas
0.008 < = 0.05, yang berarti signifikan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
dengan bertambahnya kelincahan pemain sepak bola, maka akan diikuti kecepatan
dalam menggiring bola. Kelincahan merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi gerak. Kelincahan merupakan unsur kemampuan gerak yang harus
52
dimiliki seorang pemain sepakbola sebab dengan kelincahan yang tinggi pemain
dapat menghemat tenaga dalam suatu permainan. Kelincahan juga diperlukan dalam
membebaskan diri dari kawalan lawan dengan menggiring bola melewati lawan
dengan menyerang untuk menciptakan suatu gol yang akan membawa pada
kemenangan. Seorang pemain yang kurang lincah dalam melakukan suatu gerakan
akan sulit untuk menghindari sentuhan-sentuhan perseorangan yang dapat
mengakibatkan kesalahan perseorangan.
Kelincahan melibatkan koordinasi otot-otot besar pada tubuh dengan cepat
dan tepat dalam suatu aktifitas tertentu. Kelincahan dapat dilihat dari sejumlah besar
kegiatan dalam olahraga meliputi kerja kaki (footwork) yang efisien dan perubahan
posisi tubuh dengan cepat. Seseorang yang mampu merubah posisi yang berbeda
dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup
baik.
Individu yang mampu merubah posisi yang satu ke posisi yang lain dengan
koordinasi dan kecepatan yang tinggi memiliki kesegaran yang baik dalam komponen
kelincahan. Dalam beberapa hal, kelincahan menyatu dengan tenaga daya tahan.
Kelincahan diperlukan sekali dalam melakukan gerak tipu pada saat menggiring bola.
Gerak tipu dapat kita kerjakan dengan mengendalikan ketepatan, kecepatan, dan
kecermatan.
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil penelitian dapat diambil beberapa
simpulan antara lain:
1. Hasil analisis koefisien korelasi parsial untuk kecepatan sebesar 0.622 dengan

probabilitas 0.001 < 0.05, yang berarti hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan
ada hubungan secara signifikan antara kecepatan dengan menggiring bola pada
permainan sepak bola oleh siswa LPSB Atlas Binatama Semarang. Hal ini berarti
bahwa dengan bertambahnya kecepatan akan diiikuti pula ketrampilan dalam
menggiring bola.
2. Hasil analisis koefisien korelasi parsial untuk kelincahan sebesar 0.518 dengan
probabilitas 0.008 < 0.05, yang berarti hipotesis diterima, dengan demikian
kelincahan berhubungan secara signifikan dengan hasil menggiring bola pada
permainan sepakbola oleh siswa LPSB Atlas Binatama Semarang. Hal ini berarti
bahwa semakin tinggi kelincahan seseorang akan diikuti naiknya ketrampilan
dalam menggiring bola.
3. Hasil analisis korelasi ganda sebesar 0.740 yang diuji keberartiannya
menggunakan uji F diperoleh Fhitung sebesar 13.953 dengan probabilitas 0.000 <
53
54
0.05, yang berarti hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kecepatan dan kelincahan dengan hasil menggiring bola
pada permainan sepak bola oleh siswa LPSB Atlas Binatama Semarang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti mengajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Dalam penyusunan program latihan fisik untuk menggiring bola dalam sepakbola,
hendaknya seorang pelatih memprioritaskan kecepatan dan kelincahan.
2. Bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan istrumen tes
yang lebih tepat.
3. Agar melakukan penelitian yang sejenis untuk mengkaji lebih lanjut faktor-faktor
lain yang termasuk dalam penelitian ini.
55
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta. BPFE.
A. Sarumpaet. 1992. Permainan Besar. Padang : Depdikbud
Baley, James A. 1986. Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina.
Semarang : Bahasa Prise
Bompa, Tudor O. 1983. Theory and Methodology of Training. Dubuge : Kendall/
Hunt Publishing Company
Csanadi Arpad. 1972. Soccer. Budapest : Corvina press
Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Depdikbud. 1977. Pembinaan Kesegaran Jasmani dengan Tes A.C.S.P.F.T Untuk
Siswa SLTA Putra. Jakarta : Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi
Engkos Kosasih. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika
Presindo.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : PT.
Dirjen Dikti P2LPT
Hocke dan Nasution. 1956. Olahraga dan Prestasi. Bandung : Penerbit Ternate
Hughes charles. 1980. Soccer Tactics and Skill. London:British Broadcasting

Coporation
Jonath.U.E. Haag dan R. Krembel. 1984. Atletik II. Jakarta : PT. Rosda Jayaputra
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengatar Teori dan Metode. Jakarta
: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud
M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen
Dikti PPLPTK
Nossek Jossef. 1982. General Theory of Training. Lagos : Pan African Press ltd
56
Saifudin. 1999. Ketrampilan Bermain Sepakbola. Jurnal IPTEK Olahraga. Volume 3
no 1. Januari 2001. Halaman 1-11.
Sardjono. 1981. Pengaruh Latihan Kondisi Fisik Terhadap Kecakapan Bermain
Sepakbola
Singer, Robert N. 1982. Motor Learning and Human Performance. New York : Mc
Millan Publishing Company
Singgih Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo
Soejono. 1985. Sepakbola: Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta: PT. Badan Penerbit
Kedaulatan Rakyat.
Suharno HP.1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta
________.1978. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta :Yayasan STO
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Sukatamsi. 1988. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Surabaya :Tiga Serangkai
Sumardjono. 1986. Alat-alat dan Pengukuran. Semarang :IKIP Semarang
Sutrisno Hadi. 1996. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta :Yayasan Fakultas
UGM
W.J.S Poerwadarminta . 1982. Kamus Ilmu Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Winarno Surahmad. 1980. Metodologi Penelitian. Bandung : Badan Penerbit IKIP
Bandung
Kategori:Uncategorized
Mei 19, 2010 engkoskosasih Tinggalkan komentar
Hubungan Antara Kecepatan Reaksi Dan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Ketepatan Smash
Kedeng Pada Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta
Oleh :
Drs. Bambang Sujiono, M.Pd, Drs. Nur Ali, M.Pd. dan
Andriyanto
ABSTRAK
Penelitian ini diajukan untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara kecepatan reaksi
dan daya ledak otot tungkai dengan ketepatan smash kedeng, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama.
Penelitian ini dilakukan di Universitas negeri Jakarta. Pada tanggal 3 Juli 2006 hari Senin di Hall
A Fakultas Ilmu Keolahragaan pada jam 14.00 sampai selesai. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan teknik survey korelasi, sampel yang digunakan yaitu mahasiswa

sepaktakraw sebanyak 30 orang dari 34 orang, pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
purpove random sampling.
Tes kecepatan reaksi (X1) diukur dengan menggunakan layar reaction timer senoh dengan satuan
detik. Tes daya ledak otot tungkai (X2) diukur dengan menggunakan alat ukur vertikal jump. Tes
ketepatan smash kedeng (Y) diukur dengan tes smash sepaktakraw.
Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistika korelasi
sederhana dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan uji-t pada taraf signifikansi = 0,05.
Hasil penelitian menunjukan : pertama, terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi
terhadap ketepatan smash kedeng, dengan persamaan garis regresi linear = 28,26 + 0,43 X1 ,
koefisien korelasi (ry1 ) = 0,44 dan koefisien determinasi (ry12) = 0,1936, yang berarti variabel
kecepatan reaksi memberikan sumbangan terhadap ketepatan smash kedeng otot tungkai
terhadap ketepatan smash kedeng, dengan persamaan garis regresi linear = 28,59 + 0,43 X2,
koefisien korelasi ry2 = 0,43 dan koefisien determinasi (ry22) = 0,1849, yang berarti variabel
daya ledak otot tungkai memberikan sumbangan terhadap ketepatan smash kedeng sebesar
18,49%. Ketiga, terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot
tungkai secara bersama-sama dengan ketepatan smash kedeng, dengan persamaan garis regresi
linear ganda = 21 + 0,30 X1 + 0,28 X2 koefisien korelasi ganda (Ry 1-2) = 0,5 dan koefisien
determinasi (RY 1-22) = 0,25 yang berarti bahwa variabel kecepatan reaksi dan daya ledak otot
tungkai secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap ketepatan smash kedeng sebesar
25%
A. Latar Belakang Masalah
Sepaktakraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Asia. Permainan ini dilakukan oleh
dua regu yang berlawanan, setiap regu terdiri dari tiga orang pemain, yang dipisahkan oleh
sebuah net yang memiliki ukuran dan ketinggian sama dengan bulu tangkis, yaitu 1,44 m.
Permainan ini dimulai dengan melakukan servis, yang dilakukan oleh tekong ke daerah lapangan
lawan. Kemudian pemain regu lawan mencoba memainkan bola dengan menggunakan kaki dan
kepala dan anggota badan selain tangan, sebanyak tiga kali sentuhan.
Sebagai olahraga cabang beregu, sepaktakraw dimainkan di atas lapangan empat persegi panjang
dengan permukaan yang rata baik ditempat terbuka (outdoor) maupun di ruangan tertutup
(indoor), yang bebas dari rintangan. Sepaktakraw dimainkan oleh dua regu, yang pada tiap regu
terdiri dari tiga orang pemain, yaitu tekong, apit kiri dan apit kanan dengan seorang pemain
cadangan. Sepaktakraw sebagai cabang olahraga beregu, maka kemenangan satu regu ditentukan
oleh banyak faktor, dua faktor diantaranya adalah : (1) penguasaan teknik bermain sepaktakraw
secara individual dan (2) kerjasama tim (team work) yang baik antara pemain dalam sebuah tim
atau regu. Makin sempurna penguasaan teknik setiap pemain dan kerjasama tiap regu, maka
kualitas permainan akan makin baik.
Seorang atlet akan mampu mengembangkan potensinya secara optimal apabila memenuhi faktorfaktor sebagai berikut; karakteristik fisik, merupakan komponen penting yang harus disajikan
sebagai penunjang penampilan (kapasitas fisik), penguasaan teknik secara benar yang diperlukan
cabang olahraga tertentu dapat dikembangkan (biomekanik), tingkat kebugaran secara spesifik
untuk aktivitas olahraga tertentu harus dicapai (kapasitas fisiologi), faktor-faktor psikologis yang
memungkinkan atlet berhasil dalam suatu kompetisi perlu dikembangkan dan dipertahankan
(menaikkan kondisi psikologis), etika kerja termasuk sikap yang tepat dalam latihan harus
disajikan dan kesempatan untuk berkompetisi dengan atlet lain yang setara atau tingkat yang
lebih tinggi harus tersedia.
Dalam kaitannya dengan permainan sepaktakraw, teknik dasar bermain sepaktakraw meliputi

teknik : (1) servis yang dilakukan oleh tekong, (2) menimang, (3) smash, (4) heading dan (5)
block. Berkaitan dengan sentuhan bola dengan anggota badan, sepakan yang harus dikuasai oleh
pemain sepaktakraw meliputi : sepakan; sepak sila, sepak kuda, sepak cungkil, sepak menapa
dengan telapak kaki, sepak badek atau sepak samping dan dengan punggung kaki, menggunakan
kepala bagian depan (dahi), bagian samping dan bagian belakang, menggunakan dada,
menggunakan paha dan menggunakan bahu.
Penguasaan keterampilan sepaktakraw diperlukan, agar pemainan dapat berjalan dengan baik,
keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan individual dan keterampilan penguasaan
pertandingan, keterampilan individual meliputi : sepak sila, sepak kuda, sepak badek,
menggunakan paha dan menyundul bola, sedangkan keterampilan penguasaan pertandingan
meliputi : servis (sepak mula) menerima bola atau servis pertama, memberikan umpan atau
hantaran, melakukan smash dan block.
Smash dalam sepaktakraw dibagi menjadi dua, yaitu : smash gulung dan smash kedeng. Smash
atau rejam (istilah Malaysia) adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak akhir dari
gerak kerja serangan yang penting untuk mendapatkan point atau angka bagi regu yang
melakukannya. Kesalahan atau kegagalan dalam melakukan smash berarti bukan hilangnya
kesempatan untuk regu itu untuk mendapatkan angka tetapi juga menambah angka bagi lawan.
Disini jelaslah bahwa kedua apit itu perlu mempunyai kemampuan yang
baik tentang smash sehingga dapat mencari sasaran yang lemah dan sulit untuk diterima atau
dikontrol oleh lawan.
Seperti telah dijelaskan terdahulu, bahwa peranan smash sangat penting dan memiliki kesulitan
tersendiri serta terbukanya kesempatan untuk memperoleh angka, maka diharapkan kedua apit
itu mampu melakukan smash dengan cepat dan tepat, dimana dibutuhkan pula kecepatan
mereaksi (sejauh mana jangkauan kakinya terhadap bola yang dilambungkan di udara) yang baik
ketika bola datang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot
tungkai dengan ketepatan smash kedeng pada mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri
Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di pedahuluan, dapat di
identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut
1. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dengan kemampuan smash
kedeng ?
2. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan
smash kedeng ?
3. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai
secara bersama-sama dengan kemampuan ketepatan smash kedeng ?
4. Manakah diantara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai yang memberikan kontribusi
lebih besar terhadap ketepatan smash kedeng.
5. Apakah jika salah satu unsur kondisi fisik tidak baik akan mempengaruhi dalam melakukan
smash kedeng pada permainan sepak takraw.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari agar tidak meluasnya pembahasan, maka penelitian ini dibatasi dengan pada
: Hubungan antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai terhadap ketepatan smash
kedeng pada mahasiswa kop sepak takraw Universitas Negeri Jakarta.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara kecepatan reaksi terhadap ketepatan smash kedeng pada
mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta ?
2. Apakah terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai terhadap ketepatan smash kedeng
pada mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta ?
3. Apakah terdapat hubungan antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai dengan
ketepatan smash kedeng pada mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta ?
E. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan manfaat yang akan diperoleh diantaranya :
1. Menambah wawasan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan, khususnya dan masyarakat
pencinta sepak takraw pada umumnya, guna meningkatkan pengetahuan dalam rangka
mengembangkan potensi dan kemampuan melatih disekolah maupun di klub-klub dimasa
mendatang.
2. Memberikan masukan bagi pelatih, dalam hal ini adalah penyusunan metode latihan guna
peningkatan kemampuan smash, khususnya yang mengarah kepada taktik dan strategi
bertanding.
A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi berasal dari kata kecepatan dan reaksi. Kecepatan merupakan sejumlah
gerakan per waktu1. Reaksi berarti kegiatan (aksi) yang timbul karena satu perintah atau suatu
peristiwa2. Dari penjabaran tersebut, maka kecepatan reaksi adalah gerakan yang dilakukan
tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa
dalam satuan waktu.
Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting.
Kecepatan menjadi faktor penentu di cabang-cabang olahraga, kecepatan merupakan hal yang
sangat dibutuhkan dalam suatu pertandingan. Dalam olahraga sepaktakraw, kecepatan adalah hal
yang mutlak diperlukan terutama dalam melakukan servis, smash dan block, seperti yang
dikemukakan oleh Frank W. Dick, kecepatan dalam teori kepelatihan berarti kemampuan
menggerakkan anggota badan, kaki atau lengan atau bagian statis pengumpil tubuh bahkan
keseluruhan tubuh dengan kecepatan terbesar yang mampu dilakukan3.
Dalam aktivitas gerakan sepaktakraw seperti smash kedeng, kecepatan tendangan merupakan hal
yang sangat diperlukan agar dengan segera bola yang ditendang mengarah ke daerah tersulit
pertahanan lawan. Kecepatan menurut Harsono, ialah kemampuan untuk melakukan gerakangerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat1 M. Muslim, Tes dan Pengukuran dalam Olahraga, (Yogyakarta, STO Yogyakarta, 1986), h. 7
2 W.J.S. Poerwandarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1991), h.
721
3 Frank W. Dick, Sport Training Principles, (London : A and C Black Publisher, 1989), h. 191.
singkatnya4. Secara kinesiologis, Dadang M. Mengemukakan bahwa kecepatan sebagai
perubahan posisi benda pada arahnya dalam satu satuan waktu5. Menurut M. Sajoto, kecepatan
adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang
sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya6.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk
memindahkan atau merubah posisi tubuh atau anggota tubuh dalam menempuh suatu jarak

tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan satuan waktu. Agar seseorang bereaksi
dengan cepat, kecepatan harus dirangsang gerak secepat mungkin.
Kecepatan reaksi dikemukakan oleh Claude Bouchard yang dalam terjemahan oleh Moeh.
Soebroto bahwa : kecepatan reaksi adalah kualitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban
kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu rangsang7. Kecepatan reaksi merupakan
kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan keanekaragaman manifestasi
tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 tingkatan :
1. Pada tingkat rangsang, dalam suatu persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran dan
perubahan.
2. Pada tingkat pengambilan keputusan, kerap kali perlu dipilih perpektif dalam kepenuhan
aneka ragam tanda agar hanya mereaksi pada rangsang yang tepat.
3. Pada tingkat pengorganisasian reaksi kinetis, diskriminasi atau pilihan perpektif biasanya
disertai perlunya penetapan pilihan diantara berbagai respons kinetis yang dibuat setelah itu.
Hal yang sama dikemukakan oleh Suharno H.P bahwa faktor-faktor penentu khusus kecepatan
reaksi yaitu : tergantung iritabilita dari susunan syaraf, daya orientasi situasi yang dihadapi oleh
atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan, kecepatan gerak dan daya ledak
otot8.
Kecepatan reaksi atau daya reaksi adalah kemampuan merespons sesaat setelah stimulus yang
diterima syaraf yang berupa bunyi atau tanda lampu menyala.
Beberapa prinsip yang perlu ditaati dalam usaha meningkatkan pengembangan kecepatan reaksi
yaitu meningkatkan pengenalan terhadap situasi persepsi khusus dan mengotomatisasikan
semaksimal mungkin jawaban motoris yang perlu dibuat atau sikap kinetis yang perlu dipilih
dalam situasi nyata. Oleh karena itu sangat perlu adanya metode latihan
4 Harsono. Coaching dan aspek-aspek psikologi dalam coaching (Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti
Depdikbud, 1988) h. 126
5 Dadang M., Kinesiologi, (Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1987), h. 10
6 M. Sajoto, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, (Jakarta : Depdikbud, 1988) h. 9
7 Claude Bouchard et.al., Masalah-masalah dalam Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan
Coaching, terjemahan Drs. Moeh. Soebroto (Jakarta : Ditjen dikluspora Depdikbud RI, 19771978) h. 39
8 Suharno H.P., Metode Penelitian (Jakarta : KONI Pusat, 1993) h. 33
yang mengkondisikan atlet pada situasi pertandingan yang sesungguhnya, di mana atlet dituntut
melakukan gerakan secepat-cepatnya dalam waktu yang singkat.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kecepatan reaksi adalah kemampuan individu
dalam melakukan gerakan dari mulai adanya stimulus hingga berakhirnya respons dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
Maka, kedua apit itu dituntut untuk memiliki kecepatan reaksi yang baik dalam melakukan
smash kedeng agar lawan tidak sempat mengantisipasi ke mana bola akan diarahkan. Dengan
memiliki kecepatan teknik yang baik didukung dengan kecepatan reaksi yang tinggi akan
mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan smash kedeng dengan bagian luar samping kanan.
2. Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai
Kekuatan kerja fisik dalam olahraga prestasi merupakan komponen yang sangat penting,
demikian halnya dengan sepaktakraw. Kondisi fisik yang baik merupakan salah satu unsur
pendukung dalam pencapaian prestasi yang optimal, oleh karenanya peningkatan maupun
pemeliharaanya merupakan dua aspek yang penting yang dilakukan secara continue dan
berkesinambungan meskipun dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan kekhususan

masing-masing cabang olahraga. Kekuatan kondisi fisik merupakan modal utama dalam
pencapaian prestasi olahraga, Sajoto mengungkapkan unsur kondisi fisik dalam olahraga yaitu :
(1) kekuatan, (2) daya tahan, (3) daya ledak, (4) kecepatan, (5) kelenturan, (6) kelincahan, (7)
koordinasi, (8) keseimbangan (9) ketepatan dan (10) reaksi9.
Salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam kegiatan olahraga, baik
sebagai unsur pendukung dalam suatu gerak tertentu maupun unsur utama dalam upaya
pencapaian teknik gerak yang sempurna adalah daya ledak. Daya ledak atau sering disebut
dengan istilah muscular power adalah kekuatan untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang
digunakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya10.
Menurut Harsono daya ledak adalah kekuatan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal
dalam waktu yang sangat cepat11. Sedangkan Don R. Kirkendall mengemukakan bahwa daya
ledak adalah hasil usaha dalam satuan unit waktu yang disebabkan ketika kontraksi otot
memindahkan benda pada ruang atau jarak tertentu12. 9 M. Sajoto, Op. Cit, h. 16.
10 M. Sajoto, Op. Cit., h. 58
11 Harsono, Loc. Cit, (Jakarta : P2LPTK, 1980), h. 200. 12 Don R. Kirkendall, Measurement
and Evaluation for Physical Education diterjemahkan oleh ME. Winarno, dkk. (Jakarta :
ASWIN, 1997), h. 240.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh M. Soebroto bahwa tenaga ledak otot (power) adalah
kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara
eksplosive13.
Berdasarkan pendapat di atas menyebutkan dua unsur penting dalam daya ledak yaitu : (a)
kekuatan otot dan (b) kecepatan, dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan.
Seperti yang diungkapkan Harsono bahwa dalam power atau daya ledak, selain unsur kekuatan
terdapat unsur kecepatan14. Pendapat lain yang menguatkan pendapat di atas adalah pendapat
Sajoto yang mengatakan daya ledak atau power adalah suatu kekuatan yang dipengaruhi oleh
kekuatan dan kecepatan15.
Dengan demikian, jelas daya ledak merupakan satu komponen kondisi fisik yang dapat
menentukan hasil prestasi seseorang dalam keterampilan gerak.
Sedangkan besar kecilnya daya ledak dipengaruhi oleh otot yang melekat dan membungkus
tungkai tersebut. Tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk
menggerakkan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan pada tungkai
tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagai alat gerak aktif dan tulang alat
gerak pasif.
Dasar (basic) untuk pembentukan daya ledak (power) adalah kekuatan. Menurut Russel R. Pace,
mengatakan kekuatan sebagai tenaga yang dikerahkan sekelompok otot pada usaha tunggal yang
maksimal16. Dengan demikian, jelaslah bahwa kekuatan menggabungkan kekuatan otot untuk
mengatasi beban atau tahanan. Woeryanto menjelaskan tentang kekuatan sebagai berikut :
Kekuatan adalah kekuatan atau potensi otot untuk menghasilkan suatu tensi yang dinamis yaitu
gerakan terhadap tahanan (resistant) atau menjadi suatu beban yang statis yaitu menghasilkan
suatu tensi tanpa gerakan juga kekuatan otot dapat dideskripsikan sebagai potensi dari otot yang
mampu untuk melakukan kontraksi yang maksimal17.
Kekuatan otot tungkai merupakan salah satu unsur membentuk daya ledak otot tungkai, dalam
peningkatan kekuatan untuk menghasilkan lompatan yang baik, diperlukan kualitas otot tungkai
yang baik pula.
Kekuatan otot tungkai dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui latihan-latihan yang
mengarah pada hasil lompatan. Bentuk latihan untuk meningkatkan otot tungkai, daya ledak dan

daya tahan otot adalah latihan-latihan yang membentuk kontraksi isotonik, kontraksi isometrik
dan kontraksi isokinetis. Selain itu ada beberapa prinsip latihan yang
13 M. Soebroto, Op. Cit, h. 34.
14 Harsono, Ilmu Melatih, (Jakarta : Pusat Ilmu Olahraga, 1986), h. 47.
15 M. Sajoto, Op. Cit. H. 22.
16 Russel R. Pace, dkk. Dasar-dasar Ilmu Kepelatihan, diterjemahkan oleh Kasiyo Purjowinato,
(Semarang : IKIP Semarang, 1993), h. 299.
17 Woeryanto,Latihan Penguatan Otot,(Jakarta :FPOK IKIPJakarta,1988),h.1.
meningkatkan otot tungkai, seperti berjalan dan berlari sedangkan daya ledak dan daya tahan otot
yaitu penambahan beban, berulang-ulang, frekuensi latihan dan lama latihan.
Daya ledak yang dimiliki seorang pemain dapat menentukan tingkat keterampilannya didalam
olahraga. Pada teknik smash, daya ledak terhadap otot tungkai ikut memberikan hubungan yang
positif terhadap keberhasilan melakukan gerakan smash kedeng dalam upaya memberikan
tekanan pada pihak lawan. Di mana pada tehnik smash kedeng dilakukan dengan kekuatan
melakukan lompatan secara eksplosive dengan melakukan tolakan satu kaki disertai dengan
ketepatan waktu (timing) serta power dari kaki tumpu untuk memukul bola saat berada pada titik
tertinggi serta penempatan bola ke daerah kosong sehingga teknik smash kedeng dikatakan
berhasil.
3. Hakikat Ketepatan
Ketepatan dapat diartikan kemampuan seseorang melakukan gerakan-gerakan volunter untuk
suatu tujuan, misalnya dalam pelaksanaan shooting (menembak) bola basket, menendang bola
kearah gawang, memanah dan menembak18.
Tepat atau ketepatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Mengenai tepat pada
sasaran, misalnya melempar bola dengan sasaran19.
Mengenai tepat pada sasaran yang dimaksud adalah bagaimana seseorang smasher mampu
melempar atau melontarkan sesuatu mengarah pada sasaran yang ditentukan dalam permainan
sepaktakraw.
Jadi, ketepatan adalah gerakan lanjutan yang dilakukan seorang pemain sepaktakraw dalam
mengendalikan gerakan-gerakan bebas untuk suatu tujuan.
Selain gerakan-gerakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran, ketepatan juga diartikan sebagai
ketepatan jalannya suatu gerakan atau rangkaian gerak untuk mencapai hasil yang dicapai.
Kemudian, J. Matakupan meninjau ketepatan dari suatu gerakan, terbagi menjadi dua bagian :
1. Ketepatan dalam arti proses adalah ketepatan jalannya suatu gerakan atau rangkaian gerak
dilihat dari struktur gerakan dan sistemastis gerakan.
2. Ketepatan dalam arti produk adalah hasil yang dicapai20.
Selanjutnya J. Matakupan berpendapat bahwa :
Ketepatan gerakan secara optimal dipengaruhi oleh beberapa aspek, aspek tersebut adalah :
kemampuan mengantisipasi, kelancaran gerakan dan hubungan gerakan, ini dapat dikuasai
melalui pendidikan
18 Muslim, Tes dan Pengukuran Kepelatihan, (Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1995)., h. 65
19 Poerwadarmita, Op. Cit, h. 1055
20 J. Matakupan, Teori Bermain (Jakarta : Depdikbud, UT, 1992/1993), h. 22
jasmani yang benar dalam perbaikan gerakan-gerakan dasar dan dilakukan dengan berulangulang21.
4. Hakikat Smash Kedeng
Kemampuan penguasaan teknik yang prima merupakan faktor yang menentukan keberhasilan

suatu tim dalam pertandingan, keterampilan dasar (basic skill) perlu dikuasai oleh setiap pemain
sepaktakraw untuk memberikan permainan yang baik dalam serangan maupun dalam bertahan.
Smash dalam sepaktakraw merupakan salah satu faktor yang penting dalam pola serangan,
dimana mencakup semua untuk keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh pemain. Beberapa
macam jenis smash sepaktakraw antara lain :
1. Smash Gulung
2. Smash Kedeng
3. Smash Gunting
4. Smash Lurus
5. Smash Telapak Kaki (Sepak Kuda)22
Smash atau rejam (istilah Malaysia) adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak
akhir dari gerak kerja serangan23. Agar dapat menghasilkan smash yang akurat dan tajam,
awalan, tolakan, sikap posisi badan saat melayang di atas dan sikap badan saat mendarat sangat
penting untuk diperhatikan pada saat melatih24.
Dalam permainan sepaktakraw ada berbagai macam jenis smash, smash dapat dilakukan dengan
menggunakan :
1. Kepala
a. Dahi/kening
b. Samping kanan kepala
c. Samping kiri kepala
d. Bagian belakang kepala
2. Kaki
a. Kaki bagian dalam
b. Bagian kura-kura
c. Bagian samping luar kaki
d. Telapak kaki25
21 Ibid, h. 21 22 Charsian Anwar, Mari Bermain Sepaktakraw, (Jakarta : PB. Persetasi, 1999),
h.h. 25-28
23 Ratinus Darwis, Olahraga Pilihan Sepaktakraw, (Jakarta : Dep. P & K, Direktirat Jenderal
Pergurun Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan, 1992), h.h. 69-70.
24 Ibid, h.69
25 Ibid, h. 69
Smash kedeng merupakan jenis smash yang sering dilakukan pada pemain sepaktakraw guna
memberikan serangan pada pihak lawan. Smash kedeng merupakan smash yang biasanya bola
dipukul dengan punggung kaki atau kaki bagian luar.
Dalam melakukan smash kedeng dapat dibagi menjadi 3 tahapan gerakan smash, yaitu :
Tahap I : Tolakan
Tolakan harus dimulai dengan tumpuan salah satu kaki terlebih dahulu, kemudian diikuti
gerakan merendahkan badan dengan jalan menekuk lutut agak dalam ke bawah, kemudian
tolakan kaki tumpu ke atas bagian dalam secara eksplosif dengan bantuan kedua tangan.
Tahap II : Sikap badan di atas (saat Smash bola di atas)
Setelah melakukan tolakan dengan tumpuan salah satu kaki secara eksplosif, luruskan tungkai
serta putar badan (pinggul, punggung, bahu) kearah dalam. Kemudian lakukan smash dengan
punggung kaki bagian luar, dibantu dengan putaran pinggul dan punggung.
Tahap III : Saat Mendarat
Gerak ikutan dimulai dari tungkai, bahu dan lengan secara bersamaan berputar ke arah luar,

kemudian tungkai ditarik ke bawah dan mendarat dengan dua kaki dalam posisi siap.
Gambar 1 Gerakan Smash Kedeng
Sumber : Ucup Yusuf, Sudrajat Prawirasaputra, Lingling Usli, Pembelajaran Permainan
Sepaktakraw. (Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga, 2001), h. 41
Dalam pemainan sepaktakraw, smash merupakan teknik gerakan yang memiliki tingkat kesulitan
yang tinggi, oleh karenanya kekuatan teknik smash perlu dilatih secara serius dan berkelanjutan.
Ratinus mengungkapkan beberapa teknik smash yang perlu diperhatikan guna mendapatkan hasil
yang maksimal dalam melakukan smash, yaitu :
1. Perhatian dipusatkan kepada bola
2. Jangan ragu-ragu untuk melakukan smash, ambillah keputusan yang tepat
3. Tentukan ke mana smash akan di arahkan
4. Melompat dengan ketinggian secukupnya sesuai dengan keperluannya, bila perlu lebih tinggi
lagi agar smash-nya sempurna
5. Untuk smash net/jaring jangan sampai tersentuh
6. Mata di arahkan ke bola26
Apabila ditinjau dari tinjauan mekanika umum, lompatan smash dalam sepaktakraw temasuk
dalam kualifikasi melontarkan objek atau tubuh sendiri untuk mencapai gerak vertikal
maksimal27.
Kekuatan kontraksi otot tungkai untuk memberikan tekanan pada lantai pada saat menolak
merupakan titik tolak yang menentukan tinggi lompatan sesuai dengan hukum Newton III
tentang hukum interaksi (low of interaction) bahwa setiap aksi akan menimbulkan reaksi yang
sama besar dan arahnya berlawanan.28
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan yuang dimaksud dengan smash
kedeng adalah suatu pola gerak dalam permainan sepaktakraw yang bertujuan untuk memberikan
tekanan terhadap lawan, melalui pukulan dengan punggung kaki bagian luar ke arah daerah
pertahanan lawan.
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara Kecepatan Reaksi dengan Ketepatan Smash Kedeng
Penguasaan dasar teknik permainan sepaktakraw merupakan salah satu unsur yang ikut
menentukan menang atau tidaknya suatu tim dalam suatu pertandingan di samping unsur-unsur
lain yaitu kondisi fisik, taktik dan mental.
Teknik dasar dalam permainan sepaktakraw harus dikuasai oleh seorang pemain, di antaranya
teknik smash. Teknik smash merupakan teknik serangan yang utama untuk memberikan tekanan
terhadap lawan, di mana teknik smash mencakup seluruh unsur keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh pemain. Untuk dapat melakukan smash, ada beberapa faktor kondisi fisik yang
mendukung di antaranya kecepatan reaksi.
Kecepatan reaksi adalah salah satu bagian dari komponen kondisi fisik yang dimiliki seseorang.
Kecepatan reaksi memberikan pengaruh besar terhadap penampilan, keterampilan serta prestasi
yang akan didapat oleh seorang atlet, terutama smash.
26 Ratinus Darwis, Loc.Cit., h.h. 69-70
27 Dadang Masnun,Biomekanika Dasar(Jakartra:FPOK IKIP Jakarta,1998)h.8 28 Dadan
Masnun, Biomekanika Teknik Olahraga, Penggalan 3 (Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1997)h. 2
Kecepatan reaksi berbeda dengan refleks, karena kecepatan reaksi seseorang dapat dilatih hingga
akhirnya membentuk otomatisasi gerakan, sedangkan refleks tidak.
Smash kedeng merupakan satu dari sekian banyak smash dalam permainan sepaktakraw. Di
mana keberhasilannya perlu didukung pula oleh kemampuan kondisi fisik yang optimal, salah

satunya adalah kecepatan reaksi. Dengan kecepatan reaksi yang baik, dimungkinkan tercapainya
hasil yang diharapkan. Karena kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlit untuk
menjawab rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Untuk peningkatan/pengembangan kecepatan reaksi dalam melakukan smash, ada tahap-tahap
yang dilalui oleh smasher untuk dapat melakukan smash dengan baik, di antaranya tahap tolakan,
sikap badan di atas (saat smash bola di atas) dan saat mendarat (landing). Selain itu harus dapat
mengantisipasi pemain lawan, khususnya blocker.
Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat hubungan antara kecepatan reaksi dengan ketepatan
smash.
2. Hubungan antara Daya Ledak dengan Ketepatan Smash Kedeng
Pencapaian prestasi yang maksimal tidak dapat diraih tanpa adanya kekuatan yang prima dari
seorang atlet dari penguasaan teknik gerakan cabang olahraga yang ditekuni. Selain itu pula
unsur kondisi fisik merupakan faktor penentu sejauh mana seorang atlet dapat bertahan dalam
suatu pertandingan. Unsur kondisi fisik bukan hanya sebagai unsur pendukung, terkadang juga
merupakan unsur utama dalam penguasaan teknik gerak, salah satunya ialah daya ledak.
Daya ledak adalah kekuatan kerja otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu
yang sangat cepat. Dalam permainan sepaktakraw, lompatan tegak lurus diperlukan dalam
melakukan teknik smash guna memberikan tekanan pada pihak lawan. Daya ledak yang baik
sangat berperan baik dalam upaya mengantarkan tubuh ke udara dan pada saat menendang bola
dengan kaki agar tercapai smash yang keras dan akurat maupun pada saat take off dengan kedua
kaki.
Bagi pemain, kekuatan tolakan dan tendangan merupakan modal utama untuk melakukan smash
yang baik serta mematikan. Oleh karenanya kekuatan lompatan yang tinggi serta kekuatan pada
saat menendang bola merupakan modal utama untuk mencapai hal tersebut. Untuk mendapatkan
lompatan yang baik, gerakan lompatan harus didukung sejumlah otot serta sistem kerja anatomi
tubuh yang digerakan dalam melompat. Selain itu, kekuatan lompatan ini dapat dikembangkan
dan ditingkatkan melalui latihan-latihan yang menunjang dan mengarah pada hasil lompatan.
Contoh bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai, daya ledak dan daya tahan
otot adalah latihan-latihan yang berbentuk kontraksi isotonik adalah suatu kontraksi otot yang
tegangan ototnya selalu konstan pada saat terjadi perpendekan contohnya seperti melakukan
latihan berjalan, isometrik adalah kontraksi yang terjadi tanpa
terjadi perubahan panjang seperti contohnya latihan mendorong beban atau sesuatu, dan
isokinetis adalah kontraksi dimana kecepatan bergeraknya sendi relatif tetap contohnya seperti
menahan suatu beban yang berat seperti burble.
Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat hubungan positif antara daya ledak terhadap
ketepatan smash kedeng dari bergerak menuju posisi smash, melompat (take-off), kontak dengan
bola sampai pada tahap akhir yaitu mendarat sehingga teknik smash dengan kesempurnaan dan
keefektifan.
3. Hubungan antara Kecepatan Reaksi dan Daya Ledak dengan Ketepatan Smash Kedeng
Kecepatan reaksi adalah kemampuan beban dengan kecepatan yang tinggi pada suatu gerakan
yang sempurna. Sedangkan daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan. Serta
ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu
sasaran. Organisme atlit untuk menjawab rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil
yang sebaik-baiknya.
Pada saat mengantarkan tubuh ke udara dan diteruskan dengan menendang bola diperlukan
adanya perpaduan gerak yang saling mendukung untuk menghasilkan teknik smash yang baik,

baik perpaduan antara kecepatan gerakan dan didukung oleh kekuatan otot tungkai untuk
melompat yang tinggi serta ketepatan menendang bola diperlukan kemampuan berpikir dengan
cepat untuk dapat memutuskan bermacam-macam pola gerak dari teknik awalan sampai
mendarat. Sehingga perpaduan gerak tersebut sesuai dengan irama maupun ritmenya serta
tercapai sesuai dengan tujuan dalam melakukan smash itu sendiri.
Secara singkat dapat digambarkan hubungan dari komponen daya ledak dan kecepatan reaksi
dengan kekuatan smash kedeng. Daya ledak berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
lompatan serta menentukan kerasnya dan tepatnya tendangan pada saat bola berada pada titik
tertinggi secara cepat dan eksplosif dengan salah satu kaki tolakan, pada saat tubuh berada di
udara guna keberhasilan teknik smash.
Diduga bahwa kedua unsur komponen fisik daya ledak dan kecepatan reaksi memberikan
hubungan yang terhadap kekuatan smash kedeng.
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dengan ketepatan smash kedeng pada
Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
2. Terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai dengan ketepatan smash
kedeng pada Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
3. Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai dengan
ketepatan smash kedeng pada Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :
1. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan ketepatan melakukan smash kedeng pada
Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
2. Hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan ketepatan melakukan smash kedeng pada
Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
3. Hubungan antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai dengan ketepatan melakukan
smash kedeng pada Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10, dan bertempat di Hall
A Fakultas Ilmu Keolahragaan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 3 Juli 2006.
Hari : Senin
Tanggal : 3 Juli 2006
Pukul : 14.00 s/d selesai.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan tehnik survey korelasi, yaitu suatu
penelitian untuk mengumpulkan data yang diperoleh dengan cara mengukur dan mencatat hasil
dari pengukuran yang terdiri dari kecepatan reaksi, daya ledak otot tungkai dan tes ketepatan
smash kedeng.
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai
serta variabel terikatnya adalah ketepatan melakukan smash kedeng. Disain penelitian yang

digunakan yaitu : X1 X2 Y
Keterangan :
X1 = Kecepatan reaksi
X2 = Daya ledak otot tungkai
Y = Ketepatan smash kedeng
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Kop Sepaktakraw Universitas Negeri Jakarta yang
berjumlah 34 orang.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang diambil dari populasi dengan
menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu Mahasiswa Kop Sepaktakraw yang
memiliki ketepatan melakukan smash kedeng dengan baik diambil secara acak. Dengan cara
menggunakan kupon sebanyak 34, namun 4 di antaranya tidak bernomor dan 30 yang bernomor
menjadi sampel dalam penelitian ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pengukuran terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, adapun
instrumen yang digunakan adalah :
a. Kecepatan reaksi dapat dilihat langsung pada layar reaction timer senoh dengan satuan
detik29.
b. Tes daya ledak otot tungkai dengan menggunakan alat ukur vertikal jump.
c. Tes ketepatan smash kedeng diukur dengan tes smash sepaktakraw.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa data kecepatan reaksi, daya ledak otot
tungkai, dan ketepatan smash kedeng.
G. Teknik Analisa Data
Pengelolaan data guna dianalisis diambil dari hasil tes kecepatan reaksi (X1), hasil tes daya ledak
otot tungkai (X2) dan hasil tes ketepatan smash kedeng (Y), dengan menggunakan teknik
korelasi dan regresi sederhana, menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
29 Don Kirkendall, Pengukuran Evaluasi untuk Guru Pendidikan Jasmani, diterjemahkan oleh
Winarno, dkk. (Jakarta : PPS IKIP Jakarta, 1997), h. 263.
1. Mencari persamaan regresi
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan hubungan antara variabel X dengan variabel Y
dengan bentuk persamaan sebagai berikut :
bXaY+=^
dimana
^Y = Variabel respons yang diperoleh dari persamaan regresi
a = Konstanta regresi untuk X = 0
b = Koefisien arah regresi yang menentukan bagaimana arah regresi terletak.
Koefisien arah a dan b untuk persamaan regresi diatas dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
()()()(()21211121XnYXXXYa=
()(()212111=nYXYXnb
2. Mencari Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :
()()(){}(){}222121111YnYXXnYXYXnYrX=30
3. Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Sebelum koefisien korelasi diatas dipakai untuk mengambil kesimpulan, terlebih dahulu diuji
mengenai keberartian.
Hipotesis statik :
a. Ho : py x1 = 0
Ha : py x1 > 0
b. Ho : py x2 = 0
Ha : py x2 > 0
Kriteria pengujian :
Tolak Ho jika thitung > ttabel dalam hal lain Ho diterima pada = 0,05 untuk keperluan uji ini
dengan rumus sebagai berikut : 212rnrt=31
4. Mencari Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan jalan mengalikan koefisien
korelasi yang sudah dikuadratkan dengan angka 100%.
30 Sudjana, Teknik Analisa Regresi dan Korelasi, (Bandung : Tarsito, 1992),
h. 47
31 Ibid, h. 62
Regresi Linier Ganda
1. Mencari Persamaan Regresi Linier Ganda dengan cara sebagai berikut :
22110^xbxbbY++=32
dimana
bo = _22_11_XbXbY
b1 = ()()()()()()()2212221221122XXXXYXXXYXX
b2 = ()()()()()()()221222112121XXXXYXXXYXX
2. Mencari Koefisien Korelasi Ganda (Ry1-2)
Koefisien korelasi ganda (Ry1-2)
Ry1-2 = YgJK)(Re33
JK (Reg) = b1X1Y + b2X2Y
3. Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda
Hipotesis Statistik :
Ho : Ry x1 x2 = 0
Ho : Ry x1 x1 > 0
Ho : Koefisien korelasi ganda tidak berarti
Ha : Koefisien korelasi ganda berarti
Kriteria pengujian :
Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel dalam hal ini diterima pada = 0,05
Rumusnya : F = 1/)1(/22knRKR34
Dimana :
F = Uji keberartian regresi
R = Koefisien korelasi ganda
K = Jumlah variabel bebas
N = Jumlah sampel
32 Sudjana, Ibid, h. 69
33 Op.Cit., h. 107

34 Sudjana, Op.Cit., h. 108


Ftabel dicari dari daftar distribusi F dengan dk sebagai pembilang adalah K atau 2 dan sebagai dk
penyebut (n-k-1) atau 22 pada = 0,05.
4. Mencari Koefisien
Hal ini dapat dilakukan mengetahui sumbangan dua variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y,
koefisien determinasi dicari dengan jalan mengalika R2 dengan 100%.
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran data yang
meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, simpangan baku, median, modus, varians,
distribusi frekuensi, serta histogram dari masing-masing variabel X1, X2 maupun Y. Berikut
data lengkapnya :
Tabel 1 . Deskripsi Data Penelitian
Variabel
Kecepatan Reaksi
Daya Ledak Otot Tungkai
Ketepatan Smash Kedeng
Nilai Tertinggi
0,890
71
16
Nilai Terendah
0,185
57
3
Rata-rata
0,49
63,73
7,83
Simpangan Baku
0,19
4,02
3,30
Median
0,44
64,50
7,50
Varians
0,03
16,13
10,90
1. Variabel Kecepatan Reaksi
Hasil penelitian menunjukkan rentang skor Kecepatan Reaksi ( X1 ) adalah antara 0,185 sampai
dengan 0,890 nilai rata-rata sebesar 0,49 simpangan baku sebesar 0,19 median sebesar 0,44.
Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 . Distibusi Frekuensi Kecepatan Reaksi

Frekuensi
No
Interval Kelas
Absolut
Relatif (%)
1
0,185 0,302
5
16.67%
2
0,303 0,420
8
26.67%
3
0,421 0,538
7
23.33%
4
0,539 0,655
3
10.00%
5
0,656 0,773
3
10.00%
6
0,774 0,891
4
13.33%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel 2 di atas dibandingkan dengan nilai rata-rata, terlihat testee yang berada pada
kelas rata-rata sebanyak 7 testee (23,33%) dan yang berada di bawah kelas rata-rata sebanyak 10
testee (33,33%), sedangkan testee yang berada di atas kelas rata-rata sebanyak 13 testee
(43,34%). Selanjutnya histogram variabel Kecepatan Reaksi dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini :
Gambar 1 : Diagram Histogram Kecepatan Reaksi 01234567890,185-00,0,530,0,77
2. Variabel Daya Ledak Otot Tungkai
Hasil penelitian menunjukkan rentang skor Daya Ledak Otot Tungkai (X2) adalah antara 57
sampai dengan 71, nilai rata-rata sebesar 63,73 simpangan baku sebesar 4,02 median sebesar
64,50. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 . Distribusi Frekuensi Daya Ledak Otot Tungkai
Frekuensi
No
Interval Kelas

Absolut
Relatif (%)
1
57,0 59,3
6
20.00%
2
59,4 61,7
3
10.00%
3
61,8 64,1
6
20.00%
4
64,2 66,5
8
26.67%
5
66,6 68,9
3
10.00%
6
69,0 72,3
4
13.33%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel 3 di atas dibandingkan dengan nilai rata-rata, terlihat testee yang berada pada
kelas rata-rata sebanyak 6 testee (20,00%) dan testee yang berada di bawah kelas rata-rata
sebanyak 9 testee (30,00%), sedangkan testee yang berada di atas kelas rata-rata sebanyak 15
testee (50%). Histogram variabel Daya Ledak Otot Tungkai dapat dilihat pada gambar 2.
0123456789ueekFr
Gambar 2 : Diagram Histogram Daya Ledak Otot Tungkai n5756164,669
3. Variabel Ketepatan Smash Kedeng
Hasil penelitian menunjukan bahwa rentang skor variabel Ketepatan Smash Kedeng (Y) adalah
antara 3 sampai dengan 16, nilai rata-rata sebesar 7,83 simpang baku sebesar 3,30 median
sebesar 7,50. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 . Distribusi Frekuensi Ketepatan Smash Kedeng
Frekuensi
No
Interval Kelas
Absolut
Relatif (%)
1

3,0 5,1
8
26.67%
2
5,2 7,3
7
23.33%
3
7,4 9,5
8
26.67%
4
9,6 11,7
3
10.00%
5
11,8 13,9
2
6.67%
6
14,0 16,1
2
6.67%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel 4 dibandingkan dengan skor rata-rata, terlihat testee yang berada pada kelas
rata-rata sebanyak 8 testee (26,67%), testee yang berada di bawah kelas rata-rata sebanyak 15
testee (50%), sedangkan testee yang berada di atas kelas rata-rata sebanyak 7 testee (23,33%).
Gambaran histogram Ketepatan Smash Kedeng dapat dilihat seperti di bawah ini.
Gambar 3 : Diagram Histogram Ketepatan Smash Kedeng
B. Pengujian Hipotesis 01234567893,0-5,15,2-7,37,4-9,59,6-11,711,8-13,914,0-16,1
1. Hubungan Antara Kecepatan Reaksi terhadap Ketepatan Smash Kedeng
Hubungan antara Kecepatan Reaksi terhadap Ketepatan Smash Kedeng dinyatakan oleh
persamaan regresi , Artinya Ketepatan Smash Kedeng dapat diketahui atau diperkirakan dengan
persamaan regresi tersebut, jika variabel Kecepatan Reaksi (X143,026,28XY+=1) diketahui.
Hubungan antara Kecepatan Reaksi (X1) terhadap Ketepatan Smash Kedeng (Y) ditunjukkan
oleh koefisien korelasi ry1 = 0,44. Koefisien korelasi tersebut harus diuji terlebih dahulu
mengenai keberartiannya, sebelum digunakan untuk mengambil kesimpulan. Hasil uji
keberartian korelasi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5 : Uji Keberartian Koefisien Korelasi X1 Terhadap Y
Koefisien Korelasi
t hitung
t tabel
0,44
2,59

2,048
Uji keberartian koefisien korelasi di atas terlihat bahwa t hitung = 2,59 lebih besar dari t tabel =
2,048, yang berarti koefisien korelasi ry1 = 0,44 adalah berarti. Dengan demikian hipotesis yang
mengatakan terdapat hubungan yang positif antara Kecepatan Reaksi terhadap Ketepatan Smash
Kedeng didukung oleh data penelitian, yang berarti meningkatnya Kecepatan Reaksi maka akan
meningkatkan pula Ketepatan Smash Kedeng. Koefisien determinasi Kecepatan Reaksi terhadap
Ketepatan Smash Kedeng ( ry12 ) = 0,1936. Hal ini berarti bahwa 19,36% Ketepatan Smash
Kedeng ditentukan oleh Kecepatan Reaksi (X1). Kelas I
2. Hubungan Antara Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Ketepatan Smash Kedeng
Hubungan antara Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Ketepatan Smash Kedeng dinyatakan oleh
persamaan regresi , Artinya Ketepatan Smash Kedeng dapat diketahui atau diperkirakan dengan
persamaan regresi tersebut jika variabel Daya Ledak Otot Tungkai (X243,059,28XY+=2)
diketahui.
Hubungan antara Daya Ledak Otot Tungkai (X2) terhadap Ketepatan Smash Kedeng (Y)
ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2= 0,43. Koefisien korelasi tersebut harus diuji terlebih
dahulu mengenai keberartiannya. Hasil uji koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 6 : Uji Keberartian Koefisien Korelasi X2 Terhadap Y
Koefisien Korelasi
T hitung
T tabel
0,43
2,52
2,048
Uji keberartian koefisien korelasi di atas terlihat bahwa t hitung = 2,52 lebih besar dari t tabel =
2,048 yang berarti koefisien korelasi ry2 = 0,43 adalah berarti. Dengan demikian hipotesis yang
mengatakan terdapat hubungan yang positif antara Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Ketepatan
Smash Kedeng didukung oleh data penelitian, yang berarti meningkatnya Daya Ledak Otot
Tungkai akan meningkatkan pula Ketepatan Smash Kedeng. Koefisien determinasi Daya Ledak
Otot Tungkai terhadap Ketepatan Smash Kedeng dalam (ry22) = 0,1849 , hal ini berarti bahwa
18,49% terhadap Ketepatan Smash Kedeng ditentukan oleh Daya Ledak Otot Tungkai (X2).
3. Hubungan Secara Bersama-sama Antara Kecepatan Reaksi Dan Daya Ledak Otot Tungkai
terhadap Ketepatan Smash Kedeng
Hubungan antara Kecepatan Reaksi (X1) dan Daya Ledak Otot Tungkai (X2) terhadap Ketepatan
Smash Kedeng (Y) dinyatakan oleh persamaan regresi Sedangkan hubungan antara ketiga
variabel tersebut dinyatakan oleh koefisien korelasi ganda R2128,030,021XXY++=y1-2 = 0,5
Koefisien korelasi ganda tersebut, harus diuji terlebih dahulu mengenai keberartiannya sebelum
digunakan untuk mengambil kesimpulan. Hasil uji koefisien korelasi ganda tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 7 : Uji Keberartian Koefisien Korelasi ganda
Koefisien Korelasi
F hitung
F tabel
0, 5
6,76
3,35

Uji keberartian koefisien korelasi ganda di atas terlihat bahwa F hitung = 6,76 lebih besar dari F
tabel = 3,35 yang berarti koefisien korelasi ganda Ry1-2 = 0,5
adalah berarti. Hipotesis yang mengatakan terdapat hubungan positif Kecepatan Reaksi dan Daya
Ledak Otot Tungkai secara bersama-sama terhadap Ketepatan Smash Kedeng didukung oleh
data penelitian, ini berarti bahwa meningkatnya Kecepatan Reaksi dan Daya Ledak Otot Tungkai
maka akan meningkatkan pula Ketepatan Smash Kedeng. Koefisien determinasi (Ry1-22) =
0,25. Hal ini berarti bahwa 25% Ketepatan Smash Kedeng ditentukan oleh Kecepatan Reaksi dan
Daya Ledak Otot Tungkai.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian serta hasil penelitia pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi terhadap ketepatan smash kedeng
2. Terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai terhadap ketepatan smash
kedeng
3. Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai terhadap
ketepatan smash kedeng
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Pelatih Sepak Takraw dalam usaha meningkatkan hasil latihan yang optimal yang
memperhitungkan kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai terhadap ketepatan smash
kedeng sebagai faktor utama dalam smash kedeng
2. Mahasiswa FIK khususnya jurusan Somatokinetika untuk dapat meneliti unsur lain yang dapat
meningkatkan kemampuan ketepatan smash kedeng
Lampiran 1
Tabel 1. Data Hasil Tes Kecepatan Reaksi (X1), Tes Daya Ledak Otot Tungkai (X2), dan Tes
Ketepatan Smash Kedeng (Y)
Data Sebelum T-skor
Data Sesudah T-skor
No
X1
X2
Y
X1
X2
Y
1
0.287
65
5
60.91
53.15
41.42
2
0.434
62

4
52.98
45.68
38.39
3
0.504
64
6
49.21
50.66
44.45
4
0.363
59
4
56.81
38.22
38.39
5
0.483
69
9
50.34
63.11
53.53
6
0.413
65
8
54.11
53.15
50.50
7
0.342
57
6
57.94
33.24
44.45
8
0.356
66
9
57.19
55.64
53.53

9
0.449
63
7
52.17
48.17
47.48
10
0.589
58
4
44.62
35.73
38.39
11
0.794
60
3
33.56
40.71
35.36
12
0.511
62
5
48.83
45.68
41.42
13
0.332
65
13
58.48
53.15
65.65
14
0.430
62
9
53.20
45.68
53.53
15
0.561
59
11

46.13
38.22
59.59
16
0.631
63
6
42.35
48.17
44.45
17
0.379
65
16
55.95
53.15
74.73
18
0.779
61
3
34.37
43.19
35.36
19
0.662
67
5
40.68
58.13
41.42
20
0.291
68
10
60.70
60.62
56.56
21
0.675
59
7
39.98
38.22
47.48
22

0.890
60
7
28.38
40.71
47.48
23
0.831
57
9
31.56
33.24
53.53
24
0.340
69
15
58.05
63.11
71.70
25
0.291
71
10
60.70
68.09
56.56
26
0.386
66
8
55.57
55.64
50.50
27
0.270
65
12
61.83
53.15
62.62
28
0.528
71
8
47.91

68.09
50.50
29
0.185
68
9
66.41
60.62
53.53
30
0.692
66
7
39.06
55.64
47.48

14.678
1912
235
1500
1500
1500
DAFTAR PUSTAKA
Bahar Asril, Jurnal Portius Hakikat Permainan Sepaktakraw, Jakarta : FIK UNJ, 2001.
Bompa, Tudor, O, Theory and Methodology of Training, Ontario Canada : Dep Of Physical
Education York University, Toronto, 1990.
Charsian Anwar, Mari Bermain Sepaktakraw, Jakarta : PB, PERSETASI, 1999.
Dadang Masnun, Biomekanika Dasar, Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1980. , Biomekanika Teknik
Olahraga, Penggalan 3, Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1997. , Kinesiologi, Jakarta : FPOK IKIP
Jakarta, 1987.
Frank W. Dick , Sport Training Principles, London : A and C Black Publisher, 1989
Hamidsyah Noer, Kepelatihan Dasar, Jakarta : Depdikbud, 1995.
Harsono, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching, Jakarta : P2LPTK, 1980.
________, Ilmu Melatih, Jakarta : Pusat Ilmu Olahraga, 1986.
Kirkendall, Don R., Mearsurement and Evaluation for Physical Education, diterjemahkan oleh
ME. Winarno, dkk., Jakarta : Aswin, 1975.
________, Mearsurement and Evaluation for Physical Education, diterjemahkan oleh ME.
Winarno, dkk., Jakarta : PPS IKIP Jakarta, 1997.
M. Muslim, Tes dan Pengukuran Olahraga, Bandung : 1975.
________, Tes dan Pengukuran dalam Olahraga, Yogyakarta, STO Yogyakarta, 1986.
________, Tes dan Pengukuran Olahraga, Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1995.
________, Tes dan Pengukuran Kepelatihan, Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1995.
M. Sajoto, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Semarang: Depdikbud, 1988.
________, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta : Depdikbud P2LPTK, 1988.
M. Soebroto, Masalah-Masalah Dalam Kedokteran Olahraga dan Coaching, Jakarta : Dirjen

PHSO, Dep. P & K, 1975.


Matakupan. J., Teori Bermain, Jakarta : Depdikbud, UT, 1992/1993.
Muhamad Suhud, Jurnal Kortius Hakikat Permainan Sepaktakraw, Jakarta : FIK UNJ, 2001.
Pate Russel. R., Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan, diterjemahkan oleh Kasiyo Dwijodinarto,
Semarang : IKIP Semarang, 1993.
Poerwadarmita, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa: Depdikbud, PT. Balai Pustaka, 1976.
Ratinus Darwis, Olahraga Pilihan Sepaktakraw, Jakarta : Dep. P & K Direktorat Jendeal
Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1992.
Suharno H.P., Metode Penelitian, Jakarta : KONI Pusat, 1993
Sudjana, Teknik Analisa Regresi dan Korelasi, (Bandung : Tarsito, 1992)
Woeryanto, Latihan Penguatan Otot, Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1988.

You might also like