Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian
1. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.
2. Cedera kepala dapat diartikan sebagai luka pada kulit kepala, tengkorak atau
otak. (Black,1993)
3. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada usia produktif dan sebagian terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
B. Etiologi
1. Kompresi
Terjadi bila seseorang tertimbun reruntuhan/rangsangan yang menimbulkan
tekanan secara tiba-tiba pada suatu organ.
2. Cedera Percepatan (ekselerasi)
Terjadi jika benda bergerak dengan membentur kepalanya yang diam seperti
trauma akibat pukulan benda tumpul atau karena lemparan benda tumpul.
3. Cedera Perlambatan (Deselerasi)
Terjadi jika membentur objek berjalan seperti badan mobil.
4. Perdarahan intraserebral
Penggumpalan darah 25 ml atau lebih pada parenkim otak. Penyebabnya
seringkali karena adanya gerakan akselerasi dan deselerasi yang tiba-tiba.
C. Manifestasi Klinis
1. Anamnesia antegrad/pascatraumatik yang memanjang (>1jam)
2. GCS 9-14
3. Tidak kehilangan kesadaran.
4. Nyeri kepala
5. Muntah
6. Dapat terjadi otore atau rinore cairan cerebrospinal.
7. Kejang.
D. Patofisiologi
Cedera kepala terjadi karena cedera kulit kepala, tulang belakang dan
jeringan otot kepala baik terpisah maupu seluruhnya. Hal yang mempengaruhi
cedera kepala hdala lokasi dan arah benturan, kecepatan, kekuatan yang
datang, permukaan dan kekuatan otot yang menimpa dan kondisi kepala saat
dapat penyebab. Jenis beban dapat menimpa kepala :
1. Beban goncangan , terjadi bila kepala diguncang secara mendadak.
2. Beban benturan, merupakan jenis beban dinamik, kombinasi kekuatan
beban lanjut dan kekuatan beban kontak. Efek awal Sangat minimal
terutama jira kepala divaga sedemikian rupa sehingga tidak bergerak
waktu terjadi benturan. Sebaliknya, efek paling Hebat dapat terjadi jika
energi benturan dihantarkan ke kepala sebesar tenaga kontak dan
menimbulkan efek gulungan yang dikenal sebagai fenomena kontak.
Dalam eristiwa ini terdapat kecepatan gelombang suara yang menembus
langsung ke dalam substansi otak menyebabkan kerusakan jeringan local
yang mengakibatkan distorsi jeringan dan kerusakan intraparenkim otak
biasanya tampil dalam perdarahan kecil-kecil.
-
hematoma intraserebral
over hidrasi
- Sepsis/septik syok
- Anemia
- Shock
Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cidera otak dan sangat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
Perdarahan yang sering ditemukan:
Epidural hematom:
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh
darah/cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini
tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam
sampai 1 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.
Tanda dan gejala:
penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala, muntah, hemiparesa. Dilatasi pupil ipsilateral,
pernapasan dalam dan cepat kemudian dangkal, irreguler, penurunan nadi, peningkatan suhu.
Subdural hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah vena/jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater,
perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam 2 hari atau 2 minggu dan
kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda dan gejala:
Nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan edema pupil.
Perdarahan intraserebral
Perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler, vena.
Tanda dan gejala:
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegi kontralateral, dilatasi
pupil, perubahan tanda-tanda vital.
Perdarahan subarachnoid:
Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak,
hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala:
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk.
E. Komplikasi
1) Kebocoran cairan serebrospinal.
2) Hygroma subdural
Pengumpulan cairan likuor yang terbungkus oleh kapsul di bawah
diameter disebabkan pecahnya arakhnoid sehingga likuor mengalir dan
terkumpul.
3) Kejang pascatraumatik
KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pada pasien cedera kepala , lakukan foto tulang belakang servikal, kolar servikal
baru dilemas estela dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C5 normal.
2) Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur
berikut :
-
Pasang jalur intravena dengan larutan Nacl 0,9% atau RL ; cairan isotonik
lebih efektif mengganti volume cairan dan larutan ini tidak menambah
edema cerebro.
3) Lakukan CT scan dengan jendela tulang : foto rontgen kepala tidak diperlukan
jika CT scan dilakukan karena CT scan lebih sensitif untuk mendeteksi fraktur.
Pasien dengan cedera kepala ringan, sedang, berat harus dievaluasi adanya :
Hematome epidural.
Edema serebri.
Fraktur kranium.
Elevasi kepala 30
Berikan manitol 20% 1gr/kg intravena dalam 20-30 menit. Dosis ulangan
dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar dosis semula setiap 6 jam
sampai maksimal 48 jam pertama.
b.
CKS
-
Amnesia pascatraumatik.
Muntah.
Kejang.
c. CKB
-
GCS 8 (koma).
Penatalaksanaan Khusus
a. Cedera kepala ringan : pasien dengan cidera kepala ringan ini umumnya dapat
dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT scan bila memenuhi
kriteria :
-
CT scan normal
A. PENGKAJIAN
BREATHING
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan
produksi
sputum
pada
jalan
napas.
BLOOD:
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan
pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke
jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia,
takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
BRAIN
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan
otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar
kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas.
Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada
nervus cranialis, maka dapat terjadi :
Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
BLADER
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
BOWEL
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan
(disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
BONE
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada
spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
Pemeriksaan Diagnostik:
CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan / edema), fragmen tulang.
Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan respon
lokal dan umum pada cedera.
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
meningkat.
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
4) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
: Tn. M
Usia
: 70 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan/suku
: Indonesia/Jawa
Tingkat pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tani
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Kondisi medis
Status emosional
: Cemas
Dirawat di RS sebelumnya
Pengobatan sebelumnya
Alergi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Airway
b. Breathing
binasal 5 liter/menit
c. Sirkulasi
d. Perfusi serebral
e. System persyarafan
f.
System pernapasan
Data fokus
-
Etiologi
Produksi
Problem
mukus Bersihan jalan napas
kanul
binasal
tidak efektif.
Kerusakan
mobilitas
fisik.
otot-ototnya
Imobilisasi fisik.
Risiko
kerusakan
integritas kulit
luka.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
meningkat.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
PERENCANAAN
Diagnosa I : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
meningkat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas
kembali efektif.
NOC : Respiratory status : Airway patency
Criteria hasil :
Tindakan Keperawatan
- Mengkaji kesadaran pasien,GCS
Respon pasien
- Kesadaran
Paraf
Juli 2008
Somnolen, GCS 9
07.00
E2 M5 V2
- monitor TTV
- TD : 102/74 mmHg
N : 68 x/menit.
R : 14x/menit
07.15
- Monitor 02
terpasang
Kanul
oksigen
binasal
liter/menit.
07.30
- monitor respirasi
ronchi.
08.00
08.15
- injeksi masuk
Cefotaxime 2x1
Cefotaxime 2x1
Brainac 3x250
Brainac 3x250
Torasik 2x30
Torasik 2x30
Phenytoin 3x100
Phenytoin 3x100
manitol 6x125
manitol 6x125
- monitor TTV
- TD : 128/72 mmHg
N : 85 x/menit.
R : 16x/menit
08.30
III
- memandikan pasien.
10.00
III
- Mengganti balutan
II
mengkaji
dilakukan
aktivitas
- Balutan bersih
yang
sebanyak 250.
- TD : 126/66 mmHg
11.15
- monitor TTV
N : 79x/menit.
R : 18x/menit
- mata pasien tidak
11.30
III
kering.
-
11.45
pada
bagian
punggung,
kulitnya
kemerahan
diberi
12.15
- TD : 128/72 mmHg
- monitor TTV
N : 85 x/menit.
R : 16x/menit
- TD : 144/77 mmHg
13.00
- monitor TTV
N : 82 x/menit.
R : 20x/menit
- posisi semifowler
13.30
II
14.00
N : 65 x/menit.
- monitor TTV
R : 16x/menit.
Kesadaran Somnolen,
Selasa,
15
GCS 9
Juli 2008
E2 M5 V2
07.00
- TD : 139/76 mmHg
07.15
- monitor TTV
N : 70 x/menit.
R : 14x/menit
-
terpasang
oksigen
08.00
- Monitor 02
Kanul
binasal
liter/menit.
- injeksi masuk
08.15
Cefotaxime 2x1
Cefotaxime 2x1
Brainac 3x250
Brainac 3x250
Torasik 2x30
Torasik 2x30
Phenytoin 3x100
Phenytoin 3x100
- TD : 139/76 mmHg
- monitor TTV
N : 73 x/menit.
R : 15x/menit
-Pasien terlihat lebih
08.30
III
- memandikan pasien.
II
09.00
sebanyak 250.
- TD : 119/73 mmHg
- monitor TTV
N : 71x/menit.
R : 13x/menit
- TD : 129/79mmHg
10.00
- monitor TTV
N : 77x/menit.
R : 17x/menit
- TD : 187/75 mmHg
11.00
- monitor TTV
N : 76x/menit.
R : 16x/menit
- MLP dan air putih
12.00
sebanyak 200.
- TD : 168/74 mmHg
12.15
- monitor TTV
N : 89 x/menit.
R : 17x/menit
- TD : 181/84 mmHg
13.00
- monitor TTV
N : 77 x/menit.
R : 16x/menit
- TD : 169/82mmHg
14.00
- monitor TTV
N : 81 x/menit.
R : 15x/menit.
- TD : 85/46 mmHg
Rabu,
14
- monitor TTV
N : 73 x/menit.
Juli 2008
R : 18x/menit
-
21.00
21.15
- Monitor 02
terpasang
Kanul
oksigen
binasal
liter/menit.
- TD : 99/50 mmHg
22.00
N : 83 x/menit.
- monitor TTV
R : 14x/menit
23.00
- Monitor 02
kanul
binasal
dengan 5 liter/menit
- TD : 99/50 mmHg
- monitor TTV
N : 88 x/menit.
R : 15x/menit
- injeksi masuk
00.00
02.00
Brainac 3x250
Brainac 3x250
Phenytoin 3x100
Phenytoin 3x100
manitol 6x125
manitol 6x125
- TD : 100/61 mmHg
- monitor TTV
N : 95 x/menit.
R : 21x/menit
- TD : 103/62 mmHg
03.00
- monitor TTV
N : 95 x/menit.
R : 23x/menit
TD : 110/60 mmHg
04.00
- monitor TTV
N : 96 x/menit.
R : 23x/menit
- Pasien tidak dapat
05.00
II
mengkaji
aktivitas
yang
dapat melakukan
dilakukan
apapun.
-
05.15
III
aktivitas
kulit
yang
kemerahan
pada
bagian
lengan
punggung
dan
diberi
N : 92x/menit.
R : 18x/menit
- mata pasien tidak
06.00
III
kering.
- Kesadaran
06.15
Somnolen, GCS 9
E2 M5 V2
- TD : 117/62 mmHg
06.20
- monitor TTV
N : 89 x/menit.
R : 23x/menit
-
II
gerakan
fleksi,
ektensi.
- TD : 144/77 mmHg
07.00
- monitor TTV
N : 82 x/menit.
R : 20x/menit
EVALUASI
Dx
I
Kriteria hasil
Skala
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan
Indicator skala
paraf
1=Tidak
pernah
menunjukkan.
2=Jarang menunjukkan
3=kadang
Mampu
mengidentifikasikan
dan
menunjukkan
4= sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
II
1 = Dibantu total
2=Memerlukan bantuan
orang lain dan alat
3=Memerlukan bantuan
orang lain
4 = Dapat melakukan
sendiri dengan bantuan
alat.
5 = Dapat melakukan
sendiri.
III
Integritas
kulit
yang
baik
bisa
1=Tidak
dipertahankan
menunjukkan.
2=Jarang menunjukkan
3=kadang
menunjukkan
4= sering menunjukkan
cedera berulang
-
pernah
melindungi
kulit
dan
DAFTAR PUSTAKA
5 = selalu menunjukkan
Closkey,
Joanner.
Intervention Classification
1996 .
Iowa
Intervention
(NIC) Edisi 2.
Project Nursing
Louis :Mosby.
Santosa,Budi . 2005 - 2006.
Prima Medika.
Diagnosa
Keperawatan
NANDA .
Jakarta :
DISUSUN OLEH :
NOVIANTI SRI MAWARNI
P10220206067
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
NOVIANTI SRI MAWARNI
P10220206067
DISUSUN OLEH :
NOVIANTI SRI MAWARNI
P10220206067