Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara
terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang
rentan, plak, substrat dan waktu.1
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.
2.1.2
Faktor Risiko
d. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan
sisa-sisa makanan di dalam mulut. Jika pH saliva terlalu rendah, maka keadaan di
dalam rongga mulut akan menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya karies pada
gigi.
e. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal
daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan.
Karies atau lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda.
Derajat keparahannya dikelompokkan menjadi :10
1. Lubang pada email.
Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah
muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.
2. Lubang sampai dentin.
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila makanan diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
3. Lubang sampai syaraf gigi.
Gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit.
Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi.
Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya
infeksi dan setelah perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.
d. Makanan kariogenik
Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat kariogenik sangat
mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus memperhatikan diet yang tepat
untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik untuk kesehatan gigi anaknya
serta mengurangi makanan-makanan manis yang bersifat kariogenik. Pada umumnya,
makanan yang manis seperti permen, coklat, susu dan biskuit sangat digemari oleh
anak-anak. Makanan tersebut merupakan makanan yang tergolong kariogenik yang
dapat diubah menjadi asam oleh bakteri yang dapat menyebabkan struktur gigi
melarut, sehingga gigi mudah terserang karies. Penelitian Al-Hussyeen dan AlSadhan di Saudi tahun 2002 menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian
konsumsi makanan kariogenik antara anak sangat berpengaruh terhadap status karies
anak. Ini terkait dengan pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi,
khususnya mengenai pemberian pola makan anak.12,17 Menurut Marianna, melarang
anak untuk sama sekali tidak makan makanan manis, seperti permen dan cokelat
memang tidak mungkin. Untuk meminimalisasi akibat konsentrasi gula tinggi yang
merusak email gigi, sebaiknya anak dibiasakan minum air putih atau berkumur untuk
menurunkan konsentrasi gula pada mulut.18
e. Pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan gigi rutin ke
dokter gigi.
Kesadaran orang tua untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih
rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus anak ke dokter gigi jika sudah terjadi
masalah, misalnya ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Pemeriksaan ke
dokter gigi dengan rutin yaitu setiap 6 bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini,
meskipun tidak ada masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol
bagi kesehatan gigi anak.12,18
Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya
dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat. Orangtua sering
menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat
mengganggu perkembangan lain.18 Menurut Vincent Iannelli MD, waktu yang paling
tepat untuk membawa anak ke dokter gigi berdasarkan rekomendasi The American
Academy of Pediatric Dentistry, yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau
tidak lebih dari usia satu tahun. Semakin cepat anak memeriksakan gigi ke dokter
gigi, semakin cepat dia belajar menjaga kebersihan mulutnya. Misalnya, menghindari
meminum susu dari botol pada malam hari, mengenal cara menyikat gigi dengan
benar, dan memakan makanan yang akan mendukung pertumbuhan gigi yang sehat.
Dokter gigi akan menjelaskan lebih detail mengenai perawatan gigi anak.18
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.19
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni :19
a. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat
given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. 19
Berdasarkan teori Bloom, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik
maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor
tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status
kesehatan gigi dan mulut.20
Perilaku ibu menentukan kesehatan gigi anak, sebab ibu merupakan figur
yang paling dekat dengan anak sejak ia dilahirkan.12 Selain itu, perilaku anak juga
cukup berperan dalam menjaga kondisi kesehatan giginya, termasuk dalam hal
menyikat gigi dan pola makan anak.15 Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan
perilaku kesehatan terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi :12
1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang
menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi,
anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat
memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak
membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat
gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan
formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi yang
mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana ia sudah
mampu berkumur.
2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan
manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya
menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan
memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu
merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam
rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin.
Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak
sangat dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya
sejak dini. Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam membantu anak memberikan
pengetahuan untuk kesehatan giginya