You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI


AKTIVITAS

OLEH:
Sang Ayu Eka Rani Widarini
1302105084

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia Dengan Intoleransi Aktivitas


1. Definisi Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan Intolerasi
aktivitas merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi
fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-sehari sampai
tingkat yang diinginkan atau dibutuhkan.
Kemungkinan berhubungan dengan intoleransi aktifitas yaitu :

kelemahan umum

bedres yang lama

motivasi yang kurang

pembatasan pergerakan

nyeri

2. Penyebab/faktor predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh yaitu :
a) Pertumbuhan dan perkembangan
Usia serta perkembanag sistem muskuloskeletal dan persarafan akan
berpengaruh pada postur, proporsi tubuh,massa tubuh, pergerakan,
serta refleks tubuh seseorang.
b) Kesehatann fisik
Gangguan pada sistem muskuloskeletal dan persarafan dapat
menimbulkan dampak negatif pada pergerakan dan mekanika tubuh
seseorang.
c) Status mental
Gangguan mental atau afektif seperti stres atau depresi kronis dapat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak.
d) Gaya hidup
Gaya hidup berkaitan dengan kebiasaan hidup sehari-hari. Individu
dengan kebiasaan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang
baik kemungkinan tidak akan mengalai hambatan dalam pergerakan.

e) Sikap dan nilai personal


Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat mempengaruhi
aktivitas yang dijalani oleh individu.
f) Nutrisi
Nutrisi berguna untuk mempertahankan status kesehatan. Apabila
pemenuhan nutrisi tidak adekuat, akan menyebabkan kelelahan dan
kelemahan otot yang dapat menurunkan aktivitas dan pergerakan.
g) Faktor sosial
Individu dengan kesibukan yang tinggi cenderung akan lebih banyak
menggerakan

tubuhnya

daripada

individu

yang

yang

jarang

berinteraksi dengan lingkungannya.


3. Patofisiologi
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih menitikberatkan
respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh
tidak mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa, untuk bergerak, kita membutuhkan sejumlah energi.
Pembentukan energi dilakukan di sel, tepatnya di mitokondria melalui
beberapa proses tertantu. Untuk membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi
dan CO2. Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke
sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Jadi apapun
penyakit yang membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke
sel, dapat mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktifitas.
Intoleransi aktivitas pada klien dengan CHF disebabkan jantung tidak
mampu untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen karena kerusakan sifat
kontraktil dari jantung dan

curah jantung kurang dari normal. Hal ini

disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung, sehingga bisa


melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung dan produksi energi menjadi
berkurang.

Pathway
Kebutuhan Energi
Tidak Tercukupi

Gangguan jantung

Penurunan Dalam
Kapasitas Fisiologi tubuh

Kelemahan Umum

ketidak seimbangan antar suplai dan


kebutuhan oksigen

Tirah Baring

Intoleransi
Aktivitas

4. Gejala klinis
-

Konjungtiva pucat [hemoglobin (Hb) 6-10 g/dL]


Telapak tangan tangan pucat (Hb dibawah 8 g/dL)
Iritabilitas dan anoreksia (Hb 5g/dL atau lebih)
Takikardi
Letargi, kebutuhan tidur meningkat

5. Pemeriksaan fisik
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik yaitu :

Kesejajaran tubuh

Tujuanya agar bisa mengidentifikasi perubahan postur akibat pertumbuhan


dan

perkembangan

normal.

Pemeriksaan

ini

dilakukan

dengan

menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior guna


mengamati apakah bahu dan pinggul sejajar, jari-jari mengarah kedepan,
tulang belakang lurus dan tidak melengkung kesisi lain.

Cara berjalan
Untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat terjatuh.
Dengan cara menyuruh klien berjalan kurang lebih 10 kaki diruangan,
kemudian amati apakah :

Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus

Tumit menyentuh tanah lebih dulu daripada jari kaki

Lengan mengayun ke depan bersamaan ayunan kaki yang berlawanan

Gaya berjalan lurus,terkoordinasi dan berirama

Kecepatan berjalan (normal 70-100 langkah permenit)

Penampilan dan pergerakan sendi


Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak
aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji antara lain :

Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi

Adanya deformitas

Adanya nyeri tekan

Peningkatan temperatur disekitar sendi

Derajat gerak sendi

Kemampuan dan keterbatasan gerak


Bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh
bantuan. Hal yang perlu dikaji :

Bagaimana penyakit klien mempengaruhi pergerakan

Adanya hambatan dalam bergerak

Derajat kenyamanan klien

Penglihatan

Kekuatan dan masa otot

Perawat perlu mangkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak.


Langkah ini dilakukan untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera
tubuh, baik pada klien maupun perawat.

Toleransi aktivitas
Bertujuan untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang
mengalami disabilitas kardiovaskular dan respiratorik, imobilitas komplet
dalam waktu yang lama, penurunan massa otot, tidur yang tidak
mencukupi, nyeri atau depresi, cemas atau tidak termotivasi. Alat yang
paling tepat untuk mengukur toleransi aktivitas klien adalah frekuensi,
kekuatan, dan irama denyut jantung, frekuensi, kedalaman, dan irama
pernafasan serta tekanan darah.

Masalah terkait mobilitas


Pengkajian

ini

dilakukan

auskultasi,pemeriksaan

dengan

metode

hasil laboratorium,

inspeksi,palpasi

dan

serta pengukuran berat

badan,asupan cairan,dan haluaran cairan. Pemeriksaan dilakukan setelah


klien mengalami imobilisasi. Data yang diperoleh dibandingkan selama
periode imobilisasi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia
dan kerusakan pola.
b. ECG
Mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
c. Rontgen dada
Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan
tekanan pulmonal.

B. Konsep dasar Asuhan Keperawatan.


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Tanyakan identitas pasien secara lengkap seperti :

Nama

Umur

Jenis kelamin

Pekerjaan

Alamat

Agama

Suku

Pendidikan

Sumber informasi :

Tanggal masuk

Status perkawinan :

Diagnosa masuk :

:
:
:

Riwayat keluarga : (ada genogram bila perlu) :


b. Riwayat keperawatan
Tanyakan tentang pola aktivitas sehari-hari, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas individu baik faktor pendukung maupun faktor
pencetus.
c. Pemeriksaan fisik
Lihat kondisi fisik pasien seperti kesejajaran tubuh, cara berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak,
kekuatan dan massa otot, toleransi aktivitas dan masalah terkait mobilitas
pasien.
d.

Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon


1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
- Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi?
- Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami gangguan
ini?
2) Pola Nutrisi atau metabolik
-

Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?


Apakah klien mau memakan makanannya?

3) Pola eliminasi
-

Bagaimana frekuensi klien buang air besar?


Bagaimana frekuensi buang air kecil klien?

4) Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0

1 2

Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
Keterangan :
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
5) Pola tidur dan istirahat
-

Klien kurang tidur, klien kurang istirahat karena faktor dan data yang
disebutkan atau didapatkan pada saat pemeriksaan

6) Pola kognitif-perseptual
-

Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?


Apakah klien menggunakan alat bantu?

7) Pola persepsi diri/konsep diri


-

Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?

8) Pola seksual dan reproduksi


-

Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?


Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan

seksual?(jika sudah menikah)


9) Pola peran-hubungan
- Bagaimana hubungan klien dengan keluarga setelah terjadinya
gangguan?
- Apakah peran klien masih bisa dilakukan
10) Pola manajemen koping stress
-

Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?

11) Pola keyakinan-nilai


-

Apakah klien selalu rajin sembahyang?

Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?

e. Data Subjektif dan Data Objektif


1. Data subjektif
-

Klien mengatakan lemah.

Klien mengatakan nyeri ditubuhnya (pegal).

Klien mengtakan kurang nafsu makan.

Klien mengatakan ADL-nya dibantu.

Klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakitnya

2. Data Objektif
-

Ekspresi wajah nampak cemas.

Klien nampak dibantu

oleh keluarganya.

.
f. Diagnosa
Menurut NANDA diagnosis keperawatan yang terkait dengan masalah aktivitas
antara lain :
Intoleransi aktivitas
2. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnose
Kriteria hasil
Intoleransi Setelah dilakukan

Intervensi
NIC label :

Rasional
NIC label :

aktivitas

asuhan keperawatan

Exercise therapy:

Exercise therapy:

...x ...jam diharapkan

Muscle Control

Muscle Control

klien dapat bergerak

Memberikan

Latihan

atau dapat melakukan

latihan pada klien

menggerakkan

aktivitas ringan dengan

untuk

ekstremitas atas pada

kriteria hasil

menggerakkan

klien memberikan

NOC label :

ekstrimitas atas.

kesempatan otot-otot

Muscle movement
-

Dapat

untuk bergerak,

klien menggunakan

sehingga aktivitas klien

menggerakkan

latihan motorik

dapat meningkat.

ekstremitas atas.

untuk mengetahui

Dapat
menggerakkan
ekstremitas
bawah.

Instruksikan

Latihan motorik

kekuatan aktivitas

dapat membantu klien

tubuh.

dalam menggerakkan

Memonitor

otot sehingga kekuatan

pasien untuk

aktivitas tubuh dapat

Mengangkat

meningkatkan

diketahui.

barang-barang

gerakan tubuh.

yang ringan.

Gerakan tubuh
penting dimonitor
untuk mengetahui
adanya peningkatan
gerakan tubuh dan

kemajuan dari latihan


yang diberikan.

3.
No
1.

Evaluasi
Diagnosa
Intoleransi aktivitas

Evaluasi
S:
Klien

mengatakan

tidak

lemah lagi.
Klien

mengatakan
dapat
lagi

tidak

merasakan
nyeri

di

tubuhnya/pegal.
Klien

mengatakan

dapat

menghabiskan
makanan

sesuai

dengan porsi yang


disediakan.
O:
Klien

terlihat

sudah tidak terlihat


wajah cemas.
Klien

terlihat

sudah tidak dibantu


lagi

oleh

keluarganya.
A:
Intervensi

tercapai
atau

sebagian
intervensi

tercapai seluruhnya.

P:
-

Intervensi
dilanjutkan.

Daftar Pusaka

Iqbal Mubarak,Wahid & Nurul Chayatin.2007. Kebutuhan Dasar Manusia : Terotri dan
Aplikasi dalam praktik. Gresik: EGC
Smeltzer dan Bare,2002, Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. EGC: Jakarta.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Salemba Medika: Jakarta.
Herdman, H. 2009. Nursing Diagnoses Definition and Classification 2012-2014.
Chicester : A John Wiley & Sons, Ltd.,Publication.
Bulecheck, Buutcher. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. St.
Louis: Mosby-Year Book.
Moorhead, Jhonson. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. St.
Louis: Mosby-Year Book
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2006. Fundamental Keperawatan, Edisi 4 . Jakarta:
Penerbit Buku Kedoteran EGC

You might also like