Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1.
2.
ALFIAN SEPTIADY
(P17420210003)
3.
(P17420210005)
4.
ANISA ERIN FH
(P17420210007)
5.
ASMAWATI
(P17420210009)
2A
LAPORAN PENDAHULUAN
CRF / GNK
A. Pengertian
1. Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible,
yang
menyebabkan
kemampuan
tubuh
gagal
untuk
B. Etiologi/penyebab
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi
: pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan
: glomerulonefritis
: nefrosklerosis benigna
nefrosklerosis maligna
stenosis arteri renalis
7. Nefropati obstruktif
: penyalahgunaan analgetik
nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif
poliuri, nokturia
nefron tidak dapat lagi mengkompensasi dgn tepat
terhadap kelebihan dan kekurangan Na atau ai
Toksik Uremik
Gagal ginjal tahap akhir
GFR
Kreatinin
phosphate serum
kalsium serum
Sekresi parathormon
Tubuh tdk berespon dgn N
Kalsium di tulang
Met.aktif vit D
Perub.pa tulang/osteodistrofi ginjal
F. Manifestasi Klinis
Menurut Price dan Wilson (2006), Smeltzer dan Bare (2002) menyebutkan
bahwa menifestasi klinis gagal ginjal mencakup beberapa system. antara lain :
a. Mata
Mata merah dan fundus hipertensif.
b. Pernafasan
Hiperventilasi asidosis, udem paru dan efusi pleura.
c. Kardiovaskuler :
Hipertensi (akibat cairan dan natrium dari aktivasi system renin angiotensinaldosteron), gagal jantung kongestif dan edema pulmonal (akibat cairan berlebih),
dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik), pitting
udema (kaki, lengan, sacrum), edema periorbital, pembesaran vena leher.
d. Integument
Rasa gatal yang parah (pruritus). Terutama pada klien dengan dialisis rutin
karena toksik uremia yang kurang terdialisis, peningkatan kadar kalium phosphor,
alergi bahan-bahan dalam proses dialisis. Selain itu juga kulit bersisik, karena
adanya penimbunan kristal urea di kulit, warna kulit abuabu, mengkilat, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
e. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau amonia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut, konstipasi dan diare, perdarahan pada saluran GI.
f. Neuromuskuler
Perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot,
kejang, konfusi, disorientasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
dan perubahan perilaku.
g. Musculoskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, osteosklerosis, osteomalasia,
osteoitisfibrosa dan foot drop.
h. Urinarius
Nokturia, poliuria dan proteinuria.
i. Reproduksi
Penurunan libido, impotensi, amenore, infertilitas dan atrofi testikuler.
j. Kelainan hemopoesis : timbul anemia yang terjadi karena :
1) Retensi toksik uremia hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa saluran cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubin serum meningkat/
normal, uji comb's negative dan jumlah retikulosit normal.
2) Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal cumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) def. hormon eritropoetin
. Depresi sumsum tulang sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap
proses hemolisis/ perdarahan anemia normokrom normositer.
G. Komplikasi
-Hipertensi
-hiperkalemia
-anemia
-asidosis metabolic
-osteodistropi ginjal
-sepsis
-neuropati perifer
-hiperuremia
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
-ureum kreatinin
-asam urat serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
-analisis urin rutin
-mikrobiologi urin
-kimia darah
-elektrolit
-imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
-progresifitas penurunan fungsi ginjal
-ureum kreatinin, klearens kreatinin test
CCT = (140 umur ) X BB (kg)
72 X kreatinin serum
wanita = 0,85
pria
= 0,85 X CCT
I. Manajemen Terapi
GGK
Terapi konservatif
Penyakit ginjal terminal
Dialisis
Transplantasi ginjal
Penatalaksanaan konservatif
Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan
Terapi simptomatik
Suplemen alkali, transfuse, obat-obat local&sistemik, anti hipertensi
Terapi pengganti
HD, CAPD, transplantasi.
J. Klasifikasi GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease) :
Stage
1
2
3
4
5
A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes (2000) hal-hal yang perlu dikaji meliputi :
a. Wawancara
1. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi lama atau berat ?
2. Adakah riwayat diabetes dalam keluarga ?
3. Apakah pasien sering terpajan pada toksik misal obat atau racun yang ada di
lingkungan ?
4. Apakah pasien pernah atau sedang mengkonsumsi obat antibiotik nefrotosik ?
5. Apakah pasien merasakan nyeri panggul dan sakit kepala ?
6. Apakah pasien mengalami gejala anoreksia, mual, muntah, sesak nafas, rasa
lelah, penurunan frekuensi urin dan oliguria ?
7. Sejak kapan keluhan-keluhan tersebut dirasakan ?
b. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas atau istirahat
Menunjukkan adanya kelelahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot,
kehilangan tonus, dan penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada, disritmia jantung, pucat, edema jaringan, hipertensi,nadi
lemah dan halus.
3. Integritas ego
Menunjukkan perilaku menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, kembung, diare atau konstipasi.
5. Nutrisi
Anoreksia, nyeri ulu hati, edema, perubahan turgor, ulserasi gusi, distensi
abdomen, mual dan muntah.
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kesemutan pada ekstremitas bawah, kedutan,
kejang.
7.
Pernafasan
Takipneu, nafas pendek, dispneu, pernafasan kusmaul, batuk produktif dengan
sputum merah encer (udema paru)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (2000) dan Smeltzer dan Bare (2002) diagnosa yang muncul
pada penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Kelebihan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan urine, diet berlebih dan retensi cairan dan
natrium.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mulut.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia, keletihan, retensi, produk
sampah prosedur dialisa.
4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, kerja miokardial dan tekanan vaskuler sistemi.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema dan tirah baring
lama.
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan penurunan
C. INTERVENSI
Fokus intervensi menurut Dongoes, dkk (2000); Smeltzer dan Bare (2001) pada
pasien gagal ginjal kronik sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan adalah:
1. Diagnosa I
Kelebihan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan ginjal untuk
mengeluarkan urine, diet berlebih dan retensi cairan natrium.
Tujuan: mempertahankan berat badan ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria evaluasi:
-
BB stabil/ ideal
Intervensi:
a. Kaji status cairan: timbang BB setiap hari, keseimbahgan masukan dan
keluaran, turgor kulit normal dan tidak ada edema, TTV.
Rasional: Pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
b. Batasi masukan cairan sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: Dengan pembatasan cairan sesuai dengan kebutuhan akan terdapat
keseimbangan antara pemasukan dan keluaran.
c. Identifikasi sumber input cairan, medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan oral dan intravena, makanan.
Rasional: Dengan mengetahui input cairan, sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga, rasional pembatasan masukan cairan.
Rasional: Pemahaman meningkatkan kerjasama klien dan kelurga dalam
pembatasan cairan.
e. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan.
Rasional: Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan
diet.
f. Tingkatkan dan dorong oral hygiene yang sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Oral hygiene mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.
g. Kolaborasi medis untuk pemberian obat antideuretik (Lasik) sesuai kebutuhan
tubuh.
Rasional: Dengan
pemberian
antidiuretik
akan
membantu
ginjal
BB ideal
Menunjukan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma
dalam batas normal (3,5-5,3 gr / dl)
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi : perubahan BB, pengukuran antropometri, nilai
laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, dan kadar besi).
Rasional: Dengan mengetahui status nutrisi akan dapat memberikan diit yang
tepat kepada pasien.
b. Kaji pola diit pasien: riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.
Rasional: Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam
penyusunan menu.
c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi: anoreksia, diet
yang tidak menyenangkan bagi klien, depresi, kurang pemahaman pembatasan
diet, stomatitis.
Rasional: Dengan
mengetahui
faktor
penghambat
dapat
dilakukan
yang
tidak
menyenangkan
yang
berperan
dalam
3. Diagnosa III
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia, keletihan, retensi, produk
sampah prosedur dialisa.
Tujuan: Pasien dapat mandiri.
Kriteria evaluasi :
-
Intervensi:
a. Kaji aktivitas yang menimbulkan keletihan, anemia, ketidak seimbangan cairan
dan elektrolit, retensi produk sampah, depresi. Identifikasi faktor yang dapat
mendukung pasien untuk toleransi terhadap aktifitas.
Rasional : Menyediakan informasi tentang kegiatan pasien yang menyebabkan
keletihan.
b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan.
Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Rasional : Mendorong aktivitas dan latihan dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialisa.
Rasional : Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisa karena tindakan ini
sangat melelahkan bagi pasien.
e. Kaji
Curah jantung dalam batas normal dengan bukti tekanan darah dan frekuensi
jantung dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji auskultasi bunyi jantung dan paru.
Rasional: Takikardi, frekuensi jantung tidak teratur, takipnea, dispnea, mengi
dan edema menunjukan gagal ginjal.
b. Kaji adanya / derajat hipertensi: awasi tekanan darah, perhatikan postural,
contoh: duduk, berbaring dan berdiri.
Rasional: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada system aldosteron,
renin angiostensin.
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, beratnya (skala 0-10)
Rasional: Hipertensi dan gagal jantung kongestif kronis dapat kurang lebih
pada pasien gagal ginjal kronik dengan dialisis mengalami
perikarditis,
potensial
resiko
efusi
takikardial
tamponade.
d. Kaji tingkat aktivitas respons terhadap aktivitas.
Rasional: Kelelahan dapat menyertai gagal ginjal kongestif juga anemia.
e. Kolaborasi medis untuk pemberian anti hipertensi.
Rasional : Dengan menurunkan tekanan darah dapat mengurangi kerja jantung
dan mencegah resiko terjadinya infrak miokard.
5. Diagnosa V
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema.
Tujuan: kerusakan integriatas kulit tidak terjadi.
Kriteria evaluasi :
-
Intervensi :
a. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan membrane vasikuler suhu dan turgor.
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk, kerusakan yang menimbulkan
dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit.
Rasional : Adanya dehidrasi/ hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi
dan integritas jaringan.
c. Inspeksi area terhadap edema.
rasional:
Mengidentifikasi
secara
dini
terjadinya
edema
dan
kerusakan jaringan.
d. Jaga kulit tetap bersih dan kering.
Rasional: Dengan kulit kering menurunkan iritasi dermal dan resiko
kerusakan kulit.
e. Anjurkan pasien untuk mempertahankan kuku tetap pendek.
Rasional:Menurunkan / menghindari resiko cidera dermal akibat garukan
kuku.
6.
Diagnosa VI
Intervensi:
a. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karekterisitik saliva adanya
inflamasi, ulserasi dan leukapia.
Rasional: Memberi kesempatan untuk intervensi segera dan mencegah
infeksi.
b. Berikan perawatan mulut.
Rasional : Perawatan
mulut
menyejukan,
melumasi
dan
membantu
7. Diagnosa VII
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Rasional: Memberikan data dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
b. Diskusikan masalah nutrisi
Rasional: Metabolik yang terakumulasi dalam darah menurunkan hampir
secara keseluruhan dari metabolisme protein bila fungsi ginjal
menurun protein mungkin dibatasi proporsinya.
c. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal kronik sesuai sesuai dengan
tingkat pemahaman dan kesiapan klien.
Rasional : Pasien belajar menerima diagnosis dan konsekuensinya.
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penangan yang mengetahui hidupnya.
Rasional : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah
akibat penyakit.
e. Lakukan pendidikan/ penyuluhan kesehatan.
Rasional: Dengan pendidikan kesehatan pasien secara leluasa dapat
mengekspresikan ketidaktahuannya disamping dengan waktu yang
sudah direncanakan.
D. EVALUASI
1. Diagnosa I
-
BB stabil/ ideal.
2. Diagnosa II
-
BB ideal.
Menunjukan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma
dalam batas normal (3,5-5,3 gr/ dl).
3. Diagnosa III
-
4. Diagnosa IV
-
Curah jantung dalam batas normal dengan bukti tekanan darah dan frekuensi
jantung dalam batas normal.
5. Diagnosa V
-
6. Diagnosa VI
-
Mengidentifikasi/
melakukan
intervensi
khusus
oral
hygiene
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta
Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment,
first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles
McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA
Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta
www. Us. Elsevierhealth.com, 2004, Nursing Diagnosis: for guide to Palnning care, fifth
Edition