Professional Documents
Culture Documents
H
DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU
Erfan Syah | Sabtu, 22 Juni 2013 | 0 komentar
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY. H DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU RSUD
SARAS HUSADA PURWOREJO
Disusun oleh :
ERFANSYAH
120300036
NURUL HIDAYAH
120300058
SITI SUWARSIH
120300063
PRIMA AGUSTIN W
120300072
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirrobbil alamin segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam penulis
panjatkan , karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. H Dengan Diagnosa Stroke Hemoragic Di
Ruangan ICU RSUD Saras Husada Purworejo.
Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan kesulitan, Namun berkat bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati izinkanlah saya untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada
yang terhormat :
1.
2.
Drg. Gustanul Arifin, M.Kes selaku Direktur RSUD Saras Husada Purworejo.
Ibuk Sunarsih S.Kep, Ns Selaku Koordinator Stase Gawat Darurat STIKES Alma Ata
Yogyakarta
3.
BapakWidodo SA, S.Kep Ns, MM Selaku Pembimbing Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah
Saras Husada Purworejo
4.
IbukRuwiyah, S.Kep Ns, Selaku Pembimbing Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saras
Husada Purworejo
5.
Ibuk Nur Faizah, AMK Selaku Pembimbing Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saras
Husada Purworejo
6.
Legino, S.Kep Ns Selaku Pembimbing Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada
Purworejo
Penulis menyadari Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan Makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
keperawatan.
Purworejo,
April 2013
Penulis
khususnya profesi
DAFTAR ISI
Cover..................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan...
D. Sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian ..
2.
Etiologi ..
3.
Klasifikasi ..
10
4.
Patofisiologi ..
11
5.
Pathway..................................................................................
13
6.
Manifestasi Klinis .
15
7.
Komplikasi
16
8.
Pemeriksaan Penunjang 16
9.
Penatalaksanaan
Pengkajian 17
2.
Diagnosa Keperawatan . 20
3.
Intervensi Keperawatan 21
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian .
28
B. Diagnosa Keperawatan .
41
C. Intervensi Keperawatan......
42
45
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan ............................................................................
BAB V
69
PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran
72
72
74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia
tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang
setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan
terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Angka kejadian stroke memang meningkat seiring bertambahnya usia. Setiap
penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Selain
itu,sekitar 5% orang Indonesia yang berusia diatas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu
kali stroke. Untuk usia lebih dari 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik
di perkotaan maupun di perdesaan (Riskesdas, 2007). Prevalensi nasional stroke adalah 0,8%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan kasus diatas maka penulis
tertarik untuk membahas tentang perawatan klien dengan stroke sebagai bahan makalah
kelompok dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.H Dengan Stroke Hemoragic di
RuangICURSUD Saras Husada Purworejo.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragic.
2. Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan stroke hemoragic
b. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan stroke hemoragic
c.
Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan stroke hemoragic
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien dengan stroke hemoragic
e.
Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan stroke
hemoragic
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang didapatkan dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
BAB II
BAB III
: Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan praktek
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
a. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Atherosklerosis
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium.
c. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan
,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema,
dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1) Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
3) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4)
5)
Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
d. Hypoksia Umum
1) Hipertensi yang parah.
2) Cardiac Pulmonary Arrest
3) Cardiac output turun akibat aritmia
e. Hipoksia setempat
1) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida. Meningginya kadar
kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya arteriosklerosis atau menebalnya dinding
pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.
Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya
penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah.
Lanjut usia
f.
Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat menghambat
kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan
terjadinya pendarahan otak.
3. Klasifikasi
Menurut Lumbantobing (2007) kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran darah.
Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a.
Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh
darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh
thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
Membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya antara lain :
1)
Serangan
Iskemia
sepintas
atau
transient
ischemic
Attack
(TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
2)
Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit (RIND). Gejala
neurologik timbul 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
3)
Stroke
Progresif
(Progresive
Stroke/
Stroke
in
evolution).
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. (Arif
mutakin,2008)
4. Patofisiologi
a.
Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan
pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural
atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi
subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi ekstradural
(epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain. Hemoragi
subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode
pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada
otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda
dan gejala. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi
arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral,
karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh
malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri
tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan
berbagai obat aditif). Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.
Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit
neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas
pada tanda vital.
1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah
otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancar. Penurunan aliran arah ini menyebabkan iskemik yang akan berlanjut menjadi infark.
Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi
nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar
dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya
berjalan lambat.
Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh lain sampai
ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya
pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau
Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan
iskemik.
5. Pathway
Hipertensi
DM
Trombus
STROKE HAEMORHAGIC
STROKE HAEMORHAGIC
Perdarahan Intrakranial
Kerusakan neuromuskuler
CBF ( aliran darah ke otak )
ke parenkim otak Penekanan kortek cerebri
Paralisis
Kontraktur
sirkulasi ke otak
Intake nutrisi per oral
Gangguan mobilisasi
CSS Ggn keb nutrisi peroral
Pergeseran
jaringan
ADH
Suplay O2 ke otak
Tingkat kesadaran
Gggn N V, VII, IX,
PTIK
Perembesan
Hipoksia jaringan
CES
RR
Sekresi
Perpindahan CES
Gejala(anamnesa)
Infark
Permulaan
Sub akut
Waktu
Bangun pagi
Peringatan
+ 50% TIA
Nyeri Kepala
Kejang
Kesadaran menurun
Kadang sedikit
Gejala Objektif
Infark
Koma
+/-
Kaku kuduk
Kernig
pupil edema
Perdarahan Retina
Pemeriksaan Laboratorium
Darah pada LP
X foto Skedel
Angiografi
Kem
Oklusi, stenosis
AV
CT Scan.
M
Densitas berkurang
Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
PIS
PSA
Dalam 1 jam
1-2 menit
Hebat
Sangat hebat
Menurun
Menurun sementara
Kejang
Umum
Sering fokal
+/-
+++
Hemiparese
++
+/-
+++
Tanda
rangsangan
Meningeal.
Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
1. Stroke hemisfer Kanan
a.
c.
Penilaian buruk
d.
Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang
berlawanan tersebut.
d. Disfagia global
e.
Afasia
c.
f.
Mudah frustasi
6. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
a.
Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi otak yang
berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b.
Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara defektif atau
kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya)
c.
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian
otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a.
Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan
atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul
lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
Gejala makin lama makin berat (progresif). Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin
lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
d. Sudah menetap/permanent.
7. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
a.
Hipoksia Serebral
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara
lain adalah:
a.
Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu kateter
dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju
arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
b.
CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c.
d. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan.
e.
f.
g.
9. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut
a.
1)
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi
dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5)
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
b. Pengkajian Sekunder
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,kelemahan umum.
gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
Data Subyektif:
-
Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
Hipertensi arterial
3) Integritas ego
Data Subyektif:
-
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
4) Eliminasi
Data Subyektif:
-
Inkontinensia, anuria
distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5) Makan/ minum
Data Subyektif:
-
6) Sensori neural
Data Subyektif:
-
nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (
sisi yang sama )
Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti:
letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan
tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata
kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
-
2. Diagnosa Keperawatan
a.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengangangguan aliran arteri atau vena
c.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan
intake yang tidak adequate.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
dan mengunyah
e.
f.
O
1
NOC
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan:
NOC:
Aspiration Control
DS:
hasil :
- Dispneu
DO:
- Cyanosis
- Kesulitan berbicara
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
2
NOC :
Circulation status
- Perubahan perilaku
Komunikasi jelas
- Kesulitan menelan
- Abnormalitas bicara
NOC:
Berhubungan dengan :
c. Weight Control
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
Albumin serum
- Kejang perut
Hematokrit
DO:
Hemoglobin
- Diare
Jumlah limfosit
Intoleransi aktivitas
NOC :
Berhubungan dengan :
Toleransi aktivitas
Kelemahan menyeluruh
Konservasi eneergi
DS:
DO :
NOC :
ADLs
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. H
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 60 Tahun
Alamat
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Agama
: Protestan
Pendidikan
:-
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Diagnosa medis
: Stoke Hemoragik
Tgl Masuk RS
: 23 Mei 2013
: 30 Mei 2013
Tanggal Pengkajian
: 30 Mei 2013
No. RM
: 190405
B. Keluhan Utama
Penurunan Kesadran, tingkat kesadaran Sopor, GCS: E=2 M=2 V= 2
C. Riwayat Penyakit
Keluarga pasien mengatakan 8 hari yang lalu tiba tiba pasien tidak bisa bangun dan tidak bisa
berbicara.Kemudian keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit, 7 hari pasien di rawat
di bangsal tetapi tidak ada kemajuan sehingga di pindah ke ICU.
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Dalam satu rumah
X
: Meninggal
Kedua orang tua pasien telah meninggal, pasien hidup sendiri, dia dirumah bersama seorang
yang mengurusinya. Sedangkan orang orang terdekat adalah, keponakannya,akan tetapi mereka
sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota untuk mengurus usahanya.
G. Primary Suvey
1. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas berupa cairan, sputum atau benda asing.
2. Breathing
Respiratory rate
: 24
SPO2
: 99%
Suara nafas
: vesikuler
Irama nafas regular, tidak terdapat batuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan
pernafasan cuping hidung.
3. Circulation
Suhu
: 37,1 C
TD
: 201/133 mmHg
MAP
: 137
HR
: 64 x/menit
Turgor kulit
: Buruk
Mata
: Tidak cekung
4. Disability
Tingkat kesadaran : Sopor
GCS:
Pupil :Isokor
5. Eksposure
E=2
M=2
V=2
Terdapat luka lecet pada paha kanan, tangan kanan dan kiri serta terdapat luka bekas
debridement 7 bulan yang lalu pada kaki kanannya.
6. Fluid
Klien terpasang kateter no. 16 dengan jumlah urine 300 cc berwarna kuning jernih
7. Gastric
Klien terpasang NGT, cairan residu berwarna kuning.
H. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran
: Sopor
GCS
: E=2 M=2
BB/TB
: 95 Kg/ 157 cm
V=2
1. Kepala
Inspeksi
2. Mata
Inspeksi
tidak ada lesi, terdapat serumen, tidak terdapat pengeluaran darah atau cairan.
4. Hidung
Inspeksi
hidung, tidak terdapat pengeluarean lender atau darah, terpasangoksigen 3 liter permenit dengan
nasal kanul dan terpasang NGT pada salah satu lubang hidung.
5. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi
6. Leher
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
8. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
dengan irama reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan murmur, gallop.
9. Payudara
Inspeksi
Palpasi
10. Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
12. Ekstermitas
Inspeksi
bawah
: terdapat luka bekas debridement ulkus DM, bagian paha terdapat penggelapan warna kulit
akibat bedtres yang lama. Terdapat udema
wah
: terdapat penggelapan warna kulit akibat bedtres yang lama. Terdapat udema
I.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa BAB 1 kali sehari atau 2 hari
sekali. Saat di rumah sakit, klien BAB 1x.Klien terpasang kateter dengan urine berwarna kuning
jernih.
4. Pola Aktivitas
Keluarga klien mengatakan, sebelum masuk rumahsakitklien beraktivitas minimal, klien tidak
dapat berjalan karena mengalami kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kanan.Aktivitas klien
sehari-hari dibantu oleh keluarga klien.Selama dirawat di rumah sakit untuk memenuhi activity
daily living dibantu oleh perawat dan keluarga.
J.
DATA PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium
23 Mei 2013
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
Glukosa sewaktu
138
mg/dl
70-140
Urea
Kreatinin
Cholesterol
HDL Cholesterol
LDL Cholesterol
Trigliserida
SGOT
SGPT
Asam urat
K
17
1,08
293
58
395
129
19
10
5,0
3,3
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
u/L
u/L
mg/dl
mmol/L
10-50
0,5-1,2
50-250
0-55
0-150
0-150
0-37
0-42
3,4-7
3,4-5,4
Na
Cl
HbsAg
145
113
-
mmol/L
mmol/L
135-155
95-108
Negatif
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
WBC
7,36
103/UL
4,8-10,8
RBC
4,47
106 /UL
P : 4,7 6,1
W : 4,2-5,4
HGB
12,0
gr/dl
P : 14-18 gr/dl
W : 12-16 gr/dl
HCT
7,0
P : 42-52 %
W : 37-47%
PLT
356
103/UL
150-400
Hasil
Nilai Normal
Warna
Kuning
Kuning Muda-Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Berat Jenis
1017
1015-1030
pH
5,5
4,0-7,8
Leukosit
2+
Protein
3+
Glukosa
Keton
Urobilinogen
3+
Nitrit
Eritrosit
Sedimen
-
Sel epitel
Leukosit
10-15
0-5/LPB
Eritrosit
15-25
0-2/LPB
Kristal
Silinder
Hyalin
Granula
4. Terapi obat
Nama obat
Komposisi
30 Mei 2
Ceftriaxon
Aminophilin
Sanmol
Paracetamol
Brainact
Citicolin
Lapibal
Mecobalamin
Herbrezzer
Diltiazem Hcl
Futrolit
31 Mei 2
Ceftriaxone
Aminophilin
Sanmol
Paracetamol
Brainact
Citicolin
Lapibal
Mecobalamin
Herbrezzer
Diltiazem Hcl
Futrolit
1 juni 2
Ceftriaxone
Aminophilin
Kalnex
Brainact
Citicolin
Lapibal
Mecobalamin
Herbrezzer
Diltiazem Hcl
5. Pathway Kasus
Hipertensi
Penimbunan lemak/kolesterol yang meningkat
dalam darah
Lemak nekrotik dan berdegenerasi
Infiltrasi limfosit (trombus)
Pembuluh darah menjadi kaku
Pembuluh darah pecah
Stroke hemoragic
Kelebihan Volume Cairan
Proses metabolisme dalam otak terganggu
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Peningkatan TIK
Kelemahan Anggota
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Disfagia
Penyem
Tekanan
Peningk
Gerak
Kerusakan
Mobilitas Fisik
Defisit
Perawatan Diri
K. Analisa Data
Analisa data
Etiologi
Masalah
Data Subyektif : -
Gangguan aliran
Ketidakefektifan
Data Obyektif :
perfusi jaringan
serebral
b. GCS
E:2
V:2
M :2
Kelemahan
Data Obyektif :
a.
Defisit Perawatan
Diri Total
Vital Sign:
Kontraktur atau
Hambatan mobilitas
kaku sendi
Fisik
TD
MAP
: 201/133 mmHg
: 137
HR
: 64 x/menit
RR
: 24 x/menit
SPO2
: 99%
Data Subyektif :
Keluarga mengatakan Selama di Rumah
sakit selama 8 hari sebelum masuk ICU
pasien minum susu dari rumah sakit
melalui NGT
Data Obyektif :
a.
d. Konjungtiva pucat
e.
f.
j.
k. WBC 7,36
l.
RBC 4,47
m. HGB 12,0
n. HCT 7,0
o. PLT 356
Penyakit kronis
Ketidakseimbangan
(Stroke)
DS=Data Obyektif
a.
Gangguan
Kelebihan volume
mekanisme regulasi
cairan
b. TD
: 201/133 mmHg
c.
: 64 x/menit
HR
d. Turgor kulit
e.
: Buruk
L. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/dgangguan aliran arteri atau vena
2. Kelebihan Volume cairan b.d Gangguan mekanisme regulasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penyakit kronis (Stroke)
4. Defisit perawatan diri total b/d kelemahan
5. Hambatan mobilitas fisik b/d kaku sendi atau kontraktur
Diagnosa
NOC
Keperawatan
1
Ketidakefektifan
NOC :
perfusi jaringan
Circulation status
cerebral
berhubungan
dengan gangguan
diharapkan ketidakefektifan
vena
NIC
NIC :
Monitor TTV
Monitor GCS, ukuran pupil,
ketajaman, kesimetrisan dan
reaksi
Monitor adanya diplopia,
pandangan kabur, nyeri kepala
Monitor level kebingungan dan
orientasi
Monitor tonus otot pergerakan
TD : Sistole
: 36 37,5C
merespon stimulus
Monitor status cairan
Kolaborasi pemberian obat
neuroprotektif
Diameter kanan/kiri
2/2, reaksi +/+
Bebas dari aktivitas kejang
Tingkat kesadaran samnolen
a.
Ketidakseimbangan
NOC:
a.
kebutuhan tubuh
nutrient
untuk
menentukan
berhubungan
kalori
dan
dengan kesulitan
dibutuhkan pasien
menelan dan
mengunyah
e.
f.
g.
a.
Memiliki
nutrisi
yang
nilai laboratorium
d. Monitor turgor kulit
jumlah
e.
c.
Mentoleransi
dianjurkan
f.
diet
yang
g. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan
konjungtiva
h. Monitor intake nutrisi
jaringan
i.
j.
4
Defisit perawatn
diri total
Living (ADLs)
berhubungan
dengan intoleransi
aktivitas
diri,
berpakaian,
berhias,
mampu
secara
utuh
untuk
melakukan self-care.
Hambatan mobilitas
NOC :
fisik berhubungan
Mobilisasi
atau kontraktur
NIC :
a. Monitor nutrisi
disritmia,
istirahat
sesak
nafas,
Hasil :
Keseimbangan
dan sumber
aktivitas
hemodinamik)
Monitor
pola
tidur
dan
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
cerebral
perfusi
berhubungan
Implementasi Keperawatan
jaringan
1. Memonitor TTV ( Perjam, 11.00 14.00)
dengan
2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi. ( jam
13.45)
3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (jam
13.45)
4. Memonitor status cairan (jam 13.00).
5. Memantau tingkat kesadaran pasien. ( 13.45).
6. Kolaborasi dalam pemberian
Oksigenasi ( Nassa Kanul, 3 Lpm).
Farmakologi : Brainact 500mg, Farbion drip 1ampul 3 ml,
Ranitidine 50 mg dan Methylprednisolone 125mg.
4
2
3.
Ketidakefektifan
cerebral
perfusi
berhubungan
4
4
Hambatan
Mobilitas
Defisit
nafas,
diaporesis,
pucat,
perubahan
perawatn
berhubungan
aktivitas
sesak
dengan
diri
Ketidakefektifan
cerebral
perfusi
berhubungan
4
8
Hambatan
Mobilitas
Fisik
a.
sesak
nafas,
diaporesis,
pucat,
perubahan
hemodinamik). (05.00)
b. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
keperawatan (05.00)
c. Mempertahankan pemberian oksigen. (perjam 21.0 07.00)
d. Memantau kemampuasn pasien mobilisasi di tempat tidur.
(05.00 07.00).
Defisit
perawatan
berhubungan
aktivitas
dengan
diri
total
a.
intoleransi mandiri.
b.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
cerebral
perfusi
Implementasi Keperawatan
jaringan
1. Memonitor TTV ( perjam, 08.00 07.00).
berhubungan
dengan
2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, ( jam
13.40)
3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (13.40)
4. Memonitor status cairan (13..00)
5. Memantau tingkat kesadaran pasien. (07.00)
4
2
Defisit
perawatn
berhubungan
diri
dengan
total
a.
intoleransi
aktivitas
4..
Ketidakefektifan
cerebral
perfusi
berhubungan
jaringan
1. Memonitor TTV ( perjam, 14.00 21.00).
dengan
2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, dan
6.
disritmia,
sesak
nafas,
diaporesis,
pucat,
hemodinamik) (15.20)
b. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
keperawatan. (15.20).
c. Mempertahankan pemberian oksigen (setiap jam)
perubahan
7.
Defisit
perawatan
berhubungan
diri
dengan
totala.
aktivitas
1
8.
Ketidakefektifan
cerebral
perfusi
berhubungan
jaringan
1. Memonitor TTV ( perjam, 21.00 07.00).
dengan
2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, dan
5
9.
Hambatan
moibilitas
sesak
nafas,
diaporesis,
pucat,
perubahan
Memantau
respon
oksigen
pasien
terhadap
aktivitas
4
10.
Defisit
perawatn
berhubungan
aktivitas
dengan
diri
totala.
11.
Ketidakseimbangan
nutrisi
3.
No
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
1.
perfusi
Implementasi Keperawatan
S = Klien
O=
TD 168/8
HR 94 x/m
stimulus(13.45).
RR 27 x/m
SPO2 98%
Pupil isok
kesadaran(13.45).
Kekuatan
Kekuatan
Input IVF
Output U
Balance +
O2 3 liter/
Kesadara
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Pantau vi
2. Monitorin
3. Kaji keku
4. Monitor s
5. Pantau pe
2
S=-
O=
Input futro
Urin 250 m
TTV terla
A= Masal
P= Lanjut
3
S=-
Pasien ta
hygiene (0
Pasien be
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Bantu Pas
4.
Memonitor nutrisi
adekuat (07.00)
b. Melatih mobilisasi di tempat tidur. (07.00)
c.
O=
Latihan m
Kekuatan
Kekuatan
O2 nassa
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Pantau re
2. Pantau re
3. Pantau ke
4. Ajarkan l
5. Mobilisas
Ketidakefektifan
5.
perfusi
S:O=
Vital sign
Pupil isok
Kekuatan
stimulus.
e. Monitor status cairan (13.00)
Kekuatan
Input IVF
Output U
Balance +
O2 3 liter/
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Pantau vi
2. Monitorin
3. Kaji keku
4. Monitor s
5. Pantau pe
S=-
O=
Input futro
Urin 200 m
Balance ca
TTV terla
A= Masal
P= Lanjut
7
b.
terhadap O =
pucat,
perubahan
hemodinamik) Latihan R
(16.00)
c.
Tidak ada
O2 nassa
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Latihan R
2. Mobilisas
3. Pertahank
8.
b.
c.
Pasien
hygiene. (
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Bantu pas
9.
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
a.
Memonitor TTV
S=-
O=
e.
Vital Sign
Pupil isok
stimulus.
Kekuatan
Kekuatan
Input INF
Output U
Cairan Ba
O2 3 liter/
Kesadara
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Pantau vi
2. Monitorin
3. Kaji keku
4. Monitor s
5. Pantau pe
10
Intoleransi
dengan
aktifitas
ketidakseimbangan
antara adekuat.
b. Melatih mobilisasi ditempat tidur dan ROM O =
Vital Sign
pasif.(07.30)
c.
terhadap Latihan R
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Latihan R
2. Mobilisas
3. Kolabora
11.
b.
bersih dan
Pasien ta
(08.30)
A=
Masalah t
P=
Lanjutkan
1. Bantu pas
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain : Identitas klien, riwayat keperawatan,
keluhan utama, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu
diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan
dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan
dan menegakkan diagnosa keperawatan utamayaitu :Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena, Defisit perawatan diri total berhubungan
dengan kelemahan, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit kronis
(Stroke)
Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Ketidakefektifan
pembersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi skret sekunder adanya kelemahan
neuromuskuler, Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengangangguan aliran
arteri atau vena, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari yang dibutuhkan
berhubungan dengan intake yang tidak adequate, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan dan mengunyah, Intoleransi aktifvitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dengan kebutuhan, Gangguan
komunikasi verbal berhubungn dengan gangguan pada N. Fasialis, Defisit perawatan diri
berhubungan dengan intoleransi aktivitas
Dalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah yang
muncul, sedangkan pada kasus, penulis menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini
juga penting untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk mengetahui
perkembangan status kesehatan klien.
Pada tahap perencanaan didalam tindakan yang nyata yang diharapkan dari tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan intervensi yang disusun, walaupun ada sebagian
yang tidak bisa dilaksanakan karena minimnya waktu yang diberikan dan sarana yang kurang
memadai.Walaupun demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mendapat
hambatan dan kesulitan yang berupa intervensi yang diberikan hanya Tiga hari saja.
Pada kasus Ny.Hdilakukan Pelaksanaan Pelaksanaan ROM dapat diaplikasikan minimal
2 kali sehari, hal ini sesuai dengan jurnal Sri Puguh Kristiyawati dan Febrina Sukmaningrum
(2011) dengan judul Efektivitas Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif : Spherical Grip
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Paien Stroke di RSUD Tugurejo
Semarang. Berdasarkan penelitian, Latihan ROM dapat dilakukan karena sangat efektif bagi
pemulihan pasien stroke yang mengalami hemipharesis. Latihan gerak secara berulang membuat
konsentrasi untuk melakukan gerakan berulang dengan kualitas sebaik mungkin.
Jurnal dari Dianna C. Haryono1, Andreanus A. Soemardji1, Felesia Fanty Peranan
Terapi Akupunktur GI pada Penderita Stroke di Pelayanan Akupunktur UPT Kesehatan
Institut Teknologi Bandung. Akupunktur GI merupakan teknik penusukan jarum yang
menggabungkan ilmu pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat berdasarkan prinsip pemijatan
dengan titik utama 2 di leher, 3 di perut dan 2 di tungkai bawah. WHO (World Health
Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan efektif menangani kasus stroke.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan terapi Akupunktur GI secara klinis pada
penderita stroke. Kajian observasional dilakukan selama 3 bulan (Februari April 2011)
kepada pasien stroke yang diterapi Akupunktur GI di Klinik Akupunktur Sukamenak dan UPT
Bumi Medika Ganesa ITB.
Akupunktur GI berperan efektif dalam meningkatkan aktivitas motorik pasien stroke
yang ditunjukkan melalui peningkatan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
peningkatan kemampuan dalam mengontrol tubuh dan melakukan berbagai gerakan, serta
peningkatan kekuatan fisik. Pada pasien NY. H tidak dilakukannya terapi akupuntur GI.
Menurut Wahjoepramono (2005) obat -obat ini berfungsi untuk menghambat
pembentukan zat-zat toksin seperti nitrit oksida, beberapa radikal bebas dan aktivasi
phospolidase. Jika hal ini tidak dihambat, maka dalam beberapa jam akan terjadi kerusakan yang
irreversible. Obat yang memberikan efek neuroprotektif adalah citicolin, piracetam, dan
nimodipin.Hal ini sesuai dengan terapi medis yang diperoleh pasien, yaitu citicolin injeksi
intravena dengan dosis 2 x 500 gram.Obat-obat tersebut memperbaiki cedera otak yang
disebabkan otak dengan mencegah otak mengalami iskemik, sehingga tidak menyebabkan infark
(Junaidi, 2011). Pada klien NY. H diberikan terapi injeksi citicolin.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh ASNA (AseanNeurologic Association)
di 28 Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Penelitian inidilakukan pada penderita stroke akut yang
dirawat di Rumah Sakit (hospitalbased study) dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor
risiko,
lamaperawatan
dan
mortalitas
serta
morbiditasnya.
Hasilnya
menunjukkan
bahwapenderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan profil usia di bawah45 tahun
cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dandi atas usia 65 tahun 33,5%.
(Misbach,2007).Penilaian yang akurat dan tepat dari Activities of Daily Living (ADL)pada
pasien pasca stroke sangat penting untuk menilai outcome dariperawatan stroke. Kwon dkk
melakukan penilaian disabilitas pada pasienpasca stroke dengan menilai Barthel Index (BI),
motor component ofFunctional Independence Measure (M-FIM) dan modified Rankin
Scale(mRS). Mereka mendapatkan hubungan erat antara BI, M-FIM dan mRS
dalam menilai disabilitas pasien stroke secara umum (Kwon dkk,2004).Pada klien
dengan stroke, terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul diantaranya adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, hambatan mobilitas fisik, dan defisit perawatan diri.Untuk diagnosa hambatan mobilitas
fisik, salah satu implementasi yang dapat dilakukan adalah dengan latihan rentang gerak atau
Range of Motion (ROM).Untuk pasien dengan penurunan kesadaran dapat dilakukan ROM pasif,
dan untuk pasien yang tidak mengalami penurunan kesadaran, dapat dilakukan ROM aktif.
Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan, masalah keperawatan yang teratasi
adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Untuk 3 diagnosa keperawatan
lainnya, belum dapat teratasi sepenuhnya.Dikarenakan keterbatasan waktu sehingga mahasiswa
hanya mengobservasi klien selama 3 hari, dari tanggal 30 Mei1 Juni 2013.
B. Saran
Dalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran saran sebagai
berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang
dihadapi baik dalam teori atau kasus lapangan, khususnya pada proses kegawat daruratan.
2.
Lahan Praktek
Diharapkan pada lahan lebih meningkat pelayanan.
a.
Dalam
melakukan
asuhan
keperawatan
klien
dengan
stroke,
perawat
dapat
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke, perawat dapat
mengimplementasikan merubah posisi pasien secara berkala, dengan minimal 2 jam sekali.
c.
3.
Institusi Pendidikan
Dapat membimbing dalam proses pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada kegawat
daruratan dengan sabar dan teliti serta memotivasi para mahasiswa dalam segi mental dan
spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer,S.C& Bare,B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta : EGC
Sudoyo,W.et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi 4.Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Wilkinson, JM & Ahern,N. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Intervensi NIC, kriteria hasil
NOC.Edisi 9.Jakarta : EGC
Kristyawati, et al. 2011.Efektivitas Range of Motion (ROM) : Aktif Asistif : Spherical Grip Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang.
Santana,A&Fathi, A 2005. Pemenuhan Mobilisasi Pada Pasien Post Stroke Di Ruang Unit Stroke Rumah
Sakit UmumDr. Pirngadi Medan.