Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 10
DI SUSUN OLEH :
Gilang Guswara
SR 132070037
Ernita Fristila
SR 132070036
SR 132070038
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Asma. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Sistem Pencernaan di STIK Muhammadiyah Pontianak.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi
10
2.7 Komplikasi
12
13
14
18
3.2 Saran
18
Daftar Pustaka
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi masalah
kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi dan angka rawat
inap penyakit asma bronkial di negara maju dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di
Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti namun diperkirakan berkisar 3-8%.
Beberapa Faktor risiko untuk timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti, antara
lain: riwayat keluarga, tingkat social ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi
tempat tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar asap rokok.
Asma bronkial dikelompokkan menjadi dua subtype intrinsik dan ekstrinsik, namun
terminologi ini telah ditinggalkan dan saat ini dikenal sebagai asma bronkial atopi dan non
atopi berdasarkan adanya tes kulit yang positif terhadap alergen dan ditemukan adanya
peningkatan imunoglobulin (Ig) E dalam darah. Sekitar 80% penderita asma bronkial adalah
asma atopi dan telah dibuktikan bahwa bahwa tes kulit mempunyai korelasi yang baik dengan
parameter-parameter atopi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asma
Pengertian
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah
bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma (Ngastiyah, 2005).
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakhea dan bronkhus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyimpitan jalan napas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan ( The
American Thoracis Society, 1962 ).
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial
(saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami
peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa
bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Etiologi
Klasifikasi Asma berdasarkan etiologi di bagi menjadi 2 yaitu
1. Asma Bronkhial Tipe Atopik ( Ekstrinsik )
a. Hiperreaktivitas bronchus merupakan bronchus yang mudah sekali mengerut (
konstriksi ) bila terpapar dengan bahan/factor dengan kadar yang rendah yang
pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa misalnya aleryen (
inhalan dan kontaktan), polusi,asap rokok, bau-bauan yang tajam, dan lainnya
baik yang berupa iritan maupun iritan.
Saat ini telah diketahui bahwa hiperrektivitas bronchus disebabkan oleh
inflamasi bronchus yang kronis. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil
ditemukan dalam jumlah besar pada cairan bilas yang kronis. Sel-sel inflamasi
5
terutama eosinofil ditemukan dalam jumlah besar pada cairan bilas bronchus
klien dengan asma bronchial sebagai bronchitis kronis eosinofilik.
Hiperreaktivitas berhubungan dengan beratnya derajat penyakit. Secara klinis,
adanya hiperreaktivitas bronchus dapat dibuktikan dengan dilakukan uji
provokasi yang menggunakan metakolin atau histamine.
b. Mukosa dan dinding bronchus pada klien dengan asma akan terjadi edama.
Terjadi infiltrasi pada sel radang terutama eosinofil dan terlepasnya sel silia
menyebabkan adanya getaran silia dan mucus di atasnya. Hal ini membuat
salah satu daya pertahanan saluran pernapasan menjadi tidak berfungsi lagi.
Pada kilen dengan asma bronchial juga ditemukan adanya penyumbatan
saluran pernapasan oleh mucus terutama pada cabang-cabang bronchus.
c. Akibat dari bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronchus, serta
hipersekresi mucus menyebabkan terjadinya penyempitan pada bronchus dan
percabangannya, sehingga akan menimbulkan rasa sesak, napas berbunyi (
wheezing), dan bantu yang produktif.
d. Adanya stressor baik fisik maupun psikologis.
Akan menyebabkan suatu keadaan stress yang akan merangsang aksis HPA.
Aksis HPA yang terangsang akan meningkatkan adenocorticotropic hormone (
ACTH ) dan kadar kortisol dalam darah. Penigkatan kortisol dalam darah akan
menyupresi imunoglobin A ( IgA ). Penurunan Ig A menyebabkan
kemampuan untuk melisiskan sel radang menurun, reaksi tersebut direspos
oleh tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronchus sehingga
menimbulkan asma bronchial.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut, pada saat ini penyakit asma secara klinis dianggap
sebagai penyaki bronkhospasme yang reversible. Secara patofisiologi, asma juga dianggap
sebagai suatu hiperreaksi bronchus dan secara patologi sebagai suatu peradangan saluran
pernapasan.
2. Asma Bronkhial Tipe Non-Atoik ( Intrinsik )
Asma nonalergenik ( Asma Intrinsik ) terjadi bukan karena penapasan alergen tetapi
terjadi akibat beberapa factor pencetus seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas,
olahraga atau kegiatan jasmani yang berat dan, tekanan jiwa atau stress psikologis.
Faktor Pencetus Serangan Asma Bronkhil
Factor-faktor yang menimbulkan serangan asma bronchial atau sering disebut dengan
factor pencetus adalah :
6
1. Alergen
Allergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dinamakan dapat menimbulkan
serangan asma misalnya debu rumah,tengau debu rumah (Dermatophagoides
pteronissynus), spora jamur,bulu kucing,bulu binatang,beberapa makanan laut,dan
sebagainya.
2. Infeksi saluran pernafasan
Inspeksi saluran pernafasan disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan salah
satu
factor
pencetus
yang
paling
sering
menimbulkan
asma
bronchial.
2.1 PATOFISOLOGI
yang
lazim
muncul
pada
Asma
Bronkhial
adalah
a) Pemeriksaan spinometri.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma, (Karnen
B;1998).
b) Tes provokasi brokial.
Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV,
sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 %
dari maksimum di anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR
10 % atau lebih,(Karnen B.;1998).
c) Pemeriksan tes kulit.
Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh, (Karnen B.;1998).
d) Laboratorium.
(1) Analisa gas darah.
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat
hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik,(Karnen B.;1998).
(2) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel
sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat
adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa
antibiotik,(Arjadiono T.;1995).
9
diberikan
kortikosteroid.
Steroid
dalam
bentuk
aerosol
beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari.
Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
11
2.5 KOMPLIKASI
Berbagai kompikasi menurut Mansjoer ( 2008 ) yang mungkin timbul adalah :
1. Pheumothoraks
Phemothoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila
terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru
yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
2. Pneumomediastimum.
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma udara, juga dikenal sebagai
emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum.
Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh
trauam fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran
udara atau usus ke dalam rongga dada.
3. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh
jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis
dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
4. Atelektasis
Atelektasis
berlebihan,atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit
oleh adanya lendir.
BAB III
kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang, optimal didalam memberikan asuhan keperawatan dugunakan metode
proses keperawatan yang meliputi:pengkajian, diagnosa keperawatanm, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data.
2) Identitas klien.
Pengajian mengenai nama, umur danjenis kelamin perlu di kaji pada
penyakit status asthmatikus. Serangan asthma pada usia dini memberikan
implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopi. Sedangkan serangan
pada usia dewasa di mingkinkan adanya faktor non atopi. Alamat
menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui
kemungkinan faktor pencetus serangan asthma. Status perkawinan, gangguan
emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor
pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk
mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain yang perlu dikaji
tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis. (Antony
C, 1997; M Amin 1993; karnen B 1994).
3) Riwayat penyakit sekarang.
Klien
keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti
dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu
13
14
nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme serta ansietas
yang dialami klien, (Hudak dan Gallo;1997)
c) Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna
bentuk,
kosentrasi,
frekuensi,
jumlah
serta
kesulitan
dalam
melaksanakannya.
d) Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi
berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan
yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak dan ortopnea dapat
mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien, ( Antony C;1997)
e) Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas
bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus
terjadinya asthma yang disebut dengan Exerase Induced Asthma, (Tjien
Daniel;1991)
f) Pola hubungan dan peran
Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani
kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan
hubungan dan peran klien baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat
ataupun lingkungan kerja, (Antony C, 1997)
g) Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi
yang salah dapt menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara
memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan
klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan
asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang berulang.
h) Pola sensori dan kognetif
15
dan
pengaruh
terhadap
kehidupan
klien
serta
cara
16
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat
trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun
hilang kesadaran.(Laura A.Talbot;1995).
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres
yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot
; 1995)).
e) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan
fungsi olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995)
f) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
(Karnen B.:1994)).
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid
serta penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen B.;1994).
h) Thorak
(1) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.(Karnen
B.;1994, Laura A.T.;1995).
17
(2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus
(Laura A.T.;1995).
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah. (Laura A.T.;1995).
(4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing. (Karnen B .;1994).
i) Kardiovaskuler.
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak,
bising nafas
dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang
meningkat serta adanya pulsus paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A.
T.;1995).
j) Abdomen.
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi
karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta
adanya konstipasi karena dapat nutrisi (Hudak dan Gallo;1997, Laura
A.T.;1995).
k) Ekstrimitas.
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi
pada extremitas karena dapat merangsang serangan asthma,(Laura
A.T.;1995).
9. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien.
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data,
mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul
serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal,
18
bersihan
jalan
napas
yang
berhubungan
dengan
adanya
19
Rencana Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya
bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta
sekresi mucus yang kental.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi bersihan jalan napas
kembali efektif.
kriteriaevaluasi :
-
Rencana Intervensi
Kaji warna,kekental dan jumlah sputum.
Rasional
Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringannya
obstruksi
secret.
dada
Kolaborasi pemberian oba
Kortikosteroid
Kortikosteroid
20
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu gangguan pada saluran Bronkial yang mempunyai cirri-ciri
Bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan
trakeo bronchial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh factor Beberapa
Faktor risiko untuk timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti, antara lain: riwayat
keluarga, tingkat social ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi tempat
tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar asap rokok.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca, mahasiswa dan calon perawat dapat
memahami tentang makalah Asuhan Keperawatan Asma. Karena didalam Keperawatan
Asma
sangat berguna untuk mengetahui pengertian,etiologi,patologi,manifestasi
klinis,pengobatan,komplikasi, dan rencana keperawatan dalam melakukan pengkajian
Asuhan Keperawatan.
21
DAFTAR PUSAKA
Muttaqin,
Arif.2008.
Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
Gangguan
Sistem
22