You are on page 1of 11

KORIORETINITIS

Definisi
Chorioretinitis (CR) adalah suatu proses peradangan yang melibatkan
traktus uvealis bagian posterior, yaitu koroid. Istilah chorioretinitis sering di sama
artikan dengan uveitis posterior. Pada uveitis posterior, retina juga hampir selalu
terinfeksi secara sekunder. Ini dikenal dengan chorioretinitis.

Gambar 3. Uveitis Posterior


Epidemiologi

Frekuensi
Di Amerika serikat, penyebab paling umum uveitis posterior
(Chorioretinitis) adalah retinitis sitomegalovirus, toksoplasmosis, penyakit
Behcet, dan penyakit Vogt-Koyanagi Harada.

Mortalitas/Morbiditas
Jika terjadi suatu kondisi dimana tidak berespon terhadap
pengobatan, chorioretinitis bisa menyebabkan kehilangan penglihatan
partial ataupun total. Morbiditas dapat menyebabkan kerusakkan sistemsistem

organ

utama,

khususnya

kerusakkan

otak

(contohnya;

keterlambatan perkembangan, seizures). Mortalitas pada chorioretinitis


tergantung pada keprogesivan penyakit ini.

Umur

Chorioretinitis congenital terjadi pada awal perkembangan


kelahiran. Chorioretinitis didapat dapat terjadi pada semua umur.
Chorioretinitis pada pasien sampai 3 tahun dapat disebabkan oleh
sindorm samara seperti retinoblastoma atau leukemia. Penyebab
chorioretinitis pada kelompok umur ini adalah infeksi sitomegalovirus,
toksoplasmosis, sifilis, retinitis, herpes dan infeksi rubella.
Dalam kelompok umur 4 15 tahun, penyebab chorioretinitis
termasuk toksokariasis, toksoplasmosis, uveitis intermediet, infeksi
sitomegalovirus, sindrom samara, panensefalitis sklerosis subakut dan
kurang sering infeksi bakteri atau fungi pada segmen posterior.
Dalam kelompok umur 16 40 tahun, yang termasuk diagnosis
diferensial adalah toksoplamosis, penyakit Behcet, sindro Vogt-KoyanagiHarada, sifilis, endoftalmitis candida dan kurang sering, infeksi bakteri
endogen.
Pasien chorioretinitis dan berumur diatas 40 tahun mungkin
menderita

sindrom

nekrosis

retina

akut,

toksoplasmosis,

infeksi

sitomegalovirus, retinitis, sarcoma sel reticulum atau krioptokokosis.


Etiologi
Uveitis Posterior (Chorioretinitis) dapat disebabkan oleh:
Penyakit Infeksi

Virus
CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, HIV, virus
epstein barr, virus coxsackie, nekrosis retina akut

Bakteri
Mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadic dan
endemic, nocardia, neisseria meningitidis, mycobacterium aviumintracellulare, yersinia, dan borrelia (penyebab penyakit Lyme).

Fungus
Candidia, histoplasma, cryptococcus, dan aspergillus.

Parasit
Toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan onchoherca.

Penyakit Non Infeksi

Autoimun
Penyakit Behcet, syndrome vogt-koyanagi-harada, poliarteritis
nodosa, oftalmia simpatis, vaskulitis retina

Keganasan
Sarcoma sel reticulum, melanoma maligna, leukemia, lesi
metastatik

Etiologi tak diketahui


Sarkoidosis, koroiditis geografik, epitellopati pigment plakoid
multifokal akut, retinopati birdshot, epitellopati pigment retina

Patofisiologi
Chorioretinitis dapat terjadi akibat infeksi bakteri ataupun reaksi radang
lainnya. Proses inflamasi ini akan menyebabkan perubahan kondisi di strukur
uvea itu sendiri. Bila peradangan chorioretinitis terjadi di bagian perifer, maka
tidak akan mengganggu pada tajam penglihatan. Tajam penglihatan pada keadaan
inihanya terjadi pada akibat penyerbukan sel radan ke dalam badan kaca atau
media penglihatan. Makin tebal kekeryhan, akan mengakibatkan bertambah
beratnya penurunan ketajaman penglihatan. Radang infeksi ini biasanya
disebabkan infeksu yang meluas, seperti tuberculosis dan infeksi fokal lainnya.
Bila peradangan mengenai daerah macula lutea, maka penglihatan akan
cepat menurun tanpa terlihat tanda kelainan dari luar. Biasanya radang sentral ini
disebabkan karena infeksi congenital akibat toxoplasmosis. Akibat terbentuknya
jaringan fibroblast, akan terbentuk jaringan organisasi yang merusak seluruh
susunan jaringan koroid dan retina. Jaingan fibrosis ini akan berwarna pucat putih.
Warna putih ini juga terjadi akibat sclera terlihat melalui koroid yang menipis.
Biasanya bersama-sama dengan keadaan ini terjadi pergeseran pigmen koroid.

Gambar 4. Area pada Uveitis Posterior


Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Umur pasien
Penyakit koroiditis ini sendiri disesuaikan dengan epidemiologi
pada umur-umur tertentu.

Lateralisasi
Yang unilateral lebih condong untuk diagnosis uveitis akibat
toksoplasmosis, kandidiasis, toksocariasis, sindrom nekrosis retina akut
atau infeksi bakteri endogen.

Gejala
1. Penurunan penglihatan
Penurunan ketajaman penglihatan dapat terjadi pada semua jenis
uveitis posterior dan karenanya tidak berguna untuk diagnosis banding.
2. Injeksi mata
Kemerahan mata tidak terjadi bila hanya segmen posterior yang
terkena. Jadi gejala ini jarang pada toksoplasmosis dan tidak ada pada
histoplasmosis.
3. Sakit

Rasa sakit terdapat pada pasien dengan sindrom nekrosis retina


akut, sifilis, infeksi bakteri endogen, sikleritis posterior, dan pada
kondisi-kondisi yang mengenai nervus optikus. Pasien toksoplasmosis,
toksokariasis dan retinitis sitomegalovirus yang tidak disertai
glaucoma umumnya tanpa rasa sakit pada mata. Penyakit segmen
posterior noninfeksi lain yang khas tidak sakit adalah epiteliopati
pigmen plakoid multifocal akut, koroiditis geografik dan sindrom
Vogt-Koyanagi-Harada.
4. bintik terbang (floater)
5. fotofobia

Tanda
Tanda yang penting untuk diagnose uveitis posterior adalah
hipopion, pembentukan granuloma, glaucoma, vitritis, morfologi lesi,
vaskulitis, hemolagi retina dan parut lama.
1. Hipopion
Penyakit

segmen

posterior

yang

menunjukkan

perubahan-

perubahan peradangan dalam uvea anterior disertai hipopion adalah


leukemia, penyakit Behcet, sifilis, toksokariasis dan infeksi bakteri
endogen.
2. Jenis uveitis
Uveitis granulomatoa anterior dapat disertai kondisi yang
mengenai retina posterior dan koroid. Sarkoidosis, tuberculosis,
toksoplasmosis, sifilis, sindrom Vogt-Kayanagi-Harada dan oftalmia
simpatis dapat menimbulkan perubahan peradangan dalam segmen
posterior mata dan umumnya disertai KP mutton fat. Sebaliknya,
uveitis posterior nongranulomatosa dapat menyertai penyakit Behcet,

epiteliopati pigmen plakoid multifocal akut, brucellosis, sarcoma sel


retikulu dan sindrom nekrosis retina akut.
3. Glaucoma
Sindroma sekunder mungkin terjadi pada pasien sindrom nekrosis
retina akut, toksoplasmosis, tuberculosis atau sarkoiditis.
4. Vitritis
Peradangan corpus vitreum dapat menyertai uveitis posterior.
Peradangan dalam vitreum berasal dari focus-fokus radang disegmen
posterior mata. Peradangan dalam vitreus tidak terjadi pada pasien
koroiditis geografik atau histoplasmosis. Sedikit sel radang dalam
vitreus

terlihat

pada

pasien

sarcoma

sel

reticulum,

infeksi

sitomegalovirus dan rubella dan pada beberapa kasus toksoplasmosis


dengan focus-fokus lesi kecil pada retina. Sebaliknya , peradangan
berat dalam vitreus dengan banyak sel dan eksudat terdapat pada
tuberculosis, toksokasiasis, sifilis, penyakit Behcet, nonkardiosis dan
toksoplasmosis dan pada pasien endoftalmitis bakteri atau kandida
endogen.
5. Morfologi dan Lokasi Lesi
a. Retina
Retina adalah sasaran utama banyak jenis agen infeksi.
Toksoplasmosis adalah contoh khas, yang terutama menimbulkan
retinitis dengan peradangan koroid didekatnya. Selain ini, infeksi
sitomegalovirus, virus herpes, virus rubella, dan virus rebeola pada
umumnya mengenai retina secara primer dan lebih banyak
mnyebebkan retinitis daripada koroiditisnya.
b. Koroid
Pada pasien tuberculosis, koroid adalah sasaran utama
proses granulomatosa yang juga mengenai retina. Pasien
tuberculosis

mungkin

menunjukkan

koroiditis

geografik.

Sebalikya, pasien dengan dengan sindrom histoplasmosisokuler


memiliki banyak lesi mirip uang logam kecil yang tidak pernah
mengeruhkan vitreus diatasnya. Sering ada tanda parut peripapiler
dan lesi macular yang berakibat neovaskularisasi subretina. Pada
umumnya, tidak ada tanda penyakit sistemik pada pasien dengan
sindroma histoplasmosis okuler, namun sinar-X toraks dapat
menunjukkan adanya disseminasi dan pekapuran diperifer paru.
Koroiditis geografik terutama mengenai koroid dengan sedikit atau
tanpa merusak retina dan pasien tidak menderita penyakit sistemik.
Koroid, sebaliknya, terlibat secara primer pada oftalmia simpatis
dan penyakit Lyme.
c. Ciri morfologi
Lesi aktif pada berbagai penyakit yang menyebabkan
uveitis posterior bervariasi bentuknya, ada yang geografik dan
yang lain punctata atau nummular . lesi geografik terlihat pada
retinitis sitomagalovirus, tuberculosis, toksokariasis, koroiditis
geografik dan sindroma nekrotik retina akut. Lesi pnctata atu
nummular terlihat pada pasien dengan infeksi virus Epstein-Barr,
rubella, rubeola, penyakit Behcet, epiteliopati pigmen plakoid
multifocal akut (AMPPE) dan toksoplasmosis. Pada sindrom VogtKayanagi-Harada dan oftalmia simpatis, tampak nodul DalenFunchs. Sarkoiditis merusak sembarangan jaringan mata dan dapat
menunjukkan lesi

geografik, vaskulitis retina dan candle wax

drippings, eksudat yang khas disepanjang pembuluh darah retina.


Pada

pasien infeksi sitomegalovirus, herpes simplek, rubella,

rubeola dan sindrom nekrosis retina akut lesi ini semata-mata


diretina dengan sedikit atau tanpa peradangan pada jaringan
didekatnya. Pada pasien dengan infeksi virus Epstein-Barr,
histoplasmosis, tuberculosis, sifilis, sifilis nonendemik dan
kriptokokosis, lesi radangnya koroidal dan multifocal. Sebaliknya

pada pasien sindrom Vogt-Kayanagi_Harada dan AMPPE, lesi itu


terdapat diepitel pigmen retina. Lesi putih nekrotik meninggi
terdapat pada pasien retinitis kandida dan toksoplasmosis. Selain
itu, pasien retinitis kandida dapat pula menunjukkan tampilan
string of pearls didalam vitreus selain kekeruhan mirip bola salju
mengapung didalam vitreus. Ablasio retina eksudatif secara khas
terlihat pada pasien dengan sindrom Vogt-Kayanagi-Harada dan
penyakit Lyme. Koroiditis difus terlihat pada sindrom vogtkayanagi-harada, oftalmia simpatis, leukemia dan penykit lyme.
e. Trauma
Riwayat trauma penting untuk menyingkirkan benda asing
intraokuler atau oftalmia simpatis pada pasien dengan uveitis,
trauma bedah termasuk operasi rutin termasuk ekstraksi katarak,
dapat memasukkan mikroorganisme kedalam mata. Infeksi berat
seperti endoftalmitis stafilokok, bila tidak diobati dapat merusak
seluruh struktur intern mata.
f. Modus onset
Onset uveitis posterior bias akut dan mendadak atau lambat
tanpa gejala. Penyakit pada segmen posterior mata yang onsetnya
mendadak adalah retinitis toksoplasmi, ekrosis retina akut dan
infeksi bacterial. Kebayakan penyebab uveitis posterior yang lain
beronset diam-diam.
Serta, dapat pula ditemukan tanda-tanda lain, seperti:
-

edema papil

perdarahan retina

vascular sheating

Pemeriksaan Funduskopi

Pada pemeriksaan funduskopi koroid akan terlihat daerah yang meradang


berwarna kuning akibat tertimbunnya sel radang. Gambaran pembuluh darah
diatasnya atau retina semakin jelas terlihat pada dasar fundus yang lebih pucat ini.
Bila sel badan koroid masuk ke dalam retina, maka retina akan lebih pucat.
Pembuluh darah retina akan terbungkus sel radang yang akan mengakibatkan
warna pembulub darah ini tidak cerah lagi.

Gambar 5. Hasil pemeriksaan Funduskopi


2.

Diagnosis Banding
Diagnosis Banding pada Chorioretinitis, yaitu:
Lymphocytic

Aspergillosis

Atypical Mycobacterial

Cutaneous Lupus Erythematosus in

Infection

Children
Bruton

Agammaglobulinemia
Candidiasis

Catscratch Disease
Chronic Granulomatous

Disease

Cytomegalovirus

Echovirus
Enteroviral Infections

Rubella
Sarcoidosis
Severe Combined
Immunodeficiency

Infection

Choriomeningitis
Neonatal Lupus and

Syphilis
Systemic Lupus
Erythematosus
Toxocariasis
Toxoplasmosis

Herpes Simplex Virus

Infection

Histoplasmosis
Human

Immunodeficiency Virus Infection


Juvenile Rheumatoid

Tuberculosis
Varicella
Yersinia Enterocolitica

Infection

Arthritis
Lyme Disease

3.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium ini mencakup: darah rutin; pemurunan


dari eritrosit, leukosit, trombosit, Test Fungsi hati, Tes Fungsi ginjal
Pemeriksaan PCR, teter immunoglobulin spesifik, kultur.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk menentukan kausa dari penyebab


chorioretinitis ini.
Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ini juga ditujukan untuk membantu menentukan


kausa dari penyebab chorioretinitis, misalnya: foto polos dada untuk
melihat

apakah

paru-parunya

juga

mengalami

infeksi

akibat

Mycobacterium Tuberkulosis.
Pemeriksaan Histopatologi

Biasanya pada hasil biopsy, ditemukan adanya infiltrasi limfosit,


ataupun perubahan granulomatosus.
Tatalaksana
Pada prinsipnya pengobatan tergantung dari penyebabnya dan ditujukan
untuk mempertahankan penglihatan sentral, mempertahankan lapang pandangan,
mencegah atau mengobati perubahan-perubahan struktur mata yang terjadi seperti

10

katarak, glaucoma sekunder, sinekia posterior, kekeruhan badan kaca, ablasia


retina dan sebagainya.
Medikamentosa yang sering dipakai pada Chorioretinitis yaitu:
-

Steroid peri-ocular

Steroid sistemik (oral/injeksi)

Antibiotik apabila penyebabnya bakteri, dan untuk


mencegah kemungkinan terjadinya infeksi sekunder

Antiviral apabila penyebabnya adalah virus.

Immunosupressant

Implant steroid intra vitreum (masih dalam penelitian)

Komplikasi
Komplikasi yang dapat sering timbul akibat chorioretinitis ini adalah
glaucoma, katarak, dan ablatsi retina
Prognosis
Pada prinsipnya, prognosis pada chorioretinitis ini tergantung dari etiologi
dan keberhasilan pengobatan.

11

You might also like