Professional Documents
Culture Documents
6 Votes
Pelaksanaan Pekerjaan
Apartemen Pakubuwono View Jakarta
A. Pendahuluan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak
perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan
pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada
waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek,
oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan,
rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat
mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai
masalah-masalah yang ditemui di lapangan.
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan
tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk
memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :
Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta diantaranya termasuk kepemilikan oleh
kontraktor tersendiri, tapi untuk alat alat berat kebanyakan dengan sewa karena biaya akan
lebih murah. Perelatan pada peralatan pada proyek akan diuraikan dibawah ini.
1. Alat alat Berat
a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah khususnya
galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar
360o. Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian
dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan dengan Dump
Truck pada saat galian tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang
mempunyai tenaga 100 HP dengan mengguanakan bahan bakar solar.
Gambar 4.2
c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan
struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan material/bekas, dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek
konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2
ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau
pengawas di daerah jangkauannya.
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan
mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses pemindahan / pengiriman material
dapat lebih cepat dan lancar.
2. Alat alat Survey
a. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as
kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga
untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi.
tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter
haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu
precast atau pasang di tempat.
Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut
tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :
1) Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia
dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2) Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik
dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping
dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus
seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah
tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm
4. Alat alat Pelaksanaan Pengecoran
a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam
adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam
pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton
pada saat setelah pengecoran.
Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton
yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih
padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton
yang telah dituang ke dalam bekisting.
Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :
Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal
Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.
Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.
Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.
Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya
dapat meutup kembali.
b. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk
material beton agar lebih homogen. Adanya sirip sirip pada bagian dalam drum,
memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat
ini digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti
pembuatan lantai kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain lain. Drum pengaduk
mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak
untuk mencampur adukan.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
Agregat kasar harus terdiri dari butir butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Agregat kasar tidak boleh mengandung mengandung zat zat yang dapat merusak beton.
3. Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain digunakan
untuk pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini digunakan Semen Gresik yang telah
disetujui oleh pengawas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan
semen :
1. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar tidak lembab.
2. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari pabriknya
dalam keadaan tertutup rapat.
3. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini untuk
menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban yang
berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.
4. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu semen, maka
diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen
lama harus dipergunakan terlebih dahulu.
4. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam
garam, bahan bahan organis atau bahan bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin
menggunakan air PDAM.
Merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan
kualitasnya. Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama dengan PT Master Steel
selaku subkont besi tulangan. Untuk mengetahui mutu besi baik maka harus memenuhi syaratsyarat sebagi berikut :
1. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau mengelupas.
2. Mempunyai penampang yang sama rata.
3. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat yang kering unruk
menghindari karat.
Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang mutlak. Penempatan tenaga kerja yang
sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu
pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pemilihan
mandor untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah tepat. Maka tim pelaksana
harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan menentukan mutu sekaligus ketepatan
waktu selesai proyek.
Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor haruslah sudah mempunyai pengalaman yang
sesuai dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan, bekisting hingga pengecoran.
4. Pengendalian WAKTU
Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya pengendalian waktu yang
berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan
berpengaruh pada cost. Maka untuk mempermudah pelaksaan dilapangan, manager sebaiknya
membuatschedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time scheduleyang
dikeluarkan oleh engineering sebab tidak semua paham akan pembacaanmaster schedule. Agar
dapat berlangsung tepat waktu, maka time scheduledigunakan sebagai kontrol untuk mengatur
tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus
dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga
kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil.
Manfaat dari time schedule antara lain :
Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu dan pelaksanaan tiap
pekerjaan yang dilaksanakan.
Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap semua pelaksanaan pekerjaan.
Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress report setiap waktu
dapat dilihat.
Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan pekerjaan.
Setiap item pekerjaan pada time schedule mempunyai prosentase bobot sendiri-sendiri
sedangkan Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan,
mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot pekerjaan ini
akan membentuk kurve S. Untuk kurva S terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi.
Fungsi kurva S adalah :
Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek.
Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
Mengetahui progress pekerjaan yang dihasilkan dilapangan dengan perencanaan, sehingga dapat
menjadi bahan evaluasi.
memerlukan perhitungan teknis seperti melendutnya bekisting,biasanya dari pihak pelaksana dan
dibantu oleh konsultan pengawas akan segera mencari pemecahannya.Dalam pengendalian mutu
ini peran QC (Quality Control) akan sangat berperan, QC akan mendampingi supervisor dalam
pelaksanaan dilapangan.
Untuk pengendalian teknis memerlukan analisis permasalahan yang timbul dilapangan sesuai
yang diamati, begitu juga langkah yang akan diambil sebagai penyelesaian dari problem yang
ada. Adapaun beberapa problem yang terjadi dapat dijelaskan berikut ini.
a
Permasalahan
Penyebab
Pemecahan
Permasalahan
Penyebab
Pemecahan
Gambar 4.19.Pengeboran
Permasalahan
Penyebab
Pemecahan
Permasalahan
Penyebab
Pemecahan
6. PROGRESS REPORT
Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan
proyek dikerjakan secara berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu.
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek dalam melakukan
tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta untuk
mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini
dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi
tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek
yang dilakukan tiap hari dapat dipantau.
dan perkembangan proyek yang sedang berjalan serta koordinasi masing masing unsur proyek
yang terlibat langsung.
7. Pengendalian BIAYA
Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya dengan realisasi
pekerjaan. Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak
membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya pembengkakan maka perlunya evaluasi
biaya.
Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan dalam
pelaksanaan dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja menambah biaya dari
segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk menghindari adanya pembengkakan biaya
yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan dilapangan dengan baik dan hati-hati.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah
dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic mencatat jumlah material yang
dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja
dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan
dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga
dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi prosentase pekerjaan
proyek yang telah dicapai.
8. Pengendalian K3
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari
segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek
dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam melakukan pekerjaannya.
Target K3 sendiri adalah zero accident selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya
penyusunan:
a. Safety Plan
Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-alat pengamanan
seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K3
serta rencana penempatan alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain.
b. Security Plan
Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan di
wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.
c. House Keeping
lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan material bekas,
pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-lain.
Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View ini, hal hal tentang
kesejahteraan dan keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan adanya alat alat,
perlengkapan, dan fasilitas yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan keselamatan
kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah
diberi rambu peringatan.
E. Pembahasan Pelaksanaan
1. DEWATERING
a. Pendahuluan
Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya lebih dari lima lantai biasanya sering
dibuat basement dengan alasan untuk menambah ruangan atau sering juga digunakan sebagai
lahan parkir. Untuk melaksanakan basement, maka penggalian tidak dapat dihindarkan dan
bilamana permukaan air tanah lebih tinggi dari rencana lantai basement, maka pemompaan harus
dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan, di mana sistem pemompaan tersebut
dilakukan dengan dewatering sistem sumur titik ( well point system ).
Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di
bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement.
Pekerjaan dewatering mutlak diperlukan sampai bangunan selesai atau berat konstruksi
bangunan dapat mengimbangi gayauplift. Selain itu, dewatering juga diperlukan untuk
menanggulangi bila terjadi genangan pada konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air
hujan ataupun rembesan air tanah. Dewatering dioperasikan selama 24 jam selama
pekerjaanbasement.
Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini digunakan enam
sumur dewatering, dua sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing masing sumur
tersebut dibor sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter sumur 8 dan
diameter casing PVC 6 untuk sumur dewatering; diameter sumur 4 dan diameter casing 2,5
untuk sumur piezometer; dan diameter sumur 8 dan diameter casing 6 untuk
sumur recharging. Penentuan banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari :
Data spesifikasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian
Data penelitian tanah dan pumpimg test
Pertimbangan kondisi lahan di sekitar proyek
Pengalaman sejenis yang telah dilakukan
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well pointdapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering
Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik titik tersebut
ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak sumur dewatering tidak
berada pada posisi pondasi atau pile cap.
2) Penentuan Titik Piezometer
Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.
mengikuti aktifitas pekerjaan galian untuk memindahkan jalur listrik dan jalur pemipaan / selang
yang dapat rusak atau mengganggu kegiatan operasional galian, dan membantu sepenuhnya
pekerjaan galian agar tidak terhenti oleh gangguan air tanah.
Data data teknis pekerjaan dewatering proyek Apartemen The Pakubuwuno View Tower B & C
adalah sebagai berikut:
Jumlah sumur dewatering
: 6 titik
Kedalaman
: minus 20 meter
Elevasi Screen
: 12 meter s.d. 18 meter
Diameter sumur dewatering
: 8 inchi
Diameter casing PVC
: 6 inchi
Filter / saringan
: G level
Kapasitas pompa
: 300 liter / menit
Jarak antara sumur dewatering : 40 meter
Dengan menurunkan permukaan air di dalam sumur sampai kedalaman minus 14 meter dengan
sistem pemompaan tersebut di atas akan dapat mengeringkan lahan galian. Apabila di dalam
pelaksanaan masih ada genangan air tanah, maka digunakan sistem dewatering dengan pit pada
beberapa lokasi dengan dibuatkan parit parit yang berfungsi sebagai subdrain yang
mengalirkan air ke parit parit tertentu. Parit parit ini diisi dengan batu kerikil dan pada saat
pengecoran ditutup dengan plastic agar dapat dibuatkan lantai kerja.
2).
Konstruksi Sumur Dewatering
Pekerjaan ini dilakukan dengan tahap tahap sebagai berikut :
a) Penentuan titik dewatering dan elevasi oleh tim surveyor
b)
Pengeboran dengan alat mesin bor dengan sistem wash boringsampai pada
kedalaman minus 20 meter dengan diameter 8 inchi
c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi
d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor yang berfungsi sebagaifilter
e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan elektroda pipa galvanis dan kabel listrik
f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel otomatis pompa
g) Instalasi plumbing ( selang dan pemipaan ) dan pemompaan dewatering siap difungsikan
selama 9 hari mulai tanggal 16 Juli 2008 sampai dengan tanggal 24 Juli 2004, di mana setiap
harinya rata rata dapat diselesaikan 4 titik / alat.
Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau
dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran selesai. Komposisi
material grouting yang digunakan adalah 1 zakportland cement ( 1 zak = 50 kg ) + 20 liter air +
225 gram grout additive ( cebex 100 ), dengan water cement ratio 0,45.
7) Stressing Tendon Anchor
Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu
unit Jack Freyssinet, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon
tersebut. Operasional penarikan tendon anchordi proyek dicatat dalam suatu lampiran stressing
record yang mencatat pressuregaya pada Hydrolick Jack dan panjang elongasi yang terjadi
pada strand. Mutugrouting minimal saat stressing adalah 30 MPa. Stressing yang dilakukan
untuk setiap ground anchor adalah dua cycle ( 125 % dari gaya yang bekerja ) dan satu lock
off ( 110 % dari gaya yang bekerja ).
Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika
beton menjadi dingin secara berangsur berangsur, dapat menimbulkan terjadinya retak.
Perubahan suhu maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan retak ( Thermal
Cracking ) adalah 40 C antara temperature beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan
temperature beton lebih dari 20 C.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan menghitung faktor
faktor sebagai berikut :
Kemampuan produsen ready mixed menyediakan volume beton dalam jumlah besar dan dalam
waktu yang cepat, dengan memperhitungakan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumberdaya.
Karakter beton yang dipergunakan, dengan memperhitungkan kandungan semen, jenis agregat
dan kemungkinan pemakaian bahan campuran ( admixture ) dan lain lain.
Pengendalian temperatur, dengan melakukan perawatan beton (Curing) secara efektif
disesuaikan dengan keadaan cuaca sekitarnya pada saat pengecoran, selain itu perlu pengadaan
tulangan distribusi yang memadai untuk mengontol retak awal.
b. Dasar Teori
1) Definisi Mass Concrete
Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala volume beton dengan dimensi yang cukup
besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh
proses hydrasi semen
2) Retak Thermal
Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh
pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi kekangan terhadap pengembangan
volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan
atas 200 C
Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu
memperhitungkan faktor-faktor berikut :
a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan memperhiungkan durasi pelaksanaan dan
kesiapan sumber daya.
Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman :
1. Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir dan maneuver truck
mixer serta area cuci truck mixer).
2. Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan harus 1 kapasitas bongkar proyek.
3. Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari :
Waktu loading beton
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a)
Karakter beton yang dipergunakan dengan memperhitungkan, kandungan semen,
kandungan fly ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture), dll.
b)
Penggunaan jenis semen tertentu dapat mempengaruhi karakteristik beton untuk mass
concrete, karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus digunakan untuk mendapatkan
kekuatan yang dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk digunakan semen type
I dengan fly ash dengan prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal ini
penggunaan fly ash adalah maksimal 25 % dari jumlah material cementitiuos.
c)
Mix Design menggunakan spesifikasi sebagai berikut (sesuai spesifikasi teknis dan ACI
21.1.1) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
meter dari dasar. Sebelum proses pemancangan dilakukan, terlebih dahulu kepala kepala
pancang dilakukan, terlebih dahulu kepala kepala pancang tersebut di bobok agar besi
tulangannya dapat terpisah dari beton. Proses pemotangan pancang ini dilakukan dengan
bantuan tower crane dengan tujuan mempermudah pengangkatan dari area mat foundation,
selain itu juga mempermudah waktu pelaksanaannya.
(a)
(b)
(b) Pemotongan Pancang dengan TC
dipasang lagi setinggi 800 mm dari tinggi tahap pertama. Hal ini dilakukan untuk meghindari
rubuhnya dinding dari longsoran tanah diatasnya. Dalam pemasangan batako ini, seluruh
permukaannya harus dipasang secara rapat dan rata atau tidak beloh berongga.
Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat foundation dibersihakan dari kotoran atau
bekas bekas material yang berserakan dengan menggunakan air compressor. Mutu besi
tulangan yang digunakan adalah U50 ( fy = 5000 kg/ cm ) dan pengikat atar besi digunakan
kawat bendrat.
Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan anara lain :
a . Pembesian Layer Bawah
Pembesian layer bawah terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan ditambah tulangan extra
pada arah x dan y. penggunaan tulangan extra berfunsi sebagai perkuatan didaerah tertentu yang
mempunyai bahan lebih besar dari daerah lain, seperti didaerah corewall yang berguna untuk
Manahan beban angina ataupun beban akibat gempa bumi. Penyusunan tulangan tersebut disusun
dalam empat lapis . lapis pertama terdiri atas tulangan menerus arah x dan besi D32 200 mm;
lapis kedua terdiri dari tulangan menerus arah y dengan besi D32 200 mm ditambah tulangan
sebagian selain tulangan ekstra arah x dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm; lapis
keempat terdiri atas tulangan ekstra arah y dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm
Gambar
4.42. Pembesian Layer atas
d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core wall
Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan corewall dikerjakan dengan mutu besi U ( fy =
5000kg / cm ). Sebelum dilakukan pembesian, makan perlu diberi marking agar tidak terjadi
kesalahan letak pemasangan, surveor akan mencari as tiap kolom dengan nalat theodolith dengan
mengacu pada Bench Mark (BM) yangtelah ditentukan. Tinggi penulangan stek kolom adalah
48,5 m dan tinggi penulangan stek carewall 4,5 m, semuanya itu diukur dari TOC mat
foundation.
Yang sangat perlu diperlihatkan dalam pelaksanaan pembesian dilapangan adalah
Berdasarkan pembagian area pengecoran dan setting time beton maka pengecoran mat
foundation dibagi dalam beberapa zone, setiap pembagian zone dipasang kawat loket/mesh (20 x
20) mm yang berfungsi untuk menahan supaya beton tidak longsor, diamana longsoran beton
tersebut dapat mengakibatkan Could joint pada daerah beton tertentu saat pengecoran dengan
valume besar secara terus menerus.
Dengan adanya jumlah beton dengan skala besar maka diperlukan adanya perkuatan pada kaat
loket. Untuk perkuatan horizontal menggunakan besi D13, sedangkan untuk perkuatan vertikal
menggunakan besi D-22.
Ispeksi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan ketika pengecoran telah selesai
dilakukan tidak akan ada masalah untuk pekerjaan berikutnya dan juga menghindari adanya
kecurangan yang dilakukan oleh pihak kontraktor.
Gambar
4.47. Inspeksi dan survai
11. Pemasangan Stop Cor
Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu 50/70 dan list kayu 40 x
40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak ada kebocoran antara pertemuan beton lama
dan beton baru bertemu.
(a)
(b)
Gambar 4.50. (a) Rangka tenda
(b) Tenda di beri terpal
13. Pekerjaan Waterproofing
Beberapa jam sebelum dilakukan pengecoran, dinding bekisting dan lantai kerja dari mat
foundation dilapisi dengan waterproofing. Untuk lantai dengan cara kristalisasi atau ditabur,
sedangkan untuk dinding dengan cara disemprot. Fungsi dari pelaksanaan waterproofing ini
adalah agar membuat bikisting menjadi kedap air sehingga air dari dalam tidak merembes keluar
dan begitu juga sebaliknya, air dari luar tidak bisa masuk kedalam
Pada pelaksanaannya untuk penyemprotan waterproofing dinding bekisting menggunakan dua
aplikasi. Pada aplikasi pertama dilakukan penaburan Formdexplus 1,5 kg/m2, pelaksanaan 15
menit sebelum cor. Sedangkan pada aplikasi kedua dilakukan penyemprotan dilakukan
penyemprotan pada dinding bekisting dalam, aplikasi ini terdiri dari lapisan dari dua lapisan
yaitu lapisan pertama dengan komposisi 0,5 kg / m, dan lapisan kedua 1 kg / m. aplikasi kedua
dilaksanakan 3 jam sebelum cor.
(a)
(b)
Gambar 4.51. (a). Bahan waterproofing (Formdexplus)
2)
manuever Truk
Area Cuci truk Mixer ( Washing Bay )
4)
5) Sistem Drainase ( Pembuangan air hujan yang jatuh dari terpal akan dibuat saluran
sementara
6) Concrete Pump ( diperlukan cadangan Concrete Pump apabila adanya masalah pada saat
pelaksanaan Cor )
Persiapan personel menggunakan shif ( kepala plan, Supervisor produksi, staff, teknisi, dll
: 4 on site + 1 stand by
2)
2. Vibrator
: 4 on site + 1 stand by
3)
3. Compressor
: 2 Buah
4)
4. Pompa engine
: 2 Buah
5)
5. Pompa DAB 1
: 1 Buah
6)
6. Silinder
: 115 Buah
7)
7. Troli
: 3 Buah
8)
8. Termometer
: 2 Buah ( 1 cadangan )
9)
9. Kerucut Abrams
: 2 set
1. Kesiapan Material
1) Beton fc 27,5 Mpa, fa 23 % pakai es = 216 m
2)
3)
4)
Styrofoam 1200 m
5)
Pengecoran Mat Foundation pada proyek The Pakubuwono View ini mempunyai persyaratan
beton sebagi berikut :
1)
Tes Slump 14 2 cm
2)
Suhu beton 30 C
3)
Perjalanan Truck Mixer dari Batching Plant ke site proyek 2,5 jam
Gambar
4.57. Jalur Sirkulasi Truk Mixer dan Penempatan CP
Gambar diatas merupakan sirkulasi keluar masuk truk mixer (TM) dan penempatan concrete
pump,TM yang masuk ke lokasi pengecoran akan dicek waktu kedatangannya, suhu beton, dan
nilainya slumnya. Bila waktu kedatangnya, suhu , dan tes slump tidak memenuhi syarat maka
TM tersebut akan segera dipulangkan atau di reject. Pada TM yang memenuhi syarat akan
langsung menuju concrete pump untuk loading. Bila saat waktu antrian terlalu lama maka akan
diadakan tes slump lagi jika saat pengetesan gagal maka akan direject dari pihak pelaksana.
Area pengecoran pada mat foundation dibagi menjadi 7 zona yang mana setiap zona dibatasi
oleh kawat loket. Pada saat pengecoran berlangsung digunakan alat Vibrator untuk membantu
beton agar agregat kasar dan halus dapat menyatu, selain itu juga mengalirkan beton.
1. 15.
Finishing Trowel
Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton mendekati setting. Finish trowel ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang telah diberi floor hardener.
Pelaksanaan floor hardener sendiri dilakukan setelah 30 menit / beton setting, dan dilaksanakan
dengan system tabor. Komposisi yang digunakan 5 kg / m dengan dua kali tabur dan dikontrol
elevasinya sesuai shop drawing. Proses penaburan dilakukan setelah relag selesai.
Gambar.
4.59. Pemasangan Stryfoam
F.
2 Votes
Setelah cukup lama menukangi Tugas Akhirku Akhirnya pada 20 Oktober 2011 aku sah lulus
ujian sarjana, dan dikukuhkan menjadi Sarjana Teknik.. Terimakasih kepada Tuhan Yesus
Kristus atas Kasih Karunianya aku mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.
Persembahan kecil ini aku berikan kepada Kedua orangtuaku dan kedua adikku.. Walau tak
sebanding dengan dukungan materil dan moral yang telah mereka berikan. Terimakasih aku
ucapkan juga kepada semua teman-teman yang telah membantu selesainya Tugas Akhir ini, yang
tak dapat aku sebutkan namanya satu per satu Special thanks for : @anisamarpaung (Anisa
Gomgom Aprilia Marpaung)yang telah memberikan dukungan termanisnya.. Kiranya Tuhan
Yesus yang membalas kebaikanmu..
Abstrak
Kemampuan dan kehandalan sebuah jembatan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kekuatan balok
girder. Pada bentang tengah Flyover Balaraja digunakan girder baja, dimana materialmya
didatangkan dari Jepang dan dipabrikasi di Indonesia, yang menelan transport cost yang cukup
besar. Perencanaan PCI Girder akan mengacu kepada Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan (SNI T-12 2004) , Pembebanan untuk Jembatan (SNI T-02 2005), Bridge Management
System (BMS), dan ACI, perhitungan kehilangan prategang dengan menggunakan metode TY.
Lin . Kabel prestress pada desain PCI Girder digunakan 4 tendon yang masing-masing terdiri
atas 19 kawat jenis uncoated 7 wire super strands ASTM A-416 grade 270. Perhitungan
kehilangan prategang dengan menggunakan rumus TY. Lin Hasil perhitungan didapatkan bahwa
pada bentang tengah Fly Over Balaraja dapat Gaya prategang awal 10896,366 kN, mengalami
kehilangan prategang sebesar 28 % sehingga tersisa tegangan efektif 7868,462 kN. Digunakan
tegangan efektif 70% gaya prategang awal, sebesar 7627,46 kN. Pada keadaan transfer, balok
mengalami lendutan sebesar 0,0547349 ke arah atas, setelah loss of prestress sebesar 0,0385201
m ke arah atas. Setelah menjadi komposit dengan pelat, balok akan mengalami lendutan terbesar
akibat kombinasi 4 sebesar 0,048583146 m. Digunakan tulangan longitudinal pada bagian atas
12 D 12, pada bagian badan 10 D 12, dan bagian bawah 14 D 12. Tulangan geser yang
digunakan D 13 dengan variasi jarak di daerah tumpuan sampai tengah bentang : 100 mm, 150
mm, 250 mm, dan 300 mm. Kata kunci : Beton prategang, PCI Girder, TY.LIN 2000 Download
Tugas Akhirku:
Download Tugas Akhirku http://www.scribd.com/doc/70970085/Tugas-Akhir-Teknik-Sipil-FTUNTIRTA-by-BENZ-NAINGGOLAN
GalleryPosted in Download, jembatan, StrukturLeave a comment
Posted on May 3, 2011
5 Votes
Gaya-Gaya Dalam
A. Pendahuluan
Gaya Dalam adalah gaya yang menahan gaya rambat pada konstruksi untuk mencapai
keseimbangan. Misal suatu balok dijepit diujung atasnya dan dibebani oleh gaya P (gambar. 1)
searah sumbu balok, maka balok tersebut dipastikan timbul gaya dalam. Gaya dalam yang
mengimbangi gaya aksi (beban) bekerja sepanjang sumbu batang, sama besar, dan berlawanan
arah dengan gaya aksi. Gaya dalam tersebut dinamakan gaya normal, dan dinyatakan sebagai
NX bila gaya normal terletak di titik berjarak X dari B.
Begitu juga dengan titik II, dimana A-II dianggap freebody, maka akan tampak gaya-gaya dalam
yang mengimbangi gaya luar (lihat gambar 6).
Dengan persamaan statik tertentu dapat dihitung:
S H = 0 6 + NII = 0 NII = 6 Ton
S V = 0 8 12 LII = 0 LII = 20 Ton
S MI = 0 8 . 4 12 . 2 MII = 0 MII = 56 Tm
X
Nx
Lx
Mx
-6T
-8T
-6T
-8T
- 8 Tm
-6T
-8T
- 16 Tm
Untuk momen lentur didapat: pada jarak 0 (titik A) M0 = 0, jarak 6, M6 = 0,8 x 6 = 4,8 Tm, atau
M6 = 1,2 (10 6) = 1,2 (4) = 4,8 Tm, dan pada jarak 10, M10 = 1,2 (10 10) = 0
B.2.2. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Terbagi Merata
Bila beban pada balok sederhana berupa beban terbagi merata yang berada ditengah-tengah
konstruksi (gambar 12), maka perlu membagi balok tersebut menjadi 3 bagian, untuk ditinjau
gaya-gaya dalamnya.
Keseimbangan dalam:
0 x 10, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 2,4 . 0 = 0, M10 = 2,4 . 10 = 24 Tm, dan L0 = L6 = 2,4 T
10 x 12, MX = M dan LX = 0
M10 = 24 Tm = M12 dan L10 = L12 = 0
GalleryPosted in StrukturLeave a comment
10 Votes
1.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan ini meliputi persiapan lokasi proyek serta penyediaan sarana dan prasarana,
pembersihan lokasi proyek, dan persiapan-persiapan sebelum melaksanakan pekerjaan lebih
lanjut. Tujuan pekerjaan persiapan ini adalah mengatur peralatan, bangunan pembantu, dan
fasilitas lainnya sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efesien,
lancar, aman dan sesuai rencana kerja yang disusun. Sedangkan untuk jalan kerja, karena lokasi
proyek yang berada di tengah kota, dan di sepanjang jalan maka tidak dibutuhkan lagi jalan
kerja.
Menentukan lokasi lokasi kantor / direction kit, stockyard, dll sehingga dapat terorganisir
dengan baik.
Meninjau ulang lokasi proyek agar kemungkinankemungkinan terjadinya kesalahan dalam
perencanaan tahap pekerjaan dapat di hindarkan.
Menentukan alat angkut yang akan di pakai, baik untuk proses pengangkutan maupun untuk
proses pengupasan lahan, dan pengurugan lahan.
Penyediaan alat alat kerja yang akan dibutuhkan sesuai dengan kondisi / medan kerja, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien serta ekonomis.
a.
Penyediaan sarana dan prasarana
Pekerjaan ini meliputi :
1)
2) Air yang digunakan harus bersih, bebas dari bau, Lumpur, minyak, dan bahan kimia
lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan persetujuan Direksi / Perencana.
3)
4) Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi sebagai pembuangan air yang
ada sesuai dengan petunjuk/persetujuan Direksi.
b.
Stockyard
Stockyard telebih dahulu disiapkan sebelum pelaksanaan proyek dimulai.Stockyard ini
digunakan untuk menyimpan material, memarkir kendaraan proyek, melakukan pabrikasi
tulangan maupun bekisting. Lokasi stockyard harus mudah dijangkau dari lokasi proyek, dan
harus pula cukup luas untuk dapat melakukan semua aktivitas tersebut di atas.
Stockyard pada proyek North Java Corridor Flyover Paket I Balaraja ini ditempatkan tidak jauh
dari lokasi pekerjaan, dan di stockyard pula sekaligus ditempatkan mess pekerja, laboratorium,
pabrikasi tulangan maupun pabrikasi bekisting. Stockyard ini pun dilengkapi dengan wc untuk
pekerja, dan sebuah musholah.
Gambar 4.31 Situasi di dalam Stockyard, dan Sedang Dilakukan Pabrikasi Tulangan Pondasi
2.
Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan pendahuluan meliputi pengukuran, land clearing, penggalian, pengurugan, pemadatan
tanah. Berikut uraian pekerjaan pendahuluan yang kami amati di lapangan.
a.
Pengukuran dan Pematokan
1) Kegiatan ini meliputi pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok sehingga
membentuk garisgaris yang sesuai dengan gambar dan harus memperoleh persetujuan tim
pengawas sebelum memulai pekerjaan. Penentuan patok-patok di lapangan berdasarkan gambar
rencana disebut setting out.
2) Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan dan kebenaran pengukuran, kebenaran
posisi level dan garis untuk keseluruhan pekerjaan.
3) Tim pengawas akan memberikan titik acuan sebagai dasar pengukuran titik koordinat,
batasbatas pekerjaan dan acuan untuk ketinggian. Seluruh titik ukur sehubungan dengan
pekerjaan ini di dasarkan pada ukuran setempat, yaitu titiktitik ukur yang ada di lapangan
proyek seperti yang direncanakan dalam gambargambar dan disetujui oleh team pengawas.
1)
2) Pada daerah rawa-rawa atau sawah-sawah basah, lumpur harus digali dan diangkut keluar
lokasi sampai didapat tanah yang baik sesuai petunjuk tim pengawas.
3)
kelandaian dan penampang melintang yang ditujukan dalam gambar atau ditentukan oleh tim
pengawas.
3.
Pekerjaan Pembesian Pondasi dan Kolom
Tualnagn untuk pondasi dan kolom terleboh dahulu dilakukan di stockyard, sebelum pekerjaan
pengeboran`pondasi dimulai.. Sehingga ketika pengeboran selesai, tulangan hanya tinggal
ditempatkan / erection pada galian pondasi, dengan kata lain, pekerjaan pembesian untuk
pondasi dan kolom dikerjakanoverlapping dari pengeboran pondasi. Hal ini membuat pekerjaan
lebih efisien. Hanya saja akan dibutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tulangan
sebelum dipasang/ditempatkan, hal ini untuk mencegah rusaknya tulangan akibat korosi.
Pekerjaan pembesian yang meliputi perhitungan diameter tulangan, jarak antar tulangan dan
sebagainya harus memenuhi syaratsyarat dari pembesian sebagai berikut :
a.
Persyaratan Peraturan Beton Indonesia 1971 seperti panjang kait, panjang penyaluran,
panjang stek dan jarak antar tulangan.
b.
Pengikatan tulangan harus kuat, supaya dalam pengecoran tidak mengalami pergeseran
tempat. Pengikatan dilakukan dengan menggunakan kawat baja dan las listrik.
1. Untuk menjaga tercapainya selimut beton yang diinginkan maka pada tulangan diberi spacer di
empat sisi, sepanjang tulangan, dengan jarak 2000 mm.
2. Pengelasan harus memenuhi ketentuan perencana, yaitu harus sesuai denganStructural Welding
Code Reinforced Steel. Menggunakan electrode E90xx, dan saat pengelasan, tidak boleh merusak
batang tulangan utama.
3. Pengerjaan tulangan spiral harus diperhatikan secara seksama, sesuai dengan gambar rencana,
dan disambungkan dengan erat pada tulangan utama.
4. Pemasangan tulangan harus benar-benar sesuai dengan gambar rencana serta daftar pembesian
yang dibuat oleh kepala pelaksana yang sudah disetujui oleh konsultan pengawas, kecuali
ditentukan lain ataupun ada revisian desain.
c)
Membentuk kait dan sengkang, dan tulangan spiral
Meliputi pembentukan kait, sengkamg, dan tulangan spiral. Pekerjaan ini membutuhkan alat
pembentuk seperti bar bender, ataupun pembengkok tulangan tradisional yang dibuat sendiri.
Batang-batang tulangan dipotong sesuai dengan kebutuhan, kemudian dibentuk dengan bar
bender sesuai dengan bentuk di gambar.
d)
Menyusun tulangan pada tempatnya sesuai dengan gambar rencana
Setelah komponen-komponen tulangan telah dibuat, kemudian disusun sesuai dengan gambar.
Terlebih dahulu tulangan-tulangan memanjang dipasangkan dengan tulangan melingkar di
kedua ujungnya, kemudian tulangan-tulangan spiral dipasangkan pada bentangan tulangan
memanjang. Tulangan-tulangan spiral tersebut diletakkan sesuai gambar, perlu diperhatikan
rapat renggang tulangan spiral agar sesuai dengan gambar rencana. Selesai tulangan-tulangan
ditempatkan tepat pada posisinya, sesuai dengan gambar, maka tulangan tersebut diikat dengan
las.
e)
Mengikat tulangan yang berhubungan satu sama lain dengan dilas.
Pengawas terlebihn mengecek tulangan pondasi maupun kolom yang telah dirakit dan kemudian
bila telah disetujui, maka kemudian tulangan tersebut dilas pada beberapa titik sehingga tidak
terlepas dari posisinya.
Memulai pekerjaan pembesian, sebelumnya kepala pelaksana harus membuat daftar rencana
pembesian yang mendetail berdasarkan gambar rencana konstruksi yang lengkap, seperti
diameter tulangan, panjang tulangan, banyak tulangan yang dibutuhkan, panjang bengkokan,
jarak antar tulangan, tempat penghentian dan penyambungan tulangan.
4.
Pekerjaan Drainase
Saluran draiase yang digunakan pada proyek ini adalah:
a.
Saluran dari pasangan batu
Saluran ini menggunakan pasangan batu dengan perekat berupa mortar (campuran semen, pasir
dan air), dengan pentup saluran berupa pelat-pelat kecil dari beton yang dicetak ditempat.
b.
Reinforced Concrete Pipe (RCP)
Perlu diperhatikan ketelitian dan ketepatan elevasi dalam pekerjaan drainase terutama pada
bagian yang menggunakan RCP. Pemasangan RCP harus tepat pada elevasi yang ditentukan
pada gambar rencana, karena jika terjadi kesalahan akan membuat sistem drainase malah tidak
berfungsi. Cek dan ricek keseuaian elevasi pada gambar rencana dan aktual sebelum RCP
diletakkan pada lantai kerja harus terus dilakukan.
2)
3) Pengurugan kembali harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pergeseran maupun
kerusakan pada pipa.
4)
5.
Pekerjaan Widening / Pelebaran Jalan
Pekerjaan widening / pelebaran jalan terlebih dahulu dilakukan pada proyek ini,
agar existing dapat digunakan untuk ruang kerja,sehingga tidak mengganggu lalulintas sekitar
saat pekerjaan konstruksi dilaksanakan. Pekerjaan widening disini sebenarnya bukan pekerjaan
jalan baru, melainkan menambah dimensi melintang dari jalan yang sudah ada.
2)
3)
4)
5)
6)
c.
Lapis pondasi bawah
Fungsi dari lapis pondasi bawah adalah:
1) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan mendistribusikan beban
roda.
2)
3)
d.
Lapis Pondasi Atas
Lapis pondasi atas merupakan perletakan dari lapis permukaan. Sama halnya seperti lapis
pondasi bawah, lapis pondasi atas juga berfungsi untuk mendistribusikan beban lalulintas dari
lapis permukaan.
e.
Lapis Permukaan
Merupakan hamparan pekrerasan dengan bahan pengikat aspal, sebagai lapisan permukaan jalan.
Fungsi lapis permukaan:
1)
2)
Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
3)
7)
Selang
8)
9)
yang menekan untuk mengisi lubang galian, akhirnya mendesak tanah untuk runtuh. Apalagi
pada pekerjaan galian bor yang dalam, dam muka air yang tinggi, serta jenis tanah yang berbutir
/ granular. Jika hal ini terjadi tentu akan tidak menguntungkan, karena mengganggu pekerjaan.
Cairan bentonite yang memiliki berat jenis yang lebih besar daripada air, akan menahan air untuk
tidak masuk dalam lubang galian, sehingga tanah di sekeliling lubang galian tidak akan runtuh.
Cairan bentonitedidapat dari campuran semen bentonite dengan air dengan ketentuan 35
kgBentonite dicampur dengan 1000 liter air. Cairan bentonite dicampur pada alat khusus yang
telah ditempatkan di lapangan milik PT. Indopora, setelah pencampuran dilakukan,
cairan bentonite ditampung dalam tangki besar. Terdapat 2 buah tangki besar di lapangan untuk
menampung cairan bentonite, sehingga pada waktu dibutuhkan saat pengeboran,
cairan bentonite tersebut tinggal dialirkan dengan sistem gravitasi melalui pipa-pipa yang
disambungkan ke tangki. Demikian pula setelah cairan bentonite selesai digunakan kembali,
akan dipompa menuju tangki penampungan.
Pondasi yang digunakan pada proyek Pembangunan North Java Corridor Flyover Paket 1
Balaraja Flyover adalah pondasi tiang bor, dengan dimensi sebagai berikut:
POSITION
LEGTH (m)
DIAMETER (mm)
A1 LEFT
12
1800
A1 CENTER
12
1800
A1 RIGHT
12
1800
P1 LEFT
18
1500
P1 RIGHT
18
1500
P2 LEFT
20
1500
P2 RIGHT
20
1500
P3
21
2500
P4
29
2500
P5
29
2500
P6 LEFT
18
1500
P6 RIGHT
28
1500
P7 LEFT
23
1500
P7 RIGHT
23
1500
P8 LEFT
20
1500
P8 RIGHT
20
1500
P9 LEFT
20
1500
P9 RIGHT
20
1500
A2 LEFT
18
1800
A2 CENTER
18
1800
A2 RIGHT
18
1800
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persipan dilakukan sebelum melakukan prosedur penginstalan Bored Pile. Pekerjaan
persiapan diantaranya meliputi persiapan lahan seperti pemetaan lahan dengan menggunakan
alat-alat theodolit, proses ini dilakukan sebelum alat-alat berat dimasukkan ke lapangan, karena
akan sulit jika melakukan pemetaan setelah alat-alat berat itu masuk ke lapangan. Pemetaan
dilakukan untuk menentukan letak pemasukan alat-alat berat ke lapangan.
Guna meletakkan silo bentonite yang bobotnya sangat berat, maka dibuat landasan berupa pelat
beton dengan tebal 20 cm seluas perletakan silo, apabila diperlukan, maka akan dipasang pelatpelat baja. Tujuannya untuk menopang alat-alat berat agar tidak ambles masuk ke tanah apabila
daya dukung tanah di lapangan tidak cukup baik, namum karena pada proyek ini pekerjaan
pengeboran dilakukan di atas existing berupa perkerasan aspal, maka hal itu tidak diperlukan.
Persiapan lahan juga terdiri dari pembersihan lahan, seperti misalnya pembersihan batu-batu
besar yang ada di lapangan, penebangan pohon-pohon yang mengganggu di lapangan.
2)
Persiapan Bentonite Mix
Terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat yang mendukung pekerjaan tersebut sebelum
pekerjaan bored pile dimulai. Salah satunya adalah bentonite mixing plant. Bentonite mixing
plant terdiri atas beberapa bagian, yakni:
(a) Mixing tank
(b) Silo
(c) De-sanding tank
(d) Pompa sentrifugal
(e) Pipa baja
Seluruh alat tersebut didatangkan, kemudian dipasang dan diletakkan sesuai site plan yang telah
dibuat sehingga memungkinkan berlangsungnya siklusbentonite.
Property Units
When Slurry
Introduce
During
Concrete in
Hole
Result
of the
test
Test Method
10,10 10,86
10,10
11,79
10,8
Density (KN/m3)
Density Balance
max 3%
max 3%
Sand Cone
28 45
32,2
Marsh Cone
8 11
pH
28 45
8 11
pH paper or
meter
pengeboran dilakukan. Cara pemasangan casing adalah diangkat dan dimasukkan pada lubang
bor, dimana memasukannya ada berbagai cara dengan di jacking atau vibration.
Cairan bentonite kemudian dialirkan ke dalam galian, setelah casing terpasang.
Cairan bentonite dan casing nantinya akan berfungsi mencegah keruntuhan tanah di sekitar
dinding galian saat dilaksanakan pengeboran. Pembersihan lubang kemudian dilakukan setelah
pemasangan casing selesai, yakni dengan mengambil tanah dan Lumpur dari dasar lubang dan
kemudian dibuang. Proses pembersihan ini menggunakan alat Cleaning Bucket. Pengeboran
kemudian dilanjutkan kembali dengan drilling tool untuk tanah keras (dilengkapi keranjang)
sampai kedalaman yang ditentukan. Demikian proses pengeboran dilakukan untuk setiap titik
hingga mencapai tanah keras.
Pengecekan apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi dilkukan dengan menggunakan cara
manual yaitu mengikatkan pemberat pada sebuah pita ukur dan menjatuhkanya kedalam lubang
hingga terasa antukan pada pemberat tersebut. Setelah dipastikan pengeboran sudah mencapai
kedalaman yang ingin dicapai, tanah hasil pengeboran perlu juga dichek dengan data hasil
penyelidikan terdahulu, apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam
menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya
diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini
maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik
yang dibor.
Tahap berikutnya setelah proses pengeboran dan pemasangan casing dilakukan adalah
pemasangan tulangan. Penulangan harus disambung di lapangan, karena pondasi terlalu dalam
dan panjang tulangan tidak memungkinkan dibuat tanpa sambungan . Hal ini membuat
pengangkatan dilakukan dengan bertahap.
Pipa tremie
Corong
3.
4.
Gambar 4.48 Pemasangan Pipa Tremie ke dalam Galian Bor yang Siap Dicor
b)
Pengecoran
Beton untuk pondasi menggunakan ready mix yang didatangkan dari PT. Holcimbatching
plant balaraja. Campuran beton ini dirancang sedemikian rupa supaya walaupun kandungan air
tinggi, namun tetap memiliki kekuatan yang tinggi. Nilai slump untuk beton pondasi ditentukan
harus lebih dari 17 mm, hal ini membuat pekerjaan pengecoran beton menjadi lebih mudah.
Tidak digunakanvibrator untuk pemadatan dalam proses pengecoran, karena beton dengan nilai
slump 17 mm sangat encer sehingga proses pemadatannya tidak perlu menggunakan vibrator.
Proses kerjanya pengecoran beton pondasi adalah sebagai berikut :
Saat pipa tremie sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor, ujung atas ditahan sedemikian
sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh, lalu corong beton dipasang dan pada
kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap dilakuakan. Truk ready mix siap untuk
mendekat dan menuang beton segar pada corong yang telah dipasang.
Kesulitan mulai terasa pada tahap ini, karena keahlian operator sangat menentukan keberhasilan
dalam proses pengecoran dengan cara ini. Dikatakan sulit karena pipa tremie tadi perlu untuk
dicabut lagi. Jadi jika beton yang dituang terlalu banyak maka untuk mencabut pipa yang
tertanam menjadi lebih susah, sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremie, sedangkan beton
pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi ataupun
tercampur dengan tanah, padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di dalam lobang yang
tidak terlihat sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi
memegang peran sangat penting. Jika pada tahap ini gagal, maka secara keseluruhan,
pelaksanaan pondasi juga gagal.
Saat beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka
pipa tremie harus mulai ditarik ke atas bagian pipa tremie yang basah dan kering (gambar
kanan).
Adanya pipa tremie tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan
tanpa mengalami pencampuran dengan cairan bentonite. Karena Berat Jenis beton lebih besar
dari BJ bentonite maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Hal
ini mengakibatkan cairanbentonite mulai terdorong ke dan mulai digantikan dengan beton segar
tadi. Sementara beton terus dicor melalui pipa tremie, cairan bentonite dipompa menuju tangki
penampungan.
Proses pengecoran ini memerlukan suplai beton yang menerus, jika ada keterlambatan beberapa
jam dan terjadi setting maka pipa tremie-nya bisa tertanam dibawah dan tidak bisa dicabut,
sedangkan jika terburu-buru mencabut maka tiang beton bisa tidak menyambung. Hal ini
membuat pelaksana hrus selalu memperhatikan bagian logistik / pengadaan beton.
Pengerjaan pengecoran yang berlangsung dengan baik adalah jika beton dapat muncul dari
kedalaman lobang. Pemasangan tremie mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan
maka pipa tremie tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Kondisi tersebut fungsinya
sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur.
Proses pengecoran telah selesai sampai tahap ini. Casing kemudian dicabut kembali dari lubang
bor saat beton masih segar / belum setting.
Description
Content
516
Silica Consignment
167
DUST purchase
389
Screen 5-10
676
Split 10-20
387
Cement Type
852
Retarder P-25
DARACEM 130
172
Water
Tabel 4.5 Mix Design Beton Kelas B-2
Gambar 4.50 Pekerjaan Galian Footing, inzet : tiang baja yang dipancang guna melindungi jalur
lalulintas di sampingnya dari keruntuhan saat pekerjaan galian
Guna mencegah keruntuhan saat penggalian, tiang tiag kayu dan baja dipancang di pinggiran
galian, sebab bila dibiarkan runtuh, akan mengganggu pekerjaan dan dapat membuat jalan
pengalih di sebelahnya rusak/ikut runtuh..
2)
Lantai kerja dibuat dengan tebal sekitar 5 cm, tujuan dibuatnya lantai kerja adalah agar beton
struktur footing tidak bersinggungan langsung dengan tanah, sehingga kualitas dan kekuatan
beton tidak terganggu.
Terdapat 2 jenis kolom dalam proyek ini, yakni kolom beton bertulang, dan kolom komposit.
Dengan jumlah masing-masing kolom:
RC column
: 14 column
Composit Column
: 2 column (P4, P5)
Pekerjaan kolom meliputi:
1) Erection tulangan
Tulangan kolom didatangkan dari fabrikasi di stockyard, kemudian dipasangkan pada lokasi
kolom dengan menyambungkanya pada overstek pondasi. Penyambungan ini dilakukan dengan
dilas.
2) Pemasangan bekisting
Pekerjaan bekisting pada proyek ini dilaksanakan oleh subkontraktor PT.Rizky, dimana
digunakan bekisting pabrikan yang dapat digunakan berulang-ulang. Bekisting kolom terdiri dari
2 panel yang dapat disatukan sehingga membentuk kolom dan kemudian disanggah dengan
penyokong dan pengatur vertikal. Pengatur vertikal ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga
kolom berdiri dengan tegak.
Pekerjaan pengecoran kolom pun dibagi dalam 2 tahap, selain untuk mengurangi biaya bekisting,
hal ini untuk mencegah segregasi dan penurunan kualitas beton. Digunakan zat kimia sika pada
sambungan beton, sehingga antara beton lama dan beton baru terjadi ikatan dan tidak mengalami
pemisahan.
Gambar 4.57 Skema Pengecoran Kolom dengan Bucket