You are on page 1of 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun
sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai
upaya kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah reproduksi di
indonesia mempunyai dua dimensi, pertama laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang
masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik.
Kedua yaitu timbulnya penyakit degeneratif seperti menopause dan kanker.
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin
ketat yang menurut kita semua untuk menyiapkan manusia indonesia yang berkualitas tinggi
sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana,terpadu
dan berkesinambungan.upaya tersebut haruslah konsisten sejak dini yakni sejak janin dalam
kandungan,masa bayi dan balita,masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,berfokus pada
aspek pencegahan,promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa melayani siapa saja yang
membutuhkannya,kapan dan dimanapun dia berada.untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan
suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan
dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu,keluarga dan masyarakat baik dari
aspek input,proses dan output.begitu pula dengan standar pelayanan nifas sebagai tenaga
kesehatan khususnya bidan harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan
berkesinambungan guna mencegah komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa njfas baik itu
dari ibu atau dari bayinya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikutapa saja yang termasuk kedalam standar pelayanan nifas

C. Tujuan
1. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.
2. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi bidan.

D. Manfaat
1. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan
kebidanan khususnya yang terkait dengan pelayanan pada masa nifas.
2. Dapat memberikan acuan/landasan yang berarti dalam memberikan pelayanan bagi ibu
nifas secara komprehensif untuk meningkatkan kesejahteraan akan dirinya maupun
bayinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mutu Pelayanan Kebidanan


1. Pengertian
Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensional artinya pengertin mutu akan berbedabeda pada setipa orang, tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan dan
harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan. Contoh bahwa : sebagian orang beranggapan
bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu itu bila dilaksanakan tepat waktu, ramah tamah, penuh
perhatian dan mampu dibayar sesuai dengan tingkat ekonominya. Bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan (steak holder) akan merasa puas kalau dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan teknologi kesehatan yang mutakhir serta kebebasan melaksanakan otonomi
profesi. Sedangkan penyandang dana akan mementingkan dimensi efisiensi penggunaan sumber
dana dankewajaran pembiayaan pelayanan kesehatan, sehingga menghindarkan kerugian
penyandang dana.
Menurut Azhrul Aswar Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi.
Sedangkan Mary R. Zimmerman mengemukakan Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi
dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas
seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk
mendapatkan pelayanan dokter, karyawan.
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
3

menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
effisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan
sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah , serta
masyarakat konsumen. Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara
penyelenggaraannya juga sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.

2. Bentuk-bentuk jaminan mutu pelayanan kesehatan


Bentuk jaminan mutu pelayanan kesehatan dibedakan dalam 3 (tiga) bentuk yaitu :
a) Jaminan Mutu Prospektif
Adalah

jaminan

mutu

yang

dilaksanakan

sebelum

pelayanan

kesehatan

diselenggarakan, upaya terutama ditujukan pada unsur masukan dan lingkungan.


Contohnya :
-

Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditetapkan


standarisasi fasilitas pelayanan kesehatan.

Perizinan, setelah terpenuhinya standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang akan
ditinjau secara berskala.

Sertifikasi, tindak lanjut dari perizinan, memberikan sertifikasi kepada fasilitas dan
profesi kesehatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu.

Akreditasi bentuk dari sertifikasi, kepada fasilitas dan profesi kesehatan telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

b) Jaminan Mutu Konkuren


Adalah suatu bentuk

jaminan mutu yang dilaksanakan bersamaan dengan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Perhatian utama tertuju kepada proses dimana


proses itu diukur dengan standar yang telah ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidak
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan tersebut kurang bermutu. Jaminan mutu
konkuren ini paling baik, tetapi sulit dilakukan dan sering terjadi bias untuk
menghindarkan bias maka pengamatan dilakukan oleh Peer atau Tim
c) Jaminan Mutu Retrospektif
Jaminan yang dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan.
Contohnya : Audit Maternal Perinatal (AMP) yang dilakukan dengan mengulas balik
catatan medic dan wawancara.

3. Manfaat program jaminan mutu


Program jaminan mutu bermanfaat untuk :
a)

Menyadarkan kembali para petugas kesehatan terutama di puskesmas dan unit-unit


pelayanan agar selalu memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar.

b)

Pelayanan kesehatan akan efisen dan efektif segingga pelayanan kesehatan dapat
menjakau lebih banyak (pemerataan sumber daya kesehatan dan hasil (out come)
pelayanan akan lebih memenuhi harapan masyarakat.

c)

Menimbulkan rasa kepuasaan dan terlindungi dalam memberikan pelayanan kesehatan


karena pelayanan kesehatan yang diberikan berdasarkan standar, sehingga angka
kesembuhan akan meningkat.

d) Pelayanan kesehatan akan mampu bersaing dalam masyarakat

e) Mempermudah mendapat akreditasi


f)

Melaksanakan jaminan mutu berarti kita melaksanakan amanat UU Kesehatan No.


23/1992.

B. Standar Mutu Pelayanan Kebidanan


Standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut :
1) Standar Pelayanan Umun (2 standar)
2) Standar Pelayanan Antenatal (2 standar)
3) Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
4) Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5) Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar).

1. Standar Pelayanan Umum


Terdapat dua standar pelayanan umum sebagai berikut :
a. Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Persyaratan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan,
termasuk penyuluhan umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan
menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung
kebiasaan baik
b. Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
Persyaratan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukan,
yaitu registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yang diberikan kepada setiap

ibu hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada
masyarakat. Disamping itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat
semua ibu hamil dan meninjau upaya masy yg berkaitan dengan ibu dan BBL. Bidan
meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana
kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya

2. Standar Pelayanan Antenatal


Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti berikut:
a.

Standar 3 : Identifikasi Ibu hamil


Persyaratan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota masyarakat agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini
secara teratur.

b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal.


Persyaratan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangung normal. Bidan juga hrs mengenal
resti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV;
memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada
setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan
yang diperlukan dan merujukuntuk tindakan selanjutnya.
c. Standar 5 : Palpasi Abdomen

Persyaratan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama


melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bila umur kehamilan
bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke
dalam rongga panggul, untuk mencari kelaianan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Persyaratan standar : Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penganan dan
atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Persyaratan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknnya.
f. Standar 8 : Persiapan Persalinan
Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang
bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di
samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

3. Standar Pelayanan Pertolongan Persalinan


Terdapat empat standar dalam standar pelayanan pertolongan persalinan seperti berikut :
a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I.

Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan
klien, selama proses persalinan berlangsung.
b. Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman.
Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga.
Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II
yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

4. Standar Pelayanan Nifas


Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas seperti berikut :
a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir.
Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermia.

b. Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan.


Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentangan hal-hal mempercepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
c. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar : Bidan
memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga,
minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan
ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal.


Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan dan nifas),
di sini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri-neonatal. Seperti telah
dibahas sebelumnya, bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat darurat
obstetric-neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh
keadaan gawat darurat obstetri-neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab
utama kematian ibu/bayi baru lahir.
a. Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan, Pada Tri-mester III.
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

10

b. Standar 17 : Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia.


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam.
Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
c. Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus Lama/Macet
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet
serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
d. Standar 19 : persalinan dengan penggunaaan Vakum Ekstraktor
Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,melakukannya
secara benar dalammemberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamnannya
bagi ibu dan janin.
e. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta.
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan memberikan
pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penangan perdarahan sesuai dengan
kebutuhan.
f. Standar 21 : Penangan Perdarahan Postpartum Primer.
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan dalam 24
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
g. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder.
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan

postpartum

sekunder,

dan

penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya.


h. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis.

11

melakukan

pertolongan

pertama

untuk

Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
i. Standar 24 : Penanganan Asfesia Neonatorum.
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan
asfeksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang
diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

C. Syarat Standar Pelayanan Kebidanan


1. Dapat diobservasi dan diukur
Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar
layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu
dilakukan.
2. Realistik
Maksudnya adalah kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur
terhadap kriteria mutu yang ditentukan, untuk melihat apakah standar layanan kesehatan
dapat dicapai atau tidak.
3. Mudah dilakukan dan dibutuhkan

D. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan


Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan
2. Melindungi masyarakat

12

3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan


4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

E. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan


Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan
bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan kebidanan juga dapat
digunakan untuk :
1. Menilai mutu pelayanan
2. Menyusun rencana diklat bidan
3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan

F. Standar persyaratan minimal


Adalah yang menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan dalam :
1. Standar masukan
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu, yaitu jenis, jumlah, dan kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana
sarana,peralatan, dana (modal).
Standar Masukan :
a.

Jenis Tenaga:

Generalis (pelaksana)

13

Spesialistik (pengelola)

Konsultan

b. Fasilitas
Fasilitas yg mendukung terlaksananya pelayanan kebidanan sesuai standart, yakni:

Peralatan

Tempat

c. Kebijakan

Pratap

Petunjuk pelaksanaan

2. Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu yakni garis-garis
besar kebijakan program, pola organisasi serta sistim manajemen,yang harus dipatuhi oleh semua
pelaksana.
Standar Lingkungan :
a. Kebersihan
b. Proses kerja
c. Tata letak
d. Kedisiplinan
e. Keramahan

14

3. Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan
untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis, keperawatan
dan non medis (standard of conduct), karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat
ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses.
Standar Proses :
a. Proses asuhan (S.O.A.P)
b. Standart praktik profesional
c. Kode etik

G. Standar penampilan minimal


Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang menunjuk pada
penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada
unsur keluaran maka sering disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan (Standard
of Performance).

Standar Keluaran
Adalah yang menunjuk pada penampilan(performance) pelayanan kesehatan.

Penampilan ada 2 macam:


a. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan
b. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan
Bila kedua standar pelayan ini tidak sesuai maka tidak sesuai dengan yang ditetapkan
maka pelayanan tidak akan bermutu

15

Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batasbatas kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran.Untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif
serta berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpangan perlu segera diperbaiki.
Dalam pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung kemampuan yang
dimiliki, maka perlu disusun prioritas.

16

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensional artinya pengertin mutu akan berbeda-beda
pada setipa orang, tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan dan
harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan.

Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara dan memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di
negara itu. Dia harus mampu meberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post
partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi
baru lahir dan anak.

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan
standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.

B.

Saran
Diharapkan pada pembaca agar dapat meningkatkan pelayanan yang baik serta dapat menambah
pengetahuan tentang standar kompotensi.

17

You might also like