You are on page 1of 35

PRESENTASI KASUS

FETAL DISTRESS PADA KEHAMILAN POST DATE DENGAN RIWAYAT


INFERTIL SEKUNDER 10 TAHUN

Oleh :
Dhony Akbar

G 0001077

Firdaus Yamani

G 0001096

Dwi Nur Hidayati

G 0002005

Auria Ekanti P

G 0002038

Pembimbing :
Dr. Docang T , Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2008

FETAL DISTRESS PADA KEHAMILAN POST DATE DENGAN RIWAYAT


INFERTIL SEKUNDER 10 TAHUN

Abstrak
Tujuan : Membahas penyebab fetal distress dari seorang G2P1A0, 39 tahun, UK=41+3
minggu pada secundi gravida hamil post date dengan riwayat infertilitas sekunder 10
tahun
Hasil : 1 kasus seorang G2P1A0, 39 tahun, UK=41+3 minggu pada secundi gravida
hamil post date dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun dilakukan terminasi
kehamilan dengan sectio secaria
Kata Kunci : Fetal distress, kehamilan post date, Infertilitas sekunder

BAB I
PENDAHULUAN
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi) (Bisher and
Mackay, 1986). Penyebab fetal distress antara lain dari faktor ibu, uterus plasenta tali
pusat, fetus.
Kehamilan postdate adalah kehamilan yang telah melewati hari perkiraan
kelahiran, yaitu 280 hari, dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. (Chrisdiono,
2004). Di kepustakaan lain disebutkan kehamilan postdate adalah kehamilan yang
berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lain yang sering dipakai adalah
postmaturitas, kehamilan serotinus.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian janin dalam rahim, akibat
insufisiensi plasenta karena menuanya plasenta dan kematian neonatus yang tinggi .
Asfiksia adalah penyebab utama kematian dan morbiditas neonatus. (Sulaiman, dkk,
2005)
Infertilitas sekunder, yaitu keadaan

infertilitas

yang

dialami pasangan

suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah, tidak terjadi
kehamilan lagi walaupun bersenggama dan tanpa alat kontrasepsi selama kurang
lebih lima tahun. (Sudraji, 1999)
Pada kasus ini, indikasi dilakukan terminasi kehamilan secara sectio cesaria
yaitu indikasi janin karena telah didapatkan gawat janin intrauterin dengan ditambah
penyulit dari usia kehamilannya yang telah lewat waktu sehingga dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia pada janin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. GAWAT JANIN INTRAUTERIN (FETAL DISTRESS)


Definisi
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi) (Bisher
and Mackay, 1986).
Etiologi
Penyebab dari fetal distress diantaranya :
a. Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun, penyakit
kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis dan
dehidrasi.
b. Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama, degenerasi
vaskuler.
c. Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
d. Tali pusat : kompresi tali pusat.
e. Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.
Pembagian gawat janin
a. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat janin yang
bersifat kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang menurun atau bayi
sendiri yang sakit (Hariadi, 2004).
1). Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan dalam

pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Uterus yang
lebih kecil daripada umur kehamilan yang diperkirakan memberi kesan
retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion. Riwayat dari satu
atau lebih faktor-faktor resiko tinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan
prematur atau lahir mati dapat memberikan kesan suatu peningkatan
resiko gawat janin.
2). Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan
lain-lain.
3). Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat janin
sepenjang (a) denyut jantung dalam batas normal (b) akselerasi sesuai
dengan gerakan janin (c) tidak ada deselerasi lanjut dengan adanya
kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat
mengungkapkan

bukti

dini

dari

retardasi

pertumbuhan

intrauterin. Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin dan volume


cairan ketuban memberikan penilaian tambahan kesekatan janin.
Oligihidramnion memberi kesan anomali janin atau retardasi
pertumbuhan.
Kadar estriol dalam darah atau urin ibu memberikan suatu pengukuran
fungsi janin dan plasenta, karena pembwentukan estriol
memerluakn aktifitas dari enzim-enzim dalam hati dan kelenjar
adrenal janin seperti dalam plasenta.
HPL (Human Placental Lactogen) dalam darah ibu : kadar 4 mcg/ml
atau kurang setelah kehamilan 3 minggu member kesan fungsi
plasenta yang abnormal.
Amniosintesis : adanya mekonium di dalam cairan amnion masih

menimbulkan

kontroversi.

Banyak

yang

percaya

bahwa

mekonium dalam cairan amnion menunjukkan stress patologis


atau fisiologis, sementara yang lain percaya bahwa fasase
mekonium intrauterin hanya menunjukkan stimulasi vagal
temporer tanpa bahaya yang mengancam. Penetapan rasio lesitin
sfingomielin (rasio L/S) memberikan suatu perkiraan maturitas
janin.
4). Penatalaksanaan
Keputusan harus didasarka pada evaluasi kesehatan janin inutero
dan maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan janin yang
menurun pemantauan denyut jantung janin atau dimiringkan atau
oksitosin challenge test sering memberika ketenangan akan kesehatan
janin. Jika janin imatur dan keadaan insufisiensi plasenta kurang tegas,
dinasehatkan untuk mengadakan observasi tambahan. Sekali janin matur,
kejadian

insufisiensi

plasenta

biasanya

berarti

bahwa

kelahiran

dianjurkan. Persalinan dapat diinduksi jika servik dan presentasi janin


menguntungkan. Selama induksi denyut jantung janin harus dipantau
secara teliti. Dilakukan sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio
sesaria juga dipilih untuk kelahiran presentasi bokong atau jika pasien
pernah megalami operasi uterus sebelumnya.
b. Gawat janin selama persalinan
Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin. Tanpa
oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya
dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia
menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang
menurun.
1).

Data subyektif dan obyektif


Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat

janin.

Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif. Seringkali

indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut
jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas, atau
deselerasi lanjut).
Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi
uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat
menyebabkan asfiksia janin.
2). Faktor-faktor etiologi
a. Insufisiensi uteroplasental akut
aktivitas uterus berlebihan.
hipotensi ibu.
solutio plasenta.
plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasental kronik
penyakit hipertensi.
diabetes mellitus.
isoimunisasi Rh.
postmaturitas atau dismaturitas
c. Kompresi tali pusat
d. Anestesi blok paraservikal
3). Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin
yang segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus
memberika suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu
dalam persalinan.
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
1. bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit.

2. takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>


160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder
terhadap terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas dan atropin juga
dihubungkan dengan denyut jantung dasar yang meningkat.
3. variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti
depresi sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibui (atropin,
skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesik
narkotik).
4. pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia janin yang
disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental. Deselerasi yang
bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah lebih
sering dan muncul untuk menunjukan kompresi sementara waktu
saja

dari

pembuluh

darah

umbilikus.

Peringatan

tentang

peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan


atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola
gelombang sinus.
Contoh darah janin memberikan informasi objektif tentang status asam
basa janin. Pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi begitu
sensitif terhadapt perubahan-perubahan dalam denyut jantung janin
dimana gawat janin dapat diduga bahkan bila janin dalam keadaan
sehat dan hanya menber reaksi terhadap stess dari kontraksi uterus
selama persalianan. Contoh darah janin diindikasikan bila mana pola
denyut jantung janin abnormal atau kacau memerlukan penjelasan.
Mekonium dalam cairan ketuban : arti dari mekoneum dalam cairan
ketuban adalah tidak pasti dan kontroversial sementara beberapa ahli
berpendapat bahwa pasase mekoneum intrauterun adalah suatu tanda
gawat janin dan kemungkinan kegawatan, yang lainya merasakan
bahwa adanya mekoneum tanpa kejadian asfiksia janin lainnya tidak
menunjuka

bahaya janin. Tetapi, kombinasi asfiksia janin dan

mekoneum timbul untuk mempertinggi potensi asfirasi mekoneum dan


hasil neonatus yang buruk.
4). Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi
kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran didasarkan pada
faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan
jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a. posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai
usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan
aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.
b. oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha meningkatkan
penggantian oksigen fetomaternal.
c. oksitosi dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu
sirkulasi darah keruang intervilli.
d. hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi
darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.
e. pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara
lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.
f. pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir mengurangi
resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung
dan mulut dibersikan dari mekoneum dengan kateter penghisap.
Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan

laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan


mekoneum dengan pipa endotrakeal (Melfiawati, 1994)
B. KEHAMILAN POST DATE
Definisi
Kehamilan postdate adalah kehamilan yang telah melewati hari perkiraan
kelahiran, yaitu 280 hari, dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir.
(Chrisdiono, 2004). Di kepustakaan lain disebutkan kehamilan postdate adalah
kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lain yang sering
dipakai adalah postmaturitas, kehamilan serotinus.
Insiden
Frekuensi diperkirakan 10 % kehamilan berlangsung terus sampai 42
minggu, 4% berlanjut sampai usia 43 minggu.
Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan postdate yaitu :
1. Faktor potensial- Adanya defisiensi hormon adrenokortikotropik (ACTH) pada
fetus atau defisiensi enzim sulfatase plasenta. Kelainan sistem saraf pusat pada
janin sangat berperan, misalnya pada keadaan anensefal.
2. Semua faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik faktor ibu, plasenta,
maupun anak. Kehamilan terlama adalah 1 tahun 24 hari, yang terjadi pada
bayi anensefal.
Manifestasi klinis
Tanda-tanda kehamilan postdate adalah :
1. Menghilangnya lemak subkutan
2. Kulit kering, keriput atau retak-retak
3. Pewarnaan mekonuim pada kulit, umbilikus dan selaput ketuban
4. Kuku dan rambut panjang

5. Bayi malas
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian janin dalam rahim, akibat
insufisiensi plasenta karena menuanya plasenta dan kematian neonatus yang
tinggi . Asfiksia adalah penyebab utama kematian dan morbiditas neonatus.
(Sulaiman, dkk, 2005)
Diagnosis
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus
Naegle setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila terdapat
keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uteri serial dengan sentimeter akan
memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih tepat.
Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak
trimester pertama maka hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya
pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar untuk memastikan usia
kehamilan. (Budiono dan Trijatmo, 2002)
Penilaian Keadaan Janin
Penilaian ditujukan untuk memutuskan apakah fetus masih boleh tinggal
dalam rahim (menunggu persalinan spontan) atau harus dilahirkan.
Penilaian kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan cara :
1. Evaluasi cairan amnion dengan amniosintesis atau USG untuk melihat adanya
oligohidramnion
2. Pantau perubahan denyut jantung janin tanpa beban (nonstress test) atau
dengan beban (contraction stress test).
3. Tentukan scoring profil biofisik yang didapat dari pemeriksaan NST, USG
untuk melihat pernapasan janin, tonus fetus, pergerakan fetus, dan jumlah
cairan amnion.

Penatalaksanaan
1.

Ekspektatif- -Oleh karena induksi persalinan berkaitan dengan kejadian


inersia uteri, partus lama, trauma serviks, persalinan buatan, dan operasi
sesar. Pada beberapa kasus terutama dengan serviks yang belum matang ;
perlu dilakukan perawatan ekspektatif asalkan keadaan janin baik.
Hal ini berdasarkan pada :
a. 60% kehamilan akan berakhir dengan persalinan spontan pada usia
kehamilan 40-41 minggu dan 805 pada kehamilan 43 minggu.
b. Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran untuk pemantauan
kesejahteraan janin, janin masih dapat dipertahankan dalam rahim
selama keadaannya masih baik.
Harus diingat bahwa tidak ada cara pemantauan kesejahteraan janin yang
paling ideal sehingga harus dilakukan kombinasi dari berbagai cara.

2.

Aktif--Tanpa melihat keadaan serviks induksi harus dilakukan pada fetus


yang mempunyai risiko untuk mengalami dismaturitas, atau bila kehamilan
mencapai umur 44 minggu. Kejadian partus lama, inersia uteri hipotonik
dan gawat janin selama persalinan akan meningkat selama persalinan akan
meningkat sehingga pada induksi kehamilan serotinus, pengawasan
intrapartum harus lebih ketat.
Induksi dapat dilakukan dengan tetesan oksitosin per infus atau dengan
pemakaian preparat prostaglandin.

Prognosis
Kematian janin pada kehamilan postdate meningkat bila pada kehamilan
normal (37-41 minggu) angka kematiannya 1,15. Oleh karena itu, pada 43
minggu angka kematian bayi mencapai 3,3% dan pada kehamilan 44 minggu
menjadi 6,6%. (Sulaiman, dkk, 2005)

C. INFERTILITAS SEKUNDER
Infertilitas adalah kondisi yang menunjukkan tidak terdapatnya pembuahan
dalam waktu satu tahun setelah melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan
kontrasepsi. Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat akan mendapat
pembuahan dalam 1 tahun.
Infertilitas dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1

Infertilitas primer, yaitu keadaan infertilitas yang dialami pasangan suami


istri sejak awal mereka menikah, si istri belum pernah hamil walaupun
bersanggama dan tanpa alat kontrasepsi selama kurang lebih satu tahun.

Infertilitas sekunder, yaitu keadaan

infertilitas

yang

dialami pasangan

suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah, tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan tanpa alat kontrasepsi
selama kurang lebih lima tahun.(Sudraji, 1999)
Secara umum, infertilitas berhubungan

dengan kondisi fisik, proses dan

waktu.
1. Kondisi Fisik
Kesuburan sangat ditentukan oleh kondisi fisik suami dan istri. Hal ini
berhubungan dengan proses pembentukan serta kualitas sperma atau sel
telur. Testis dapat menghasilkan 100-200 juta sel per hari atau 1 triliun
sel selama hidup. Pematangan sperma terjadi kurang lebih 70 hari. Dalam
saluran kelamin perempuan, sel sperma dapat hidup dan membuahi sel telur
antara 3-5 hari. Ovarium dapat menghasilkan 1 sel telur setiap bulan. Bila tidak
dibuahi, maka sel telur itu akan mati dan turun pada saat haid.
Kualitas sperma dan sel telur dipengaruhi banyak faktor, diantaranya :
a. Secara alamiah perempuan mengalami fase menopause yang

biasanya

terjadi antara usia 40-50 tahun. Pada fase ini, lemungkinan untuk
memperoleh keturunan lebih kecil. Berbeda dengan laki-laki, proses

andropause yakni penurunan masa produktif biasanya terjadi saat usia yang
sangat lanjut.
b. Beberapa

kelainan

genetika

terutama yang berhubungan

dapat
dengan

berpengaruh pada kesuburan


anatomi

kelamin dan sistem

hormonal pada suami maupun istri.


c. Penyakit tertentu, misalnya infeksi pada
pada

pria,

kista

ovarium,

saluran kelamin,

mioma

uteri

pada

varicocel
wanita,

dapat

menghambatkehamilan.
d. Kebiasaan merokok dan minum alcohol terbukti mengurangi kualitas
kesuburan.
e.

Menurut

penelitian,

kegemukan

dapat

mempengaruhi

kesuburan.

Pada wanita yang kegemukan terdapat kelainan pada sekresi hormon


gonadotropin oleh kelenjar hipofisis. Kelainan ini pada akhirnya
mempengaruhi produksi hormon estrogen dan progesteron.
f. Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia dan polusi tinggi juga
dapat mengurangi kualitas kesuburan.
g. Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres dapat mengganggu kualitas
dan proses kesuburan.
2. Proses
Terjadinya pembuahan dan kehamilan dimulai dengan masuknya sperma
dalam saluran kelamin wanita dan bertemu dengan ovum atau sel telur di dalam
saluran ovarium (tuba falopii). Hasil pembuahan (embrio) itu digerakkan
menuju rahim untuk berkembang di dalamnya.
Proses berhasil tidaknya proses kehamilan sangat dipengaruhi beberapa
hal :
a. Metode kontrasepsi: Penggunaan kondom pada pria atau diafragma
pada wanita tidak memungkinkan terjadinya proses pembuahan.
b. Beberapa kelainan anatomis, seperti kelainan pada rahim atau

saluran kelamin lainnya dapat mengganggu proses kehamilan.


c.

Penyakit seperti myoma uteri, bukan

saja menghalangi masuknya

sperma, tetapi juga mengakibatkan proses perlengketan embrio pada


rahim terganggu. Perlengketan atau tertutupnya tuba falopii dapat terjadi
karena infeksi dan peradangan, atau tumbuhnya jaringan ikat.
3. Waktu
Sel telur hanya dihasilkan satu kali setiap bulannya dan umurnya pun
pendek. Sehingga pengetahuan mengenai masa subur menjadi hal yang sangat
penting. Untuk mengetahui masa subur dapat dilakukan beberapa-cara:
a. Metode kalender
Dalam menggunakan metode ini, perlu diketahui siklus menstruasi
secara individual. Menstruasi seorang wanita rata-rata terjadi setiap 2835hari. Ovulasi terjadi pada 14 hari sebelum perkiraan menstruasi
berikutnya. Pada wanita dengan siklus 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke14(hari pertama dihitung saat darah menstruasi keluar pertama kali setiap
bulannya). Pada wanita dengan siklus 35 hari, ovulasi terjadi pada hari ke21. Cara ini kadang

tidak tepat, karena

perkiraan menstruasi berikutnya bisa saja meleset.


b. Pengukuran suhu tubuh
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer pada
mulut setiap pagi hari, mulai hari pertama menstruasi sebelum melakukan
aktivitas. Ovulasi terjadi bila terdapat

kenaikan 0,2-0,4C

dari rata-rata suhu tubuh normal (36-37C).


c. Pemeriksaan lendir rahim atau mulut rahim
Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari setelah menstruasi berakhir.
Masa subur ditunjukkan adanya lendir jernih dan elastis pada kelamin luar
wanita. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan bila wanita
tersebut baru saja melakukan hubungan seksual.

d. Pemeriksaan hormone LH (Luteinizing Hormone), hormon yang


mempengaruhi proses ovulasi
Pada saat ovulasi terjadi peningkatan kadar LH dalam urin. Dan
inilah salah satu penentuan yang paling akurat. Namun pemeriksaan ini
tidak dapat dilakukan setiap saat karena membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
Pada prinsipnya, diperlukan peranan yang sama besar dari pasangan suami
maupun istri. Dibutuhkan kesabaran ekstra karena kesempatan untuk hamil hanya
ada satu kali selama periode satu bulan. Dalam usaha mendapatkan kehamilan,
diperlukan konseling, terutama bagi pasangan yang memiliki masalah seksualitas.
Untuk beberapa kasus, diperlukan juga tindakan medis. Hal lain yang tidak kalah
penting adalah memperhatikan masa subur istri karena melakukan hubungan
intim pada masa subur memberi peluang
yang lebih besar untuk hamil.
Usaha yang tidak kalah penting adalah mengkonsumsi makanan yang
seimbang, sehat, dan bergizi. (Ida, 2007)

BAB III
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A.Identitas Penderita
Nama

: Ny. S

Umur

: 39 tahun

Alamat

: Butuh 2/3 Gandekan, Tengen, Surakarta

No CM

: 853191

Tanggal Masuk

: 1 Januari 2008 jam 21.30

Tanggal Periksa

: 1 Januari 2008 jam 22.00

HPMT

: 15 Maret 2007

HPL

: 25 Desember 2007

Umur Kehamilan

: 41+3 minggu

B. Keluhan Utama :
Perut kenceng-kenceng
C.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sendiri ke RSDM G2 P1 A0, 39 tahun, dengan keluhan perut
kenceng-kenceng, pasien merasa hamil 9 bulan. Kenceng-kenceng teratur (-)
dirasakan sejak 1 jam. Air kawah (-). Gerakan janin (+). Sarung tangan lendir
darah (+).
D.Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit hipertensi

: disangkal

Riwayat penyakit asma

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat penyakit DM

: disangkal

E. Riwayat Fertilitas
Jelek.
F. Riwayat Obstetri
Pasien telah memiliki satu anak perempuan yang telah berumur 18 tahun, berat
badan ketika dilahirkan 3200 gram,lahir secara spontan. Saat ini pasien
mengandung anak kedua.
G.Riwayat Haid
Menarche

: 15 tahun

Lama haid

: 7 hari

Siklus haid

: 30 hari

H.Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, selama 19 tahun
I. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien menggunakan KB suntik, namun dilepas 9 tahun yang lalu.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A.Status Generalis
Tanggal 01 Januari 2008
Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital

Tek. Darah
Nadi
Kepala

: 120 / 80

Frek. Napas : 18x/menit

: 84x/menit

Suhu

: Mesocephal

: 36,70C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

THT

: Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

Leher

: Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak membesar

Thorax

: Glandulla mammae dalam batas normal, areola mammae


hiperpigmentasi (+)

Cor

: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


Pulmo

: Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor / sonor

Auskultasi : SD vesikuler (+/+) suara tambahan (-/-)


Abdomen : Inspeksi

: Dinding perut > dinding dada,


stria gravidarum (+)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien


tidak membesar.

Perkusi

: Timpani pada daerah bawah processus xyphoideus,


redup pada daerah uterus

Auskultasi : Peristaltik (+) normal


Genital

: Lendir darah (+), air ketuban (+)

Ekstremitas : Oedema (-), akral dingin (-)


B. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala

: Mesocephal

Mata

: Conjunctiva anemis ( - / - ) sklera ikterik ( - / - )

Wajah

: Kloasma Gravidarum ( + )

Leher

: Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax

Glandula

mammae

hipertrofi

(+),

areola

mammae

hiperpigmentasi (+)
Abdomen

: Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+)

Genital eksterna : Vulva/uretra tenang,lendir darah(-), peradangan(-), tumor(-)


Palpasi
Pemeriksaan Leopold
I.

teraba bagian lunak kesan bokong

II.

di sebelah kanan teraba bagian keras, rata, memanjang, kesan


punggung

III.

teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala

IV.

kepala masuk panggul < 1/3 bagian

Abdomen

supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intrauterine,


memanjang, punggung di kanan, presentasi kepala, kepala
belum masuk panggul, masa tidak teraba.
TFU: 33 cm ~TBJ 3300 gr,
His (+)1-2x/ 10 menit/ 10-20 detik/ lemah.

Ekstremitas

: Oedema (-) akral dingin (-)

Auskultasi
DJJ (+) 12-12-12/ 12-11-12/ 12-11-12/ reguler.
Pemeriksaan Dalam:
VT

Vulva/ uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio


lunak mencucu, pembukaan (1) cm, kulit ketuban belum dapat
dinilai, presentasi kepala, kepala turun di Hodge I-II, Air ketuban (-),
Sarung tangan lendir darah (+).Bishop score 4.

DIAGNOSIS
Secundi gravida hamil post date dalam persalinan kala I fase laten, persalinan
berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun

PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG 1 Januari 2008 : tampak janin tunggal memanjang punggung kanan, DJJ (+).
BPD 9,14

FL 7,37

AC 31,97

EFBW 3293 gram

AFI I

2,3

II 2,4
III 2,1
IV 2,2
9,0
Plasenta insersi di korpus kiri, grade III.Air ketuban kesan
cukup. Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor.
Kesan : saat ini janin dalam keadaan baik
Laboratorium Darah (1-1-2008):
Hb

: 11,7 g/dL

Hct

: 37,0 %

AE

: 4,01.106/UL

AL

: 10,7.106/UL

AT

: 294 .106/UL

Gol. Darah

:O

PT

: 15,0 detik

APTT

: 26,6 detik

INR

: 1,24

GDS

: 84 mg/dL

Ureum

: 24 mg/dL

Creatinin

: 0,8 mg/dL

HBsAg

: (-)

Protein

: positif satu

TERAPI
-

mondok VK rencana persalinan pervaginam

observasi 10

laboratorium darah lengkap

evaluasi 4 jam lagi ( 02.00)

EVALUASI 2 Januari 2008 jam 02.00


Keluhan

: perut kenceng-kenceng,terasa air kawah merembes keluar

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 110 / 70


Nadi

: 88x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,70C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: supel, nyeri tekan (-). His (+) 2-3x/ 10 menit/ 30-40 detik/
kuat. DJJ (+) 11-12-11/ 11-11-12/ 11-12-11/ reguler.

VT

: V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio


lunak mencucu, pembukaan (3) cm, kulit ketuban (+), posisi
kepala di Hodge II-III, penunjuk belum dapat dinilai, Air
ketuban (+), Sarung tangan lendir darah (+).

Pemantauan biofisik : aselerasi (+), deselerasi (-), pola denyut jantung normal
janin
DIAGNOSIS
Secundi gravida hamil post date dalam persalinan kala I fase laten, persalinan
berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI

observasi 10

evaluasi 4 jam lagi ( 06.00)

EVALUASI 2 Januari 2008 jam 04.00


Keluhan

: perut kenceng-kenceng, air ketuban pecah.

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 110 / 70


Nadi

: 88x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,90C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: supel, nyeri tekan (-). His (+) 3-4x/ 10 menit/ 35-45 detik/
kuat. DJJ (+) 11-8-7/ 9-8-17/ 10-11-8/ reguler.

VT

: V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio


mendatar, pembukaan (7) cm, kulit ketuban (+), posisi kepala
di Hodge III, Air ketuban (+) keruh, berbau, Sarung tangan
lendir darah (+).

Pemantauan biofiusik : pola denyut jantung bradikardia, deselerasi (+) lanjut


janin
DIAGNOSIS
Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan kala I fase laten,
persalinan berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
RESUSITASI
- O2 4-5 liter per menit
- Infus RL 30 tpm
- Posisi tidur miring kiri
- Resusitasi 30 menit tidak berhasil, usul SCTP emergency
TERAPI

- SCTP emergency
JAWABAN KONSUL ANESTESI (2-1-2008): Acc op dengan RA ASA IIE.
EVALUASI 2 Januari 2008 jam 05.00: telah dilakukan SCTP em dan dilahirkan
bayi laki-laki, BB =3600 gram, PB = 50 cm, LK/LD = 35/34 cm, APGAR score 6-78, anus (+), plasenta tampak infark.
Laboratorium Darah (2-1-2008) (post-op):
Hb

: 10,0 g/dL

Hct

: 30,7 %

AE

: 3,43.106/UL

AL

: 30,8.106/UL

AT

: 269 .106/UL

GDS

: 101 mg/dL

Ureum

: 28 mg/dL

Creatinin

: 0,8 mg/dL

Albumin

: 3,2 g/dL

Natrium

: 139 mmol/L

Kalium
Cl

: 4,2mmol/L
: 105mmol/L

EVALUASI 2 Januari 2008 jam 06.00


Keluhan

: bekas jahitan nyeri

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 100 / 70


Nadi

: 88x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,80C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uteri
(+) baik

Genital

: darah (-), lochia (+) rubra

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph 0

Inj. Cefotaxim 1g/12j

Inj. Metronidazole 500mg/8j

Inj. Gentamicin 1 amp/12j

Inj. Tramadol 1 amp/8j

Inj. Alinamin F 1 amp/8j

Inj. Vit. C 1 amp/12j

Inj. Vit. B complex 2cc/24j

Inj. Asam Traneksamat 1 amp/8j

EVALUASI 3 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 70


Nadi

: 84x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (-)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU 2 jari bawah pusat, luka


tertutup verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital

: darah (-), lochia (+) rubra

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph 1

Inj. Cefotaxim 1g/12j

Inj. Metronidazole 500mg/8j

Inj. Gentamicin 1 amp/12j

Inj. Tramadol 1 amp/8j

Inj. Alinamin F 1 amp/8j

Inj. Vit. C 1 amp/12j

Inj. Vit. B complex 2cc/24j

Inj. Asam Traneksamat 1 amp/8j

EVALUASI 4 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 80


Nadi

: 84x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (-)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU 2 jari bawah pusat, luka


tertutup verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital
DIAGNOSIS

: darah (-), lochia (+) rubra

SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph II

Diet TKTP

Mobilisasi duduk

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500mg

Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Vit. C 3 x 200 mg

EVALUASI 5 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 80


Nadi

: 84x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (+)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU 2 jari bawah pusat, luka


tertutup verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital

: darah (-), lochia (+) rubra

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph III

Diet TKTP

Mobilisasi duduk

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500mg

Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Vit. C 3 x 200 mg

Medikasi luka post OP

EVALUASI 6 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 70


Nadi

: 80x/menit

Frek. Napas : 18x/menit


Suhu

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (+)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU 2 jari bawah pusat, luka tertutup
verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital

: darah (-), lochia (+) rubra

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph IV

Diet TKTP

Mobilisasi duduk

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500mg

Vit. C 3 x 200 mg

Medikasi luka post OP

EVALUASI 7 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 80


Nadi

: 84x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,40C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (+)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU antara SOP-pusat, luka


tertutup verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital

: darah (-), lochia (+) sanguilentis

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph V

Diet TKTP

Mobilisasi duduk

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500mg

Vit. C 3 x 200 mg

Medikasi luka post OP

EVALUASI 8 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 80


Nadi

: 80x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (+)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU SOP-pusat, luka tertutup


verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital

: darah (-), lochia (+) sanguilentis

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph VI

Diet TKTP

Mobilisasi duduk

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500mg

Vit. C 3 x 200 mg

Medikasi luka post OP

Aff jahitan

EVALUASI 9 Januari 2008


Keluhan

: tidak ada keluhan

Keadaan Umum

: Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Vital Sign

: Tek. darah : 120 / 80


Nadi

: 84x/menit

Frek. Napas : 20x/menit


Suhu

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) Sclera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor / Pulmo dalam batas normal. Laktasi (+)

Abdomen

: supel, nyeri tekan (+). TFU SOP-pusat, luka tertutup


verband, kontraksi uteri (+) baik, peristaltik (+).

Genital

: darah (-), lochia (+) sanguilentis

DIAGNOSIS
SCTP-em e/c Fetal distress pada secundi gravida hamil post date dalam persalinan
kala I fase laten, dengan riwayat infertil sekunder 10 tahun
TERAPI
-

SCTP emergency dph VI

Diet TKTP

Mobilisasi duduk

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500mg

Vit. C 3 x 200 mg

Medikasi luka post OP

Aff semua jahitan

BAB IV
ANALISA KASUS
Analisa Kasus Diagnosa
A. GAWAT JANIN INTRA UTERIN (FETAL DISTRESS)
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi).
Penyebab dari Fetal distress diantaranya adalah ibu, uterus, plasenta, tali
pusat, fetus. Gawat janin dibedakan menjadi dua yaitu Gawat janin sebelum
persalinan dan Gawat janin selama persalinan.
Dalam kasus ini, fetal distress di dapatkan dalam masa persalinan yang
menunjukkan adanya hipoksia janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung
janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada
kontraksi uterus sehingga dapat menyebabkan asfiksia janin.
Diagnosa Fetal Distress pada kasus ini dapat ditegakkan dari anamnesis
yaitu berkurangnya gerakan janin, adanya kontraksi uterus yang berlebihan,
kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan pola denyut jantung janin yang
menjadi bradikardia dan dari pemeriksaan penunjang tampak pola deselerasi
lanjut pada CST juga ditambah dari faktor umur kehamilan yang telah lewat
waktu serta adanya mekonium dalam cairan ketuban.
B. KEHAMILAN POST DATE
Kehamilan postdate adalah kehamilan yang telah melewati hari perkiraan
kelahiran, yaitu 280 hari, dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir.

(Chrisdiono, 2004). Di kepustakaan lain disebutkan kehamilan postdate adalah


kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih. Istilah lain yang sering
dipakai adalah postmaturitas, kehamilan serotinus.
Frekuensi diperkirakan 10 % kehamilan berlangsung terus sampai 42
minggu, 4% berlanjut sampai usia 43 minggu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan postdate yaitu: faktor potensial dan semua faktor yang menggangu
mulainya persalinan baik faktor ibu, plasenta, maupun anak.
Pada kasus ini, diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya ditegakkan dari
anamnesis melalui perhitungan rumus Naegle setelah mempertimbangkan siklus
haid dan keadaan klinis, juga dari pengukuran tinggi fundus uteri dengan
sentimeter memberikan informasi mengenai usia gestasi yaitu 41+3 minggu
dengan HPMT 15 Maret 2007.
Evaluasi keadaan janin dengan pemeriksaan cairan amnion dengan USG,
pengukuran pola denyut jantung janin, dan pemantauan keadaan biofisik janin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian janin dalam rahim, akibat
insufisiensi plasenta karena menuanya plasenta dan kematian neonatus yang
tinggi
C. INFERTILITAS SEKUNDER
Infertilitas

adalah

kondisi

yang

menunjukkan

tidak

terdapatnya

pembuahan dalam waktu satu tahun setelah melakukan hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi. Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat akan
mendapat pembuahan dalam 1 tahun.
Infertilitas dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Infertilitas Primer
dan Infertilitas Sekunder.
Infertilitas sekunder, yaitu

keadaan

infertilitas

yang

dialami

pasangan suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah,
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan tanpa alat kontrasepsi
kurang lebih selama lima tahun. (Sudraji, 1999)

Diagnosis kasus ini ditegakkan dari anamnesis bahwa jarak antara


kehamilan sekarang dengan sebelumnya yaitu 10 tahun dengan riwayat coitus
teratur tanpa kontrasepsi dan tanpa adanya abortus.

DAFTAR PUSTAKA
Ilze Rader,1998, High Risk Pregnancy, W.B. Saunders Company, Philadelphia, PP
290-300
Sweet, R.L.,1981, perinatal infections: bacteriology, diagnosis and management. In
Iffy,L.,and Kaminetzky, H.,Principles and practice of Obstetrics and
perinatology, New York, Wiley Medical Publications, PP. 1035-1071.
Melfiawati S.,1994, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, EGC,
Jakarta, hal 368-371.

Budiono Wibowo, Gulardi H. Wiknjosastro, 2002. Kelainan dalam Lamanya


Kehamilan. Dalam :Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono P., hal: 317-320
Sudraji Sumapraja, 1999. Infertilitas. Dalam :Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kandungan.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono P., hal: 497
Sulaiman S., Djamhoer M., Firman I.W., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Bandung,Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, hal:12-15
Idasyah. 2007. Penyebab Infertilitas pada Suami dan Istri.

Http://www.Idasyah.multiply.com

You might also like