You are on page 1of 7

C

AGROTROP, 2(2): 197- 203 (2012)


ISSN: 2088-155X

Fakultas Pertanian Universitas Udayana


Denpasar Bali - Indonesia

Pengendalian Penyakit Akar Gada yang Disebabkan oleh


Plasmodiophora brassicae Wor. pada Tanaman Kubis (Brassica
oleracea L. var. capitata L.) dengan Beberapa Ekstrak Tanaman
NI MADE YUNITA HENDRIYANI1, I KETUT SUADA1, DAN
NI WAYAN SUNITI1
1
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali 80362
Telp: +62-83114550791
ABSTRACTS
The Control of Clubroot Caused by Plasmodiophora brassicae Wor. of Cabbage (Brassica
oleracea L. var. capitata L.) Using Some Plants Extract.
Various pathogens are able to obstruct the growth of cabbage. One pathogen that attacks the
cabbage is Plasmodiophora brassicae Wor. which causes clubroot disease. Some efforts have applied
to control the disease included using synthetic fungicides, however that was not success, moreover its
polluting the environment as well. It is necessary to develop natural fungicide from plants extract that
contain fungicidal compounds. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the
plants extract to control the clubroot disease of cabbage. The research design used was completely
randomized design (CRD) with eight treatments and four replications. Gamal extract was the most
effective plant to control the clubroot disease and promoted the plant growth as well. Gamal extract
resulted the lowest number of club root, the lowest percentage of pathogen attacks, the highest plant
dry weight, the lowest root dry weight, the greatest plant height, and the most number of leaves.
Keywords: cabbage, clubroot disease, plantS extract.
PENDAHULUAN
Tanaman kubis merupakan salah satu sayuran
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Kubis sangat potensial untuk dikembangkan
karena mengandung vitamin dan mineral yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Produksi
tanaman kubis banyak mengalami hambatan antara
lain adanya serangan berbagai hama dan patogen
penyebab penyakit tumbuhan (Sulistyawati, 2002).
Penyakit yang menyerang tanaman kubis sangat
beragam jenisnya. Salah satu yang cukup serius
adalah penyakit akar gada (clubroot) yang
disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae
Wor. yang menyebabkan bengkak pada akar.
Gejala yang timbul yaitu akar-akarnya membesar
dan menyatu, seperti gada (alat pemukul) sehingga

disebut akar gada. Tanaman yang terserang


patogen akar gada tampak merana, kerdil, daundaunnya berwarna kelabu dan lebih cepat menjadi
layu (Semangun, 1989).
Menurut para petani di Dusun
Kembangmerta, berbagai cara pengendalian telah
dilakukan petani. Salah satu usahanya adalah
dengan cara pemberian kapur dolomit, aplikasi
beberapa jenis fungisida sintetik seperti daconil,
antracol, akrobat, dan penggunaan beberapa
varietas bibit kubis yang didatangkan dari Jepang
seperti YCR-Anju dan YCR-Tae yang tahan
terhadap penyakit akar gada (Arya et al., 2000).
Namun usaha tersebut dirasakan masih belum
mampu menekan serangan patogen tersebut.
Penggunaan fungisida sintetik cenderung
197

AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

memberikan efek buruk terhadap lingkungan


utamanya tanah. Oleh karena itu, perlu diupayakan
fungisida nabati dari ekstrak tanaman. Penggunaan
berbagai ekstrak tanaman seperti cengkeh, gamal,
nimba, sereh wangi, sirih, sirsak dan gulma kirinyuh
yang diketahui mengandung senyawa yang bersifat
fungisida. Bahan aktif yang terdapat pada ekstrak
tanaman tersebut seperti tanin, fenolik, dan nimbin
yang diharapkan mampu menghambat
pertumbuhan jamur.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan mulai bulan November
2012 sampai Februari 2013 bertempat di
Perusahaan Daerah Propinsi Bali Unit Kebun
Sayur Mayur, Dusun Kembangmerta, Desa Candi
Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ekstrak daun tanaman cengkeh, gamal, nimba,
sereh wangi, sirih, sirsak, dan gulma kirinyuh, bibit
grand 11, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk
NPK. Sedangkan alat yang digunakan adalah
peralatan bercocok tanam, pot, kertas amplop,
ember, timbangan, derigen, pisau, dan oven.
Pelaksanaan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan dalam pot yang
telah diisi tanah yang terinfestasi oleh jamur P.
brassicae. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan
delapan perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan
yang diteliti adalah: kontrol (K0), ekstrak cengkeh
(E.Cgh), ekstrak gamal (E.Gml), ekstrak nimba
(E.Nmb), ekstrak sereh wangi (E.SrW), ekstrak
sirih (E.Srh), ekstrak sirsak (E.Srs), ekstrak gulma
(E.Glk) dan empat ulangan.
Persiapan media tanam dengan mengambil
tanah yang bersifat endemik dengan P. brassicae
dan dimasukkan ke dalam pot berisi 7 kg media
tanam dengan 1 kg pupuk kandang. Penyemaian
dilakukan dengan menyebar benih pada media
campuran tanah-kompos (1:1) yang telah
disterilkan dua kali pada autoklaf suhu 121oC
selama 30 menit dengan selang waktu 3 hari.
198

Setelah berumur 1 minggu bibit disapih dan


dibiarkan pada tempat teduh selama tiga minggu.
Setelah itu bibit ditanam pada pot yang telah
disiapkan untuk percobaan.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan
memotong daun menjadi kecil-kecil ( 2 mm).
Sebanyak 3 kg daun direndam dalam 9 liter air
dan didiamkan selama 1 minggu. Ekstrak yang
diperoleh diencerkan dengan menambah 9 liter air
sehingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi
14% w/v. Ekstrak tanaman kemudian diaplikasikan
sebanyak 950 ml untuk masing-masing tanaman
dan dilakukan dengan cara disiramkan ke tanah
disekitar perakaran tanaman. Penyiraman ekstrak
dilakukan sebanyak 4 kali mulai dari 2 hari sebelum
pemindahan tanaman ke dalam polibag, perlakuan
ekstrak kedua saat berumur 7 hst, perlakuan
ekstrak ketiga pada umur 14 hst dan perlakuan
ekstrak terakhir pada umur 21 hst.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,
pemupukan, dan penyiangan. Penyiraman
dilakukan sebanyak dua kali yaitu setiap pagi dan
sore hari. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali
yaitu pupuk dasar saat pemindahan tanaman ke
dalam polibag, dan pemupukan susulan diberikan
saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam.
Jumlah pupuk yang diberikan adalah urea 1,6 g/
tanaman (100 kg/ha), ZA 4 g/tanaman (250 kg/
ha), SP36 4 g/tanaman (250 kg/ha), dan KCL 3,2
g/tanaman (200 kg/ha).
Pengamatan dilakukan mulai satu minggu
setelah tanam dan variabel yanp diamati adalah:
jumlah puru akar, persentase serangan penyakit,
berat kering tanaman dan akar, tinggi tanaman dan
jumlah daun tanaman pada minggu ke delapan
setelah tanam.
Analisis data.
Data dianalisis menggunakan sidik ragam
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
variabel yang diamati. Perbedaan antar perlakuan
ditentukan dengan uji Duncans taraf 5%. Data
yang berbentuk persentase ditranformasikan
terlebih dahulu ke dalam bentuk arc-sin x 0,5 .

Yunita : Pengendalian Penyakit Akar Gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora

Untuk mengetahui hubungan timbal balik antar


variabel digunakan analisis korelasi (Gomez,
1995).

melemahkan infeksinya pada akar tanaman kubis


dan pada akhirnya jumlah puru yang terbentuk
sedikit.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah puru akar.
Analisis statistika menunjukkan bahwa
perlakuan ekstrak berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap puru akar. Jumlah puru akar terendah
terjadi pada perlakuan ekstrak gamal dan sirih
(0,50 buah) dan keduanya lebih rendah secara
signifikan dibandingkan kontrol (3,83 buah).
Rendahnya jumlah puru akar pada tanaman kubis
akan mempengaruhi persentase serangan patogen.
Hal ini didukung oleh adanya korelasi positif puru
akar dengan persentase serangan (r = 0,934**)
seperti pada Tabel 2. Puru akar merupakan
pembengkakan akar akibat pembelahan dan
pembesaran sel sebagai respon sel terhadap infeksi
patogen. Jumlah puru yang sedikit adalah akibat
hambatan zat kimia tanin yang terdapat pada
ekstrak gamal. Menurut Purwanto (2007), zat yang
terkandung dalam gamal adalah tanin yang akan
menekan perkembangan patogen serta

Persentase serangan patogen.


Analisis statistika menunjukkan bahwa ekstrak
perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase
serangan patogen. Serangan terendah diakibatkan
oleh pengaruh ekstrak gamal, nimba, dan sirih yaitu
sebesar 10% dan secara signifikan ketiga pengaruh
ekstrak tersebut lebih rendah dibandingkan
kontrol (55%). Rendahnya persentase serangan
patogen pada ekstrak gamal, nimba, dan sirih
disebabkan oleh adanya kandungan kimia pada
masing-masing ekstrak. Kandungan kimia yang
terdapat pada ekstrak gamal yaitu tanin yang
merupakan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada tanaman gamal bersifat fungistatik.
Ekstrak sirih memiliki senyawa fenolik dan tanin
yang merupakan salah satu senyawa yang
dihasilkan tumbuhan yang bersifat fungitoksik dan
mampu menghambat germinasi spora jamur.
Ekstrak nimba mengandung nimbin dan nimbidin
yang berperan sebagai anti mikroorganisme seperti

Tabel 1. Pengaruh ekstrak tanaman terhadap jumlah puru akar, persentase serangan, berat kering
tanaman dan berat kering akar

Perlakuan
Kontrol
Cengkeh

Jumlah puru
(buah)
3.08 c

Persentase
serangan (%)

Berat kering
Tanaman (g)
47.85 a

Akar (g)

1.63 abc

55,00 b
30,00 ab

49.64 ab

9,35 b
8,11 ab

Gamal

0.50 a

10,00 a

56.21 c

5,56 a

Nimba

1.00 ab

10,00 a

52.28 abc

6,92 ab

S. Wangi

2.00 abc

20,00 a

47.91 a

7,57 ab

Sirih

0.50 a

10,00 a

53.58 abc

6,07 a

Sirsak

2.58 bc

40,00 ab

50.41 abc

9,18 b

Gulma Kirinyuh

0.75 ab

15,00 a

54.58 bc

5,65 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

199

AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

bakterisida dan fungisida. Uji korelasi


menunjukkan terjadi korelasi negatif antara
persentase serangan dengan berat kering tanaman
dengan r = -0,722*, dimana apabila persentase
serangan patogen tinggi maka pertumbuhan
tanaman baik tinggi maupun pembentukan daun
tanaman akan menjadi terhambat. Hal ini
disebabkan karena rusaknya susunan jaringan akar
yang menyebabkan rusaknya jaringan
pengangkutan, sehingga pengangkutan air dan hara
tanah terganggu. Sedangkan apabila serangan
patogen tinggi maka berat kering akar akan
semakin tinggi. Hal ini didukung oleh korelasi
positif antara persentase serangan patogen dengan
berat kering akar sebesar r = 0,908**.
Persentase serangan patogen terendah
terdapat pada ekstrak gamal kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya kandungan tanin yang
terdapat pada daun gamal. Tanin merupakan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman gamal yang berfungsi untuk
mempertahankan diri dari serangan jamur, sehingga
jamur yang menyerang tanaman tidak mampu
mengambil makanan dari tanaman inang dan tidak
mampu merusak sel tanaman. Hal ini disebabkan
oleh senyawa tanin yang mampu mengikat protein
sehingga protein pada tanaman dapat resisten
terhadap degradasi oleh enzim protease dan
mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik.
Dimana fungistatik merupakan zat yang bersifat

menghambat kerja enzim tertent u yang


mengakibatkan terganggunya metabolisme sel
jamur, dan menyebabkan sensitifitas terhadap
perubahan lingkungan sehingga proses
pemanjangan hifa jamur menjadi terhambat dan
dapat dikatakan bahwa sel jamur tidak dapat
berkembangbiak (Hujjatusnaini, 2006).\
Senyawa fenolik merupakan salah satu
senyawa yang dihasilkan tumbuhan yang dapat
bersifat fungitoksik dan mampu menghambat
germinasi spora jamur. Daun sirih mengandung
minyak atsiri yang komponen utamanya adalah
fenol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga
mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam
nikotinat, vitamin C, tanin, gula, pati dan asam
amino. Kandungan tanin yang dimiliki daun sirih
kemungkinan mampu menghambat pertumbuhan
jamur seperti kandungan tanin yang terdapat pada
ekstrak gamal. Ekstrak kasar daun sirih
mempunyai daya anti jamur yang kuat yang dapat
merusak sel jamur karena menyebabkan lisis atau
menghambat pertumbuhan selnya (Phabiola,
2004).
Rendahnya serangan patogen pada perlakuan
ekstrak nimba disebabkan adanya kandungan
nimbin dan nimbidin yang berperan sebagai anti
mikroorganisme seperti bakterisida, fungisida yang
sangat bermanfaat untuk pengendalian penyakit
pada tanaman (Ahmad dan Beg, 2001; Kardinan,
1999).

Tabel 2. Matriks koefisien korelasi antar parameter pengamatan

Y1
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Keterangan:

200

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

1
0.779*
1
*
-0.781 -.0788*
1
**
-0.585 -0.566 0.943
1
0.696 0.861** -0.866** -0.722*
1
*
*
**
**
**
-0.770 -0.804 0.958 0.908
-0.860
1
R-tabel (1;6;5%): 0,7067
R-tabel (1;6;1%): 0,8343

Y1 = Tinggi tanaman
Y2 = Jumlah daun
Y3 = Jumlah puru akar
*= berpengaruh nyata

Y4 = Persentase serangan patogen


Y5 = Berat kering tanaman
Y6 = Berat kering akar
** = berpengaruh sangat nyata

Yunita : Pengendalian Penyakit Akar Gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora

Berat Kering Tanaman dan Berat Kering


Akar.
Analisis statistika menunjukkan berat kering
tanaman tertinggi terjadi pada perlakuan ekstrak
gamal (56,21 g) dan gulma kirinyuh (54,58 g)
namun berbeda nyata dengan kontrol (47,85 g).
Sedangkan berat kering akar terendah ditunjukkan
oleh perlakuan ekstrak gamal (5,56 g) dan
berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan
ekstrak kecuali dengan kontrol (9,35 g) dan
ekstrak sirsak (9,18 g).
Berat kering t anaman yang tinggi
menunjukkan bahwa tidak terdapat serangan
patogen pada akar tanaman tersebut sehingga
pertumbuhan tanaman tidak terganggu karena
penyerapan air dan unsur hara dalam tanah menjadi
optimal. Adanya pertumbuhan tanaman yang baik
maka pertambahan tinggi dan jumlah daun menjadi
lebih optimal sehingga berat kering tanaman lebih
tinggi di bandingkan tanaman yang terserang
patogen yang rata-rata tinggi tanaman dan jumlah
daun lebih rendah. Hal ini didukung oleh uji korelasi
negatif antara berat kering tanaman dengan berat
kering akar dengan r = - 0,860**.
Hasil tertinggi berat kering akar ditunjukkan
oleh Kontrol (9,35 g). Jumlah berat kering akar
tanaman yang tinggi menunjukkan akar tanaman
tersebut terserang oleh patogen dan banyak dari
bagian akar tanaman tersebut rusak (terjadi
pembesaran sel) yang menyebabkan terhambatnya
absorbsi dan translokasi air dan nutrisi. Tingginya
berat kering akar disebabkan oleh peningkatan
jumlah sel akar yang terserang patogen akibat
perkembangan dan pembelahan sel yang
berlangsung lebih cepat.

Tinggi Tanaman.
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa
perlakuan ekstrak tanaman berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman terbesar
pada minggu ke delapan, ditunjukkan oleh ekstrak
gamal (34,65 cm) dan berbeda nyata dibandingkan
kontrol (31,65 cm) seperti pada Tabel 3. Hal ini
disebabkan oleh sedikitnya jumlah puru akar gada
yang terdapat pada perlakuan ekstrak gamal
sehingga masih banyak terdapat akar-akar lain
yang sehat dan akar tersebut mampu menunjang
pertumbuhan tanaman seperti penyerapan unsur
hara tidak terganggu sehingga pertumbuhan
tanaman lebih optimal. Uji korelasi pada Tabel 2
menunjukkan tinggi tanaman berkorelasi nyata
negatif dengan jumlah puru akar sebesar r = 0,781*. Terhambatnya pertambahan tinggi
tanaman disebabkan oleh banyaknya jumlah puru
akar yang terdapat pada akar tanaman tersebut.
Jumlah puru akar yang banyak menyebabkan berat
kering akar tanaman menjadi lebih tinggi. Hal ini
ditunjukkan oleh uji korelasi antara tinggi tanaman
berkorelasi nyata negatif dengan berat kering akar
yaitu sebesar r = -0,770*. Tinggi tanaman dengan
perlakuan ekstrak sirsak menunjukkan hasil
terendah pada pengamatan minggu ke delapan. Hal
ini disebabkan karena selain jumlah puru akar yang
banyak terdapat pada perlakuan ekstrak sirsak
jumlah daun yang sedikit mempengaruhi jumlah
fotosintesis sehingga zat yang digunakan untuk
pertumbuhan tanaman menjadi lebih sedikit seperti
pertambahan tinggi tanaman menjadi terhambat.
Pertambahan tinggi tanaman dipengaruhi oleh
banyak sedikitnya jumlah daun yang terdapat pada
tanaman tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh uji
korelasi menunjukkan tinggi tanaman berkorelasi
nyata positif dengan jumlah daun sebesar r =
0,779*.

201

AGROTROP, VOL. 2, NO. 2 (2012)

Tabel 3. Pengaruh ekstrak tanaman terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman
Perlakuan

Tinggi tanaman (cm)

Jumlah daun (helai)

Kontrol

31,65 ab

20,75 ab

Cengkeh

34,21 bc

20,90 ab

Gamal

34,65 c

22,20 b

Nimba

32,05 abc

21,30 ab

Sereh wangi

32,17 abc

19,85 a

Sirih

33,95 abc

21,45 ab

Sirsak

31,32 a

19,90 a

Gulma kirinyuh

34,43 c

22,05 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.
Jumlah Daun Tanaman.
Analisis statistika menunjukkan tidak ada
ekstrak yang secara nyata meningkatkan jumlah
daun dibandingkan kontrol, namun demikian
jumlah daun pada perlakuan ekstrak gamal dan
gulma kirinyuh lebih tinggi dibandingkan kontrol
dan terbanyak adalah pada ekstrak gamal (22,20
helai). Rata-rata jumlah daun yang banyak pada
ekstrak gamal adalah akibat sedikitnya serangan
patogen pada akar tanaman. Sedikitnya serangan
penyakit akar gada menyebabkan berat kering akar
tanaman rendah. Hal ini didukung oleh korelasi
nyata negatif antara ratarata jumlah daun dengan
berat kering akar yaitu r = -0,804*. Sedangkan
banyaknya jumlah daun yang terdapat pada
perlakuan ekstrak gamal menyebabkan tingginya
berat kering tanaman. Hal ini didukung oleh adanya
korelasi nyata positif antara jumlah daun tanaman
dengan berat kering tanaman (r = 0,861**).
Rendahnya jumlah daun pada ekstrak sirsak
dipengaruhi oleh jumlah puru akar. Semakin
banyak jumlah puru akar maka penyerapan unsur
hara dari dalam tanah menjadi tidak optimal yang
berakibat pada rendahnya pembentukan tubuh
tanaman termasuk jumlah daun tanaman. Hal ini
didukung oleh hasil uji korelasi antara jumlah daun
tanaman berkorelasi nyata negatif dengan jumlah
puru akar sebesar r = -0,788*.

202

Hubungan antara Pertumbuhan Tanaman


dengan Komponen Serangan Akar Gada.
Tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kubis
sangat dipengaruhi oleh komponen jumlah puru
masing-masing sebesar -0,781* dan -0,788*. Hal
ini berarti semakin banyak puru maka semakin
rendah tinggi tanaman dan jumlah daunnya semakin
sedikit. Dalam penelitian ini perlakuan ekstrak
gamal sangat efektif menekan jumlah puru akar
(0,50 buah) dibandingkan kontrol (3,08 buah)
seperti Gambar 1.
1.

Gambar 1. Tanaman kubis pada perlakuan


ekstrak gamal (A) dan kontrol (B)
Berdasarkan data pertumbuhan, tinggi
tanaman dan jumlah daun, secara nyata tanaman
dengan ekstrak gamal lebih tinggi dibandingkan
kontrol (Tabel 3) dan perlakuan ekstrak lainnya.
Hal ini berarti ekstrak gamal sangat efektif menekan

Yunita : Pengendalian Penyakit Akar Gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora

akar gada dan sekaligus meningkatkan


pertumbuhan tanaman. Ekstrak yang efektif
berikutnya adalah ekstrak sirih dan nimba (Tabel
1 dan Tabel 3).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut
di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Ekstrak
gamal paling efektif menekan penyakit akar gada
dan mampu meningkatkan tinggi tanaman dan
jumlah daun. Ekstrak gamal menghasilkan jumlah
puru terendah, persentase serangan terendah, berat
kering tajuk tertinggi, berat kering akar terendah,
tanaman tertinggi, dan jumlah daun terbanyak.
SARAN
Saran yang diajukan berdasarkan penelitian
ini adalah perlu dilakukan uji lapang langsung pada
lahan pertanian untuk mengetahui efektivitas
ekstrak tanaman, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kandungan zat kimia pada gamal yang
berperan dalam pengendalian penyakit akar gada,
dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
lama perendaman ekstrak dengan pelarut nonpolar untuk mengetahui efektivitas kandungan zat
kimia dalam ekstrak tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I. and A.Z. Beg. 2001. Antimicrobial and
phytochemical studies on 45 Indian
medicinal plants against multi-drug
resistant human pathogens. Journal of
Etnopharmacology, 74 (2):113-123.

Gomez, K.A. 1995. Prosedur Statistik untuk


Penelitian. UI Press, Jakarta.
Hujjatusnaini. 2006. Uji potensi ekstrak daun
ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap
penghambat an
pertumbuhan
Trichophyton
sp.
ht tp://
w w w . g o o g l e . c o m /
u r l?s a = t &r ct = j&q = u ji% 2 0
potensi%20ekstrak%20\
[2 Februari 2013].
Kardinan, A. 1999. Pestisida Nabati Ramuan
dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
76 hal.
Phabiola, T. A. 2004. Penggunaan ekstrak
beberapa jenis tumbuhan unt uk
mengendalikan penyakit layu pisang pada
pembibitan dari bonggol. Tesis. Program
Magister Program Studi Bioteknologi
Universitas Udayana. 46 hal.
Purwanto. 2007. Pemanfaatan Daun Gamal
sebagai Larutan MOL. ht tp://
riefarm.blogspot.com/. [2 Oktober 2012].
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit
Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 848 hal.
Sulistyawati, H. P. R. 2002. Penanaman caisin
dan kenikir sayur serta infestasi
Trichoderma untuk mengeliminasi
propagul cendawan akar gada pada
tanah. Fakultas Pertanian UNS.
Surakarta. (Skripsi).

203

You might also like