Professional Documents
Culture Documents
I.
JUDUL PERCOBAAN
II.
TANGGAL PERCOBAAN
: 18 NOVEMBER 2014
III.
SELESAI PERCOBAAN
: 18 NOVEMBER 2014
IV.
TUJUAN:
-
V.
DASAR TEORI
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d atau f
yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri atas 56 dari
103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dalam blok d, yang terdiri dari
unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf sampai Au, dan
blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan aktinoid dari Ac
sampai Lr. Unsur blok d dan blok f sangat berbeda.
Sifat Unsur Transisi
1. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, berkaitan dengan semakin bertambahnya
elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya. Sehingga jarak
elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn.
Ada sesuatu hal yang unik pada pengisian elektron pada logam transisi. Setelah
pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak
langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc.
Sehingga pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi
ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam
menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu terionisasi.
3. Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1
4. Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi
lebih dari satu disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi. Sehingga,
energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih
kecil dibanding unsur golongan utama. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang
memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat
semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Pada skandium dengan
konfigurasi elektron (n-1)d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan
konfigurasi (n-1)d5ns2, akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, misalnya besi Fe dengan konfigurasi
elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang
ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi
penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih rendah dari
bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n1)d dan ns-nya.
Logam-logam golongan transisi sifatnya berbeda dengan logam-logam
golongan utama. Logam transisi dapat membentuk senyawa koordinasi. Senyawa
kompleks dapat berwarna karena senyawa tersebut menyerap energi pada daerah
sinar tampak. Penyerapan energi tersebut digunaan untuk melakukan promosi atau
transisi elektronik pada atom pusat. Pada kompleks yang berkarakter d1-d9 merupakan
kompleks yang memiliki warna dikarenakan adanya transisi elektronik pada orbital d.
Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter utama d,
transisinya disebut transisi d-d.
Pada orbital d terjadi pembelahan atau splitting orbital yang akan
menghasilkan dua tingkat energi yaitu eg dan t2g pada oktahedral. Pada kompleks d0
dan d10 memiliki keistimewaan karena terdapat senyawa dari kompleks ini yang
menghasilkan warna karena adanya transisi transfer muatan (Charge Transfer).
Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas transfer muatan logam ke ligan (metal
(M) to ligand (L) charge-transfers (MLCT)) dan transfer muatan ligan ke logam
(LMCT).
Senyawa-senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam dan
molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron bebas yang disebut ligan. Ligan
dapat berupa ion ataupun molekul netral. Ligan-ligan dapat diklasifikasikan menurut
jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya:
1. Ligan monodentat mendonorkan satu pasang elektron bebasnya kepada logam atau
ion logam. Contoh ligan-ligan monodentat adalah NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
2. Ligan bidentat mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam atau ion
logam. Contohnya ethylendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Molekul netral (H2O, NH3) dan anion (F-, Cl-, Br-, CN-) dapat bertindak
sebagai ligan. Jika satu atau lebih molekul netral berkoordinasi dengan ion logam,
menghasilkan spesies ion logam transisi yang bermuatan disebut ion kompleks.
Misalnya, sebagian besar ion logam transisi membentuk ion kompleks dengan
molekul-molekul air, bila dilarutkan dalam air. Contohnya [Co(NO2)6]3- dan
[Fe(CN)6]4-. Senyawa-senyawa ini mudah terbentuk karena air ada dalam jumlah
yang berlebih. Namun air bukan ligan yang kuat. Kompleks ini berlangsung dalam
reaksi substitusi, yaitu molekul air digantikan oleh ligan lain secara berurutan. Reasi
ini sering disertai perubahan warna larutan. Kompleks dapat diklasifikasikan sebagai
inert atau labil, bergantung pada kecepatan reaksi substitusi yang terjadi. Kompleks
yang lebih mengalami reaksi substitusi secara cepat, sedangkan kompleks inert
mengalami reaksi substitusi secara lambat.
Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode
keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi
periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah
umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan
bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan
MnO4-. Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan.
1. Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, tak larut
dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia
bisa larut sedikit.
Larutan Amonia
Bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit, akan dihasilkan endapan
biru yang merupakan garam basa yang larut dalam reagensia berlebih
menghasilkan warna biru tua yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
teteraaminokuprat (II).
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.SO4 + 2NH4+
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OHJika larutan mengandung garam amonium, pengendapan tidak terjadi sama
sekali, tetapi warna biru langsung terbentuk.
Natrium Hidroksida
endapan biru tembaga (II) hidroksida dimana endapan tersebut tidak larut dalam
reagen berlebih.
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
2. Besi (Fe)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuh dan liat.
Reaksi dengan asam
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi,
Fe + 2H+ Fe2+ + H2
Fe + 2HCl Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan membentuk gas nitrogen
oksida dan ion besi (III):
Fe + HNO3 + 3H+ Fe3+ + NO + 2H2O
Besi (II)
Garam-garam besi (II) (atau fero) diturunkan dari besi (II) oksida, FeO.
Dalam larutan, berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan
menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.
Larutan NaOH
menghasilkan endapan putih besi (II) hidroksida, Fe(OH)2, bila tidak terdapat di
udara sama sekali. Endapan ini tak larut dalam reagensia berlebih, tetapi larut
dalam asam.
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
Bila terkena udara, besi (II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada
akhirnya menghasilkan besi (III) hidroksida yang coklat-kemerahan. Pada
kondisi biasa, Fe(OH)2 nampak sebagai endapan hijau kotor dengan
penambahan hidrogen peroksida, ia segera dioksidasikan menjadi besi (III)
hidroksida.
4Fe(OH)2 +2H2O + O2 4Fe(OH)3
2Fe(OH)2 +H2O2 2Fe(OH)3
Larutan Amonia
Terjadi endapan putih besi (II) hidroksida, Fe(OH)2, tetapi jika ada ion
amonium dalam jumlah lebih banyak, disosiasi amonium hidroksida tertekan
dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah sehingga hasil kali
kelarutan besei (II) hidroksida tidak tercapai sehingga tidak terjadi
pengendapan.
Larutan amonium tiosianat
Tak diperoleh pewarnaan dengan garam-garam besi (II) yang murni (perbedaan
dari ion-ion besi (III)).
Fe (III)
Garam-garam besi (III) (atau feri) diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka
lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutan, berwarna kuning muda.
Larutan Amonia
endapan coklat merah seperti gelatin dari besi (III) hidroksida yang tak
larut dalam reagensia berlebih, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3NH4+
Hasil kali kelarutan besi (III) hidroksida sangat kecil sehingga terjadi
pengendapan sempurna. Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-asam
organik tertentu. Besi (III) hidroksida diubah pada pemanasan yang kuat
menjadi besi (III) oksida, oksida yang dipijarkan dapat larut namun sukar dalam
larutan asam encer, tetapi melarut setelah didinginkan dengan keras bersama
asam klorida pekat.
2Fe(OH)3 Fe2O3 +3H2O
Fe2O3 + 6H+ 2Fe3+ + 3H2O
Larutan Natrium Hidroksida
endapan coklat kemerahan besi (III) hidroksida yang tak larut dalam
reagensia berlebih.
Fe3+ + 3OH- Fe(OH)3
Larutan amonium tiosianat
Dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan warna merah tua (perbedaan dari
ion besi (II)), yang disebabkan karena pembentukan suatu kompleks besi (III)
tiosianat yang tak berdisosiasi:
Fe3+ + 3SCN- Fe(SCN)3
3. Kromium (Cr)
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan dapat ditempa
dengan berarti. Logam ini larut dalam asam klorida encer atau pekat. Jika tak
terkena udara:
Cr + 2H+ Cr2+ + H2
Cr + 2HCl Cr2+ + 2Cl- + H2
Dengan adanya oksigen dari atmosfer, kromium sebagian atau seluruhnya menjadi
teroksidasi ke keadaan trivalen:
4Cr2+ + O2 + 4H+ 4Cr3+ + 2H2O
Larutan Amonia
endapan seperti gelatin yang berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru
yaitu kromium (III) hidroksida, Cr(OH)3 yang sedikit larut dalam zat
pengendap berlebih dalam keadaan dingin dengan membentuk larutan
lembayung
atau
merah
jambu
yang
mengandung
ion
kompleks
ion
hidroksil
yang
mengakibatkan
ketidakmampuan
untuk
menghasilkan Mn(OH)2.
6. Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa.
Larutan Natrium Hidroksida
endapan seperti gelatin putih, yaitu zink (II) hidroksida, Zn(OH)2.
Zn2+ + 2OH- Zn(OH)2
Endapan larut dalam asam
Zn(OH)2 + 2H+ Zn2+ + 2H2O
Dan juga dalam reagen berlebih
Zn(OH)2 + 2OH- [Zn(OH)4]2Jadi, zink hidroksida adalah senyawa yang bersifat amfoter.
Larutan Amonia
endapan seperti gelatin putih, yaitu zink (II) hidroksida, yang mudah larut
dalam reagensia berlebih dan dalam larutan amonium karena menghasilkan
tetraaminzinkat (II). Tidak diendapkannya zink hidroksida oleh larutan amonia
jika ada amonium klorida disebabkan oleh menurunnya konsentrasi ionhidroksil sehingga hasil kali Zn(OH)2 tak tercapai.
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2 + 2NH4+
Misalnya, jika garam nikel (II) dilarutkan di dalam air akan terbentuk ion
kompleks [Ni(H2O)6]2+ yang berwarna hijau. Pada penambahan NH3 pekat, warna
larutan berubah menjadi biru karena terbentuk ion kompleks [Ni(NH3)6]2+.
VI.
ALAT
1. Tabung Reaksi
30 buah
2. Pembakar Spirtus
1 buah
3. Spatula
1 buah
4. Pipet tetes
secukupnya
5. Kaca Arloji
2 buah
6. Penjepit kayu
1 buah
7. Pembakar spirtus
1 buah
@1 buah
BAHAN
Aquades
Dimethilglioxime (DMG)
Ammonia pekat 2M
Ethylendiamin
CoCl2 0,1 M
CrCl3.6H2O(s) 0,1 M
Larutan Na2C2O4
FeCl3(s) 0,1 M
Larutan Na2EDTA
FeSO4(s) 0,1 M
NiCl2 0,1 M
MnSO4 0,1 M
CuSO4.5H2O(s) 0,1 M
NH4CNS 0,1 M
CuCl2.2H2O(s)
1,10-phenantrolin
Fe(NH3)2SO4 0,1 M
K2Cr2O7(s) 0,1 M
Fe(NO3) 0,1 M
K4[Fe(CN)6] 0,1 M
HCl 2 M & 12 M
KSCN jenuh
HNO3 2 M, pekat
Ni(NO3)2
VII.
ALUR PERCOBAAN
Percobaan I : Reaksi beberapa ion logam transisi
a. Reaksi dengan NaOH
CrCl3
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
Perubahan warna
ZnCl2
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Perubahan warna
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Perubahan warna
Perubahan warna
Hasil
pengamatan
2.
Hasil
pengamatan
-dimasukkan tabung
reaksi3
Ditambah sedikit larutan
Na2EDTA
Hasil
pengamatan
d. Kompleks Cu(II)
1.
Satu spatula kecil padatan
CuSO4.5H2O
Perbedaan padatan
2.
Larutan tembaga sulfat 1mL
-dimasukkan tabung reaksi 1
-ditambah beberapa tetes ethylene
diamin
ethylene diamin
-dikocok dan diamati perubahannya
perubahannya
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan
Hasil
pengamatan
Sebelum reaksi
Larutan berwarna
biru jernih (++)
Larutan tak
berwarna
Larutan berwarna
kuning jernih
Larutan berwarna
kuning (++)
Larutan berwarna
merah muda jernih
Larutan berwarna
hijau toska jernih
Larutan berwarna
biru jernih
Larutan tak
berwarna
Setelah penambahan
tetes demi tetes
NaOH (3 tetes)
Larutan biru kehijuan
Larutan coklat muda
+ endapan (+)
Larutan hijau tua +
endapan
Larutan tak berwarna
+ endapan coklat
Rumus senyawa
yang terbentuk
[Cr(H2O)3(OH)3](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)4(OH)2]-(aq)
[Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
Setelah penambahan
berlebih NaOH (10-15
tetes)
Larutan biru kehijauan
(+)
Larutan coklat tua +
endapan coklat (++)
Larutan hijau +
endapan
Larutan tak berwarna +
endapan coklatan (+)
Larutan coklat +
endapan
[Co(H2O)4(OH)2](s)
[Ni(H2O)4(OH)2](s)
[Ni(OH)3(H2O)3](s)
[Cu(H2O)4(OH)2](s)
[Cu(H2O)3(OH)3](s)
[Zn(H2O)4(OH)2](s)
Larutan keruh
[Zn(H2O)3(OH)3](s)
[Co(H2O)3(OH)3](s)
Percobaan 1b: Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi dengan Larutan Amonia 2 M
Pengamatan
Larutan
Garam
CrCl3
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Sebelum reaksi
Larutan biru jernih
Larutan tak
berwarna
Larutan jernih
kekuningan
Larutan berwarna
kuning jernih
Larutan berwarna
merah muda jernih
Larutan berwarna
biru toska jernih
Larutan berwarna
biru jernih
Larutan tak
berwarna
Setelah penambahan
tetes demi tetes NH3
(3 tetes)
Larutan kehijauan
keruh
Larutan kuningan
keruh
Larutan biru
kehijauan (++)
Larutan tak berwarna,
endapan kecoklatan
Larutan biru +
endapan (+)
Larutan biru toska
jernih (+)
Rumus senyawa
yang terbentuk
[Cr(H2O)3(OH)3](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq)
[Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq)
[Co(NH3)6]2+(aq)
[Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq)
Setelah penambahan
berlebih NH3 (10-15
tetes)
Larutan kehijauan
keruh (+)
Larutan kuning (++) +
endapan
Larutan biru kehijauan
(+)
Larutan tak berwarna +
endapan coklat (++)
Larutan biru + endapan
(++)
Larutan biru toska
jernih
Biru muda
[Cu(H2O)(NH3)3]2+(aq)
[Cu(NH3)4]2+(aq)
Larutan keruh +
endapan (+)
[Zn(NHs)(OH)2](s)
Larutan keruh +
endapan (++)
[Zn(NH3)4]2+(aq)
Percobaan 1c: Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi dengan Larutan Amonium tiosianat 0,1 M
Warna larutan Amonium tiosianat: tak berwarna
Larutan
Garam
CrCl3
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Pengamatan
Setelah penambahan NH4CNS
Sebelum reaksi
(3 tetes)
Larutan berwarna biru jernih (+)
Larutan biru jernih
Larutan tak berwarna
Larutan kekuningan
Larutan berwarna jernih kekuningan Larutan jernih kekuningan (+)
Larutan berwarna kuning jernih
Larutan merah kehitaman
Larutan berwarna merah muda jernih Larutan merah muda jernih
Larutan berwarna biru toska jernih
Larutan biru toska jernih
Larutan berwarna biru jernih
Larutan hijau muda jernih
Larutan tak berwarna
Larutan jernih kekuningan
d. Blanko
Garam
CrCl3
Mn(SO4)
Fe(NH3)2SO4
FeCl3
CoCl2
NiCl2
CuSO4
ZnCl2
Pengamatan
Sebelum reaksi
Setelah penambahan 1 mL air
Larutan berwarna biru jernih
Larutan berwarna biru jernih (+)
Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna
Larutan berwarna kuning jernih
Larutan berwarna kuning jernih
Larutan berwarna merah muda jernih Larutan berwarna merah muda jernih
Larutan berwarna biru toska jernih
Larutan berwarna biru toska jernih
Larutan berwarna biru jernih
Larutan berwarna biru jernih
Larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna
Pengamatan setelah
Rumus ion kompleks
bereaksi (3 tetes)
yang terbentuk
Larutan berwarna hijau
Na2C2O4(s)
Larutan tak berwarna
[Cr(C2O4)3]3-(aq)
muda
Struktur ion kompleks: CrCl3(aq) + Na2C2O4(aq) [Cr(C2O4)3]3-(aq) + 2Na+ + 3Cl-
b. Kompleks Fe(II)
Warna larutan Ferro sulfat: hijau jernih
Garam
FeSO4 + air
Struktur ion kompleks:
Pengamatan
Setelah penambahan kristal
Rumus ion kompleks yang
1,10-phenanthroline
terbentuk
Larutan kuning
[Fe(1,10-phenanthroline)6]2+(aq)
Fe
N
N
c. Kompleks Fe(III)
Warna larutan FeCl3: kuning (++)
Larutan Garam
FeCl3
Pengamatan
Setelah penambahan
tetes demi tetes
NH4CNS
Larutan kuning
[Fe(1,10phenanthroline)6]2+(aq)
Setelah
penambahan
Na2C2O4
Jingga merah
d. Kompleks Co (II)
Warna larutan CoCl2 : merah muda jernih
Reagen yang
ditambahkan
Larutan Ethylendiamin
Larutan Na2EDTA
e. Kompleks Ni (II)
Warna larutan Ni(NO3)2 : biru toska jernih
Reagen yang
ditambahkan
Pengamatan setelah
bereaksi
Ethylendiamin
Dimethylglioksim
Larutan Na2EDTA
Struktur ion kompleks:
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Ni(NO3)(en)]+
[Ni(DMG)]2+
[Ni(EDTA)2]2+
H2 N
2+
H 2N
Ni
NH2
H 2N
NH 2
[Ni(DMG)]2+
[Ni(en)3]2+
[Ni(EDTA)2]2+
f. Kompleks Cu (II)
Warna CuSO4.5H2O : kristal berwarna biru tua
Warna CuCl2.2H2O : kristal (seperti jarum) berwarna biru muda
Larutan CuSO4(aq) : biru muda jernih
Reagen yang
ditambahkan
Ethylendiamin
Larutan Na2EDTA
Rumus ion
kompleks yang
terbentuk
[Cu(en)2]2+
[Cu(EDTA)2]2+
H2 N
2+
H 2N
Cu
NH2
H 2N
NH 2
[Cu(EDTA)2]2+
[Cu(en)3]2+
Pengamatan
Pengamatan
Larutan berwarna jingga (+)
larutan jingga kehijauan
Larutan jingga kecoklatan
Hijau tua kecoklatan
Hijau tua
IX.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Percobaan I: Reaksi beberapa Ion Logam Transisi
Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk mengetahui beberapa reaksi
dari logam transisi. Logam yang digunakan dalam reaksi ini adalah Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Logam-logam tersebut direaksikan dalam bentuk
garamnya dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,1 M dan akan direaksikan
dengan NaOH, NH3, dan NH4CNS.
a. Reaksi dengan NaOH 1M
Pada dasarnya ion-ion logam transisi akan mengendap apabila direaksikan
dengan NaOH (tidak berwarna) membentuk endapan hidroksida.
Larutan CrCl30,1 M
Dalam larutan lembayung ion Cr3+ terdapat sebagai ion
[Cr(H2O)6]3+, berdasarkan pengamatan kami warna tersebut tampak
sebagai larutan biru jernih (++), 1 mL larutan CrCl3 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes NaOH, dengan cara
ditambahkan setetes demi setetes. Pada pengamatan tidak terjadi
perubahan yang signifikan (endapan tidak terjadi) akan tetapi terjadi
perubahan warna pada larutan menjadi biru kehijauan. Berdasarkan
teori larutan ini akan membentuk endapan hidroksida saat direaksikan
dengan NaOH.
[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH-(aq)[Cr(H2O)3(OH)3](s)
Saat ditambahkan NaOH, ligan OH masuk menggantikan beberapa
ligan H2O. Lalu ditambahkan NaOH lagi secara berlebih sebanyak 10
tetes membentuk larutan berwarna biru kehijauan (+), hal tersebut
menunjukkan bahwa terjadi pembentukan kompleks hidrokso dalam
bentuk ion tetrahidroksokromat(III). Sesuai dengan persamaan reaksi:
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + OH-(aq) [Cr(H2O)2(OH)4]-(aq)
Larutan Mn(SO)4 0,1 M
Garam-garam mangan (II) umumnya tidak berwarna dan terdapat
dalam larutan warnanya agak merah jambu, hal ini disebabkan oleh
adanya ion heksaakuomanganat(II) [Mn(H2O)6]2+. Akan tetapi dalam
hidroksida
amfoter
yang belum
sempurna
yakni
larutan
mengandung
klorida,
warna
menjadi
semakin
dimana
ionFe3+membentuk
akuokompleks
berwarna)
menghasilkan
larutan
hijau
keruh.
Hal
tersebut
dari
kompleks
heksaakuonikelat(II)[Ni(H2O)6]2+.
Dalam
Dari persamaan reaksi tersebut dapat dilihat bahwa ligan OHmenggantikan beberapa ligan H2O.
Larutan CuSO4 0,1 M
Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan-air, warna ini benar-benar
khas hanya untuk ion tetraakuokuprat(II) [Cu(H2O)6]2+. Dalam larutan
membentuk kompleks [Cu(H2O)6SO4] berwarna biru. Sebanyak 1 mL
larutan CuSO4 0,1 M yang berupa larutan biru jernih dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH
0,1 M sebanyak 3 tetes, membentuk larutan berwarna biru (+) dan
disertai adanya endapanbiru yakni endapan hidroksida amfoter.
Reaksinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-(aq) [Cu(H2O)5(OH)]+(aq)
Ketika ditambahkan NaOH 0,1 M secara berlebih yaitu 10 tetes,
endapan yang dihasilkan semakin banyak dan larutan berwarna biru
(++). Hal menunjukkan bahwa endapan tidak larut saat ditambahkan
reagen secara berlebih dan endapat yang terbentuk merupakan
hidroksida kompleks.Reaksinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH-[Cu(H2O)3(OH)3](s)
Dari reaksi dapat dilihat bahwa, ligan OH- mendesak dan
menggantikan beberapa ligan H2O.
Larutan ZnCl2 0,1 M
Zink hanya membentuk sat seri garam; garam-garam ini
mengandung kation Zn2+. Dalam larutan, ZnCl2 membentuk kompleks
[Zn(H2O)6Cl2],
dimanaion
Zn2+
membentuk
akuokompleks
dimana
ionFe3+
membentuk
akuokompleks
2+
kami
warna
tersebut
tampak
sebagai
warna
bentuk
[Zn(H2O)6Cl2]
larutanZnCl2
dimana
ion
akan
membentuk
Zn2+membentuk
akuo
kompleks
kompleks
Larutan Mn(SO4)
Larutan Mn(SO4) yang berupa larutan tak berwarna diambil 1 mL
dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL
larutan NH4CNS, larutan menjadi berwarna kekuningan.
Larutan Fe(NH3)2SO4
Larutan Fe(NH3)2SO4 yang berupa larutan jernih kekuningan
diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS, larutan menjadi berwarna
jernih kekuningan (+).
Larutan FeCl3
Larutan FeCl3 yang berupa larutan kuning jernih diambil 1 mL dan
dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL larutan
NH4CNS, larutan menjadi berwarna merah kehitaman.
[Fe(H2O)6]3+(aq) + SCN(aq) [Fe(H2O)5SCN]2+(aq) + H2O(l)
Larutan CoCl3
Larutan CoCl3 yang berwarna merah muda jernih diambil 1 mL
dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL
larutan NH4CNS, larutan tetap berwarna merah muda jernih.
Co2+ + 4SCN- [Co(SCN)4]2 Larutan NiCl2
Larutan NiCl2 yang berwarna biru toska jernih diambil 1 mL dan
dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL larutan
NH4CNS, larutan tetap berwarna biru toska jernih.
Larutan CuSO4
FeSO4 + H2O
[Fe(1,10-phenanthroline)3]2+ kuning
Untuk larutan Fe (III), disiapkan sebanyak 2 mL larutan FeCl3 dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Warna awal larutan FeCl3 adalah kuning
jernih (++). Setelah itu ditambahkan 2 tetes larutan NH4CNS yang berupa larutan
tidak berwarna untuk memberi warna gelap larutan yang mengandung Fe(CNS)2+
dan dikocok. Secara teori penambahan reagen ini akan memberi warna merah bata
kompleks dengan kobalt sebagai atom pusat dan etilendiamin sebagai ligan, dalam
hal ini etilendiamin merupakan ligan bidentat karena menyumbangkan 2 elektron
pada logam dan logam kobalt bermuatan +2. Kompleks yang terbentuk memiliki
bilangan koordinasi sebanyak 6 dan memiliki bentuk koordinasi oktahedral.
Dengan struktur ion kompleks sebagai berikut:
d. Kompleks Ni (II)
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 1 mL larutan
Ni(NO3)2 yang berwarna hijau muda jernih ke dalam masing-masing 3 tabung
reaksi. Tabung reaksi pertama dilakukan penambahan 3 tetes reagen etilendiamin
yang berupa larutan tidak berwarna dan dikocok. Setelah penambahan reagen,
larutan menjadi hijau muda (+) karena terbentuk ion kompleks [Ni(en)3]2+.
Dengan struktur ion kompleks sebagai berikut:
2+
H2 N
Ni
NH 2
H 2N
NH2
[Ni(en) 3]2+
e. Kompleks Cu (II)
Terdapat dua cara kerja pada percobaan ini, cara kerja pertama prosedur
yang dilakukan adalah membandingkan perbedaan antara padatan CuSO4.5H2O
yang berupa padatan biru tua seperti Kristal dan padatan CuCl2.2H2O berwarna
biru muda berbentuk jarum pada kaca arloji. Dan cara kerja kedua adalah
disediakan dua tabung reaksi, dimana masing-masing tabung reaksi dimasukkan 1
mL larutan CuSO4.5H2O yang berupa larutan berwarna biru jernih. Tabung reaksi
pertama ditambahkan 3 tetes reagen etilendiamin yang berupa larutan tidak
berwarna dan dikocok. Setelah penambahan reagen, larutan menjadi berwarna
biru jernih (+) karena terbentuk ion kompleks [Cu(en)3]2+. Dengan struktur ion
kompleks sebagai berikut:
NH2
H2 N
2+
H 2N
Cu
NH2
H 2N
NH 2
[Cu(en)3]2+
Fe3+akan
membentuk
endapan
berwarna
cokelat.
Dapat
X.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan seluruh reaksi yang ada pada percobaan 1 sampai IV serta berikan
perubahan warnanya.
Jawab:
Reaksi percobaan I : Reaksi beberapa ion logam transisi
a) Reaksi dengan NaOH
CrCl3
[Cr(H2O)6]3+(aq)+ OH-[Cr(H2O)3(OH)3](aq)
biru jernih (++)
kehijuan keruh
[Cr(H2O)3(OH)3](aq) + OH-[Cr(H2O)3(Cl)2]+(aq)
Kehijuan keruh
Mn(SO4)
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH- [Mn(H2O)3(OH)3](aq)
Tidak Berwarna
Fe(NH3)SO4
[Fe(H2O)6]2+(aq)+ OH- Fe(H2O)4(OH)2](s)
kuning jernih
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + OH [Fe(H2O)3(OH)3]-(s)
Biru kehijauan
FeCl3
[Fe(H2O)6]3+(aq)+ OH- [Fe(H2O)3(OH)3](s)
Larutan kuning jernih
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + OH [Fe(H2O)2(OH)4]-(s)
tak berwarna + endapan coklat
CoCl2
[Co(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Co(H2O)3(OH)3](s)
hijau keruh
-
[Co(H2O)3(OH)3](s) + OH [Co(H2O)3(OH)3]-(s)
Hijau keruh
larutan coklat+endapan
NiCl2
[Ni(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Ni(H2O)4(OH)2](s)
biru toska jernih
tak berwarna
-
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH [Ni(H2O)3(OH)3]-(aq)
Tak berwarna
tak berwarna
CuSO4
[Cu(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Cu(H2O)4(OH)2](s)
Biru jernih
biru
-
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH [Cu(H2O)3(OH)3]-(aq)
biru
biru (++)
ZnCl2
[Zn(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Zn(H2O)4(OH)2](s)
Tidak berwarna
keruh + endapan
-
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH [Zn(H2O)3(OH)3]-(aq)
keruh + endapan
keruh
kehijauan keruh
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 6NH3[Cr(NH3)6]3+(aq)
kehijauan keruh
Mn(SO4)
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Mn(H2O)4(OH)2](s)
Tidak berwarna
kuning keruh
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH-[Mn(H2O)3(OH)3]-(aq)
Kuning keruh
Fe(NH3)2SO4
[Fe(H2O)6]2+(aq)+ 2NH3 [Fe(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+
Kuning jernih
FeCl3
[Fe(H2O)6]3+(aq)+ 3NH3 [Fe(H2O)3(OH)3](s)+ 3NH4+
Kuning jernih
CoCl2
[Co(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Co(H2O)4(OH)2](s)
Merah muda jernih
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH-[Co(H2O)4(OH)2](s)
biru + endapan (+)
NiCl2
[Ni(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Ni(H2O)4(OH)2](s)
biru toska jernih
Cu(SO4)
[Cu(H2O)6]2+(aq)+ 2NH3 [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+
Biru jernih
Biru muda
biru tua
ZnCl2
[Zn(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Zn(H2O)4(OH)2](s)
Tidak berwarna
Kompleks Fe(III)
FeCl3(aq) + 3NH4CNS(aq) Fe(CNS)3(aq) + 3NH4Cl
Kuning (++)
kuning
kuning
Kompleks Kobal(II)
Pada percobaan kobal (II) senyawa kompleks yang terbentuk
seperti di bawah ini:
Kompleks Ni(II)
Struktur ion kompleks yang terbentuk pada percobaan Ni (II) seperti di
bawah ini:
Hijau (+)
biru (+)
Kompleks Cu(II)
Struktur senyawa kompleks yang terbentuk sesuai pada gambar di bawah
ini: