You are on page 1of 6

Elektrokardiografi

Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi ke dalam
jaringan sekitar jantung yang dihantarkan oleh cairan tubuh, sebagian kecil dapat mencapai
permukaan tubuh dan dapat direkam menggunakan elektroda perekam yaitu
elektrokardiogram. EKG normal memiliki 3 gelombang, yaitu :
- Gelombang P
: Mencerminkan depolarisasi atrium
- Gelombang QRS
: Mencerminkan depolarisasi ventrikel
- Gelombang T
: Mencerminkan repolarisasi ventrikel
Yang pentung dalam EKG, yaitu :
a. Gelombang pertama yang terekam adalah gelombang P karena gelombang P terjadi
ketika impuls atau gelombang depolarisai menyebar keseluruh atrium.
b. Normalnya repolarisasi atrium terjadi bersamaan dengan depolarisasi ventrikel dan
ditandai oleh kompleks QRS
c. Gelombang P jauh lebih kecil dari QRS karena atrium memiliki masa otot yang jauh
lebih kecil dari ventrikel sehingga menghasilkan kelistrikan yang kecil juga.
d. EKG dapat tetap di garis basal bila,
- Sewaktu jeda atau penundaan di nodus AV. Jeda terjadi oleh interval waktu antara
akhir P dan awal QRS. Segmen ini dikenal sebagai segmen PR. Arus mengalir
melalui nodus AV, tetapi kekuatannya terlalu kecil untuk dinilai ekg.
- Ketika ventrikel terdepolarisasi sempurna dan sel-sel kontraktil mengalami fase datar
potensial aksi sebelum mengalami repolarisasi, diwakili ileh segmen ST. Bersesuaian
saat pengaktifan ventrikel selesai dan ventrikel sedang berkontraksi serta
mngosongkan isinya.
- Ketika otot jantung mengalami repolarisasi sempurna dan beristirahat dan ventrikel
kiri terisi, setelah gelombang T dan sebelum gelombang P sebelumnya. Periode ini
disebut dengan interval TP.

Gambar 5, bentuk EKG normal


Lead EKG
Terdapat 2 jenis lead :
1. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
a. Lead I, merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)

b. Lead II, merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
c. Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
2. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode
Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
Lead unipolar ekstremitas
a. Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan
kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
b. Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan
kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
c. Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan
tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
d. Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead
ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6

EKG 12 Lead
Lead
I,
aVL,
V5,
V6
menunjukkan
bagian
lateral
Lead
II,
III,
aVF
menunjukkan
bagian
inferior
Lead
V1
s/d
V4
menunjukkan
bagian
anterior
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar

jantung
jantung
jantung

Satu dari tiga komponen penting dalam diagnosis penyakit jantung koroner utamanya
sindrom koroner akut adalah EKG. Kombinasi riwayat penyakit yang khas dan peningkatan
kadar enzim jantung lebih dapat diandalkan daripada EKG dalam diagnosis infark miokard.
EKG memiliki tingkat akurasi prediktif positif sekitar 80%.
1. Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard
Iskemia miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG
dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inversi) tergantung beratnya
iskemia serta waktu pengambilan EKG. Spesifitas perubahan segmen ST pada iskemia
tergantung morfologinya. Diduga iskemia jika depresi segmen ST lebih dari 0,5mm

(setengah kotak kecil) dibawah garis besline (garis isoelektris) dan 0,04 detik dari j point.
Pada treadmill test, positif iskemia jika terdapat depresi segmen ST sebesar 1mm.

Gambar 6. Variasi segmen ST (depresi) pada iskemia


2. Perubahan/Evolusi EKG pada Injure Miokard
Sel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna, secara
elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang tidak mengalami injuri dan pada
EKG terdapat gambaran elevasi segmen ST pada sandapan yang berhadapan dengan
lokasi injuri. Elevasi segmen ST bermakna jika elevasi > 1mm pada sandapan ekstremitas
dan > 2mm pada sandapan prekordial di dua atau lebih sandapan yang menghadap daerah
anatomi jantung yang sama. Perubahan segmen ST, gelombang T dan kompleks QRS
pada injuri dan infark mempunyai karakteristik tertentu sesuai waktu dan kejadian selama
infark. Aneurisma ventrikel harus dipikirkan jika elevasi segmen ST menetap beberapa
bulan setelah infark miokard.

10

Gambar 10. Pola perubahan EKG pada IMA dengan ST elevasi (Emerg Med Clin N Am
2006; 24:53-89)
3. Perubahan EKG pada Infark Miokard Lama (OMI)
Infark miokard terjadi jika aliran arah ke otot jantung terhenti atau tiba-tiba menurun
sehingga sel otot jantung mati. Sel infark yang tidak berfungsi tersebut tidak mempunyai
respon stimulus listrik sehingga arah arus yang menuju daerah infark akan meninggalkan
daerah yang nekrosis tersebut dan pada EKG memberikan gambaran defleksi negatif
berupa gelombang Q patologis dengan syarat durasi gelombang Q lebih dari 0,04 detik
dan dalamnya harus minimal sepertiga tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang
sama.

Gambar 11. (A) EKG sandapan II normal dengan progresi normal vektor listrik (tanda panah)
dan kompleks QRS dimulai dengan gelombang Q septal yang kecil. (B) Perubahan EKG
sandapan II pada infark lama: arah arus meninggalkan daerah infark (tanda panah) dan
memperlihatkan gambaran defleksi negatif berupa gelombang Q patologis pada EKG
4. Konsep Resiprokal
Pada sandapan dengan arah berlawanan dari daerah injuri menunjukkan gambaran
depresi segmen ST dan disebut perubahan resiprokal (mirror image). Perubahan ini
dijumpai pada dinding jantung berlawanan dengan lokasi infark (75% dijumpai pada
infark inferior dan 30% pada infark anterior). Perubahan ini terjadi hanya sebentar diawal
infark dan jika ada berarti dugaan kuat suatu infark akut.

Gamb
\

5. Lokalisasi Infark Berdasarkan Lokasi Letak Perubahan EKG


Lokasi
Lead / Sandapan
Perubahan EKG
Anterior
V1-V4
ST elevasi, Gelombang Q
Anteroseptal
V1-V3
ST elevasi, Gelombang Q
Anterior Ekstensif
I, aVL, V1-6
ST elevasi, Gelombang Q
Posterior
V1-V2 (respirok)
ST depresi, Gelombang R tinggi
Lateral
I, avL, V5-V6
ST elevasi, Gelombang Q
Inferior
II, III, avF
ST elevasi, Gelombang Q
Ventrikel kanan
V4R-V5R
ST elevasi, Gelombang Q
Tabel 1. Letak Infark Berdasarkan Temuan EKG
Letak infark
EKG
A.Koronaria
Cab A.Koronaria
Anterior ektensif I, aVL, V1-6

Kiri, LAM

LAD, LCx

Anteroseptal

V 1-3

Kiri

LAD

Anterolateral

I, aVL, V4-6

Kiri

LCx

Inferior

II, III, aVF

80% kanan, 20% kiri

PDA

Posterior murni

V
1-2 Bervariasi kiri dan LCx, PLA
(resiprok)
kanan
LAM = left main artery, LAD = left anterior descending, LCX = left circumflex, PDA =
posterior descending artery, PLA = posteriolateral artery
STEMI
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST mengalami evolusi menjadi
gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosa infark miokard gelombang Q sebagian kecil
menetap menjadi infark miokard gelombang non Q. Jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi
bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan elevasi segmen
ST. Pasien tersebut biasanya mengalami UAP atau NSTEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi
ST berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut infark non Q. Sebelumnya, istilah
infark transmural digunakan jika EKG menunjukkan gelombang Q atau hilangnya gelombang R
dan infark miokard non transmural jika EKG hanya menunjukkan perubahan sementara segmen
ST dan gelombang T, namun ternyata tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG dengan
lokasi infark (mural/transmural) sehingga terminologi infark miokard gelombang Q dan non Q
menggantikan infark miokard mural/transmural.
NSTEMI
Gambaran EKG, secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal penting yang
menentukan risiko pada pasien. Pada Trombolysis in Myocardial Infarction (TIMI) III Registry;
adanya depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupakan prediktor outcome yang buruk.
Kaul et al, menunjukkan peningkatan risiko outcome yang buruk meningkat secara progresif
dengan memberatnya depresi segmen ST, dan baik depresi segmen ST maupun perubahan
troponin T, keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien-pasien dengan
NSTEMI.

UAP
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko pasien UAP.
Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemia akut.
Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan
T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang dari 0,05 mm dan gelombang T negatif
kurang dari 2 mm, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada
UAP, sebanyak 4% mempunyai EKG yang normal, dan pada NSTEMI, sebanyak 1-6% EKG
juga normal.

You might also like