Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
M. ANGGIAN
11712007T12030
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing akademik
Pembimbing lahan
Ns. Saumalina
Mahasiswa
M. Anggian
NIM 11712007T12030
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kasih sayang-Nya, sehingga Laporan Pendahuluan ini dapat di selesaikan.
Terima kasih saya ucapkan kepada Kepada Pembimbing Akdemik Ibu Ns.
Wiwin Haryanti, S. Kep dan Pembimbing klinik ibu Ns. Saumalina
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan Laporan
Pendahuluan ini. Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan Laporan
Pendahuluan ini baik secara moral maupun materil.
Besar harapan saya Laporan Pendahuluan ini dapat memberi
kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat
bagi masyarakat luas nantinya. Sebagai penyusun saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan. Terima
kasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Trauma hidung banyak terjadi akibat kecelakaan yang bersifat tumpul,
sehingga beresiko mengakibatkan berbagai macam komplikasi misalnya
infeksi, obstruksi hidung, jaringan parut dan fibrosis, deformitas sekunder,
sinekia, hidung pelana, obstruksi duktus nasoolakrimalis, dan perforasi
hidung. Berdasarkan waktu, trauma hidung terbagi atas trauma baru,
dimana kalus belum terbentuk sempurna; dan trauma lama, bila kalus
sudah mengeras. Berdasarkan hubungan dengan telinga luar, ada yang
disebut trauma terbuka dan trauma tertutup. Arah trauma menentukan
kerusakan yang terjadi, misalnya bila trauma datang dari lateral, akan
terjadi fraktur tulang hidung ipsilateral jika ringan, sedangkan trauma yang
berat akan menyebabkan deviasi septum nasi dan fraktur tulang hidung
kontralateral.
Septum hidung merupakan bagian dari hidung yang membatasi rongga
hidung kanan dan kiri. Septum nasi berfungsi sebagai penopang batang
hidung (dorsum nasi). Septum nasi dibagi atas dua daerah anatomi antara
lain bagian anterior, yang tersusun dari tulang rawan quadrangularis; dan
bagian posterior, yang tersusun dari lamina perpendikularis os ethmoidalis
dan vomer.
Dalam keadaan normal, septum nasi berada lurus di tengah tetapi pada
orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah.
Deviasi septum dapat menyebabkan obstruksi hidung jika deviasi yang
terjadi berat. Kecelakaan pada wajah merupakan faktor penyebab deviasi
septum terbesar pada orang dewasa.
Gejala yang paling sering timbul dari deviasi septum ialah kesulitan
bernapas melalui hidung. Kesulitan bernapas biasanya pada satu hidung,
kadang juga pada hidung yang berlawanan. Pada beberapa kasus, deviasi
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dan konkrit
tentang Asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Polip hidung adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan
didalam rongga hidung. Berwarna putih keabu-abuan yang terjadi akibat
inflamasi mukosa (Endang mangunkusumo, 2007).
dan
terdorong
kedalam
rongga
hidung
oleh
gaya
berat.(R.Pracy, 1989).
2. Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif
atau reaksi atopik didalam selaput mukosa hidung. Kerusakan jaringan
setempat dalam mukosa menimbulkan produksi berlabihan cairan
interseluler dan cenderung membentuk polip. Faktor predisposisi
terjadinya polip antara lain :
a. Alergi terutama renitis alergi
b. Sinusitis kronik
c. Iritasi
d. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum
dan hipertrofi konka.
3. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat didaerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan
interseluler sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses
terus berlanjut mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan
turun kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai sehingga
terbentuk polip. Polip dikavum nasi terbentuk akibat proses radang yang
lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronis dan renitis alergi. Dalam
jangka waktu yang lama vasodilatasi lama dari pembuluh darah
submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler
dan terdorong kesinus yang pada akirnya membentuk struktus yang
bernama polip.
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas
cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam rongga hidung dan
gaya berat. Polip yang dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus
paranasal dan sering kali bilateral. Polip hidung sering berasal dari sinus
maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksila dan masuk
kerongga hidung dan membesar di koana dan nasofaring, polip ini disebut
polip koana.
polip
menyebabkan
gangguan
drainase
sinus,
maka
pembengkakan yang terjadi akan tertutup oleh nanah. Pada polip jinak
tidak terjadi ulserasi ataupun perdarahan dan biasanya tidak pernah
unilateral.
5. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran
besar ataudalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau
infeksi sinusitiskronis, mengorok dan bahkan sleep apnea - kondisi serius
nafas dimana akan stopdan start bernafas beberapa kali selama tidur.
Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab
penglihatan ganda/berbayang.
6. Penatalakasanaan medis
Tujuan
utama
pengobatan
pada
kasus
polip
nasi
adalah
7.
Pemeriksaan penunjang
a. Foto sinar X
b.
Tengkorak lateral
8.
pengkajian
a. Diagnosa Keperawatan dengan Polip Hidung.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam
hidung
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 10 15
menit setelah dilakukan tindakan.
Kriteria Hasil :
a. RR normal (16 20 x/menit).
b. Suara napas vesikuler.
c. Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu
pernapasan.
d. Saturasi oksigen 100%
Intervensi :
a. Observasi RR tiap 4 jam, bunyi napas, kedalaman
inspirasi, dan gerakan dada.
R/ Mengetahui keefektifan pola napas.
b. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior .
R/ Mengetahui adanya penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan.
c. Pantau status oksigen pasien.
R/ Mencegah terjadinya sianosis dan keparahan.
Tindakan Mandiri Perawat :
a. Berikan posis fowler atau semiflower.
R/
Mencegah
obstruksi/aspirasi,
dan
Tindakan Kolaborasi :
a. Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik,
ekspetoran, bronkodilator.
R/
Mukolitik
ekspektoran
sekret,
bronkus
untuk
untuk
membantu
bronkodilator
dan
menurunkan
memobilisasi
menurunkan
analgetik
batuk,
diberikan
spasme
untuk
meningkatkan kenyamanan.
Mengetahui
keseimbangan
intake
dan
c.
Tidakan Kolaborasi :
a.
mengindikasikan
berfungsinya
saluran
cerna.
b.
c.
kebutuhan
pasien
dan
memberi
Tindakan Edukasi :
a. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
R/ Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinya
dan cara memenuhinya yang sesuai dengan
kebutuhan.
b. Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak mahal.
R/ Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang
dengan harga yang relatif terjangkau.
c. Dukung keluarga untuk membawakan makanan
favorit pasien di rumah.
R/ Merangsang nafsu makan pasien.
Menjaga
perilakudan
keadaan
yang
dengan
psikolog
untuk
Intervensi :
a.
b.
Tanyakan
kepada
pasien
tentang
kecemasannya.
R/ Mengetahui penyebab kecemasan pasien.
Tindakan Mandiri Perawat :
a. Ajak
pasien
untuk
berdiskusi
masalah
Tingkat
kenyamanan
pasien
dapat
Tindakan Edukasi :
a. Sediakan
informasi
faktual
menyangkut
Kejelasan
mengenai
prosedur
dapan
Intervensi :
keadaan
perkembangan
kondisi
umum
klien.
TTV
dan
dapat
pemberian
dekongestan
analgesik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
obat
hidung;
acetaminofen;
pemberian
1.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Desember 2013 adapun data
yang didapat adalah bahwa pasien masuk ruang rawat Seurene II Rumah
Sakit Umum dr. Zainoel Abidin pada tanggal 11 Desember 2013 dengan
nomor register 0117013 dengan diagnosa medis Polip cavum Nasi
Sinistra.
Pasien bernama Ny. I yang berjenis kelamin Perempuan berusia 26
tahun, telah menikah, beragama Islam, suku Aceh, pendidikan terakhir
SMA. Pasien berkomunikasi dengan penulis dengan bahasa Indonesia
dan juga dapat berbahasa Aceh. Pasien mengatakan tinggal di Peung
Jreung Meuraxa.
Pasien mengatakan hidung gatal dan tersubat sejak 5 bulan yang lalu,
Pasien mengataan sebelumnya pasien pernah dirawat dan di lakukan
operasi dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak ada
riwayat kecelakaan dan juga sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat,
makanan, dan lain-lain.
Saat pasien sedang dirawat, pasien hanya dirawat oleh suaminya.
Dalam komunikasi terhadap keluarga, pasien tidak ada kendala. Pasien
biasanya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Ketika dirawat di ruangan, pasien merasa lelah dan bosan karna harus
terbaring di tempat tidur.
masalah dengan pola kebersihan diri namun pasien agak sedikit susah
melakukan kebersihan karena terpasang infus di tangan pasien. Untuk
pola istirahat pasien sebelum sakit biasanya tidur secara normal yaitu 7-8
jam perhari namun selam sakit pasien hanya beristirahat selama 4-5 jam
karena sulit bernafas.
Dalam pemeriksaan fisik umum pasien meiliki berat badan 60 kg.
Keadaan umum pasien lemah, dengan suhu tubuh 38,0oC, tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 75x/i, dan pernafasan 26x/i. Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening pada pasien.
Sistem penglihatan, posisi mata kanan dan kiri simetris, kelopak
mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva berwarna merah
muda, otot-otot mata normal, fungsi penglihatan normal dan tidak ada
pemakaian kaca-mata ataupun lensa kontak.
Sistem pendengaran, keadaan daun telinga normal, terdapat serumen
berbau dan konsistensi normal, bentuk telinga tengah normal, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga, fungsi pendengaran normal, tidak ada
gangguan keseimbangan dan pasien tidak memakai alat bantu
pendengaran. Begitu juga dalam hal berbicara juga tidak ada masalah.
Sistem pernafasan, jalan nafas ada sumbatan di kiri, tidak ada sesak,
frekuensi nafas pasien 26 x/menit, irama teratur, tidak ada batuk dan
sputum, suara nafas vesikuler, tidak ada pemakaian alat bantu nafas
nmaun pasien mengatakan tidak sulit bernafas akibat terpasang tampon
post insisi cavum.
Nadi pasien 75 x/menit dengan irama teratur dan denyut nadi kuat.
Tekanan darah pasien 110/80 mmHg, warna kulit normal dan tidak ada
oedema pada seluruh tubuh dan alat ekstremitas pasien serta tidak
terdapat perdarahan pada pasien.
Sistem pencernaan, ketika diperiksa lidah pasien bersih, tidak ada
lesi pada mukosa dan mukosa mulut berwarna merah muda. konsistensi
feses normal dan berwarna kuning.
Sistem integumen, turgor kulit pasien baik dengan suhu 38,0 oC,
warna kulit pucat, tidak terdapat lesi ataupun luka, tidak ada kelainan pada
kulit dan pada bagian ekstremitas yang terpasang infus tidak ada
permasalahan. Keadaan rambut pasien bersih.
Sistem muskuluskeletal, tidak ada masalah dalam hal pergerakan
namun pasien mengatakan terasa agak susah bergerak akibat terpasang
infus. Pasien mengatakan tidak ada atau belum pernah mengalami fraktur,
keadaan tonus otot baik dan pasien memilki kekuatan tonus otot skala 5.
Resume
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin 11
Desember 2013, dengan keluhan utama saat masuk Rumah Sakit adalah
pasien mengatakan hidung gatal dan tersubat, dan saat melakukan ibadah
shald terutama sujud kepala terasa sakit sejak 5 bulan yang lalu, badan
pasien lemas dan terasa demam. Terapi yang diberikan adalah IVFD cairan
20 tetes/menit.
2.
Data Fokus
Ny. I berusia 26 tahun dirawat di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin di ruang Seurene II dengan diagnosa medis Polip Cavum Nasi.
Klien mengatakan hidung terasa gatal dan tersumbat sejak 5 bulan yang
lalu, pasien mengatakan nyeri ada bagian insisi cavum, pasien
mengatakan badannya demam. Dari hasil observasi tampak pasien sedikit
pucat, hasil pemeriksaan suhu tubuh pasien 38,0oC.
3.
Analisa Data
No
1.
Data
Masalah
Etiologi
Nyeri
Ds:
- Pasien mengatakan nyeri pada
nasi
Do:
- K/U: Baik
- Sekla nyeri : 6
- Ekspresi : meringis
- RR : 26 x/i
-N
: 75 x/i
- Post OP
- POD : (0)
- Luka post OP (+) di tutup verban/
hidung sebelah kiri terpasang
tempon
2.
Ds:
Inefektif
nafas
jalan - Post OP
- pemasangan
templon
Do:
- k/u : Baik
- Tempon terpasang si hidung
sebelah kiri
3.
Ds:
Pasien mengatakan kepala terasa
pusing
Resiko inveksi
Post insisi
Do:
- k/u baik
- luka Post OP terpasang verban
dan Templon
-INFD (+)
4.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan post insisi
b. Resiko infeksi BHD Post operasi
c. Inefektif jalan nafas BHD Pembendungan darah post operasi
(pemasangan tampon)
5.
No
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawata
Hasil
Intervensi
Rasional
n
1. Nyeri
Tujuan:
berhubungan
mengalihkan fokus
terhadap nyeri.
b.meningkatkan partisipasi
nafas dalam)
c. evaluasi nyeri
mengontrol nyeri
dengan tenang
d. menimbang masalah klien.
2.
Resiko
Tujuan:
infeksi BHD
mengembalikan suhu
Post Insisi
hipertermi.
selimut tebal.
c. Kolaborasi pemberian obat anti
b. Rasional : mengurangi
peningkatan suhu tubuh.
3.
Inefektif
jalan
Tujuan:
BHD
efektif
Pembendung
b. catat kemampuan
operasi
efektif
diharapkan :
c. posisi membantu
memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan
upaya pernafasan
d. mencegah obstruksi/
aspirasi
6.
Efaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3 x 24
jam, didapatkan bahwa sekla nyeri pasien telah kembali normal, jalan
nafas kembali normal, dan resiko infeksi teratasi suhu tubuh pasien
menjadi normal 36,5o C.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang dikaji serta
membandingkan dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh
mana factor pendukung, factor penghambat dan solusinya dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan pada klien Ny.I
dengan diagnosa
Polip Cavum nasi Seurene II Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan
yang
meliputi
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan,
1.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. I dilakukan berdasarkan
pengamatan dan wawancara kepada pasien dan keluarga. Dalam proses
pengkajian, pasien dan keluarga sangat kooperatif dengan penulis.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan, keluhan nyeri hidung di
bagian kiri, pasien mengatakan sebelumnya hidung tersumbat dan gatal
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien mengataan sebelumnya pasien pernah
dirawat dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak ada riwayat
kecelakaan dan juga sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat, makanan,
dan lain-lain.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan, pasien mengatakan sulit
bernafas akibat luka insisi pasien mengatakan badannya demam. Dari
3.
Perencanaan
Berdasarkan diagnosa prioritas yang didapat dari pasien, penulis
menyusun perencanaan untuk mengatasi keluhan rasa nyeri yang dialami
pasien, mengatasi pencegahan infeksi dan efektif jalan nafas.
4.
Implementasi.
Implementasi yang dilakukan terhadap pasien dilakukan berdasarkan
keadaan pasien. Implementasi diutamakan pada hal-hal aktual yang dapat
meringankan kondisi pasien.
5.
Evaluasi
Berdasarkan penelitian yang didapatkan oleh penulis, setelah
melakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam kondisi pasien sudah
mulai membaik. Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien
selama 3 x 24 jam, didapatkan bahwa sekala nyeri pasien telah kembali
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Jilid II Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Karpenito, Lynda Jual. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakara: EGC