You are on page 1of 14

PENGENDALIAN KOROSI DAN INHIBITOR KOROSI

Rio Naviano
(K2511042)
JurusanPendidikanTeknikdanKejuruan
PendidikanTeknikMesinUnivesitasSebelasMaret
Jl. Ahmad Yani No. 200 Surakarta
Telp.(0271) 718419 Fax. (0271) 716266
ABSTRAK
Korosi adalah proses pengrusakan logam akibat reaksi elektrokimia antara logam dengan
lingkungannya.Proses korosi terjadi secara alamiah yaitu logam kembali bersenyawa dengan
oksigen sebagaimana bahanbaku (ores) pada proses ekstraksi metalurgi pembuatan logam yang
juga bersenyawa dengan oksigen.Sehingga korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi metallurgy
dimana sejumlah energy yangdibutuhkan untuk proses pembuatan logam kembali dilepaskan pada
proses korosi. Proses terjadinyakorosi pada suatu logam membentuk suatu sel elektrokimia yang
terdiri dari: anoda, katoda, larutanelektrolit dan hubungan listrik antara anoda dan katoda. Maka
menghilangkan salah satu dari ke -4 unsurtersebut akan dapat menghentikan proses korosi. Ini
menjadi prinsip dasar dalam pengendalian prosespengkorosian logam, yaitu mengusahakan untuk
mengontrol pertukaran ion antara logam (anoda) denganlingkungannya (katoda) dalam suatu
media yang dapat menghantarkan arus listrik (elektrolit). Adabeberapa macam tatacara
pengendalian korosi yaitu pemilihan bahan yang tepat, perancangan instalasiyang benar, pelapisan
atau rekayasa permukaan, proteksi katodik dan pengondisian lingkungan. Makakemampuan
seorang perancang dalam memahami proses terjadinya korosi akan menentukan jenispengendalian
korosi yang sesuai; oleh karena prinsip terjadinya korosi dipicu oleh hal yang hampir sama,sehingga
ke 5 jenis metode pengendalian korosi tersebut sering digunakan secara parallel satu denganlainnya
untuk efisiensi biaya.
Kata kunci : Pengendalian korosi, inhibitor
PENDAHULUAN
Korosi muncul pada beberapa bidang
kehidupan
manusia
terutama
yang
menyangkut dengan bahan-bahan dari jenis
logam
sehingga
mayoritas
manusia
mengenalnya sebagai pengkaratan atau
pengeroposan yang berdampak negative dan
perlu untuk dihindari. Oleh karena besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh korosi dalam
kehidupan, sehingga manusia melakukan
berbagai upaya teknis untuk melawan atau
meminimalkan proses yang terjadi secara
alamiah ini. Beberapa perusahaan besar
menyediakan biaya yang sangat besar untuk

mengantisipasi
masalah
korosi
pada
produknya, semisal perusahaan yang
bergerak dalam bidang otomotif dengan
penggunaan logam yang dominan, demikian
halnya dengan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri pesawat terbang,
pusat pembangkit tenaga listrik, industri
kimia, serta bangunan berstruktur beton dan
rangka baja. Maka dari tahapan perencanaan,
pengoperasian dan pemeliharaannya harus
disupervisi oleh ahli korosi yang bertanggung
jawab untuk meminimalisir biaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan oleh korosi.
Korosi adalah suatu kerusakan (destructive)

yang dihasilkan oleh reaksi elektrokimia


antara logam atau paduan logam dengan
lingkungannya. Pada proses pembuatannya,
logam di ekstrak dari bijih logam (ore),
dimana bijih logam tersebut yang diperoleh
dari hasil penambangan masih bersenyawa
dengan unsur lain terutama oksigen. Untuk
memperoleh logam, oksigen harus dipisahkan
(diekstrak)
melalui
proses
ekstraksi
metallurgy membutuhkan energy yang besar.
Proses korosi pada logam merupakan
kebalikan dari proses ekstraksi metallurgy
pembuatan logam. Sejumlah energy yang
dibutuhkan pada proses pembuatan logam
dilepas kembali untuk menghasilkan korosi
dimana logam kembali bersenyawa dengan
oksigen. Sehingga proses korosi bisa
dikatakan sebagai suatu proses pengembalian
logam ke bentuk alamiahnya yaitu
bersenyawa dengan oksigen.
Material non logam semisal keramik memiliki
ikatan antar atom yang sangat stabil dalam
bentuk ikatan ionik dimana tidak terdapat
elektron bebas sebagaimana pada bahan
logam sehingga tidak bersifat reaktif secara
kimia dan elektrokimia dalam menghasilkan
korosi. Demikian halnya dengan polimer
(plastik) juga tidak akan mengalami korosi
karena ikatan kovalen antara atom-atom
karbon penyusunnya sangat stabil. Namun
seiring dengan waktu keramik dan polimer
juga akan mengalami penurunan kualitas.
Korosi pada logam secara umum akan terjadi
bila atom-atom penyusun logam kehilangan
elektronnya menjadi ion-ion yang larut ke
dalam larutan sehingga logam secara gradual
terkonsumsi oleh proses ini membentuk
karatan; disebut dengan proses elektrokimia
korosi seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Pipa air terbuat dari baja bertindak sebagai
anoda akan melepaskan elektronnya menuju
pengepas (fitting) tembaga sebagai katoda

yang akan menkonsumsi elektron tersebut


yang
keduanya
terhubung
untuk
menghasilkan hubungan listrik. Pipa baja
(anoda) akan terkorosi karena ion-ion nya
akan terlarut dalam larutan sedangkan fitting
tembaga akan terlindungi (katoda). Ini
membuktikan bahwa korosi melibatkan reaksi
elektrokimia, yaitu antara bahan yang
mengalami korosi terjadi perpindahan
elektron. Karena elektron adalah bermuatan
negatif, maka perpindahannya menimbulkan
arus listrik sehingga reaksi nya dipengaruhi
oleh potensial listrik yang akan mengalir dari
potensial tinggi ke potensial rendah yang
dikenal dengan selisih energi bebas (G)
antara anoda dan katoda . Demikian hal nya
dengan potensial baja dan tembaga, dimana
potensial baja lebih positif dari tembaga,
akibat selisih energi bebas tersebut
menyebabkan baja lebih reaktif dan terkorosi.

Laju korosi didefinisikan sebagai jumlah logam


yang hilang atau dilepaskan dari wilayah
anoda atau jumlah logam yang mengendap
(plating) pada wilayah katoda. Laju korosi
dapat ditentukan berdasarkan persamaan
Faraday dibawah ini:

berdasarkan tiori korosi tersebut dikenal


dengan arus korosi. Sehingga besar kecilnya
arus korosi sangat menentukan besar
kecilnya laju korosi pada suatu logam.

Metode pengendalian korosi pada logam


Upaya pengendalian korosi yang lazim
diterapakan dalam rangka perlindungan
terhadap logam yang digunakan adalah
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
1. Pemilihan bahan yang tepat
Konsep dasar pengendalian korosi
Jika suatu logam diexpose di alam terbuka
maka akan terjadi interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan pertukaran ion
antara
permukaan
logam
dengan
lingkungannya
tersebut.
Karakteristik
pertukaran ion dipacu oleh perbedaan
potensial antara logam dan lingkungannya
yang menyebabkan terjadi korosi pada logam
tersebut. Namun produk korosi berupa
karatan yang sifatnya rapat (dense) akan
memberikan dampak positif bagi logam
karena dapat memutuskan pertukaran ion
sehingga korosi lanjutan akan berkurang.
Jadi konsep yang sangat mendasarkan dalam
melindungi logam dari korosi adalah
mengupayakan
agar
tidak
terjadinya
pertukaran ion antara logam dengan
linkungannya.
Kalaupun
tidak
bisa
memutuskan sama sekali pertukaran ion
tersebut, maka diupayakan agar pertukaran
ion berlangsung dengan laju yang lambat.
Berdasarkan kriteria ini maka muncullah
istilah
pengendalian
korosi
yang
sesungguhnya
mengandung
pengertian
bahwa pertukaran ion yang terjadi
dikendalikan agar tidak berlangsung secara
cepat. Pertukaran ion dengan lingkungannya

2. Perancangan kontruksi yang memadai


3. Penerapan pelapisan logam
4. Penerapan sistem proteksi katodik dan
anodik
5. Pengondisian lingkungan
Beberapa jenis praktek perlindungan yang
telah disebutkan diatas jarang bisa berdiri
sendiri mengingan aspek biaya yang terlalu
besar sehingga tidak ekonomis. Upaya
pengendalian korosi tersebut akan diuraikan
dengan detail dibawah ini :
1. Pemilihan bahan yang sesuai
Pemilihan bahan yang tidak sesuai dengan
lingkungan
tempat
bahan
tersebut
dipalikasikan akan dapat menyebabkan
kegagalan dini, berikut aspek keselamatan
dan pembiayaan. Pemilihan bahan yang tepat
yang dimaksudkan disini adalah memilih
bahan
logam/paduannya
sedemikian
sehingga
pertukaran
ion
antara
logam/paduan
tersebut
dengan
lingkungannya tidak berlangsung dengan
cepat; atau dengan kata lain adalah memilih
logam/paduannya yang perbedaan potensial
dengan lingkungannya sekecil mungkin.
Dalam prakteknya, jika lingkungannya terlalu
agresif
(korosif) maka perancang lazim

memilih logam atau paduannya yang memiliki


ketahanan korosi yang lebih baik dari baja.
Karakteristik pemilihannya didasari pada
aspek apakah logam tersebut imun terhadap
lingkungannya tersebut atau apakah logam
tersebut dapat membentuk suatu lapisan tipis
yang memiliki sifat protektif dan memiliki
sifat recovery yang memadai bila lapisan
tersebut rusak.
Namun perlu disadari bahwa dalam
prakteknya, suatu sistem peralatan (technical
system) jarang sekali terbuat (tersusun) dari
satu jenis bahan logam saja sehingga
karakteristik pengendalian korosi/pertukaran
ion menjadi tidak sesederhana yang
dipikirkan. Dalam hal seperti ini, jika perlu
ada yang dikorbankan maka para desainer
akan memilih komponen yang bentuknya
tidak rumit dan letaknya yang memudahkan
pada
saat
penggantian
komponen
(accessibility). Sehingga para perancang harus
memahami karakteristik suatu bahan logam
dalam lingkungan tertentu. Saat ini banyak
bahan yang terbuat dari plastik, elastomer,
komposit dan keramik. Material-material
tersebut memiliki resistansi terhadap korosi
juga dapat digunakan untuk mencegah korosi
pada logam. Misalnya digunakan baik sebagai
bahan pelapis baik sebagai pelapis
permukaan luar (coating) maupun sebagai
pelapis permukaan dalam (lining) untuk
melindungi logam dari korosi. Dengan
demikian dalam rangka perlindungan bahan
yang optimal, penguasaan yang cukup
memadai terhadap material-material non
logam juga mutlak diperlukan oleh suatu
team perancangan dalam bidang korosi.

tipe kontruksi. Dari berbagai literature dan


pengalaman yang ada, terdapat banyak
contoh-contoh kontruksi yang memadai
ditinjau dari segi ketahananya terhadap
korosi dengan tidak mengabaikan faktor
keamanan, keindahan dan efisiensi dalam
rangka pemeliharaan dan perawatannya.
Sebaliknya ada juga rancangan kontruksi yang
kurang baik terhadap korosi yaitu yang
memungkinkan terperangkapnya air, debu
dan pengotor lainnya sehingga dapat
menginisiasi korosi yang berujung pada
kegagalan rancangan secara dini. Beberapa
contoh dari rancangan kontruksi yang kurang
baik misalnya terbentuknya lingkungan yang
tidak kompetible seperti bersentuhan antara
bahan aluminium dengan bahan beton, maka
dikarenakan alkalinitas bahan beton dapat
menyerang aluminium sehingga dapat
menyebabkan terjadinya korosi pada
aluminium, demikian juga
dengan
permukaan yang kasar dan tajam, serta
desain suatu komponen yang sulit dijangkau.
Untuk pegangan didalam merancang
kontruksi atau bentuk-bentuk komponen
yang sesuai dengan pencegahan korosi,
biasanya para perancang akan merujuk
kepada standart-standart perancangan yang
ada seperti dipublikasikan oleh ISO, NACE,
ASME.
Dalam lingkungan yang mengalir, misalnya
pada installasi pipa, besar kemungkinan
terjadinya erosi korosi. Untuk itu biasanya
perancang akan mengupayakan agar aliran
fluida didalam pipa tidak menimbulkan aliran
turbulen yang perancanannya mengacu pada
standart yang telah ditentukan.

2. Perancangan kontruksi
3. Penerapan pelapisan
Upaya melindungi logam dari korosi tidak
hanya memadai dengan pemilihan material
yang tepat tapi juga sangat tergantung pada
pengetahuan dalam merancang bentuk atau

Perlindungan terhadap logam dengan cara


menerapkan pelapisan pada hakikatnya
adalah melindungi logam dari lingkungan

sekililingnya sehingga petukaran ion antara


permukaan logam dengan sekelilingnya dapat
dikendalikan. Berdasarkan hal ini maka
karakteristik perlindungan korosi dengan
menerapkan pelapis dikelompokkan menjadi
3 kelompok yaitu:
1. Menerapkan hambatan (barrier) untuk
memisahkan
logam
dari
lingkungan
sekelilingnya.
2. Menggunakan inhibitor pada permukaan
logam untuk mengendalikan reaksi anodik.
3. Melengkapi permukaan dengan pelapis
yang memiliki sifat proteksi katodik melalui
pengubahan daerah anoda menjadi daerah
katoda.
Namun apabila ditinjau dari jenis material
yang digunakan sebagai bahan pelapis, maka
proses pelapisan dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Proses pelapisan logam (metallic coating)
2. Proses pelapisan konversi (conversion
coating)
3. Proses pelapisan non-logam (non-metallic
coating)
Menerapakan hambatan pada permukaan
logam pada hakekatnya adalah memisahkan
secara listrik permukaan logam dengan
lingkungannya (barrier protection). Pelapisan
yang
diterapkan
harus
memadai
ketebalannya dan bebas dari cacat atau
discontinuity lainnya. Pelapisan yang
termasuk kedalam katagori ini adalah cat, tar,
plastic, dan sejenis gemuk.
Sedangkan
pelapisan
yang
mampu
mengontrol reaksi anodic pada permukaan
logam yang dilindunginya adalah bahanbahan yang mengandung pigmen yang
mengendalikan
melalui
pembentukan
coating-inhibitive chemicals (inhibitor). Bahan
kimia ini berasal dari pigmen yang sedikit
larut dalam air. Contohnya adalah red-lead

yang sejak lama digunakan sebagai additive


pada bahan pelapis berbasis pelumas (oilbase coating). Reaksi antara red-lead dengan
pelumas menghasilkan larutan inhibitor yang
sangat efektif dalam menanggulangi proses
korosi. Selain red-lead, digunakan juga bahan
inhibitor dari jenis chromat. Namun dewasa
ini penggunaan keduanya sudah mulai
dibatasi menyangkut dengan masalah
kesehatan dan lingkungan.
Upaya lain untuk melindungi permukaan
logam adalah dengan menerapkan bahan
pelapis yang memiliki sifat proteksi katodik.
Bahan pelapis yang digunakan misalnya
mengandung partikelpartikel seng yang halus
yang diaplikasikan ke permukaan baja.
Partikel-partikel ini akan bersifat sebagai
anoda yang mampu mengkonversikan daerah
anoda pada permukaan baja menjadi daerah
katoda. Supaya proses konversi ini
berlangsung efektif, maka penambahan
serbuk seng harus banyak sehingga partikelpartikel tersebut bersentuhan secara listrik
baik sesame partikel atau dengan permukaan
baja.
Namun mengingat lapisan seperti ini relative
kurang padat (porous); maka karakteristik
perlindungannya adalah proteksi galvanic.
Jadi pada saat seng teroksidasi, maka produk
oksidasinya akan mengisi ruang-ruang yang
porous tersebut dan membentuk penghalang
(barrier). Apabila barrier semacam ini
terkelupas atau tergores, maka produk
oksidasi yang terbentuk harus mampu
menutupi kembali permukaan yang terbuka
tersebut.
Proses pelapisan logam adalah melapisi
sebagian atau seluruh permukaan logam yang
digunakan dengan logam lain. Jenis-jenis
proses pelapisan yang lazim digunakan adalah
: metode penyemprotan (thermal spraying),
pengelasan (welding) atau pelapisan yang

menerapkan teknik vapour deposition seperti


physical vapour deposition (PVD), chemical
vapour deposition (CVD).
Sedangkan proses pelapisan konversi adalah
proses pelapisan dimana produk hasil proses
pelapisannya berupa oksida logam dari logam
yang dilapisinya atau oksida logam lainnya.
Jenis proses pelapisan konversi adalah antara
lain
:
anodizing,
chromating
dan
phosphatizing atau blackening. Sedangkan
pelapisan dengan bahan-bahan non-logam
antara lain adalah proses pelapisan dengan
cat, lak,karet, elastomer dan enamel.
Mengingat bahwa proses pelapisan pada
hakikatnya adalah melapiskan suatu material
lain ke atas permukaan material lainnya,
maka tingkat keberhasilan dari suatu proses
pelapisan sangat tergantung pada kondisi
permukaan yang akan dilapisi. Salah satu
persyaratan dari permukaan yang akan
dilapisi adalah harus bebas dari debu,
pelumas, lemak, terak, produk korosi
(karatan), sisa logam pelapis, dan cacat
permukaan.
Tahapan
mengkondisikan
permukaan yang akan dilapisi lazim disebut
dengan tahapan penyiapan permukaan
(surface preparation). Penyiapan permukaan
biasanya terdiri dari tahapan pembersihan
dan kadang-kadang dilanjutkan dengan
tahapan
pengkasaran
permukaan
(roughning).
Untuk membersihkan permukaan logam dari
pengotor-pengotor seperti debu, terak, dsb,
dilakukan dengan cara-cara seperti :
1. Cara mekanik
2. Menggunakan larutan organic (solvent
cleaning)
3. Menggunakan larutan alkali
Disamping itu, dikenal pula cara pembersihan
permukaan yang lain seperti salt bath

descalling, ultrasonic cleaning dan plasma


cleaning. Metode membersihkan permukaan
yang mana yang paling cocok sangat
tergantung dari jenis pengotor; contohnya
terak yang terdapat pada permukaan mudah
sekali dibersihkan dengan cara mekanik
menggunakan sikat kawat, sedangkan jika
pengotornya adalah pelumas atau lemak
maka sebaiknya dibersihkan dengan larutan
pembersih (solvent cleaning). Setelah proses
pembersihan kadang-kadang dilanjutkan
dengan proses pengkasaran permukaan
terutama sekali apabila proses pelapisan yang
akan diterapkan adalah pelapisan mekanik.
Adapun cara pengkasaran permukaan antara
lain : blasting, buffing, chemical etching atau
electroetching.
4. Penerapan Proteksi Katodik dan Anodik
Proteksi katodik adalah sistem perlindungan
permukaan logam dengan cara mengalirkan
arus searah yang memadai ke permukaan
logam untuk mengkonversikan semua daerah
anoda di permukaan logam menjadi daerah
katodik. Sistem ini hanya efektif untuk sistemsistem yang terbenam dalam air atau didalam
tanah. Sistem perlindungan seperti ini telah
berhasil mengendalikan proses korosi untuk
kapal-kapal laut, struktur pinggir pantai,
instalasi pipa dan tangki bawah tanah atau
laut. Cara pemberian arus searah dalam
system proteksi katodik ada dua cara seperti
ditunjukkan pada gambar 2 yaitu:
a. Menerapkan anoda korban (sacrificial
anode)
b. Menerapkan arus tandingan (impressed
current)

Jika penggunaan sistem proteksi katodik


tersebut dikombinasikan dengan penggunaan
pelapis, maka harus memperhatikan hal
berikut ini :

Pada system proteksi katodik dengan anoda


korban seperti pada instalasi lepas pantai
tidak memerlukan supply daya. Paduan yang
dijadikan anoda korban akan membangkitkan
arus yang diperlukan sebagai akibat adanya
perbedaan potensial dengan struktur yang
dilindunginya. Adanya pembangkitan arus
dari anoda korban mengakibatkan umur
anoda korban terbatas. Maka jenis logam
yang lazim digunakan sebagai anoda korban
antara lain : magnesium, seng atau
aluminium pada berbagai derajat kemurnian
atau
paduan/campuran
lain
dengan
komposisi khusus.
Sistem proteksi katodik arus tanding adalah
memanfaatkan arus searah yang disupply dari
suatu sumber daya dimana kutup positif dari
sumber daya dihubungkan dengan anoda
sedangkan kutup negatifnya dihubungkan
dengan sistem yang akan diproteksi. Anoda
yang digunakan umumnya memiliki umur
yang lebih panjang seperti misalnya besi cor
berkadar silikon tinggi, grafit atau aluminium.
Disamping itu kadang-kadang juga digunakan
besi skrap, paduan timah hitam, platina atau
paduan platina dengan palladium. Sedangkan
sumber daya yang digunakan tergantung
pada mudah tidaknya jaringan listrik yang
diperoleh.
Untuk mengkonversikan arus AC menjadi DC
digunakan rectifier. Jika tidak memungkinkan
maka dapat digunakan batere atau sel surya
sebagai sumber penyuplai arus searah.

1. Selama proses proteksi katodik berjalan


(meskipun beroperasi dengan karakteristik
sempurna) pada sisi katoda senantiasa akan
timbul ion-ion hidroksida (alkalinitas), oleh
karena itu bahan pelapis harus tahan
terhadap alkalinitas.
2. Gas hidrogen yang dihasilkan dari sistem
proteksi katodik yang tidak sempurna bahkan
dapat menegelupas lapisan pelindung.
Sedangkan pada perlindungan secara anodik
(proteksi anodik), tegangan sistem yang
dilindungi dinaikkan sehingga memasuki
daerah anodiknya. Pada kondisi ini sistem
terlindungi karena terbentuknya lapisan pasif.
Syarat yang harus dipenuhi agar sistem ini
berjalan dengan baik adalah karakteristik
lingkungannya harus stabil. Pada jenis
lingkungan yang tidak stabil (berfluktuatif)
penerapan sistem proteksi anodik tidak
dianjurkan.
5. Pengkondisian Lingkungan
Mengubah lingkungan dapat membantu
mengendalikan korosi dan meningkatkan
efektifitas
pengendalian
korosi.
Dehumidifikasi dan purifikasi atmosfir
merupakan dua contoh yang paling umum
dilakukan. Fasilitas penyejuk udara yang
dapat mengatur humiditas atmosfer menjadi
relatif rendah dapat membantu menurunkan
perusakan logam. Disamping itu, dengan
humiditas yang rendah, fasilitas elektronik
yang terpajang ke lingkungan dapat
diturunkan laju pengrusakannya oleh korosi.
Pengkondisian lingkungan dapat juga
diperoleh melalui penambahan zat inhibitor

yaitu suatu zat kimia yang ditambahkan ke


lingkungan baik secara selang seling maupun
secara
kontinyu
sehingga
mampu
menurunkan atau bahkan mencegah
tejadinya reaksi korosi. Penurunan laju korosi
dengan inhibitor dapat diakibatkan oleh
terbentuknya lapisan pasif atau dengan cara
menghilangkan zat-zat yang agresif dari
lingkungan.
Pengertian Inhibitor Korosi
Inhibitor adalah zat yang
menghambat atau menurunkan laju reaksi
kimia.
Sifat
inhibitor
berlawanan
dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi.
Inhibitor korosi adalah zat yang dapat
mencegah atau memperlambat korosi logam.
Inhibitor korosi sendiri didefinisikan
sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan
dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan
akan menurunkan serangan korosi lingkungan
terhadap
logam.
Mekanisme
penghambatannya terkadang lebih dari satu
jenis. Sejumlah inhibitor menghambat korosi
melalui cara adsorpsi untuk membentuk suatu
lapisan tipis yang tidak nampak dengan
ketebalan beberapa molekul saja, ada pula
yang
karena
pengaruh
lingkungan
membentuk endapan yang nampak dan
melindungi logam dari serangan yang
mengkorosi logamnya dan menghasilkan
produk yang membentuk lapisan pasif, dan
ada pula yang menghilangkan konstituen
yang agresif.
Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor,
yaitu inhibitor yang memberikan pasivasi
anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik,
inhibitor organik, inhibitor pengendapan, dan
inhibitor fasa uap. Pembahasan mengenai
kimia dari inhibitor korosi dapat menyangkut
sifat dari inhibitor, interaksi inhibitor dengan
berbagai lingkungan yang agresif serta
pengaruhnya terhadap proses korosi.

Secara
umum
korosi
dapat
digolongkan
berdasarkan
rupanya,
keseragaman atau keserbanekaannya,baik
secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua
jenis mekanisme utama dari korosi adalah
berdasarkan reaksi kimia secara langsung, dan
reaksi elektrokimia. Korosoi dapat terjadi
didalam medium kering dan juga medium
basah. Sebagai contoh korosi yang
berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2)
atau oleh gas belerang dioksida (SO2).
Didalam medium basah, korosi dapat terjadi
secara seragam maupun secara terlokalisasi.
Contoh korosi seragam didalam medium
basah adalah apabila besi terendam didalam
larutan asam klorida (HCl). Korosi didalam
medium basah yang terjadi secara
terlokalisasi ada yang memberikan rupa
makroskopis,
misalnya peristiwa korosi
galvani sistim besi - seng, korosi erosi, korosi
retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan,
serta korosi pelumeran, sedangkan rupa yang
mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi
tegangan, korosi patahan, dan korosi antar
butir. Dengan demikian, apabila didalam
usaha pencegahan korosi dilakukan melalui
penggunaan
inhibitor
korosi,
maka
mekanisma dari jenis-jenis korosi diatas
sangatlah
penting
artinya.
Walaupun
demikian sebagian korosi logam khususnya
besi, terkorosi di alam melalui cara
elektrokimia yang banyak menyangkut
fenomena antar muka. Hal inilah yang banyak
dijadikan dasar utama pembahasan mengenai
peran inhibitor korosi.

Mekanisme Kerja Inhibitor Korosi


Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat
kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara
khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat
kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu

lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju


penyerangan lingkungan itu terhadap suatu
logam. Pada prakteknya, jumlah yang di
tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu
maupun periodik menurut suatu selang waktu
tertentu.
Menurut
Indra
Surya
Dalimunte
membedakan mekanisme kerja inhibitor
korosi sebagai berikut :
(1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan
logam, dan membentuk suatu lapisan
tipis dengan
ketebalan beberapa
molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat
dilihat oleh mata biasa, namun dapat
menghambat penyerangan lingkungan
terhadap logamnya.
(2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH)
menyebabkan
inhibitor
dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi
pada
permukaan
logam
serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan
yang terjadi cukup banyak, sehingga
lapisan yang terjadi dapat teramati oleh
mata.
(3) Inhibitor
lebih
dulu
mengkorosi
logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa
adsorpsi dari produk korosi tersebut
membentuk suatu lapisan pasif pada
permukaan logam.
(4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang
agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara
elektrokimia, inhibitor dapat mempengaruhi
polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel
korosi dapat dianggap terdiri dari empat
komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan
penghantar elektronik, maka inhibitor korosi
memberikan
kemungkinan
menaikkan
polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi
katodik atau menaikkan tahanan listrik dari
rangkaian melalui pembentukan endapan
tipis pada permukaan logam. Mekanisme ini

dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi


yang diperoleh secara eksperimentil.

Jenis Inhibitor dan Mekanisme Kerjanya


Kurita Hand Book mengklasifikasikan
inhibitor korosi sebagai berikut:

1. Inhibitor tipe lapisan oksida atau pasivasi


Inhibitor korosi tipe lapisan oksida,atau
disebut juga tipe lapisan pasivasi termasuk
dalam kelompok ini adalah kromat dan nitrit,
yang disebut sebagai pasivator. Inhibitor ini
mengalihkan potensial korosi baja karbon
pada suatu tingkat yang lebih tinggi dan
dengan cepat mengoksidasi ion-ion ferro yang
dihasilkan pada proses korosi reaksi anoda.
Dengan demikian akan terbentuk lapisan tipis
dan tak berpori (y-Fe2O3) pada permukaan
baja karbon yang akan menunjukkan efek
penghambatan korosi .Karena lapisan
pelindung tipe oksida ini halus dan tipis serta
menempel dengan bagus pada permukaan
logam, tipe ini jarang menurunkan effesiensi
panas pada alat penukar panas. Pada
umumnya tipe inhibitor ini menunjukkan efekefek penghambatan korosi dengan sangat
bagus. Akan tetapi, ada kelemahan dimana
pasivator-pasivator
ini
mempunyai
kecenderungan terkena korosi setempat bila
digunakan pada konsentrasi rendah.

2. Inhibitor tipe lapisan endapan


Inhibitor jenis ini disebut juga sebagai
tipe lapisan endapan yang akan
membentuk lapisan pelindung pada
katoda-katoda setempat dimana ionion OH
dihasilkan oleh korosi reaksi katoda..
Dalam beberapa hal, jenis inhibitor ini
lebih berpori dan kurang efektif
dibandingkan dengan inhibitor anodik.
Inhibitor tipe lapisan endapan dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu:


a. Bahan kimia yang membentuk garam
tidak larut dengan kalsium ion dalam air.
Contoh inhibitor tipe ini antara lain
polifosfat, ortofosfat, fosfonat, garamgaram zing.
Contoh inhibitor tipe ini antara lain
mercaptobenzotiazol,benzotriazole,
tolitriazole adsorbsi yang sempurna sulit
terbentuk.
b. Bahan kimia yang membentuk garam
tidak larut dengan ion logamnya:
Contoh inhibitor tipe ini antara lain: amina,
surfactants

Sedangkan Trethwey mengklasifikasikan


inhibitor korosi sebagai berikut :
1.

Inhibitor Memasifkan Anoda


Inhibitor anodik adalah zat yang
ditambahkan ke dalam elektrolit, sehingga
mampu menahan terjadinya reaksi anodik
dioksida. Inhibitor ini berakbat potesial korosi
bergerak ke arah positive. Cotoh: kromat,
nitrat dan nitrit yang merupakan inhibitor
anodic oksidator (efektif tanpa oksigen),
sedangkan inhibitor non oksidator (efektif
dengan adanya oksigen terlarut) seperti
boraks, fosfat, silikat.
Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan
anoda adalah senyawa-senyawa kromat,
misalnya Na2CrO4 Salah satu reaksi redoks
yang terjadi dengan logam besi adalah:
Oksidasi : 2 Fe + 3 H2O Fe2O3 + 6 H(+) + 6e
Reduksi : 2 CrO42- + 10 H(+) + 6e Cr2O3 + 5
H2O
Red-oks : 2 Fe + 2 CrO42- + 4 H(+) Fe2O3 +
Cr2O3 + 2 H2O
Padatan atau endapan Fe2O3 dan
Cr2O3 inilah yang kemudian bertindak sebagai
pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan

tipis saja, namun cukup efektif untuk


melindungi permukaan logam yang lemah dari
serangan zat-zat agresif. Untuk ini diperlukan
kontinuitas pembentukan lapisan endapan
mengingat lapisan tersebut bisa lepas yang
disebabkan oleh adanya arus larutan.
Berbagai data penelitian dengan berbagai
kondisi percobaan menganggap bahwa Cr(III)
nampak dominan pada spesimen yang
didukung oleh pembentukan lapisan udara,
sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar
dari spesimen pengamatan yang didukung
oleh suatu
lapisan pelindung yang
mengandung Cr(III). Ini menunjukkan bahwa
terjadinya reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada
permukaan spesimen. Secara keseluruhan
tebal lapisan yang terdiri dari spesimen
kromium dan aluminium memperlihatkan
lapisan dalam bentuk Cr(IV) memiliki
ketebalan sekitar satu perenam dari tebal
lapisan keseluruhan. Hasil penelitian dengan
menggunakan teknik pendar fluor dari
adsorpsi sinar x memperlihatkan disagregasi
lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding
dengan pertumbuhan Cr2O3 yang mengisi
celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini
Al2O3) diatas permukaan logam Al. Cara yang
sudah lazim tentang studi pembentukan
lqpisan pasif pada permukaan logam akibat
reaksi antar muka logam dengan inhibitor
dapat menggunakan diagram potensial pH
dan secara kinetik dengan menggunakan
kurva polarisasi. Inhibitor jenis CrO42- dan NO2cukup banyak digunakan untuk perlindungan
logam besi dam aluminium terhadap berbagai
medium korosif. Namun dari studi teoritis
maupun eksperimentil, kedua jenis inhibitir
tersebut kurang baik digunakan dalam
medium yang mengandung H2S dan Cl- .
Dengan adanya H2S, sebagian dari CrO42bereaksi dengan H2S yang menghasilkan
belerang. Nampaknya Cr2O3 yang terbentuk
tidak dapat terikat kuat pada logamnya.
Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi
reaksi dengan logamnya. Misalnya ion klorida

dapat membentuk kompleks terlarut dengan


senyawa Fe(III) yang ada pada permukaan
logam besi, sehingga lapisan pelindung Cr2O3
- Fe2O3 sukar dipertahankan keberadaannya.

2.

penangkap oksigen. Inhibutor racun katoda


pada dasarnya berperan mengganggu rekasi
pada katoda. Pada kasus pembentukan gas
hidrogen, reaksi diawali yang teradsorpsi
pada permukaan katoda.

Inhibitor Memasifkan Katoda


3.

Inhibitor katodik adalah zat yang


dapat menghambat terjadiya reaksi dikatoda,
karena pada daerah katodik terbentuk logam
hidroksida (MOH) yag sukar larut dan
menempel kuat pada permukaan logam
sehinga menghambat laju korosi. Dan karena
adanya inhibitor katodik maka potensial
korosi bergeser ke arah negative. Dua reaksi
uatama yang umum terjadi yaitu:
2H2O + O2 + 4e 4OH2H- + 2e H2 (reaksi pembentukan
hidrogen dari proton)
Contoh inhibitor katodik adalah Arsen
(As ), antimon (Sb3+), fosfor (P), kation
positive dari logam divalent (seperti Zn2+ ,
Pb2+ , dan Fe2+) , air sadah yang mengandung
bikarbonat, soda dan polifosfat.
3+

Karena bagi suatu sal korosi, reaksi


reduksi oksidasi terbentuk oleh pasangan
reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dengan
kecepatan yang sama, maka apabila reaksi
reduksi (pada katoda) dihambat akan
menghambat pula reaksi oksidasi (pada
anoda). Inilah yang menjadi
pedoman
pertama di dalam usaha menghambat korosi
logam dalam medium air atau medium asam.
Hal yang kedua adalah melalui penutupan
permukaan katoda oleh suatu senyawa kimia
tertentu baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi
kimia
atau melalui pengaturan kondisi
larutan,misalnya pH. Secara umum terdapat 3
jenis inhibutor yang mempasifkan katoda,
yaitu jenis racun katoda, jenis inhibutor
mengendap
pada
katoda dan jenis

Inhibitor
Ohmik
Pengendapan

dan

Inhibutor

Sebagai
akibat
lain
daripada
penggunaan inhibitor pembentuk lapisan
pada katoda maupun anoda adalah semakin
bertambahnya tahanan daripada rangkaian
elektrolit. Lapisan yang dianggap memberikan
kenaikan tahanan yang memadai biasanya
mencapai ketebalan beberapa mikroinchi. Bila
lapisan terjadi secara selektif pada daerah
anoda, maka potensial korosi akan bergeser
kearah harga yang lebih positif, dan
sebaliknya potensial korosi akan bergeser ke
arah yang lebih negatif bilamana lapisan
terjadi pada daerah katoda. Jenis inhibutor
pengendapan yang banyak digunakan adalah
natrium silikat dan berbagai senyawa fosfat
yang pada umumnya baik digunakan untuk
melindungi baja keduanya cukup efektif bila
kondisi pH mendekati 7 dengan kadar Cl- yang
rendah.

4.

Inhibitor Organik

Dewasa ini sudah berpuluh bahkan


mungkin ratusan jenis inhibitor organik yang
digunakan. Studi mengenai mekanisme
pembentukan lapisan
lindung atau
penghilangan konstituen agresif telah banyak
dilakukan baik dengan cara-cara yang umum
maupun dengan cara-cara baru dengan
peralatan modern. Pada umumnya senyawasenyawa organik yang dapat digunakan
adalah senyawa-senyawa yang mampu
membentuk senyawa kompleks baik kompleks

yang terlarut maupun


kompleks yang
mengendap. Untuk itu diperlukan adanya
gugus gugus fungsi yang mengandung atom
atom yang mampu membentuk ikatan
kovalen terkoordinasi, misalnya atom
nitrogen, belerang, pada suatu senyawa
tertentu.

5.

Bahan
Alam
Inhibitor Korosi

sebagai

Alternatif

Umumnya, inhibitor korosi berasal


dari senyawa-senyawa organik dan anorganik
yang mengandung gugus-gugus yang memiliki
pasangan elektron bebas, seperti nitrit,
kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin,
dan senyawa-senyawa amina. Namun
demikian, pada kenyataannya bahwa bahan
kimia sintesis ini merupakan bahan kimia yang
berbahaya, harganya lumayan mahal, dan
tidak ramah lingkungan, maka sering industriindustri kecil dan menengah jarang
menggunakan
inhibitor
pada
sistem
pendingin, sistem pemipaan, dan sistem
pengolahan air produksi mereka, untuk
melindungi besi/baja dari serangan korosi.
Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman,
mudah didapatkan, bersifat biodegradable,
biaya murah, dan ramah lingkungan sangatlah
diperlukan.
Salah satu alternatifnya adalah
ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang
mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom
yang memiliki pasangan elektron bebas.
Unsur-unsur yang mengandung pasangan
elektron bebas ini nantinya dapat berfungsi
sebagai ligan yang akan membentuk senyawa
kompleks dengan logam. Dari beberapa hasil
penelitian
seperti
Fraunhofer
(1996),
diketahui bahwa ekstrak daun tembakau, teh
dan kopi dapat efektif sebagai inhibitor pada
sampel logam besi, tembaga, dan alumunium
dalam medium larutan garam. Keefektifan ini

diduga karena ekstrak daun tembakau, teh,


dan kopi memiliki unsur nitrogen yang
berfungsi
sebagai
pendonor
elektron
2+
terhadap logam Fe untuk membentuk
senyawa kompleks.
Sudrajat dan Ilim (2006) juga
mengemukakan
bahwa
ekstrak
daun
tembakau, lidah buaya, daun pepaya, daun
teh, dan kopi dapat efektif menurunkan laju
korosimild steel dalam medium air laut buatan
yang jenuh CO2. Efektivitas ekstrak bahan
alam sebagai inhibitor korosi tidak terlepas
dari kandungan nitrogen yang terdapat dalam
senyawaan kimianya seperti daun tembakau
yang mengandung senyawa-senyawa kimia
antara lain nikotin, hidrazin, alanin, quinolin,
anilin, piridin, amina, dan lain-lain (Reynolds,
1994). Lidah buaya mengandung aloin,
aloenin, aloesin dan asam amino. Daun
pepaya mengandung N-asetil-glukosaminida,
benzil isotiosianat, asam amino (Andrade et
al., 1943).
Sedangkan daun teh dan kopi banyak
mengandung senyawa kafein dimana kafein
dari daun teh lebih banyak dibandingkan
kopi.

6.

Mekanisme Proteksi Ekstrak Bahan


Alam
Mekanisme proteksi ekstrak bahan
alam terhadap besi/baja dari serangan korosi
diperkirakan hampir sama dengan mekanisme
proteksi oleh inhibitor organik. Reaksi yang
terjadi antara logam Fe2+ dengan medium
korosif seperti CO2diperkirakan menghasilkan
FeCO3, oksidasi lanjutan menghasilkan
Fe2(CO3)3 dan reaksi antara Fe2+ dengan
inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan
senyawa kompleks. Inhibitor ekstrak bahan
alam
yang
mengandung
nitrogen
mendonorkan sepasang elektronnya pada
permukaan logam mild steel ketika ion
Fe2+ terdifusi ke dalam larutan elektrolit,

reaksinya adalah Fe -> Fe2+ + 2e- (melepaskan


elektron) dan Fe2+ + 2e- -> Fe (menerima
elektron).

Produk yang terbentuk di atas


mempunyai kestabilan yang tinggi dibanding
dengan Fe saja, sehingga sampel besi/baja
yang diberikan inhibitor ekstrak bahan alam
akan lebih tahan (ter-proteksi) terhadap
korosi. Contoh lainnya, dapat juga dilihat dari
struktur senyawa nikotin dan kafein yang
terdapat dalam ekstrak daun tembakau, teh,
dan kopi, dimana kafein dan nikotin yang
mengandung gugus atom nitrogen akan
menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
untuk mendonorkan elektron pada logam
Fe2+ sehingga terbentuk senyawa kompleks
dengan mekanisme yang sama seperti diatas.

KESIMPULAN
1. Korosi merupakan proses alamiah yaitu
pengrusakan logam akibat terjadinya
pertukaran ion dengan lingkungannya yan
dikenal dengan arus korosi. Maka laju korosi
ditentukan oleh besar kecilnya arus korosi
tersebut.
2. Konsep dasar pengendalian korosi pada

logam adalah mengupayakan agar tidak


terjadinya pertukaran ion antara logam
dengan linkungannya atau mengendalikan
laju pertukaran ion tersebut.
3. Metode perlindungan korosi yang dipilih
didasari pada beberapa hal : perlindungan
yang efektif, praktis, dan ekonomis, serta
keluasan pengetahuan dan pengalaman
desainer dalam menganalisa system teknik
dari suatu peralatan, karakteristik operasi dan
interaksi dengan lingkungannya.
4. Inhibitor korosi adalah suatu zat yang
apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke
dalam lingkungan akan menurunkan serangan
korosi lingkungan terhadap logam.
5. Jenis-jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang
memberikan pasivasi anodik, pasivasi
katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik,
inhibitor pengendapan, dan inhibitor fasa
uap.
6. Mekanisme kerja inhibitor korosi dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan
logam, dan membentuk suatu lapisan
tipis dengan
ketebalan beberapa
molekul inhibitor
b. Melalui pengaruh lingkungan (misal
pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap
dan
selanjutnya
teradsopsi pada permukaan logam
serta melidunginya terhadap korosi.
Endapan yang terjadi cukup banyak,
sehingga lapisan yang terjadi dapat
teramati oleh mata
c. Inhibitor lebih dulu mengkorosi
logamnya, dan menghasilkan suatu
zat kimia yang kemudian melalui
peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan
pasif pada permukaan logam
d. Inhibitor menghilangkan kontituen
yang agresif dari lingkungannya.

7. Ekstrak bahan alam khususnya senyawa


yang mengandung atom N, O, P, S dan
atom-atom yang memiliki pasangan
elektron bebas dapat digunakan sebagai
inhibitor alternatif dari bahan alam.
DAFTAR PUSTAKA
H.M. Uhlig, Corrosion & corrosion Control,
John Wiley & Sons, Inc., N.Y., 1963.
I. S. Van Delinder, Corrosion basics An
Introduction, National Associate of Corrosion
Engineers, 1984.
J.S. Robinson, Corrosion Inhibitors Recent
Developments, Noyes Data Corp., USA, 1979.
http://www.chemistry.org/artikel_kimia/berit
a/ekstrak_bahan_alam_sebagai_alternatif_in
hibitor_korosi/, diakses tanggal 23 Desember
2014
ANONYMOUS. Kurita Handbook of Water
Treatment
FEBRIANTO, Pengaruh Inhibitor Borat dab
Fosfat Terhadap Laju Korosi Innomel 600 dan
Innomel 690 dalam larutan Klorida.
Proseding Presentasi Ilmiah teknologi
Keselamatan Nuklir IV, Serpong ( 1999 ).
TRETHWEY KR and CHAMBERLAIN J. Korosi
Untuk Mahasiswa Dan Rekayasawan. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta (1991).
234-239.

ANONYMOUS. Standard Methods of Hach


DR/2400. Hach Company. USA. . HACH (2002).
A.A. El-Meligi, Corrosion Preventive Strategies
as a Crucial Need for Decreasing
Environmental
Pollution
and
Saving
Economics,
National Research Centre,
Physical Chemistry Dept, Dokki, Cairo, Egypt,
2010
Denny A Jones, Principle and prevention of
corrosion, Mc Graw Hill, New York, 1995.
KR. Trethewey, J. Chamberlain, KOROSI untuk
Mahasiswa dan Rekayasawan, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1991.
William D. Callister, Jr., Materials Science and
Engineering: An Introduction, John Wiley &
Sons, Inc., USA, 2007
Catherine M. Cotell, James A. Sprague, et. Al,
ASM Hand book Surface Engineering, ASM
International, 1994.
Azwar, Modul ajar Korosi Logam, Jurusan
Teknik
Mesin
politeknik
Negeri
Lhokseumawe, Lhokseumawe 2010
V. Ashworth, 2010, Principles of Cathodic
Protection, the Third Edition article 10.1
volume 2, pp 10:310:28, Elsevier B.V

You might also like