You are on page 1of 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan
terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah
beberapa menit, jam dan seterusnya. Terhentinya suplai oksigen bisa juga menjadi penyebab
kematian. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan masuknya oksigen ke dalam sistem
respirasi sehingga kadarnya berkurang (hipoksia). Hambatan ini juga akan berakibat
terganggunya pengeluaran karbondioksida dari tubuh sehingga kadarnya dalam darah
meningkat (hiperkapnea).1,2
Keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal
disebut asfiksia.1,2Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan mati lemas. Sebenarnya,
pemakaian kata asfiksia tidaklah tepat, sebab kata asfiksia ini berasal dari bahasa Yunani,
menyebutkan bahwa asfiksia berarti absence of pulse (tidak berdenyut), sedangkan pada
kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih dapat berdenyut untuk beberapa menit
setelah pernapasan berhenti. Istilah yang tepat secara terminologi kedokteran ialah anoksia
atau hipoksia.3,4
Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus
kedokteran forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran
pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam
kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia.1
Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban yang
diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.1

You might also like