You are on page 1of 5

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN O2 MELALUI

NON REBREATHING MASK

Nama klien

: Tn. M

Diagnosa Medis : TETANUS


No register

1.

Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran

a.

Diagnosa

b.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan secret pada


saluran pernafasan.

Data Subjektif:
Data Objektif:

Hasil Pemeriksaan Fisik Paru-Paru:

Inspeksi
Frekuensi napas klien 28 kali/ menit; reguler; napas pendek, cepat, dan dangkal,
ada gerakan otot bantu pernapasan saat klien bernapas, pengembangan paru
kurang maksimal.
Palpasi
Ekspansi paru kanan dan kiri sama
Perkusi
Terdengar bunyi dullness pada seluruh lapang paru

Auskultasi
Terdengar suara ngorok pada daerah leher pasien.

Saturasi O2 : 90%

Tanda-tanda vital dengan TD: 160/100 mmHg, RR: 28 x/menit, HR: 110
x/menit teraba lemah dan T: 37,5C

c. Dasar Pemikiran
Stroke hemorargik pecahnya pembuluh darah di otak di karenakan terjadi
peningkatan takanan darah yang mengakibatkan kelumpuhan pada anggota
gerak sendi pada bagian bawah kanan dan kiri.karena darah pecah
mengakibatkan kematian jaringan otak ,karena suplai oxygen ke otak tidak
sampai,dengan di berikannya terapi non rebhreting mask dapat dengan dosis 10
12 l/mnt diharapkan suplai oxygen keseluruh tubuh dapat terpenuhi dengan
baik.
2.

Tindakan keperawatan yang dilakukan


Pemberian O2 10 L/menit melalui non rebreathing mask (Normal pemberiannya:
10-12 L/menit)

3.

Prinsip-prinsip tindakan
a.

Bersih

b.

Tindakan dilakukan secara tepat dan benar

c.

Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter

d.

Prosedur pemberian O2 melalui non rebreathing mask 10 L/menit:

1)

Persiapan alat
a)

Alat non rebreathing mask

b)

Humidifier dan air aquadest

2)

Prosedur tindakan
a)

Cuci tangan

b) Jelaskan tindakan
c) Pasangkan alat non rebreathing mask ke saluran humidifier
d) Atur tekanan O2 yang akan diberikan yaitu 10 L/menit
e)

Pasangkan alat non rebreathing mask hingga tepat di hidung dan mulut

klien
f)

Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan

klien.

4.

Analisa tindakan keperawatan


Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen
yang adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2.
Dengan mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah
gangguan pemenuhan oksigen di miokard dapat teratasi. Faktor yang
menentukan oksigenasi jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi
gas (oksigen) pada membran alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa
oleh hemoglobin, dan curah jantung.
Pada klien dengan stroke hemorargik pemberian terapi o2 untuk
mencukupi kebutuhan udara menuju otak. Pemberian O2 yang adekuat maka
dapat mengurangi kelelahan dan sesak nafas pada klien.
Pemberian oksigen lewat non rebreathing mask dimaksudkan untuk
mencukupi kebutuhan oksigen miokard dan seluruh tubuh mencapai 80-90%.
O2 non rebrething mask 10 L/menit ini cocok untuk pasien SH.

5.

Bahaya yang mungkin muncul


Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah
timbulnya kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu
tinggi.
Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya
adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar penularan
penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga memperbesar penularan
penyakit melalui secret dari satu pasien ke pasien lain. Penggunaan cairan
humidifier yang tidak steril meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang
terkandung dalam air akan terhirup oleh klien.

6.

Hasil yang di dapat dan maknanya

S:
O:

Terdengar bunyi ngorok akibat produksi lender berlebih

Hasil pengukuran tanda-tanda vital:

TD = 160/90 mmHg
HR= 130 kali/menit
RR= 28 kali/menit
Suhu= 38.5C
Saturasi oksigen= 95%

7.

Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di


atas:

Mandiri:

Observasi tanda-tanda vital

Pertahankan tirah baring dan berikan posisi semi fowler

Pantau saturasi oksigen

Kolaboratif:

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan BGA

8.

Evaluasi Diri
Tindakan ini dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Setelah
pemasangan oksigen kaji respon klien dan dilakukan pengambilan BGA.

9.

Kepustakaan
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 1997,
EGC, Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC, Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta

You might also like