You are on page 1of 57

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
LINTAS BUDAYA PADA KLIEN MENJELANG AJAL DAN
SETELAH KEMATIAN

OLEH
KELOMPOK IV
MARGIATI

MARNIATI

MARTINA

MARWAN

MOH.RAMLI

NASRUL

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


PRODI S1 KEPERAWATAN
2014 / 2015

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah yang maha kuasa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan segala keterbatasan.
Berdasarkan tugas matakuliah Transkultural , maka dalam rangkah
pemenuhan kebutuhan, kami telah berusaha untuk menyajikan dalam bentuk yang
sederhana untuk digunakan dalam lingkungan sendiri guna memenuhi kewajiban
kami sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan tugas Transkultural pada tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, namun mudah-mudahan sumbangan pemikiran ini dapat bermanfaat
bagi pembaca mengenai Asuhan Keperawatan Lintas Budaya dengan klien
menjelang ajal dan setelah kematian
Akhirnya dengan tulus hati Kami mengucapkan terima Kasih Yang
sebesar- besarnya kepada Semua Pihak Yang telah membantu Proses penyelesain
Makalah ini. Kami akan sangat menghargai dan berterima kasih apa bila berkenan
memberikan kritik atau tanggapan yang berguna bagi penyempurnaan yang lebih
lanjut.

Palu, Desember 2014


Kelompok penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................
Kata Pengatar .......................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................

BAB I

LANDASAN TEORITIS ....................................................................


A. Tinjauan Teoritis ..............................................................................
Konsep dalam transkultural.........................................................
Proses Keperawatan Trsankultural .............................................
Pengkajian ..................................................................................
Diagnosa Keperawatan................................................................
Perencanaan Keperawatan ........................................................
Evaluasi ......................................................................................
B. Konsep Dasar menjelang Ajal; dan setelah kematian ......................
Menjelang ajal ............................................................................
Kematian
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Terminal Ca.Mamae......

BAB III PEMBAHSANAN KASUS .


BAB IV PENUTUP ...........................................................................................
Kesimpulan ....................................................................................
Saran-saran ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus
ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun
klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan
globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia,
khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut
perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin
banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di
suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan
asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena
peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis,
dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh
perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari
keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang
penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah
asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah
motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien.
Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap
lansia, menjelang kematian, dan saat kematian.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment
(gizi ruhani). Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya
cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut
hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for
Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami
penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian
khusus (Hawari, 1977)

B.

Tujuan
1.
Tujuan umum
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan
berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat
kematian.
2.
Tujuan khusus
a) Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam
keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan
kesehatan.
b) Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan
keperawatan transkultural
c) Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien
menjelang dan saat kematian
d) Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai
peran perawat bila dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang
sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien
e) Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul
maut sesuai dengan standart keperawatan

BAB II
LANDASAN TEORI

A.

KONDEP TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN


1.
Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan
Kesehatan
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu
kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah
suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh
dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986)
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1.
Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2.
Kompleks aktivitas atau tindakan
3.
Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam
praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari
disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan
yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis
yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara
fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan
menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu
pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan
transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan
keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring
adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan

2.

fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi


diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
a) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b) Nilai budaya.
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan
c) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan
keperawatan
d) Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
e) Etnis.
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f) Ras
Perbedaan
macam-macam
manusia
didasarkan
pada
mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal
kaukasoid, negroid,mongoloid.
g) Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
pemberdayaan budaya setiap individu.
h) Care.
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan
adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia
i) Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok
pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia

j) Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan
pola ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau
member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
k) Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan
keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep
sentral keperawatan yaitu :
a)
anusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki nilai-nilaidan norma-norma yang diyakini dan
berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b)
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat
sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan
perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit
yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c)
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena
yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan
perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik,
sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim

3.

seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat


karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.
d)
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan
budaya,
mengakomodasi/negoasiasi
budaya
dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan
sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3
prinsip asuhan keperawatan yaitu:
Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien

sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,


maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan
dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada
padaSunrise Model yaitu:
1.
Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
ini.
2.
Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical
factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan
yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara

3.

4.

5.

6.

7.

pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif


terhadap kesehatan.
Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors
)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk.
Norma norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di
kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh
kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 )
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat

4.

belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi


kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya
sehingga tidak terulang kembali.
Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
Jangan menggunakan asumsi.
Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya:
orang Padang pelit,orang Jawa halus.
Menerima dan memahami metode komunikasi.
Menghargai perbedaan individual.
Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.
Instrumen Pengkajian Budaya
Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami
perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:
a. Sunrise model (Leininger)
Yang terdiri dari komponen:
1) Faktor teknbologi (Technological Factors)
Persepsi sehat-sakit
Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
Alasan memilih pengobatan alternative
Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam
mengatasi masalah kesehatan
2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious &
Philosophical factors)
Agama yang dianut
Status pernikahan
Cara pandang terhadap penyebab penyakit
Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif
terhadap kesehatan
3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social
Factors)
Nama lengkap & nama panggilan
Umur & tempat lahir,jenis kelamin
Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga
Pengambilan keputusan dalam Keluarga

4)

5)

6)

7)

5.

Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and


lifeways)
Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan
komunitas
Bahasa yang digunakan
Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola
makan
Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas
kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political &
legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi:
Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
Cara pembayaran
Faktor ekonomi (Economical Factors)
Pekerjaan
Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
Sumber biaya pengobatan
Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
Patungan antar anggota keluarga
Faktor Pendidikan (Educational Factors)
Tingkat pendidikan klien
Jenis pendidikan
Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
Pengetahuan tentang sehat-sakit

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar
belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi
melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a) gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur
b) gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural

6.

c) ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan


sistem nilai yang diyakini.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan
trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan
yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
Cultural care preservation/maintenance
Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat
berinterkasi dengan klien
Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien
dan perawat
Cultural care accomodation/negotiation
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi
dimana
kesepakatan
berdasarkan
pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
Cultual care repartening/reconstruction
Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi
yang diberikan dan melaksanakannya
Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari
budaya kelompok
Gunakan pihak ketiga bila perlu
Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam
bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan
orang tua
Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan

7.

B.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami


budaya masing masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa
tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang
sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru
yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang
dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien

KONSEP DASAR MENJELANG AJAL( SAKRATUL MAUT ) DAN


SETELAH KEMATIAN
1. Menjelang ajal (dying)
a) Definisi
Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati
kematian. Dengan kata lain, dying adalah proses ketika individu
semakin mendekati akhir hayatnya. Atau disebut proses kematian.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang parah / terminal,
atau oleh kondisi lain yang berujung pada kematian individu.
b) Tahapan Menjelang Ajal
Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika,
menjelaskan secara mendalam respons individu dalam menghadapi
kematian. Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan
bahwa respons tersebut: Tidak selamanya berurutan secara tetap,
dapat tumpang tindih, lama tiap tahap bervariasi, perlu perhatian
perawat secara penuh dan cermat. Ada pula fase ketidaktahuan dan
ketidakpastian yang dikemukakan oleh Sporken dan Michels
(P.J.M.Stevens, 1999). Akan tetapi, kali ini akan dibahas lima fase
menjelang kematian menurut Kubler-Ross. Secara umum, ia
membedakan respons tersebut menjadi 5 fase (Tailor dkk.,1989),
yaitu:

Penyangkalan dan isolasi

Penyangkalan dan Isolasi. Karakteristiknya antara


lain :
Menunjukkan reaksi penyangkalan secara
verbal, Tidak, bukan saya. Itu tidak
mungkin.
Secara
tidak langsung pasien ingin
mengatakan bahwa maut menimpa semua
orang kecuali dia.
Merepresi kenyataan.
Mengisolasi diri dari kenyataan.
Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap
penolakannya .
Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang
dijelaskan padanya.
Mensupresi kenyataan.]
Meminta penguatan dari orang lain untuk
penolakannya.
Gelisah dan cemas.
Tugas perawat pada tahap ini adalah :
Membina hubungan saling percaya.
Memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan
diri dan menguasai dirinya.
Melakukan dialog di saat klien siap, dan
menghentikannya ketika klien tidak mampu
menghadapi kenyataan.
Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan
memberinya kesempatan untuk bermimpi tentang
hal-hal yang menyenangkan.
Marah
Marah. Karakteristiknya antara lain:
Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan
gusar, dan cemburu.
Emosi tidak terkendali.
Mengungkapkan kemarahan secara verbal
Mengapa harus aku? Dilihat dari sudut
pandang keluarga dan staf rumah sakit, kondisi
ini sangat sulit diatasi karena kemarahan terjadi

di segala ospek dan diproyeksi pada saat yang


takterduga.
Apaun yang dilihat atau dirasa akan
menimbulkan keluhan pada diri individu.
Menyalahkan takdir.
Kemungkinan akan mencela setiapa orang dan
segala hal yang berlaku.

Tugas perawat adalah :


Menerima kondisi klien.
Berhati-hati
dalam
memberikan
penilaian
,mengenali
kemarahan
dan
emosi
yang
takterkendali.
Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif
dan melibatkan keluarga.
Berusaha
menghormati
dan
memahami
klien,memberinya kesempatan memperlunak suara
dan mengurangi permintaan yang penuh
kemarahan.

Tawar-menawar
Tawar-menawar. Karakteristiknya adalah :
Kemarahan mulai mereda.
Respons verbal Yah benar aku,tapi
Melakukan tawar- menawar /barter,misalnya
untuk menunda kematian.
Mempunyai harapan dan keinginan.
Terkesan sudah menerima kenyataan.
Berjanji pada Tuhan untuk menjadi manusia
yang lebih baik.
Cenderung membereskan segala urusan.
Tugas perawat adalah sedapat mungkin
berupaya agar keinginan klien terpenuhi.
Depresi
Depresi. Karakteristiknya antara lain :
Mengalami
proses
berkabung
karena
dulu ditinggalkan
dan
sekarang
akan
kehilangan nyawa sendiri.
Cenderung tidak banyak bicara, sering
menangis.

Klien berada pada proses kehilangan segala hal


yang ia cintai.
Tugas perawat adalah :
Duduk tenang disamping klien.
Memberi klien kesempatan untuk
mengungkapkan kedudukannya.
Tidak terus-menerus memaksa klien untuk
melihat sisi terang suatu keadaan.
Memberi
klien
kesempatan
untuk
mengungkapkan perasaannya.
Memberi dukungan dan perhatian pada klien (
misal : sentuhan tangan, usapan pada rambut
,dll ).
Penerimaan
Penerimaan. Karakteristiknya antara lain :
Mampu menerima kenyataan.
Merasakan kedamaian dan ketenangan.
Respons verbal, Biarlah maut cepat
mengambilku, karena aku sudah siap.
Merenungkan
saat-saat
akhir
dengan
pengharapan tertentu.
Sering merasa lelah dan memerlukan tidur
lebih banyak.
Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,
namun lebih mirip perasaan yang hampa.

Tugas perawat adalah :


Mendampingi klien.
Menenangkan klien dan meyakinkannya
bahwa Anda akan mendampinginya sampai
akhir.
Membiarkan klien mengetahui perihal yang
terjadi pada dirinya.
Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui
kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien
dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain
dilakukan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien,
mendorong dan member klien kesempatan untuk berbicara dan
mengungkapkan emosinya secara bebas , selalu siap membantu
klien, dan menghormati perilaku klien (Taylor dkk.,1989).

c)

Dampak sakit
Penyakit yang diderita klien, dapat berdampak khusus pada
klien maupun keluarga. Secara umum, dampak sakit pada klien
dan keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Dampak sakit pada diri klien dan keluarga
KLIEN

Menderita sampai saat kematian


tiba; memerlukan bantuan dan
dukungan dalam melewati masamasa tersebut.
Memutuskan perawatan yang
akan dijalani.
Mendapat
dukungan
untuk
setiap
keputusan
yang
diambilnya. Dengan kata lain
ada kecenderungan keluarga
untuk
memenuhi
semua
keinginannya.

KELUARGA
Berpartisipasi aktif dalam
perawatan untuk penyembuhan
klien.
Memperoleh dukungan dan
perhatian selama proses berduka.

2. Kematian ( death )
a) Definisi
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang
berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive,
kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini dapat
dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian, yakni:
Kematian
kematian otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapat
pulih
kematian klinik, yakni kematian orang tersebut (
Rapor,2002 ).
Pandangan tentang kematian
Seiring waktu pandangan masyarakat tentang kematian
mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung
dianggap sebagai hal yang menakutkan dan tabu. Kini
kematian telah dipandang sebagai hal yang wajar dan
merupakan proses normal kehidupan.

Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi kedalam tiga tahap,
yakni menjelang kematian, saat kematian, dan setelah
kematian.
Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang
kematian meliputi :
- Penurunan tonus otot
Gerakan
ekstremitas
berangsur-angsur
menghilang, khususnya pada kaki dan ujung
kaki.
Sulit berbicara
Tubuh semakin lemah
Aktivitas saluran pencernaan menurun
sehingga perut membuncit
Otot rahang dan muka mengendur
Rahang bawah cenderung menurun
Sulit menelan, reflex gerakan menurun
Mata sedikit terbuka
- Sirkulasi melemah
Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan,
dan ujung hidung pasien terasa dingin dan
lembap
Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak
kebiruan, kelabu atau pucat
Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
Tekanan darah menurun
Peredaran darah perifer terhenti
- Kegagalan fungsi sensorik
Sensari nyeri menurun atau hilang
Pandangan mata kabur/berkabut
Kemampuan
indera
berangsur-angsur
menurun
Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam
menurun
- Penurunan / kegagalan fungsi pernapasan
Mengorok (death rattle) / bunyi napas
terdengar kasar
Pernapasan tidak teratur dan berlangsung
melalui mulut
Pernapasan Cheyne stokes

C.

Saat kematian. Fase ini ditandai dengan :


- Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan
fungsi otak (tidak berfungsinya paru,jantung dan
otak ).
- Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal.
- Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan
rectum (inkontinensia) akibat peredara yang
terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
- Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera
pendengaran yang paling lama dapat berfungsi
(Stevens,dkk.,2000).
- Adanya
garis
daftar
pada
mesin
elektroensefalografi menunjukkan terhentinya
aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu
kematian.
Setelah kematian. Fae ini ditandai dengan :
- Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam
setelah kematian.
- Algor mortis (dingin). Suhu tubuh perlahan-lahan
turun.
- Livor mortis (post-mortem decomposition).
Perubahan warna kulit pada daerah yang tertekan;
jaringan melunak dan bakteri sangat banyak
- Setelah klien meninggal, perawat bertugas
melakukan perawatan pada jenazahnya. Disamping
itu, perawat juga bertugas memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan orang terdekat
klien.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TERMINAL
CA.MAMAE
1. Pengertian Pasien Terminal
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk
sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien
dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, dan sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan
pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan

bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa
bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang
disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien
terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian
beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal
yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Death and Dying Kematian dan Proses Menuju Kematian
adalah sebuah fenomena yang pasti akan terjadi atau akan dijumpai
manusia dalam kehidupannya. Kematian memang sebuah rahasia
Tuhan, akan tetapi proses menuju kematian adalah sebuah fenomena
yang dapat didiskusikan, bahkan lingkungan dapat memberikan proses
pembelajaran yang benar untuk menjalani proses menuju kematian yang
lebih baik.
Proses menuju kematian (dying) merupakan kondisi pasien yang
sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan
tertentu untuk meninggal. Kematian (death) merupakan kondisi
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak
atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Dying dan
death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih kearah suatu proses,
sedangkan death merupakan akhir dari hidup.
Kematian atau ajal
(death) adalah
akhir
dari kehidupan,
ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada
akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami
sepertipenyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan.
Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Istilah
lain yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.

2. Konsep Kanker Payudara


a) Anatomi dan Fisiologi
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi
utamanya mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari
jaringan duktural, jaringan fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan
jaringan
lemak
didalam
dan
diantara
lobuslobus. Sekitar 85% darijaringan yang terdapat di payudara terdiri
dari lemak. Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai
masa pubertas, namun pada wanita terdapat hormon estrogen dan
hormon
lainnya yang
dapat mempengaruhi
perkembangan
payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif
sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang
berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna. Pada payudara
terdapat tiga bagian utama yaitu: Korpus, Areola, Papila mamaria
b)

Pengertian Kanker
Kanker merupakan buah dari perubahan sel yang mengalami
pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. Peningkatan
jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang
disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat kanker.
Tumor yang bersifat kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang
bukan kanker disebut tumor jinak. Tumor jinak biasanya
merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah
yang menyerupai kantong. Sel tumor jinak tidak menyebar ke
bagian lain pada tubuh penderita.
Diantara semua jenis kanker, kanker payudara adalah salah
satu jenis kanker yang paling sering terjadi. Kanker
payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal
pada payudara yang terus tumbuh dan berubah menjadiganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker
payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar
jaringan payudara terdapat. Kanker payudara bisa mulai tumbuh di
dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan
ikat pada payudara.
Pada kasus kanker payudara terdapat benjolan kanker yang
apabila tidak dibuang atau terkontrolsel kanker tersebut bisa
menyebar lewat aliran darah maupun sistem getah bening,
sering kali sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari

kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh. Sel-sel yang


menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru,
yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau
kanker baru. Proses ini disebut metastasis. Metastasis bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak maupun di atas tulang
belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paruparu, hati, kulit, dan bawah kulit.
Kanker payudara akan memperlihatkan kekhasannya dalam
menyerang penderitanya. Keganasan kanker ini ditunjukkannya
dengan menyerang sel-sel nomal di sekitarnya, terutama sel-sel
yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga
payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya. Kanker
payudara biasanya dimulai pada sel di lobules, kelenjar yang
memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran
yang menghubungkan lobulus ke papila mamaria.
c)

Etiologi
Etiologi dari kanker payudara belum diketahui secara pasti
karena sifatnya yang multifaktoral. Namun terdapat beberapa faktor
yang dapat memunculkan resiko kanker payudara, faktor-faktor
tersebut antara lain:
Usia
Tinggi badan
Faktor genetik (keturunan)
Hormon
Pernah menderita penyakit payudara lainnya
Menarke dini
Nulipara dan usia maternal
Menopause pada usia lanjut
Kontrasepsi oral
Masukan alkohol setiap hari
Pernah mengalami radiasi di daerah dada
Riwayat infeksi atau trauma
Obesitas pasca menopause.
Bahan kimia

d) Patofisiologi
Transformasi sel sel kanker dibentuk dari sel sel normal
dalam suatu proses yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap
inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam

bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan


dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran)
atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor,menyebabkan sel lebih rentan
trehadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi oleh karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen). Setelah suatu sel mengalami transformasi
selanjutnya pada sel tersebut akan terjadi mutasi gen. Dengan
terjadinya mutasi gen tersebut maka sel-sel yang ada di payudara
menjadi terus berkembang biak dan bertambah banyak secara tidak
terkendali. Sel-sel yang terus berkembang biak itupun kemudian
menginfiltrasi jaringan sekitar dikarenakan jumlahnya yang semakin
banyak. sambil menginfiltrasi, sel-sel inipun merusak jaringan sekitar
yang ada di payudara. Diantara sel-sel yang menginfiltrasi tersebut
terdapat juga neoplasma ganas yang mengenai payudara. Apabila
neoplasma ganas ini telah menyerang payudara maka selanjutnya yang
terjadi adalah kanker payudara.
Pada kanker payudara terdapat tiga keadaan yang terjadi yaitu
obstruksi sirkulasi, infiltrasi ke pembuluh limfe, dan peningkatan
kebutuhan jaringan. Pada obstruksi sirkulasi keadaan yang selanjutnya
terjadi adalah hipoksia pada sel kanker yang terjadi karena sel-sel
yang ada pada tubuh tersebut tidak mendapat asupan oksigen yang
seharusnya didapatkan dari darah, hal ini dikarenakan adanya
obstruksi tersebut. Setelah terjadi hipoksia maka selanjutnya
munculah jaringan nekrosis yang dapat menyebabkan perubahan pada
payudara.
Pada infiltrasi ke pembuluh limfe, keadaan yang terjadi adalah
adanya bendungan pada limfe setempat yang menyebabkan edema di
sekitar tumor. Dengan adanya edema tersebut maka akan muncul
benjolan yang dapat terlihat dengan jelas, benjolan ini dinamai peau
dorange. Peau dorange adalah tanda kanker payudara yang berupa
gambaran seperti kulit jeruk karena metastasis sel tumor pada saluran
limfe kulit. Munculnya peau dorange ini tentunya menyebabkan
gangguan integritas kulit.

Pada keadaan peningkatan kebutuhan jaringan terjadilah


hipermetabolik jaringan yang dikarenakan pada saat kanker payudara
terjadi kebutuhan tubuh tubuh akan nutrisi tentunya akan meningkat,
dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan timbul gangguan
kebutuhan nutrisi yang dapat dilihat tau dimanifestasikan dari
penurunan massa otot dan massa tubuh penderita kanker payudara.
e) Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terdapat pada penderita kanker payudara ialah:
Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri
Keluar cairan abnormal dari puting susu yang dapat berupa nanah,
darah, dan cairan encer
Ada perlengketan dan lekukan pada kulit sekitar payudara
Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara
Edema dengan peau dorange pada payudara
Adanya benjolan atau massa di ketiak yang
menyebabkan perubahan ukuran atau bentuk payudara
Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu
bersisik
Terasa gatal dan disertai pembengkakan salah satu payudara
Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama
Rasa tidak enak dan tegang
Areola tertarik ke dalam (retraksi areola)
Pembengkakan local di daerah sekitar payudara
Konsistensi payudara yang keras dan padat
Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeritulang, penurunan
berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
f) Stadium
Stadium dalam kanker adalah suatu cara yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi kankeryang meliputi letak, sampai dimana
penyebarannya, dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang
lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada
pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penujang lainnya
seperti histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan
dengan CT Scan,MRI.
Berikut adalah pembagian stadium pada kanker payudara.
1. Stadium I
Pada stadium ini Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan
sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di
bawahnya (otot), besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari

luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang


sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada
stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Pada stadium ini tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5
cm, sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang
masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat
sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker
yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita
adalah 30 - 40 %.
3. Stadium III A
Keadaan di stadium ini ialah Tumor sudah meluas dalam payudara,
besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya,
kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain. 87% kanker
payudara ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium IIIB
Pada stadium ini tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit
merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara),
ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar
ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada,
tulang rusuk dan otot dada.
5. Stadium IV
Pada stadium ini tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III).
Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supraklavikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet
menyerang bagian tubuh lainnya,biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.
Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah paliatif bukan lagi kuratif
(menyembuhkan)
g) Pencegahan
Terdapat beberapa upaya pencegahan untuk mencegah terjadinya kanker
payudara. Upaya tersebut antara lain:
1. Pencegahan primordial
Upaya ini dimaksudkan dengan memberi kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya pencegahan ini

sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak


kesehatan saja. Upaya pencegahan pada tingkat promordial ini lebih
ditekankan pada upaya promosi kesehatan yang ditujukan pada orang
yang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang yang
memiliki resiko untuk terkena kanker payudara. Upaya ini
dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari berbagai faktor
resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara. Beberapa cara yang
dilakukan adalah :
Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau
karena banyak mengandung vitamin yang dapat melindungi
tubuh dari kanker.
Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi
Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat.
Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain
mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker,
juga mengandung genestein yang berfungsi sebagai estrogen
nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada
reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga
akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran
susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diaasap atau
diawetkan dengan nitrit. Makanan tersebut dapat menghasilkan
senyawa kimia yang dapat berubah menjadi karsinogen aktif.
Hindari alkohol dan rokok.
Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga
akan mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Hindari stress.
Lakukan sadari. Kaum perempuan harus mewaspadai setiap
perubahan yang terjadi pada payudaranya. Untuk mengetahui
perubahan-perubahan tersebut, ada cara sederhana yang disebut
"sadari" atau periksa payudara sendiri. Pada wanita
produktif, sadari harus dilakukan sebulan sekali, 5-7 hari setelah
haid berakhir, karena saat ini pengaruh hormonal estrogen
progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat
itu dalam keadaan tidak oedema sehingga lebih mudah meraba
adanya tumor atau kelainan.

3.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan usaha yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat kanker
payudara dengan mengidentifikasi kelompok populasi berisiko
tinggi terhadap kanker payudara dan deteksi dini pada individu
yang tanpa gejala.Pencegahan sekunder pada kanker payudara
dapat
dilakukan
dengan
skrining
melalui
mammografi yang diklaim
memiliki
akurasi
90% untuk
menentukan kanker payudara.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah
positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat
penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat
mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa
operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan
hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
h) Penatalaksanaan
Pentalaksanaan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif
dianjurkan untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut
(T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan
dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif.
Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien
dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat
direseksi. Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan ialah:
1. Terapi secara pembedahan
a. Mastektomi partial
Mastektomi pasrtial merupakan tindakan konservatif terhadap
jaringan payudara yang terdiri dari reseksi tumor primer hingga
batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan
statusKGB (kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor
payudara primer disebut jugas ebagai reseksi segmental,
lumpectomy, mastektomi
partial
dan tylectomy. Tindakan
konservatif ini merupakan terapi standar untuk kanker
payudara invasif stadium I atau II.

b.

Modified Radical Mastectomy


Modified radical mastectomy dilakukan untuk mempertahankan
M. pectoralis mayor dan M. pectoralis minor, dengan
pengangkatan KGB aksilla level I dan II tetapi tidak level III.
Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah
batas anterior M. latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah
sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari
lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.
2. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)
1. Radioterapi
radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma
mammae. Untuk
wanita
dengan
DCIS,
setelah
dilakukan lumpectomy.
Radiasi
adjuvant diberikan
untuk
mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I,
IIA, atau IIB setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada
kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi. Pada kanker
payudara lanjut (Stadium IIIa atau IIIb) dimana resiko rekurensi
dan
metastasis
yang
tinggi, maka
setelah
tindakan
pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.
2. Kemoterapi
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada kanker
payudara tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang
dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1
cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi
maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak
menguntungkan dallam
kemoterapi
iniialah adanya invasi
pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi,
overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif
sehingga direkomendasikan untuk diberikankemoterapi adjuvan.
3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron.
Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma
duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi. Terapi antiestrigen ini dilakukan dengan menggunakan tamoxifen. Kelebihan
tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang
berat, nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi
cairan yang dapat terjadi pada penggunaan tamoxifen.

3.

Terapi antibodi anti-HER2/neu


Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua kanker payudara yang
baru didiagnosis saat ini direkomendasikan. Hal ini digunakan untuk
tujuan prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB untuk
membantu pemilihan kemoterapi adjuvan.

BAB III
PEMBAHASAN
I.

KASUS :
Ny.R adalah seorang wanita lemah yang berusia 88 tahun. Suaminya,
meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler. Ny. P tinggal
dirumahnya bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Ketika klien
pertama kali di diagnosis kanker payudara , klien sempat berobat alternatif ke
beberapa tempat, namun tidak ada perubahan hingga klien hrus menjalanai
pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Selama sakit klien selalu control
dirumah sakit. Saat ini kanker yang di deritanya sudah bermetastase. Klien
diinformasikan bahwa harapan hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun,
pada suatu saat tiba-tiba kondisinya menurun dan mengalami kondisi yang
terminal, pasien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan
keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi terminal yg dihadapi
klien.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data
tentang:
1) Identitas pasien
Identitas yang kita kaji disini ialah identitas pasien dan identitas
penanggung jawab. Identitaspasien berisi tentang nama, umur,
jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, status,
suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.
Selain identitas pasien hal yang perlu dikaji ialah identitas
penanggung jawab pasien. Identitas penanggung jawab
setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, dan hubungan dengan pasien. Identitas penanggung
jawab perlu untuk dikaji untuk mendapatkan kemudahan baik
terhadap perawat maupun pasien.
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Saat ini klien menderita kanker payudara stadium IV dan
hampir tidak memiliki harapan untuk hidup. Pada saat ini
tumor sudah meluas dalam payudara dan melekat pada kulit
atau dinding dada dan juga sudah disertai dengan kelenjar
getah bening aksila supra-klavikula. Selain itu pada kondisi

ini metastasis kanker sudah sangat jauh dan sel-sel kanker


sudah sangat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel-sel
kanker tersebut menyerang bagian tubuh lainnya yaitu
tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, dan kelenjar limfa yang
ada di dalam batang leher.
b. Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji ialah apakah klien memiliki penyakit
payudara lainnya sebelum ia menderita kanker payudara
ataupun penyakit lain pada payudara yang dapat
mengakibatkan resiko kanker payudara. dikarenakan dengan
adanya penyakit pada payudara, berarti payudara tersebut
telah terganggu. Komplikasi yang terburuk dari hal ini
adalah kanker payudara. Selain itu seseorang yang
payudaranya pernah ditangani mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk menderita kanker payudara. Selain penyakit
payudara terdahulu hal lain yang perlu dikaji ialah siklus
menstruasi klien dan kapan kehamilan atau melahirkan anak
pertama. Pada siklus menstruasi yang perlu dikaji disini
ialah kapan menstruasi pertama dialami oleh klien dan
kapan klien mengalami menopause (pada klien yang berusia
lanjut). Selain tu perlu juga dikaji kapankah klien
mengalami kehamilan atau melahirkan anak pertama.
c. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah klien memiliki keluarga yang menderita kanker
payudara sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan karena salah
satu faktor resiko kanker payudara adalah faktor genetik.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita
kanker payudara memiliki risiko 2-3 kali lebih besar untuk
menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar
apabila keluarga tersebut menderita kanker bilateral atau
pramenopause.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan Head to Toe
dan hasil yang didapat pada pemeriksaan ini adalah:
a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melambat
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal

f.

Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat


dan melemah
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
4) Kaji masalah kebutuhan fisiologis yang dihadapi pasien.
Masalah fisiologis yang mungkin dihadapi adalah:
a) Problem Oksigenisasi: respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun,
perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
b) Problem Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan
menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan
BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun.
c) Problem suhu: terjadi penurunan suhu tubuh terutama pada
bagian ekstremitas yang terasa dingin.
d) Problem Sensori: Penglihatan menjadi kabur, refleks
berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan
kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun penglihatan
kabur, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
e) Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri
dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
f) Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama
menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering
5) Faktor-faktor lain yang perlu dikaji
a) Faktor fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan
pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang
ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,
pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda
vital, mobilisasi, nyeri.

b) Faktor psikologi
Perubahan psikologi tentunya akan dihadapi oleh klien
terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan
yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali
ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau
marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri
dan harapan. Disini peran perawat sangat diperlukan
sebagai pendamping bagi klien.
c) Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama
kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung
menarik
diri,
mudah
tersinggung,
tidak
ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa
mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien
dapat memberikan dukungan sosial bisa dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d) Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan
proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saatsaat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada
Tuhan ataukah semakin menolak dan tidak menerima
keadaannya. Perawat juga harus mengetahui apakah pasien
memerlukan bantuan dari pemuka agama untuk
membimbing klien
B. Pengkajian Transkultural
Sun Rise Model
1. Faktor Tekhnologi
Persepsi Sehat Sakit
Ny.R adalah seorang wanita lemah yang berusia 88 tahun.
Suaminya, meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera
serebrovaskuler, menurut Keluarga klien Ketika klien pertama
kali di diagnosis kanker payudara , klien sempat berobat
alternative ke beberapa tempat, namun tidak ada perubahan
hingga klien hrus menjalanai pembedahan, radiasi, dan
kemoterapi. Selama sakit klien selalu control dirumah sakit.

2. Faktor Agama
Klien beragama Islam dan menikah secara Hukum Islam.
Menurut keluarga saat ini klien mengalami penurunan
keyakinan terhadap Tuhannya karena penyakitnya tersebut.
keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi terminal
yg dihadapi klien, namun keluarga berusaha menerima kondisi
klien dan tetap berharap klien bisa membaik
3. Faktor Sosial
Nama panggilan pasien di keluarganya adalah Y, klien adalah
perempuan yang berusia 88 tahun. Saat ini klien hanya tinggal
dengan salah seorang anaknya. Keluarganya mengharapkan
klien bisa segera sembuh. Hubungan klien dengan keluarganya
cukup harmonis
4. Faktor Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, sehingga
pasien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan
anggota keluarga yang lain. Kebiasaan makan pasien adalah 3x
sehari sebelum sakit . Persepsi sakit berkaitan dengan aktifitas
pasien sehari-hari adalah aktifitas pasien menjadi terbatas dan
tidak diperbolehkan dilakukan secara berlebihan.
5. Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang Berlaku
Peraturan waktu berkunjung di Rumah Sakit adalah jam 10.00
dan jam 16.00. Jumlah anggota keluarga yang diperbolehkan
berkunjung maksimal 5 orang dan yang boleh menunggu pasien
maksimal 2 orang. Cara pembayaran pasien yang di rawat inap
di Rumah Sakit adalah membayar biaya pendaftaran dan
pemeriksaan saat masuk dan sisanya dibayarkan setelah pasien
pulang
6. Faktor Ekonomi
Sumber biaya pengobatan adalah ditanggung oleh Keluarga
klien sendiri, karena Keluarga tidak memiliki kartu jamkesmas.
7. Faktor Pendidikan
Berdasarkan data dari buku status klien berpendidikan SMA.
Konsep sehat sakit yang dipahamai Keluarga adalah bahwa sakit
yang dierita klien saat ini sudah sangat parah dan Keluarga
merasa cemas dengan kondisi klien saat ini karena pada saat ini
tiba-tiba kondisinya menurun dan mengalami kondisi yang
terminal.

C. Analisa Data
No
Data
1 DS: Pasien mengatakan khawatir
dengan penyakitnya dan cemas
menghadapi kematian.

DO: pasien terlihat bingung, terlihat


pucat, dan terkadang menunduk
sambil menangis.
DS: Pasien mengatakan dirinya
merasa lelah dengan penyakit yang
ia hadapi.
DO: pasien nampak murung, sulit
mengungkapkan
perasaan,
dan
berdiam diri
DS: pasien mengatakan dirinya
sedih dikarenakan ia tidak memiliki
harapan untuk hidup.
DO: pasien mengalami kesedihan,
menutup diri, dan bingung
DS: Klien mengatakan dokter telah
memvonis saya hanya bias bertahan
kurang dari 1 tahun
Keluarga mengatakan keyakinan
klien tehadap tuhan menurun

Etiologi

Masalah

Ancaman
kematian

Ansietas ;
Kematian

Penyakit
yang
diderita

Keputusasaan

Kematian
yang akan
dihadapi

Dukacita
,maladaftif:
resiko

Kesedihan
tentang diri
sendiri

Distres
spiritual

DO: pasien menjadi tertutup, hanya


berdiam
diri,
dan
terkadang
menunjukkan kesedihan

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien terminal kanker payudara
stadium IV adalah:
1. Ansietas; Kematian (ketakutan individu, keluarga) yang
berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat
dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan
efek negatif pada pada gaya hidup.

2. Keputusasaan (klien) berhubungan dengan kondisi penyakit,


kehilangan keyakainan terhadap nilai dan mukjizat Tuhan Berduka
berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan
dihadapi
3. Dukacita maladaftif; Resiko berhubungan dengan penyakit
terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan
konsep diri dan menarik diri dari orang lain
4. Distres Spiritual berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian.
E. Rencana Intervensi
Diagnosa 1.
Ansietas; Kematian (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan
diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak
dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya
hidup.
Tujuan :
Kecemasan pasien dan atau keluarga akan berkurang / hilang.
Kriteria hasil : Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung
jawab, peran dan gaya hidup.
Intervensi :
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care preservation /
maintenance atau mempertahankan budaya yang dimiliki klien yang
tidak bertentangan dengan kesehatan
1. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya.
Berikan kepastian dan kenyamanan.
Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan
menghindari pertanyaan.

Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan


yang berhubungan dengan pengobatannya.
Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif Klien yang cemas
mempunpunyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan
kemampuan untuk belajar.
2. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang.
3. Dorong keluarga atau klien untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka. Dengan menjadi pendengar yang baik
4. Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care accommodation /
negotiation atau mengakomodasi /memodifikasi budaya yang dimiliki
klien yang kurang menguntungkan kesehatan
1. Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien
2. Dorong anggota keluarga untuk hadir sesering mungkin sesuai dengan
hrapan klien
3. Dorong klien untuk mengekspresikan kemarahann dan sakitnya. Serta
mengizinkan klien untuk menangis dengan syarat tidak sampai
mengganggu pasien lain.
4. Gunakan metode terapi SEFT untuk mengurangi kecemasan klien.
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care repartening /
reconstruction atau merubah total budaya yang dimiliki klien yang
merugikan kesehatan
1. Berikan informasi mengenai kondisi dan prognosis klien secara
sederhana sehingga klien dapat memahami dan bisa menerima
keadaannya.
2. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan secara verbal
perasaannya
3. Berikan jawaban langsung dan jujur

terhadap pertanyaan klien /

keluarga tentang proses menjelang kematian


4. Gunakan pihak ketiga bila perlu seperti teman dekat/sahabat/ustad untuk

memberikan pencerahan spritual sehingga kepercayaan terhadap Tuhan


bisa menguatkan spiritual klien
( Buku Saku ; Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ;Diagnosis Nanda,
Intervensi NIC, dan Kriteria Hasil NOC, hal 51 )
Diagnosa 2.
Keputusasaan (klien) berhubungan dengan kondisi penyakit, kehilangan
keyakainan terhadap nilai dan mukjizat Tuhan
Tujuan :
Keputusasaan klien berkurang
Kriteria hasil : Klien akan :
1. Klien mengugkapkan untuk hidup
2. Keyakinan terhadap Tuhan meningkatkan
Intervensi :
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care preservation /
maintenance atau mempertahankan budaya yang dimiliki klien yang
tidak bertentangan dengan kesehatan
1. Bantu klien untuk bisa berdaptasi dengan persepsi

stersor, atau

ancaman kematian
2. Dampingi klien dalam menggali dan mengidentifikasi factor penyebab
keputusasaan yang dirasakan klien
3. Berikan penguatan positif terhadap perilaku yang menunjukkan inisiatif
, seperti kontak mata , membuka diri dll.
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care accommodation /
negotiation atau mengakomodasi /memodifikasi budaya yang dimiliki
klien yang kurang menguntungkan kesehatan
1. Buat rujukan kebagian konseling spiritual, kaitannya dengan
penurunana keyakinan klien terhadap nilai dab mukjizat Tuhan, jika
klien mengizinkan
2. Berikan advis yang positif kepada klien tentang sikap dan cara
pandanganya terhadap nilai dan keyakinan terhadap Tuhan.
3. Bantu klien untuk mengklarifikasi nilainya sendiri terhadap

penurunan keyakinannya terhadap tindakan keperawatan dan


keyakinannya terhadap nilai dan keyakinan kepada Tuhan
4. Indentifikasi bentuk keinginan, semangat dan upaya bertahan hidup
klien
( Buku Saku ; Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ;Diagnosis Nanda,
Intervensi NIC, dan Kriteria Hasil NOC, hal 383 - 386 )
Diagnosa 3.
Dukacita maladaftif; Resiko berhubungan dengan penyakit terminal dan
kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan
menarik diri dari orang lain
Tujuan :
Pasien dan keluarga siap secara mental menghadapi kondisi dan kenyataan
yang akan terjadi.
Kriteria Hasil : Klien akan :
1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan
2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan
3. Menyatakan kematian akan terjadi
4. Anggota keluarga akan melakukan hal berikut : mempertahankan
hubungan erat yang efektif , yang dibuktikan dengan cara sbb :
Menghabiskan waktu bersama klien
Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan
klien
Berpartisipasi dalam perawatan
Intervensi :
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care preservation /
maintenance atau mempertahankan budaya yang dimiliki klien yang
tidak bertentangan dengan kesehatan
1.

Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan


perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna
pribadi dari kehilangan, jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang

umum dan sehat.


2.

Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti


yang memberikan keberhasilan pada masa lalu.

3.

Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang


positif.

4.

Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi,


jawab semua pertanyaan dengan jujur.

5.

Tingkatkan

harapan

dengan

perawatan

penuh

perhatian,

menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan.


Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care accommodation /
negotiation atau mengakomodasi /memodifikasi budaya yang dimiliki
klien yang kurang menguntungkan kesehatan
1. Persiapkan klien dan keluarga untuk menghadapi situasional yang
akan terjadi
2. Memotivasi klien secara sdar dan tidak sadar serta sikap klien
terhadap tubuhnya sendiri
3. Memberikan dukungan terhadap penerimaan dan dorongan kepada
klien dan keluarga selama periode stress.
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care repartening /
reconstruction atau merubah total budaya yang dimiliki klien yang
merugikan kesehatan
1. Ajarkan klien dan keluarga tentang proses berduka yang baik
2. Diskusikan dengan keluarga pola proses berduka klien dan keluarga
(sesuai agama klien)
3. Libatkan orang terdekat dalam mendiskusikan dan memutuskan
sesuatu hal bila diperlukan
4. Ajurkan keluarga / klien untuk mengimplementasikan kebiasaan
budaya, agama dan social yang dianut klien dan keluarga yang
berhubungan dengan kelihangan, namun tidak merugikan kesehatan
misalnya ; berteriak dan membenturkan kepala ke dinding ,
memukul-mukul tubuh

( Buku Saku ; Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ;Diagnosis Nanda,


Intervensi NIC, dan Kriteria Hasil NOC, hal 342 - 343 )
Diagnosa 4.
Distres Spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian.
Tujuan :
Tidak terjadi distres spiritual pada pasien dan keluarga.
Kriteria Hasil :
1. Klien dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya yaitu
dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit.
Intervensi :
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care preservation /
maintenance atau mempertahankan budaya yang dimiliki klien yang
tidak bertentangan dengan kesehatan
1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau
ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi
kesemptan pada klien untuk melakukannya.
2. Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya
keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
3. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan
klien dapat dilaksanakan.
4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya
atau membaca buku keagamaan.
5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan
rumah sakit untuk mengatur kunjungan.
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care accommodation /
negotiation atau mengakomodasi /memodifikasi budaya yang dimiliki
klien yang kurang menguntungkan kesehatan
1. Ajurkan keluarga / klien untuk mengimplementasikan kebiasaan
budaya, agama dan social yang dianut klien dan keluarga yang

berhubungan dengan kelihangan, namun tidak merugikan kesehatan


misalnya ; berteriak dan membenturkan kepala ke dinding ,
memukul-mukul tubuh
2. Gunakan metode SEFT untuk meningkatkan kesiapan klien
menghadapi kematian
3. Berikan jaminan kepada klien bahwa perawat akan

selalu

mendampingi klien untuk mendukung klien saat klien merasakan


kesakitan dan penderitaan
Intervensi yang berkaitan dengan Cultural care repartening /
reconstruction atau merubah total budaya yang dimiliki klien yang
merugikan kesehatan
1. Anjurkan dan damping klien untuk selalu berdoa kepada tuhan
2. Dengarkan dan berikan klien penguatan positif terhadap pandangan
klien tentang hubungan kepercayaan spiritual dan kondisi
kesehatannya terutama ketika klien mengungkapakan pernyataan
seperti Mengapa Tuhan membiarkan hal ini menimpa saya?
( Buku Saku ; Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ;Diagnosis Nanda,
Intervensi NIC, dan Kriteria Hasil NOC, hal 735 - 740 )

F.

Implementasi
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan intervensi
G. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil,
termasuk di dalamnya evaluasi proses. Evaluasi dilakukan melalui catatan
perkembangan.

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang
vital, akhir dari kehidupan manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik :
435).
Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi
denyut nadinya tidak bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan
segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak.(Nugroho: 153).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh dan berubah menjadi ganas. Kanker payudara
terdiri dari beberapa stadium dan stadium yang paling berbahaya adalah
kanker payudara stadium IV.
Pada kanker payudara stadium IV sel-sel kanker sudah sangat parah
dan sel kanker telah menyerang anggota tubuh lain. Pada kondisi ini pasien
sudah tidak mungkin disembuhkan lagi atau tidak memiliki harapan untuk
hidup (terminal). dalam kondisi terminal pasien kondisi psikolgis pasien
akan sangat menurun. Pada kondisi ini tiap orang mempunyai respon yang
berbeda dalam menghadapi situasi dan kondisi penyakitnya. Perbedaaan
tersebut didasari dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pasien yang sedang dalam kondisi terminal membutuhkan perawatan
yang lebih bersifat memperbaiki dan membangun psikologis pasien, hal ini
dikarenakan pasien yang sedang dalam kondisi terminal cenderung memiliki
perasaan maupun prilaku yang berubah dari biasanya. Disini peran seorang
perawat sangat dibutuhkan dalam membangun psikologi pasien dan
membimbing pasien menuju sikap dan penerimaan yang lebih baik.

B.

Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa.
a. Dalam
membuat
makalah,
kelompok
diharapkan
dapat
menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia mennjelang ajal.
b. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu
perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui
komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang
nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan gerontik.

c. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak


berhubungan dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus
menerus dalam hal pemberian informasi dan pendidikan kaesehatan
sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
d. Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang sering terjadi
dan sering menyebabkan kematian untuk itulah diperlukan
pemahaman terhadap penyakit kanker baik itu pengobatan maupun
pencegahan terhadap penyakit kanker. Selain pemahaman terhadap
kanker payudara diperlukan juga pemahaman terhadap perawatan
pasien terminal. Hal ini diperlukan karena pada kanker payudara
stadium akhir kemungkinan untuk bertahan hidup sangat kecil. Jadi,
perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep dan
asuhan keperawatan terhadap kanker payudara, serta tidak lupa pula
asuhan keperawatan pasien terminal terhadap kanker payudara
stadium IV.

DAFTAR PUSTAKA

Maryam,R.Siti, dkk.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.


Jakarta:SalembaMedika.
Mass,Meridean.2011.Asuhan Keperawatan Geriatrik.EGC:Jakarta.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta:
EGC.
Stanley,mickey.2006.Buku
Ajar
Keperawatan
Gerotik
edisi
2.EGC:Jakarta.
De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005
Hidayat, Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
http://bared18.wordpress.com/2011/10/14/kanker-payudara-ca-mamae/
http://www.lenterabiru.com/2008/12/kanker-payudara.htm
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and
Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC
Judith M. Wilkinson , Nancy R. Ahren Buku Saku ; Diagnosis
Keperawatan Edisi 9 ;Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, dan Kriteria Hasil
NOC. Jakarta EGC, 2011

Lampiran
METODE TERAPI SEFT
APA ITU SEFT?
Spiritual Emotional Freedom Technique atau SEFT dikembangkan oleh
Ahmad Faiz Zainuddin, lulusan psikologi Unair yang sedang menempuh studi
master di Malaysia, dari terapi asalnya, EFT (Emotional Freedom Technique)
yang dikembangkan oleh Gary Craig, seorang insinyur lulusan Stanford
University.
Padahal, EFT sendiri merupakan tehnik terapi yang merupakan
penyederhanaan dari terapi TFT (Tought Field Therapy) yang ditemukan oleh
Roger Callahan, yang tidak lain adalah gurunya sendiri. Faiz menambah unsur
Spiritual pada EFT, sehingga menjadi SEFT. SEFT adalah teknik penyembuhan
yang memadukan keampuhan energi psikologi dengan kekuatan doa dan
spiritualitas. Energi psikologi adalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan
teknik berdasarkan konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi
pikiran, emosi dan perilaku seseorang.
Konsep energi tubuh bisa dianalogikan dengan energi elektromagnetik
pada pesawat televisi. Kita tidak dapat melihat dan merasakannya, tetapi
keberadaannya dapat diketahui dari akibat yang ditimbulkan, yaitu berupa
gambar hidup acara televisi yang kita tonton Gangguan kecil pada aliran sistem
energi tv akan menimbulkan kacaunya proses siaran televisi. Begitu juga dengan
tubuh kita, setiap sel, sistem syaraf dan organ dalam tubuh kita mengandung
energi elektromagnetik. Maka sebagaimana pada sistem energi tv, gangguan

pada sistem energi tubuh kita akan menjadi pemicu utama segala macam
gangguan emosi negatif seperti depresi, stress dan cemas. Dan sebagaimana telah
diketahui, gangguan emosi dapat termanifestasi dalam berbagai penyakit fisik.
Pemahaman sistem energi tubuh menjadi dasar ilmu pengobatan timur seperti
akupunktur, akupresur, refleksiologi dan sebagainya.

Para ahli akupunktur percaya, gangguan pada sistem energi tubuh


menyebabkan penyakit fisik seperti jantung, sakit kepala, sesak nafas dan
sebagainya. Cara penyembuhannya dengan merangsang titik-titik tertentu yang
berhubungan dengan sumber penyakit. Terdapat 361 titik akupunktur di
sepanjang 12 jalur energi meridian tubuh yang sangat berpengaruh pada
kesehatan kita. SEFT menyederhanakan 361 titik tersebut menjadi 18 titik yang
mewakili 12 jalur utama energi tubuh. Efek doa dan spiritualitas terhadap
kesembuhan penyakit telah diteliti secara mendalam oleh Dr. Larry Dossey, MD.
Hasilnya menunjukkan adanya bukti ilmiah bahwa doa dan spiritualitas
berpengaruh positif terhadap kesehatan. Pada penyakit yang umum sekalipun,
kondisi pikiran, emosi, sikap, kesadaran, dan doa-doa yang dipanjatkan oleh atau
untuk pasien sangat berpengaruh bagi kesembuhannya.Fakta-fakta ilmiah tentang
keampuhan energi psikologi, kekuatan doa dan spiritualitas, menginspirasi Faiz
untuk mensinergikan k eduanya menjadi terapi SEFT, yang menghasilkan efek
pelipatgandaan (amplifiying effect) yang secara empiris lebih ampuh daripada
EFT

CARA MELAKUKAN SEFT


SEFT terdiri dari 3 langkah: 1. The Set-Up, 2. The Tune-In, 3. The Tapping
1. The Set-Up
The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita
terarahkan

dengan

tepat.

Langkah

ini

dilakukan

untuk

menetralisir

psychological reversal (perlawanan psikologis yang berupa pikiran negatif


spontan atau keyakinan bawah sadar negatif), seperti :
Saya selalu gagal mencapai sesuatu
Saya tidak mungkin mampu bersaing
Saya tidak bisa lepas dari kecanduan rokok
Saya sakit hati karena orangtua selalu menyalahkan saya, dsb.
Caranya dengan mengucapkan The Set-Up Words, yaitu kata-kata yang
diucapkan dengan khusyu, ikhlas dan pasrah untuk menetralisir keyakinan dan
pikiran negatif. Contoh kalimat set-up :Yaa Allah meskipun saya
(menderita sakit kepala yang tak kunjung sembuh), saya ikhlas, saya pasrah
pada-Mu sepenuhnya
Sambil mengucapkan kalimat di atas sebanyak tiga kali, kita menekan dada
kita, tepatnya di bagian Sore Spot (Titik Nyeri = daerah di sekitar dada atas
yang jika ditekan terasa agak sakit) ATAU mengetuk dengan dua ujung dari di
bagian Karate Chop. Lihat gambar.

2. The Tune-In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit
yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil
terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, Saya ikhlas,
saya pasrah Yaa Allah..
Untuk masalah emosi, kita melakukan tune-in dengan cara memikirkan sesuatu

atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang
ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut dsb) hati
dan mulut kita mengatakan, Saya ikhlas, saya pasrah Yaa Allah..
3. The tapping
Bersamaan dengan tune-in, kita melakukan langkah ke-3, The Tapping. Pada
proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi negatif
atau

rasa

sakit

fisik.

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu
di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari The
Major Energy Meridians, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak
pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena
aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Titik-titik
tersebut adalah:
1.

Cr

Crown yaitu titik di bagian atas kepala

2.

EB Eye Brow, yaitu titik permulaan alis mata

3.

SE

4.

UE Under the Eye, yaitu 2cm di bawah kelopak mata

5.

UN Under the Nose, yaitu tepat dibawah hidung

6.

CB Collar Bone, yaitu diujung tempat bertemunya tulang dada, collar

Side of the Eye, yaitu di atas tulang di samping mata

bone
dan tulang rusuk pertama
7.

8.

Ch

Chin, yaitu diantara dagu dan bagian bawah bibir

UA Under the Arm, yaitu dibawah ketik sejajar dengan putting susu
(pria)
Atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita).

9.

BN Bellow Nipple, yaitu2,5cm di bawah putting susu (pria) atau di


Perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara
(wanita).

10.

IH

Inside of Hand, yaitu dibagian dalam tangan yang berbatasan


dengan
telapak tangan

11. OH Outside of Hand, yaitu dibagian luar tangan yang berbatasan


dengan
telapak tangan
12.

Th

Thumb, yaitu ibu jari disamping luar bagian bawah kuku

13.

IF

Index Finger, yaitu jari telunjuk disamping luar bagian bawah


kuku

(di

bagian yang menghadap ibu jari)


14. MF Middle Finger, yaitu jari tengah samping luar bagian bawah
kuku

(di

bagian yang menghadap ibu jari)


15.

RF

Ring Finger, yaitu jari manis di samping luar bagian bawah


kuku

(di

bagian yang menghadap ibu jari)


16.

BF

Baby Finger, yaitu di jari kelingking di samping luar bagian


bawah

kuku

(dibagian yang menghadap ibu jari)


17. KC Karate Chop, yaitu di samping telapak tangan, bagian yang kita
gunakan untuk mematahkan balok saat karate.
18. GS Gamut Spot, yaitu dibagian antara perpanjangan tulang jari
manis dan tulang jari kelingking.

Khusus untuk titik terakhir, sambil men-tapping titik tersebut kita melakukan
THE 9 GAMUT PROCEDURE. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang bagian

otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik
energi tubuh yang dinamakan Gamut Spot, yang terletak diantara ruas tulang jari
kelingking dan jari manis. 9 Gerakan itu adalah :
1.

Menutup mata

2.

Membuka mata

3.

Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah

4.

Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah

5.

Memutar bola mata searah jarum jam

6.

Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam

7.

Bergumam dengan berirama selama 3 detik

8.

Menghitung 1, 2, 3, 4, 5

9.

Bergumam lagi selama 3 detik

Ini adalah langkah yang terlihat aneh dan lucu. Dalam psikoterapi kontemporer,
ini disebut teknik EMDR (Eye Movement Desensitization Repatterning).
Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah mengulang
lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di Karate Chop). Dan
diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, sambil
mengucap rasa syukur, Alhamdullilaah..
Tapping tidak harus dilakukan secara berurutan seperti dikemukakan di atas, bisa
secara acak asal dilakukan semua, dan kita boleh melakukannya pada sisi sebelah
kiri atau sebelah kanan atau kedua-duanya. Tetapi dianjurkan untuk
melakukannya secara berurutan dari bagian tubuh atas ke bagian bawah, seperti
tadi disebutkan, agar mudah dihafal

KELEBIHAN SEFT
1. SEFT terbukti efektif, it works in the real world
2. Mudah dipelajari dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja
3. Cepat dirasakan hasilnya
4. Sekali belajar bisa digunakan untuk selamanya pada berbagai masalah.
5. Efektivitasnya relatif permanen
6. Jika dipraktikkan dengan benar, tidak ada rasa sakit atau efek samping,
jadi sangat aman dipraktikkan oleh siapapun
7. Bisa diterapkan untuk masalah fisik dan emosi apapun.
8. Konselor sekolah dapat bekerja jauh lebih efektif dan efisien dengan
mempraktikkan SEFT
Sumber : Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), Cara Tercepat dan
Termudah Mengatasi Berbagai Masalah Fisik dan Emosi, Ahmad Faiz Zainuddin,
Arga, Jakarta, 2007.

Catatan :
A. Sebelum melakukan terapi Klien di anjurakan untuk minum segelas air.
B. Identfikasi masalah klien, yang ingin klien hilangkan/ selesaikan. Apakah itu
fobia, depresi, kecemasan, kecanduan, kurang percaya diri dll
C. Menggali sebanyak mungkin aspek emosi yang ada kaitannya dengan
masalah yang akan di hilangkan.misalnya: malu Karen sulit bergaul, susah
bekerja karna kurang konsentrasi, marah atau kecewa Karen di bohongi atau
sakau karena kecanduan

D. Kemudian mengskalakan masalah yang di hadapi klien dengan skala 0 10 (


0 artinya masalah itu tidak mengganggu/selesai dan 10 masalah itu sangat
mengganggu)
E. Setelah itu ajukan 5 pertanyaan Kunci yaitu :
1. Sudah berapa lama anda mengalami masalah ini ?
Contohnya : Sudah berapa lama anda kecanduan rokok ? atau mulai kapan
anda merokok ? berapa hari anda bisa menghabiskan sebungkus rokok
dalam sehari ?
2. Bagaimana hidup anda selama menyimpan masalah ini ?
Contohnya : bagaimana hidup dan kesehatan anda selama anda merokok ?
Apa yang ada rasakan selama ini kaitannya dengan masalah ini ?
3. Apa ruginya jika anda menyimpan masalah ini lebih lama lagi ?
4. Apakah anda ingin menghilangkan masalah ini dari diri anda sekarang
juga untuk selama lamanya ? apa alasannya ?
5. Apa yang akan terjadi jika anda terbebas dari masalah/emosi ini ? (minta
klien untuk mengvisualisasikan atau membayangkan seolah olah saat ini
masalah itu sudah hilangkan saat ini.
Jika sudah maka anda bisa melakukan terapi seperti yang dijelaskan diatas tadi.

You might also like