Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1|Sperma
BAB II
PEMBAHASAN
2|Sperma
Spermatozoa
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang 50 , kepala berbentuk oval
(lonjong), berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 dan panjang 4-5 . Akrosom adalah suatu massa
yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang merupakan struktur berupa selubung
yang menutupi 2/3 daerah kepala spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin,
hyaluronidase, CPE (corona penetrating enzyme). Akrosin adalah enzim proteolitik untuk
menembus zona pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus ooforus dan CPE untuk
menembus corona radiata.
Spermatozoa abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi karena gangguan
pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-sebab : faktor hormonal, nutrisi,
obat, akibat radiasi, penyakit.
Plasma semen
Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak
dikeluarkan sekaligus sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau fraksi yaitu:
1. Fraksi Pre ejakulasi
Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini
dikeluarkan dari penis jauh sebelum ejakulasi, volume 0,2 ml. Diduga berfungsi untuk
melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir
mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang berasal
dari epididimis. Volume 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali spermatozoa
(yang non motil). Volume 0,5 ml.
3|Sperma
4|Sperma
namun
cara
ini
kurang
baik
karena
hasilnya
kurang
dapat
ditutup dengan baik untuk menjaga jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta
mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan sampel itu
selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu pemeriksaanpemeriksaan dijalankan.
2.6 Penyerahan Sampel Sperma
Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya diserahkan kepada
petugas laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan karena beberapa parameter sperma
mempunyai sifat mudah berubah oleh karena pengaruh luar. Sperma yang dibiarkan begitu
saja
akan
berubah
pH,
viskositas,
motiltas
dan
berbagai
sifat
biokimianya.
7|Sperma
BAB III
PEMERIKSAAN SPERMA
8|Sperma
9|Sperma
Baik liquefaction maupun viscositas tergantung dari daya kerja enzim-enzim kelenjar
prostat. Perlu ditekankan bahwa viscositas sangat erat hubungannya dengan motilitas
spermatozoa, artinya viscositas yang tinggi sering disertai dengan motilitas yang rendah.
Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat
kurang berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang <> 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia
tambahan
atau
epiddiymitis.
Sedang
pada
pH
<>
ml
10 | S p e r m a
Energi yang keujung ekor itu tidak lurus kebelakang tapi arahnya melingkari batang tubuh
bagian tengah, terus keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas spermatozoa, seluruh tubuh
spermatozoa mulai dari kepala sampai ke ekor bergerak melingkar pada as-nya dan ke depan.
Hal ini menyebabkan gerak lurus ke depan aktif, lincah dengan irama getar ekor yang
teratur.Irama getar ekor spermatozoa normal manusia ialah 15x/detik. Pada sapi getaran itu
kira-kira 20 x/detik.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal saja yang dapat
bergerak normal pula. Sebab andaikata bentuk kepala spematozoa tak normal katakanlah
bentuk terato maka arah gerakan tak mungkin lurus ke depan sebab bagian depan sedemikian
tak ideal untuk memperoleh gerak lurus . Demikian pula andaikata terdapat bagian tengah
yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian kepala yang masih tertempel oleh sisa
sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan terganggunya gerak lurus ke depan dan
lincah.
2. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas
spermatozoa, yaitu :
- Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
- Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik, dianggap
spermatozoa dengan motilitas kurang baik atau jelek. Yang termasuk motilitas
spermatozoa kurang baik ialah :
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti.
Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi
getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran
energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva,
spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
11 | S p e r m a
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak
tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun
distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga
memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum
jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak teratur.
Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi
motilitas dengan arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal
karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah.
Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang
bemacam-macam rocking melingkar dan gerak tak teratur. Demikian pula andaikata
sisa sitoplasma terletak dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang timbul
akan bermacam-macam.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain
(aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri,
protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung macam aglutinasi (kepalakepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan berlainan pula.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami
likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan
terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan
setiap setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke
depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena
sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal
ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan
energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
- Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.Pemeriksaan
12 | S p e r m a
3. Motilitas Spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada
gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan
tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda.
Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini
untuk setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar.
Sebab kalau sebuah pipet telah pernah digunakan untuk satu sperma, kemudian
dipergunakan untuk sperma lainnya akan ada unsur pada sperma pertama yang
terpindahkan ke sperma kedua. Kalau misalnya sperma yang kedua azoospermi maka
kemungkinan akan dinilai tidak azoospermi sebab telah tercampur oleh spermatozoa dari
sampel pertama.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung
batang gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma .
Bila sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini
dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada
gelas objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari
kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian
dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.
Tujuan
Prinsip
Alat :
- Objek Glass
- Cover glass
- Pipet tetes
- Mikroskop
13 | S p e r m a
Prosedur :
1. Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass
2. Tutup dengan cover glass.
3. Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
4. Periksa adanya spermatozoa yang : Bergerak aktif (%) atau Bergerak tidak aktif (%) atau
Tidak bergerak (%)
waktu
lewat,
semakin
berkurang
motilitas
spermatozoa.
Penilaiannya
- Biasanya didapat bahwa sampai 1 jam setelah dikeluarkan, mani berisi 70% atau lebih
14 | S p e r m a
spermatozoa aktif, angka itu terus menerus menurun sehingga menjadi 50% sekitar 5 jam
lewat ejakulasi.
- Pada keadaan normal kemunduran motilitas terjadi kira-kira 10-20% dalam waktu 2-3
jam.
- Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini temperatur laboratorium harus
dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas
spermatozoa.
- Dalam pemeriksaan rutin tidak banyak gunanya mengikuti penyusutan motilitas dari jam
ke jam, berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel.
Tujuan
:Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip
Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Tabung reaksi
- Negrosin 10 %
15 | S p e r m a
Cara Kerja :
1. Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
2. Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
3. Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
4. Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan
hasil dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Catatan :
- Spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat warna
masuk ke dalam sel.
- Spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna karena dinding sel masih utuh, tak dapat
ditembus zat warna.
- Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru, jangan terlalu kental
dan jangan banyak endapan.
16 | S p e r m a
Reagensia :
Burker
- Formalin 5%,..............................1 ml
Prosedur :
1. Cara Pipet Thoma :
2. Isap sperma dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat.
3. Isap larutan Pengencer Sperma sampai tanda 11 tepat.
4. Kocok selama 2 menit, buang cairan 3-4 tetes, masukkan dalam kamar hitung improved
Neubauer dengan menempelkan ujung pipet ditepi kaca penutup.
5. Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
6. Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
7. Cara Tabung dengan Clinipette :
8. Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan clinipette.
9. Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
10. Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan pengencer.
11. Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus (vibrator).
12. Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung
clinipette ditepi kaca penutup.
13. Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
14. Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
17 | S p e r m a
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 70 juta / ml
Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan pipet eryhtrosit
sebagai pipet pengencer dan sperma diisap sampai 0,5 tepat dan pengencer 101.
pengenceran pipet 200x dikalikan untuk perhitungan.
- Untuk pengenceran yang lebih teliti sebaiknya menggunakan pengenceran menggunakan
Clinipette dalam tabung. Pengenceran dapat diubah sesuai dengan keinginan.
- Menurut R. Gandasoebrata bila tidak memiliki larutan pengencer Natrium bikarbonat
maka dapat digunakan aquadest sebagai larutan pengencer.
18 | S p e r m a
Prinsip : Sperma dibuat hapusan diwarnai dengan giemsa, dicuci, dikeringkan dan diperiksa
morfologi sperma dibawah mikroskop dengan anisol perbesaran 10 x 100.
Alat alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Rak dan Bak pewarnaan
- Mikroskop
- Botol semprot
- Lampu spritus
Reagensia :
- Karbol Fuchsin 0,25 %
Cara Kerja :
a) Cara Karbol Fuchsin
1. Setetes sperma dibuat hapusan diatas objek glass.
2. Difiksasi dengan nyala api 2 5 kali
3. Diwarnai dengan carbol fuchsin 0,25% selama 5 Menit, dicuci dengan air.
4. Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100
spermatozoa
b) Cara Giemsa
1. Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 10 menit
2. Sisa metanol dibuang, sediaan dibiarkan kering di udara.
3. Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5 ml aquades)
selama 20 menit.
4. Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan. diperiksa dibawah mikroskop
perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
c) Cara Hematoxilin Meyer
1. Sediaan hapus ditetesi larutan formalin 10% selama 1 menit.
2. Sediaan dibilas dengan aquadest.
3. Sediaan dicat dengan hematoksilin menurut Meyer selama 2 menit.
4. Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah
mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
19 | S p e r m a
d) Cara O.Steeno
1. Sediaan hapus dimasukkan ke dalam larutan metanol selama 5 menit dan dikeringkan
diudara.
2. Sediaan dicelupkan kedalam larutan safranin 0,1% selama 5 menit
3. Sediaan dibilas dalam air buffer dua kali.
4. Sediaan dicelupkan kedalam larutan kristal violet 0,25% selama 5 menit
5. Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah
mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
e) Cara lain dengan Fast Green, Wright, Bryan/leishman, Papanicolou, Romanowsky dan
lainnya.
3.4 Morfologi spermatozoa :
1. Spermatozoa Normal :
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan
mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
2. Spermatozoa Abnormal :
Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian spermatozoa
yang abnormal. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau bagian tengah menebal,
maka dikatakan abnormal.
Abnormalitas kepala
- Kepala oval besar
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang kepala
>5 dan lebar >3
- Kepala oval kecil
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang kepala
<3>2 .
- Kepala pipih (tapering head = lepto)
Kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk
ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head)
20 | S p e r m a
Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air, bagian
runcing berhubungan dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato)
Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh.
Abnormalitas bagian tengah
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah
Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin
Spermatozoa imatur
Spermatozoa yang masih mengandung sisa sitoplasma, yang paling tidak besarnya
separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala, bagian tengah maupun pada
ekor spermatozoa.
Leukosit dalam sperma :
Dalam sperma kecuali terdapat spermatozoa juga terdapat rundzellen / round cell atau
sel bundar yang terdiri dari leukosit dan sel-sel spermiogenesis. Dalam keadaan biasa
terdapat leukosit dalam sperma, jumlahnya meningkat melebihi normal akan berpengaruh
terhadap gambaran spermiogenesis, sehingga perlu dilakukan penghitungan leukosit.
Menghitung rundzellen (sel bundar) :
Karena terdiri dari dua sel yaitu sel muda sperma dan leukosit, maka untuk membedakannya
dapat dilakukan penghitungan sebagai berikut :
21 | S p e r m a
- 1 tetes sperma ditambah 1 tetes larutan Sedicolor (larutan Methylen Blue) diaduk rata
diobjek glass, dibiarkan beberapa menit, diperiksa di mikroskop dengan pembesaran 400600 kali.
- Dilakukan diferensiasi antara sel spermatozoa muda dan leukosit yang dinyatakan dalam
100%.
- Ciri-ciri sel :
Sel spermiogenesis : Dinding sel tampak tebal dengan inti yang kompak.
Leukosit : Dinding kelihatan tipis dengan inti yang khas untuk leukosit.
- Dihitung 100-200 sel bundar dan cara ini dilakukan jika junlah sel bundar per Lp lebih
dari 6-10.
- Jika pada sediaan jelas terlihat adanya leukosit maka dapat dipakai cara tanpa pengecatan,
yaitu : 0,1 ml sperma diteteskan diatas objek glass lalu ditutup dengan gelas penutup dan
diperiksa dengan pembesaran 400-600 kali.
- Jika didapat sel leukosit 6-10/Lp atau lebih, kemungkinan menunjukkan adanya infeksi
pada traktus genitalis.
23 | S p e r m a
Infeksi traktus urogenitalis oleh protozoa sering terjadi, misal Trichomonas, amoeba
dan Clamydia trachomatis.
- Jamur
Dapat dijumpaipad pasien yang dermatitis didaerah genitalia atau perineum.
3.6 Pemeriksaan Kimia
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai
korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai
reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan
menyusun warna merah.
Parameter
: Penetapan Fruktosa
Tujuan
Prinsip
Reagensia :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam 1000
aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan bila
disimpan dalan lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. a. Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam
benzoat 0,2%.
b. Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan
dengan aquadest sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja ini
sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.
Prosedur Kerja :
24 | S p e r m a
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan
0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campur,
tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4, campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2 ml cairan atas
dari langkah 1, tabung S diisi 2 ml standard fruktosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml
air/ aquadest.
Blanko Standard Sampel
Aquadest 2 ml -- -Standard -- 2 ml
Sampel -- -- 2 ml
Resorsinol 2 ml 2 ml 2 ml
HCl 6 ml 6 ml 6 ml
3. Kepada tabung T, S dan B masing dibubuhkan 2 ml resorsinol dan 6 ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90OC selama 10 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200 = mg / dl fruktosa mani.
Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu
berasal dari vesiculae seminales. Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh,
banyaknya fruktosa dalam mani juga mengalami perubahan oleh proses-proses dalam
vesiculae seminales dan ductuli ejaculatorii, pada hipoplasia dan radang vesiculae seminales
dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii kadar fruktosa menurun. Penyumbatan
ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa dalam mani menjadi nol.
begitu saja akan berubah pH, viskositas , motilitas spermatozoanya dan berbagai sifat
biokimianya.
4. Bila setelah senggama ke-1, kemudian penderita mengalami mimpi basah (night
pollution), maka jarak abstinensia dihitung sejak mimpi basah. Hal ini perlu diutarakan
sebab waktu 3 5 hari abstinensia sudah cukup untuk memulihkan kembali semua unsur
sperma, baik dari sekret kelenjar asesoris alat kelamin laki laki maupun jumlah
spermatozoa dari kegiatan tubuli seminiferi.
5. Abstenentia yang kurang atau lebih dari waktu yang ditentukan akan mempunyai nilai
lain, dan ini menjadikan nilai hasil pemeriksaan sperma tidak sepenuhnya benar.
Pemeriksaan ulang dapat dilakukan karena pemeriksaan yang hanya satu kali belum
mencerminkan spermiogram ( Gambaran ) rata rata.
6. Segera setelah di terima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa.
Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar.
7. Hal lain yang perlu diberitahukan kepada pasien ialah pada waktu abstensia janganlah
minum obat-obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum, atau
semacamnya. Hal ini agar diperlukan benar-benar sperma yang diperiksa tidak
dipengaruhi oleh obat-obatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan motilitas sperma
- Tetesan pada objek glass diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana
tetesan tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif
akan berbeda
- Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi tiap sampel sperma
untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang cermat, sebab besar kecilnya tetesan dan berat
ringannya gelas penutup berpengaruh pada motilitas spermatozoa.
- Pemeriksaan harus dilakukan setelah gelas objek ditempelkan. Bila terlalu lama dibiarkan,
baru kemudian diperiksa, akan terjadi perbedaan dalam motilitas spermatozoa.
- Pemeriksaan motilitas sperma biasanya dilaksanakan setelah liquefaksi terjadi
keseluruhan. Pada saat itu sperma telah homogen, sehingga spermatozoa dapat lebih
bebas. Liquefaksi sempurna biasanya terjadi 15- 30 menit setelah ejakulasi.
- Pemeriksaan motilitas berurutan sampai 2-3 jam seteleh ejakulasi dimaksudkan untuk
mengetahui derajat penurunan motilitas spermatozoa. Sebab pada keadaan normal,
kemunduruan motilitas terjadi kira-kira 10-20 % dalam waktu 2 3 jam. Tetapi kalau
27 | S p e r m a
dalam waktu tersebut turunnya motilitas lebih dari 20 %, berarti daya tahan motilitas
spermatozoa itu berkurang.
- Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini, temperatur laboratorium harus
dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas
spermatozoa.
- Sperma yang diteteskan pada gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Menutupnya harus baik agar jangan sampai ada gelembung udara di dalamnya atau jangan
sampai tetesan sperma luber keluar gelas penutup.
- Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi setiap sampel
sperma. Untuk maksud itu tidak boleh sembarang ukuran gelas penutup dipergunakannya.
Gelas penutup harus yang sama ukurannya yaitu 18 mm x 18 mm.
Hal hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan vitalitas
- Spermatozoa yang hidup (Viable) tidak berwarna, dengan latar belakang kemerahan,
sedangkan spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa
rusak, zat warna masuk kedalam sel, sel berwarna merah. Spermatozoa hidup tetap tak
berwarna karena dinding sel masih utuh, tidak dapat ditembus zat warna.
- Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru jangan terlalu kental
dan jangan banyak endapan.
Hal hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan jumlah sperma
- Biasanya didapat 70 juta atau lebih banyak spermatozoa per ml ; kalau jumlah kurang dari
20 juta per ml , ada kemungkinan mati itu kurang memadai dalam hal fertilitas.
- Tetapi kita harus berhati hati dalam mengambil kesimpulan seperti itu. Tidak jarang
dilihat bahwa hasil pemeriksaan mani berikutnya atau yang mendahuluinya berbeda jauh.
Dapat juga dilakukan pada pemeriksaan motilitas hanya sedikit sekali spermatozoa
kelihatan bergerak aktif.
Hal hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan morfologi sperma
- Untuk sperma dengan kepadatan tinggi, tetesan dibuat kecil dan hapusannya lebih cepat
dan berat dan untuk spermatozoa kepadatan rendah dibuat tetesan lebih besar dan
hapusannya lebih lambat dan ringan.
- Jika jumlah kepadatan spermatozoa kurang dari 10 juta / ml sediaan hapus dibuat dari
sentrifugasi dengan 2000 rpm selama 15 menit.
28 | S p e r m a
- Sediaan / hapusan sperma dapat diwarnai dengan cat : Giemsa, Mayer, O. Steeno, Fast
green, Wright, Bryan / leishman dan papanocolou.
- Sel-sel bundar terdapat pula pada ejakulat, dan dapat diamati pada analisis sperma. Pada
pemeriksaan sperma dengan pengecetan sederhana, yakni dengan metilin blue, sel sel
tersebut telah tampak sel-sel itu ialah lekosit, polimorfonuklear dan monosit.
29 | S p e r m a
BAB IV
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui
tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi
kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh keturunan. Seorang pria dengan
tingkat kesuburan yang rendah atau steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan. Oleh
karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk
mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3
x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup
untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya
diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh
didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan diatas 40C, oleh karena kedua hal ini dapat
mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.
30 | S p e r m a
DAFTAR PUSTAKA
31 | S p e r m a
LAMPIRAN
Daftar Nilai normal pemeriksaan spermatozoa :
1. Volume : 2-5 ml
2. Warna : berwarna putih seperti kanji, putih keabuan, putih kekuningan
3. Bau : Berbau khas seperti bunga akasia
4. pH : 6,8-7,8
5. Koagulum : Ada saat sperma baru keluar berupa gumpalan putih.
6. Liquefaksi : likuefaksi 15-20 menit.
7. Viskositas : Waktu 1 tetesan 1-2 detik. Lebih 2 detik viskositas tinggi
8. Aglutinasi : Baik aglutinasi sejati atau palsu tidak ada.
9. Leukosit : Jika lebih dari 1.000/mm ada infeksi atau pencemaran pada traktus genitalis dan
atau kelenjar asesoria.
10. Motilitas : Motil aktif > 60-70%, motil tak aktif <20-30% dan tidak motil <10%.
11. Jumlah : 20-70 juta spermatozoa/ml ejakulat.
12. Viabilitas : Diatas 75% atau lebih yang hidup.
13. Morfologi Normal : Yang normal morfologinya harus diatas 75%.
14. Fruktosa : 150 450 mg/dl fruktosa
32 | S p e r m a