You are on page 1of 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

SINDROM STEVENS JOHNSON

Di susun oleh :
SAFTIAN ROSY ANGGARA
(712.6.2.0434 P)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SINDROM STEVENS JOHNSON..
Kami menyadari bahwa Askep ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan askep ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Askep ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Sumenep, 31 Desember 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi buruk
yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutama
selaput mukosa. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat
soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa
demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven dan
S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan reaksi alergi
yang hebat terhadap obat-obatan.
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14
per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada
mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila
obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada mulut,
mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun
pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat
meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson karena
Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sindrom
tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri
sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit
Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini
bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
( Support, Edisi November 2008 )

1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Rumusan Masalah
Apa pengertian Steven Johnson?
Apa etiologi dari Steven Johnson?
Apa tanda dan gejala Steven Johnson?
Apa faktor predisposisi Steven Johnson?
Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?
Apa komplikasi dari Steven Johnson?
Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson?
Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?

1.3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tujuan
Mengetahui pengertian Steven Johnson?
Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?
Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?
Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?
Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?
Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?
Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
Mengetahui penatalaksanaan untuk Syndrom Steven Johnson?
Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?

1.4.

Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi
pembaca tentang Syndrom Steven Johnson.

BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
2.1 Pengertian
1. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat,
kelainan
2.

pada

kulit

berupa

eritema,

vesikel/bula,

dapat

disertai

purpura( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 )


Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.

3.

( Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 )


Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat
kelainan

pada

kulit

berupa

eritema

vesikel

bula,

dapat

disertai

4.

purpura( Djuanda, Adhi, 2000 : 147 )


Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari

5.

erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 )


Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk

6.

( Mansjoer, A. 2000: 136 )


Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit
berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa dan

konjung
2.2 Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah satu
penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan semisintetiknya,

streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik (misalnya : derivate


salisil/pirazolon,

metamizol,

metampiron,

dan

parasetamol),

klorpromazin,

karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca vaksinasi, radiasi, dan makanan.

Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat
dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )

Penisilline
Sthreptomicine
Sulfonamide
Tetrasiklin

b) Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan


paracetamol )

Kloepromazin
Karbamazepin
Kirin Antipirin
Tegretol

c) Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )


d) Neoplasma dan factor endokrin
e)

Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan,


kehamilan)

f)

Makanan (coklat)

2.3 Klasifikasi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,

pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat
1. Lapisan Kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : Stratum
Korneum,Stratum Lusidum,Stratum Granulosum,Stratum Spinosum,Stratum
Basale (Stratum Germinativum),
Fungsi Epidermis :Proteksi barier,Organisasi sel, Sintesis vitamin D dan
sitokin, Pembelahan dan mobilisasi sel, Pigmentasi (melanosit), Pengenalan
alergen (sel Langerhans),
b. Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Fungsi Dermis : Struktur penunjang, Mechanical strength, Suplai nutrisi,
Menahan shearing forces dan respon inflamasi.

c. Subcutis
Subkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbedabeda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar,

Isolasi panas,

Cadangan kalori, Kontrol bentuk tubuh, Mechanical shock absorber.


3. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
4. Fungsi Imun
Terdapat dua macam tipe imunitas yaitu :
a. Imunitas alami (natural)
Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap setiap
penterang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar
dari mekanisme pertahanan alami berupa kemampuan untuk membeda kan
antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Sawar fisik mencakup kulit serta
membrane mukosa yang utuh sehingga mikroorganisme pathogen dapat

dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius
bersama respons batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan
membersihkan saluran nafas atas dari mikroorganisme pathogen sebelum
mikroorganisme tersebut dapat menginvasi tubuh lebih lanjut.
Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata
serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri dan
jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut serta dalam
respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler atau granulosit yang
mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil.
b. Imunitas didapat (akuisita)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons
imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam
hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah seseorang
terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons
imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan
imunologo akan dibentuk tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut.
Imunitas ini biasanya berlangsung selama bertahun tahun atau bahkan
seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang
ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah
penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama globulin dan antiserum yang
didapat dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam
keadaan darurat untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko
terjangkit suatu penyakit tertentu cukup besar.

c. Stadium Respons Imun


Terdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons imun,
keempat stadium tersebut yaitu :Stadium pengenalan, Stadium proliferasi,
Stadium respons, Stadium efektor,
faktor faktor yang memepengaruhi system imunUsia ,Jenis kelamin, Nutrisi,
Penyakit, Faktor faktor psikoneuro-imunologi, Obat obatan.
d. Antigen
Terdapat beberpa teori tentang mekanisma yang digunakan limfosit B
untuk mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan
memproduksi antibody yang tepat. Sebagian antigen memiliki kemampuan
untuk memicu pembentukan antibody secara langsung oleh limfosit B,
sementara sebagian lainnya memerlukan bantuan sel sel T. sel T merupakan
bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh tubuh, dengan bantuan
makrofag maka limfosit T akan manganali antigen dari penyerang asing.
Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak biru (blueprint) antigen dan
kemudian kembali ke nodus limfatikus yang terdekat dengan pesan tersebut.
e. Antibody
Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi
ribuan klon yang masing masing bersifatrespnsif terhadap suatu kelompok
tunggal antigen dengan karakteristik yang hamper identik. Pesan antigenic
yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan menstimulasi kln spesifik
limfosit B untuk membesar, membelah diri, dan memperbanyak diri dan

berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang dapat memproduksi antibody


spesifik terhadap antigen.
Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin,
setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai
peptide ringan dan berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu antara
lain , Ig G (75 % dari total imunoglobulin), Ig A (15 % dari total
imunoglobulin), Ig M (10 % dari total imunoglobulin), Ig D (0,2 % dari total
imunoglobulin),Ig E (0,004 % dari total imunoglobulin)
f. Respons Imun Seluler
Reaksi seluler dimulai leh pemhikatan antigen dengan reseptor antigen
pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau pesan antigenic ke
nodus limfatikus tempat produksi sel sel T yang lain distimulasi. Sebagian
sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan mempertahankan memri untuk
antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel T lainnya akan bermigrasi dari nodus
limfatikus ke dalam system sirkulasi umum dan akhirnya ke jaringan tempat
sel tersebut berada.
Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam
menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik menyerang
antigen sacara langsung dengan mengubah membrane sel dan menyebabkan
lisis sel. Sel sel hipersensitifitas tipe lambat melindungi tubuh melalui
produksi dan pelepasan limfosit. Limfokin yang termasuk dalam kelompok
glikoprotein yang lebih besar dan dikenal dengan nama sitokin, dapat

merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel sel darah putih
lainnya.
Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu
limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan
subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri cirri khas dari limfosit
B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa karakteristik
sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme dan
beberapa

tipe

sel

malignan.

Sel

NK

dapat

membunuh

langsung

mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan sitokin.


2.4 Patofisiologis
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif
tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi
yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen.
Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan
menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi
hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali
dengan antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi
radang (Djuanda, 2000: 147) .
karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi
Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres hormonal diikuti
peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuriat, Kegagalan
termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam
darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi
tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan
kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan
menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi
tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi

kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil


tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga
terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini
menyebabkan siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil
Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel
yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed)
memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

PATHWAY
Alergi obat2an, infeksi mikroorganisme, neoplasma dan faktor endokrin, faktor fisik dan
makanan
Masuk ke dalam tubuh
Sel B dan plasma cel
Antigen berikatan dengan antibodi (Ig M dan Ig G)
Komplek imun
Deposit pembuluh darah
Mengaktifkan komplemen & degranulasi sel mast
Neutrofil tertarik kedaerah infeksi

Kerusakan jaringan
kapiler/ organ
Kerusakan
submukosa : lidah

inflamasi
akumulasi neutrofil
nociseptor
reaksi radang

intake in adekuat

kelainan kulit

MK: ggn nutrisi

& eritema
MK:gangguan
integritas kulit

merangsang
peningkatan

kelemahan fisik
lemas

permeabilitas vaskuler
impuls
respon inflamasi

MK : Gangguan
rasa nyaman
nyeri

MK: ggn Aktivitas

2.5 Tanda dan Gejala


Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita
dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal
berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian
memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura.
Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
2. Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian
disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus
jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir
kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan
esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan.
Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah
konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen,
perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut
dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.

2.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid

Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson
berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena. Setelah
masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama
mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet
kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia.
Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi
protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 2550 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien
sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran
dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan
transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus
yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.

4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base. Untuk lesi
di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
2.7 Komplikasi
Bronkopneumonia

(16%),

sepsis,

kehilangan

cairan/darah,

gangguan

keseimbangan elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan lakrimasi.


Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut:
Kehilangan cairan dan darah
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock
Oftalmologi ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
Gastroenterologi - Esophageal strictures
Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
vagina
Pulmonari pneumonia, bronchopneumoni
Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit
sekunder
Infeksi sitemik, sepsis
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi
Histopatologi
Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
Spongiosis dan edema intrasel di epidermis
Imunologi

Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih
darah yang mengalami kerusakan
Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau
dalam kombinasi
2.9 Prognosis penyakit
Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven Johnson.
Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya penampakan dari
tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang dinamakan
angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur lebih dari 40
tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih dari 252
mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan, 2010,
Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara
sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat
purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura
dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan
serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan
biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan
pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak serta cepat meluas pada ekstrimitas bawah,
sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.

BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
1.

2.
-

3.1 Pengkajian
Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan nomor register.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson
biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan
sakit tenggorokan.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit
yang sebelumnya dialami klien.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.

3.
-

Pola Fungsional Gordon


Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
: pada pola ini kita mengkaji:
a.
Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
b. Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu?
c.
Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?
: pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat konsumsi obat-obatan
tertentu.
a.
b.
c.
d.
e.

Pola nutrisi - metabolik


: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?
Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
Apakah klien mengalami mual dan muntah?

f.

Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?


: pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan nafsu makan, sariawan
pada mulut, dan kesulitan menelan.

Pola eliminasi
: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
: Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi,
membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.

4
d.

Pola aktivitas - latihan


: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?
Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
= ketergantungan
Apakah klien mengeluh mudah lelah?
: Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas, sehingga sulit
untuk beraktifitas.

Pola istirahat - tidur


: pada pola ini kita mengkaji:
a.
Apakah klien mengalami gangguang tidur?
b. Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c.
Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
: Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat karena
nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.
-

Pola kognitif - persepsi


: pada pola ini kita mengkaji:
a.
Kaji tingkat kesadaran klien

b.
c.
d.

Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami perubahan?


Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?
: Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada penglihatannya, serta rasa
nyeri dan panas di kulitnya

Pola persepsi diri - konsep diri


: Pada pola ini kita mengkaji:
a.
Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?
b. Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
c.
Apakah klien merasa rendah diri?
: Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu dengan keadaan
tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya.
-

Pola peran - hubungan


: pada pola ini kita mengkaji:
a.
Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
b. Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
c.
Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?
-

Pola reproduksi dan seksualitas


: Pada pola ini kita mengkaji:
a.
Bagaimanakah status reproduksi klien?
b. Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?
-

Pola koping dan toleransi stress


: Pada pola ini kita mengkaji:
a.
Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
b. Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
c.
Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
-

Pola nilai dan kepercayaan


: Pada pola ini kita mengakaji:
a.
Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
b. Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?
4.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan

5.

Palpasi: Turgor kulit, edema


Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak lemas dalam
beraktifitas.

Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang


Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah,
degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di
epidermis.
Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM,
IgA

3.2 DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya
jaringan kulit akibat luka.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
5. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan
: Nyeri dapat dikontrol atau hilang
Kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri berkurang

Skala nyeri 0-2

Klien dapat beristirahat

Ekspresi wajah rileks

RR : 16 - 20 x/menit

TD : 100-130/60-90 mmHg

N : 60 90 x/menit

No

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat skala nyeri 1 10, lokasi Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan
dan intensitas nyeri
merupakan data dasar untuk memberikan
intervensi

Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, N)

Untuk memonitor keadaan klien dan


mengetahui terjadinaya syok neurologik

Anjurkan dan ajarkan klien tehnik


relaksasi nafas dalam, distraksi,
imajinasi

Untuk mengurangi persepsi nyeri,


meningkatkan relaksasi dan menurunkan
ketegangan otot

Tingkatkan periode tidur tanpa


gangguan

Kekurangan tidur dapat meningkatkan


persepsi nyeri

Kendalikan faktor lingkungan yang


dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan

Lingkungan yang tenang dapat menjadikan


pasien dapat istirahat.

Kolaborasi dalam pemberian obat


analgetik

Membantu mengurangi atau menghilangkan


nyeri

2.

Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
Tujuan
: integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil :

Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulen

Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)

Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan

TD : 100-130/60-90 mmHg

N : 60 90 x/menit

Suhu : 36,5- 37, 4 C


No

Intervensi

Rasional

Kaji ukuran, warna luka, perhatikanMemberikan informasi dasar tentang kondisi


jaringan nekrotik dan kondisi sekitarluka
luka

Berikan perawatan luka yang tepatMeningkatkan pemulihan dan menurunkan


dan tindakan kontrol infeksi
risiko infeksi

Berikan lingkungan yang lembabLingkungan yang lembab memberikan


dengan kompres
kondisi optimum bagi penyembuhan luka

3.

Dorong klien untuk istirahat

Tingkatkan masukan nutrisi, proteinUntuk meningkatkan pembentukan granulasi


dan karbiohidrat
yang normal dan kesembuhan

Kolaborasi pemberian obat sistemik Memperlancar terapi dan mempercepat proses


penyembuhan

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari


intravaskuler ke dalam rongga interstisial dan rusaknya jaringan kulit akibat luka.
Tujuan
: Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :

Haluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)


Turgor kulit baik

Urin jernih dan berwarna kuning

Membran mukosa lembab

TD normal (100-130/60-90 mmHg)

Denyut nadi (60-90 x/menit)

Kadar elektrolit serum dalam batas normal


No

4.

Untuk mendukung pertahanan tubuh

Intervensi

Rasional

Kaji dan catat turgor kulit

Untuk mengetahui keseimbangan cairan


tubuh
Untuk memonitor keadaan umum klien

Observasi tanda vital

Monitor dan catat cairan yang masukAgar keseimbangan


dan keluar
terpantau

Timbang BB klien setiap hari

Berikan penggantian cairan IV yangResusitasi cairan menggantikan kehilangan


dihitung, elektrolit, plasma, albumin cairan/elektrolit dan mencegah komplikasi

Awasi pemeriksaan laboratoriumMengidentifikasi kehilangan darah atau


(Hb/Ht, natrium urine random)
kerusakan sel darah merah, dan kebutuhan
penggantian cairan dan elektrolit

cairan

tubuh

klien

Penggantian cairan tergantung pada BB klien

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan


menelan.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :

Tidak terjadi penurunan BB/BB ideal

Nafsu makan meningkat

Lesi di bibir atau mulut tidak ada

Makanan yang disediakan 80% dihabiskan

No

Intervensi

Rasional

Monitor intake dan output nutrisi

Untuk mengetahui pemasukan dan


pengeluaran makanan

Kaji terhadap malnutrisi dengan


mengukur tinggi dan BB

Memberikan pengukuran objektif terhadap


status nutrisi

Jaga kebersihan mulut untuk


menambah nafsu makan pasien

Mulut yang bersih memungkinkan


peningkatan nafsu makan

Berikan makan sedikit tapi sering


hingga jumlah asupan nutrisi
tercukupi

Makanan dalam porsi kecil mudah


dikonsumsi oleh klien dan mencegah
terjadinya anoreksia.

Berikan makanan untuk pasien


Memudahkan pasien dalam menelan
dalam bentuk hangat dan sedian
makanan
lunak/bubur
Kolaborasi dengan ahli gizi untukAgar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
menentukan kebutuhan nutsi klien

5.

Kolaborasi dengan tim medis tentang Memberikan dukungan nutrisi bila klien tidak
makanan pengganti (enteral
bisa mengkonsumsi jumlah yang cukup
/parenteral)
banyak peroral.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan
Kriteria Hasil
No

: Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas


: Klien mengatakan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi

Kaji respon individu terhadap


aktivitas

Bantu klien dalam memenuhi


aktivitas sehari-hari dengan tingkat
keterbatasan yang dimiliki klien

Jelaskan pentingnya pembatasan


aktivitas

Rasional
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
individu dalam pemenuhan aktivitas seharihari.
Energi yang dikeluarkan lebih optimal

Pembatasan aktivitas penting untuk


membatasi energi yang dikeluarkan, karena
energi penting untuk membantu proses
metabolisme tubuh

Libatkan keluarga dalam pemenuhan Klien mendapat dukungan psikologi dari


aktivitas klien
keluarga

6.

Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit


Tujuan
: Tidak terjadi infeksi lokal atau sistemik
Kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsio lesi)

Leukosit (5000 - 10000/mm3)

Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4 C)

RR : 16 20 x/menit

TD : 100-139/60-96 mmHh

N : 60 100 x/menit

Luka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen dan tidak demam
No

Intervensi

Rasional

1 Monitor tanda-tanda vital


2
3
4
5
6
7

9
7.

Perubahan tanda vital secara drastis merupakan


komplikasi lanjut untuk terjadinya infeksi
Observasi keadaan luka setiap hari Untuk mengidentifikasi adanya penyembuhan
Jaga agar luka tetap bersih atauMenurunkan resiko inspeksi dan untuk
steril
mencegah terjadinya kontaminasi silang
Lakukan perawatan luka setiap hariUntuk mempercepat penyembuhan
(kompres luka dengan NaCl) dan
bersihkan jaringan nekrotik
Berikan perawatan pada mata
Mata dapat membengkak oleh drainase luka
Tingkatkan asupan nutrsisi
Nutrisi mempengaruhi sintesis protein dan
fotositosis
Batasi pengunjung dan anjurkanUntuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
pada keluarga/pengunjung untuk
mencuci tangan sebelum kontak
langsung dengan klien
Pantau hitung leukosit, hasil kulturPeningkatan leukosit menunjukkan infeksi,
dan tes sensitivitas
pemeriksaan
kultur
dan
sensitivitas
menunjukkan mikroorganisme yang ada dan
antibiotic yang tepat diberikan
Kolaborasi berikan antibiotic
Mengurangi jumlah bakteri

Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :

Klien tidak berperasaan negative tentang dirinya

Klien menyatakan penerimaan situasi diri

Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lain

Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadi
No

Intervensi

Rasional

1 Kaji makna kehilangan/perubahanEpisode


traumatic
mengakibatkan
pada pasien/orang terdekat
perubahan tiba-tiba
2 Terima dan akui ekspresi frustasi,Penerimaan perasaan sebagai respons
ketergatnungan, marah, kedukaan.normal terhadap apa yang terjadi
Perhatikan perilaku menarik diri danmembantu perbaikan
penggunaan penyangkalan
3 Bersikap realistis dan positif selamaMeingkatkan
kepercayaan
dan
pengobatan,
pada
penyuluhanmengadakan hubungan antara pasien dan
kesehatan dan menyusun tujuanperawat
dalam keterbatasan
4 Berikan harapan dalam parameterMeningkatkan perilaku positif dan
situasi individu
memberikan kesempatan untuk menyusu
tujuan dan rencana untuk masa depan
berdasarkan realita
5 Berikan penguatan positif terhadapKata-kata penguatan dapat mendukung
kemajuan dan dorong usaha untukterjadinya perilaku koping positif
mengikuti tujuan rehabilitasi
6 Dorong interaksi keluarga danMempertahankan
/membuka
garis
dengan tim medis rehabilitasi
komunikasi dan memberikan dukungan
terus-menerus pada pasien dan keluarga

BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala,
batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di
bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah,
tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu
mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.
4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM INTEGUMEN PADA Valen Zega
I.

BIODATA
A.

Identitas Pasien
Nama

:Valen Zega

Umur

: 5 Tahun

Status Kesehatan

: Sakit

Agama

: Kristen Protestan

Pendidikan

:-

Pekerjaan

:-

Alamat

: Jln. Bhakti Luhur

Tanggal Masuk

: 1 desember 2014

No. Register

: 11112014

Ruang/Kamar

: II/Rajawali

Golongan Darah

: AB

Tanggal Masuk

: 1 desember 2014

Tanggal Pengkajian

: 2 desember 2014

Diagnosa Medis

: Sindrom Stevens Jhonson

B.

Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat


Nama

: Jhon Irwan zega

Pekerjaan

: Wiraswasta

Hubungan dengan pasien : Ayah pasien


Alamat
C.

: Jln. Bhakti Luhur

Keluhan Utama

: Sakit kepala, batuk, pilek,demam, sulit menelan, nyeri

tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit, tidak selera makan, mual, muntah, berat
badan menurun (sebelum 25kg, sesudah 22kg)
II.

RESUME
TTV :

Temp : 390C

Nadi : 80x/menit

RR : 28x/menit
BB : 22 kg

III.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1.

Faktor Pencentus

: alergi obat

2.

Lamanya keluhan

: 2 bulan

3.

Bagaimana yang dirasakan

: nyeri

4.

Bagaimana yang dilihat

: adanya bintik-bintik merah

5.

Faktor yang memperberat

: garukan

6.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : mengaruk

7.

Upaya yang dilakukan oleh orang lain

8.

Pola nutrisi

Diet

: Bubur

Nafsu makan

: menurun

Mual

: ada

Muntah

: ada

Frekuensi makan

: 2 kali/ hari

: membawa ke rumah sakit

Jumlah makanan dan minuman :


makan

: 1/2 piring / makan

Minum

: 5 gelas (250 ml/gls)

Berat badan

: 22 kg

Tinggi badan

: 100 cm

D.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1.

Penyakit yang pernah dialami

a.

Masa kanan-kanak

: flu

b.

Riwayat kecelakaan

: tidak ada

c.

Pernah dirawat

: tidak

d.

Pernah operasi

: tidak

2.

Riwayat Alergi

a.

Tipe alergi

: alergi tipe III dan IV

b.

Reaksi

: nyeri yang hebat

c.

Tindakan

: menggaruk

3.

Kebiasaan

: main bola

4.

Imunisasi

: imunisasi campak dan polio

5.

Pola nutrisi

Diet

: Nasi biasa

Nafsu Makan

: berkurang

Mual

: ada

Muntah

: ada

Frekuensi makan

: 2kali/ hari

Jumlah makanan dan minuman :

Makan

: 1/2 piring

Minum

: 5gelas (250 ml/gls)

Berat Badan

: 22 kg

Tinggi Badan

: 100 cm

E.

Riwayat Kesehatan Keluarga

1.

Orang tua

: tidak ada

2.

Saudara Kandung

: tidak ada

3.

Penyakit keturunan yang ada : tidak ada

4.

Anggota keluarga yang meninggal

: tidak ada

F.
1.

Pola Kebiasaan Sehari-hari

Biologis
No POLA
1

SEBELUM

SESUDAH

MASUK RS

MASUH RS

Makanan yang disukai

Coklat

Tidak ada

Diet

Nasi

Bubur

Nafsu makan

Menurun

Normal

Lain-lain

Tidak ada

Tidak ada

Pola minum

5 gelas

7 gelas

Jenis minuman

Air putih

Teh, air

Banyaknya

1,25 L

putih,susu

Minuman yang disukai

The

1,75 L

Nutrisi :

Minum :

Teh,susu
3

Pola istirahat/tidur :
Waktu tidur

Siang

Tidak ada

13.00-14.00 Wib

Malam

20.00 - 05.00 wib

20.00 06.00 Wib

Lama tidur

7 Jam/hari

9 jam/hari

Kebiasaan tidur malam

Terganggu

Mulai bisa tidur

Kebiasaan tidur siang

Terganggu

Bisa tidur

Kesulitan tidur

(+)

Menurun

Cara mengatasinya

Tidak ada

Tidak ada

Frekuensi

2 kali/ hari

2 kali/ hari

Konsistensi

Cair

Padat

Warna

Kuning

Kuning

Waktu (pagi,siang,malam)

Pagi dan siang

Pagi dan siang

3 kali/ hari

5 kali/ hari

Pola eliminasi fekal/BAB:

Pola eliminasi urin/BAK :


Frekuensi

Banyaknya/Jumlah

800 cc

900 cc

Kejernihannya/Warna

Kuning

Kuning

Bau

Khas

Khas

Kelainan

Tidak ada

Tidak ada

--

Tidak ada

Pola Aktivitas :
Bekerja di

Jarak tempat kerja dari rumah -

Tidak ada

Kendaraan yang dipakai

Tidak ada

Jumlah jam kerja/hari


7

Tidak ada

Kebersihan diri / personal


hygiene

1-2 x / hari

3 x / hari

Kebiasaan mandi

2 kali/hari

3 Kali/ Hari

Menggosok gigi

1/hari

3 Kali/hari

Mencuci rambut

1x/2bulan

1 kali/bulan

Tempat hiburan/liburan

Tidak ada

Tidak ada

Jenis olahraga

Tidak ada

Tidak ada

Frekuensi olahraga

Tidak ada

Tidak ada

Jenis pekerjaan

Pelajar

Tidak ada

Jumlah jam kerja

Tidak ada

Memotong kuku
8

G.

Pola Rekreasi / Aktivitas

Riwayat Lingkungan

a.

Kebersihan lingkungan rumah

: Kurang Bersih

b.

Bahaya

: Penumpukan Sampah

c.

Polusi lingkungan rumah

: Polusi Kendaraan

H.

Riwayat / Keadaan Psikologis / Sosial / Spiritual

1.

Bahasa yang digunakan

: Bahasa Indonesia

2.

Persepsi terhadap penyakit

: Tidak Sembuh

3.

Pola pikir dan persepsi kesulitan yang dialami

: Negatif, tidak bisa sembuh

4.

Pola koping

a.

Harga diri

: Menurun

b.

Ideal diri

: Menurun

c.

Identitas diri

: Menurun

d.

Gambaran diri

: Jarang ke luar rumah karena penyakit

5.

Suasana hati

: Nyeri

6.

Kegemaran

: Main bola

7.

Daya adaptasi

: Kurang

8.

Hubungan / Komunikaksi

a.

Bicara

: Jarang

b.

Tempat tinggal

: Kurang

c.

Kehidupan keluarga

: Biasa

d.

Keuangan

: Mencukupi

9.

Pertahanan koping

a.

Pengambilan keputusan

b.

Yang disukai tentang diri sendiri

c.

Yang ingin diubah dalam kehidupan : -

d.

Yang dilakukan bila stress

e.

Yang dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman

:
:::: Memberi Lingkungan Yang

nyaman
10. System nilai kepercayaan

a.

Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan

b.

Kepercayaan

c.

Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS

I.

Pemeriksaan Fisik

1.

Tanda-tanda vital

(Tanggal : 1 Maret )

a.

Keadaan umum

: lemah

b.

Tingkat kesadaraan

: sadar

c.

Suhu / Temp

: 390C

d.

Denyut Nadi / Pols

e.

Pernafasan / RR

2.

Head to toe dan pengkajian system

: pasti sembuh

: 80X/menit
: 28X/menit

: tidak ada

a.

Kepala dan rambut dan wajah

Kepala

: Pasien mengeluh sakit

Bentuk kepala

: Bulat

Ukuran

: Simetris

Posisi

: Simetris

Warna Rambut

: Hitam

Bentuk Rambut

: keriting

Kebersihan Kulit kepala

Warna

Struktur wajah

b.

: ada ketombe

: putih
: Oval

Mata

Bentuk

Sclera

: normal

Konjungtiva

: Ananemis

Pupil

: isokor

Fungsi penglihatan

: normal

Retina

: normal

c.

: Sipit (Simetris)

Hidung / Penciuman

Bentuk

: simetris

Peradangan

: tidak ada

Perdarahan

: tidak ada

Cairan

: tidak ada

Fungsi penciuman

: baik

Lubang hidung

: simetris

Polip

: tidak ada

Sinusitis

: tidak ada

Pernah mengalami flu

: pernah

d.

Telinga / Pendegaran

Bentuk

: normal

Peradangan

: tidak ada

Perdarahan

: tidak ada

Cairan

: tidak ada

Fungsi pendegaran

: baik

Alat bantu pendengaran : tidak

e.

Rongga mulut dan Faring

Keadaan bibir

: lesi

Mukosa gigi

: kering

Keadaan gusi dan gigi

Kesulitan menelan

: ada

Alat bantu bicara

: tidak ada

Gigi

: kotor

Tonsil / faring

: tidak ada (Normal)

Peradangan

: tidak ada

Perdarahan

: tidak ada

Laring

: Normal

Peradangan

: tidak ada

Fungsi pengecapan

: baik

f.

Leher

Kelenjar getah bening

Kelenjar tiroid

: Normal

Vena jugularis

: normal

Kekakuan

: Tidak ada

g.

Thorax

Bentuk rongga

: simetris

Bunyi nafas

: tidak ada

Irama pernafasan

: Normal

Bunyi jantung

: tidak ada

Nyeri dada

: tidak ada

h.

Abdomen

Bentuk

: simetris

Turgor kulit

: jelek

Massa / cairan

: tidak ada

Hepar

: baik

Ginjal

: normal

: kering

: Normal

Bising usus

i.

Perineum / Genetalia

Kebersihan perineum

Perdarahan

: tidak ada

Peradangan

: tidak ada

Haemoroid

: tidak ada

Alat genetalia

: bersih

j.

Sirkulasi

Suara jantung

Suara jantung tambahan

Palpitasi

Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada

Edema jaringan
Nadi

: normal

: bersih

: Normal
: tidak ada

: normal
: tidak ada
: tidak Normal

k.

Neurologis

Memori saat ini

: Normal

Memori yang lalu

: Normal

Keluhan pusing

: ada

Lama tidur

: 7 jam

Gangguan tidur

: (+)

Genggaman tangan kiri/kanan

l.

Muskuloskletal

Pergerakan ekstremitas

Kekuatan otot

: menurun

Fraktur

: tidak ada

Kelainan tulang belakang : tidak ada

Traksi / spalk/ gips

m.

: melemah

: lemah

: tidak ada

Pencernaan

Mulut

: kotor dan kering

Tenggorokan

: nyeri

Abdomen

: normal

Nafsu makan

: menurun

Porsi makan

:1/2piring

n.

Eliminasi

Pola BAB

: 2 kali/Hari

Konstipasi

: tidak ada

Diare

: tidak ada

Riwayat perdarahan : tidak ada

Pola BAK

Jumlah urin

Inkontinensia

: mampu

Karakter urin

: bau ke kuning-kuningan

Hematuria

: tidak ada

Peradangan

: tidak ada

Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK

o.

Integumen

Turgor kulit

: jelek

Tekstur kulit

: kering

Kelembapan

: kering

Lesi

: (+)

Jaringan parut

: tidak ada

Suhu

: 390C

Edema

: tidak ada

Eritema

: Kemerahan

: 5 kali/hari
: 900 cc

: ada

PENGKAJIAN
A. Analisa data
No. Data
1.

Etiologi

Problem

Tidak adekuat intake cairan,

Kekurangan Volume

Hipertermi

Cairan

Inflamasi pada kulit

Nyeri

Intake tidak adekuat karena

Nutrisi kurang dari

adanya lesi

kebutuhan

eritema

Gangguan integritas kulit

DS :
Demam
Mual & muntah
Nyeri tenggorokan
DO
0

Suhu 39 C
RR 28 x/i
Turgor kulit jelek
Eritema Seluruh tubuh
DS :
Nyeri Tenggorokan
Sakit kepala
DO :
2.

Wajah meringis
Lesi di bibir
Eritema
RR 28x/i

DS :
mual dan muntah
sulit menelan
tidak selera makan
3
DO :
lesi di bibir
Nyeri Tenggorokan
4

DO :

Bintik-bintik merah
pada kulit dan wajah
Kulit kering
4.2 Diagnosa
1.

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.

2.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i

3.

Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan

4.

gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering

4.3.Prioritas Masalah
1.

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.

2.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i

3.

Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan

4.

gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering

4.4. Perencanaan Asuhan keperawatan


No Tanggal
1

Dx.Keperawatan

3/12/2014 Kekurangan volume


cairan tubuh b/d

Tujuan/KH
Tujuan : tidak

Intervensi
Observasi

Rasional
Untuk memonitor

Implementasi
Jam 09.00 wib

terjadi kekurangan tanda-tanda vital keadaan umum klien Mengobservasi

kerusakan jaringan kulit volume cairan

tanda-tanda vital

d/d suhu 390C, turgor

Suhu : 38,50C

kulit jelek,lesi di bibir.


RR : 28x/i
Pols : 80x/i

KH:
keluaran urine

RR : 20x/m
Monitor dan

Agar

individu adekuat catat cairan yang keseimbangan


(0,5-1,0 mg/kg

masuk dan keluar cairan tubuh klien

BB/jam)
Urin jernih dan

terpantau
Kaji dan catat

berwarna kuning turgor kulit


Membran
mukosa lembab
Denyut nadi

Untuk

Pols : 60x/m
Jam 10.00 wib
Memonitor dan

EVALUASI
Subjek :
Demam
Objek :
lesi (+)
turgor jelek
RR 26x/m
Pols :80x/m
Temp :38,50C

mencatat cairan

Assestment :
Belum Teratasi

yang masuk dan

Planning :

keluar

mengetahui

Intervensi dilanjutkan
Cairan infus : RL 20 (1-3)

keseimbangan

tetes/menit

cairan tubuh

(60-100 x/menit)

Jam 11.00 wib


Mengkaji dan
mencatat turgor kulit
Turgor : baik

3/12/2014 Nyeri b/d inflamasi

Tujuan : nyeri

Kaji tingkat

Untuk

Jam 12.00 wib

pada kulit d/d wajah

dapat

skala nyeri 1 10, mengetahui tingkat Mengkaji tingkat

meringis,nyeri

dikontrol/hilang

lokasi dan

nyeri klien dan

skala Nyeri

Subjek :
Nyeri Tenggorokan
Objek :

tenggorokan,lesi di
bibir,sakit kepala,
Eritema, RR 28x/i

KH :

intensitas nyeri

Klien

merupakan data
dasar untuk

melaporkan nyeri

memberikan

berkurang Skala

intervensi

nyeri 0-2
Klien dapat
beristirahat

Anjurkan dan

mengurangi persepsi

tehnik relaksasi

nyeri, meningkatkan

rileks
RR : 16 -20
Tingkatkan

Assestment :
Belum Teratasi

Untuk

ajarkan klien

Ekspresi wajah nafas dalam

x/menit

Lesi bibir
Wajah
Skala nyeri 4

Skala : 7

Planning :
Jam 13.30 wib

Intervensi lanjutkan (1-

relaksasi dan

Menganjurkan dan 3)

menurunkan

mengajarkan teknik

ketegangan otot

relaksasi

Kekurangan tidur Teknik : tarik Napas

periode tidur

dapat meningkatkan dalam

tanpa gangguan

persepsi nyeri

Jam 15.15 wib


Meningkatkan
periode tidur tanpa
gangguan.
Caranya :
Mengurangi batas
kunjungan pasien

3/12/2014 Nutrisi kurang dari

Tujuan : nutrisi

Anjurkan

kebutuhan b/d intake

klien terpenuhi

keluarga untuk

meningkatkan nafsu Menganjurkan

tidak adekuat karena

KH :

membersihkan

makan dan

keluarga untuk

mulut klien

memberikan rasa

membersihkan

adanya lesi d/d nyeri

Tidak terjadi

tenggorokan,sulit

penurunan BB/BB sebelum dan

menelan,mual dan

ideal

muntah,BB 25 kg

Nafsu makan

menurun menjadi 22 kg, meningkat


tidak selera makan

Untuk

mulut klien.

sesudah makan

Mengajarkan cara

Berikan makan
dan makanan

membersihkan
Membantu

Makanan yang sedikit tapi sering mencegah distensi


disediakan 80%
dihabiskan

Hidangkan
makanan dalam
keadaan hangat

Jam 09.00 wib

mulut
Jam 10.00 wib

gaster

Memberikan

danmeningkatkan

makanan sedikit tapi

pemasukan

sering

Subjek :
Nyeri tenggorokan
Sulit menelan
Mual
muntah
Objek :
Ansietas (+)
BB turun 3 kg
Assestment :
Belum Teratasi
Planning :
Intervensi 1-3 diulangi

Meningkatkan
nafsu makan
Jam 11.30 wib
Memberikan
makanan hangat

3/12/2014 Gangguan integritas kulit Kulit Kemabali

Pertahankan

Friksi kulit
disebabkan oleh

Jam 09.50 wib


Mengganti seprei

Subjek:

b/d eritema d/d bintik-

Normal

seprei bersih,

--

bintik merah pada kulit

KH :

kering dan tidak kain yang berkerut lama dengan seprei Objek

dan wajah, kulit


kering,Turgor Jelek,

Tidak ada

berkerut

dan basah yang

bintik-bintik

menyebabkan iritasi

merah pada kulit

dan potensial

dan wajah

terhadap infeksi

Turgor
Kaji Kulit

Bintik-bintik merah
pada kulit dan wajah
Assestment :

perubahan pada

Belum teratasi

warna, turgor

dibandingkan dan

sirkulasi dan

melakukan

sensasi.

intervensi tepat.

dan amati

Jam 09.55 wib

iskemia jaringan,
mengurangi tekanan

Berikan matras

pada kulit, jaringan

atau tempat tidur dan lesi

Planning :
Ulangi intervensi 1-3

Menurunkan

Kolaborasi

busa /flotasi

Kulit melai membaik

dasar dimana
Setiap hari. Catat status dapat

Gambarkan lesi

Turgor mulai
membaik

Menentukan garis

membaik
Kulit lembab

baru

Jam 09.50
Memberikan matras

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh
manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila
pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk kedalam tubuh maka
akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom
Steven Johnson atau yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut
berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat, infeksi
virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium,
dan kelainan pada mata. Sedangkan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan
tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan
adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan menelan, TTV, sistem
pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka
dapat diangkat empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal
dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan,
gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d
kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis
maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan
keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat
melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit
steven johnson.

DAFTAR PUSTAKA
Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta

You might also like