You are on page 1of 26

3.

1 Bahan dan Energi


Beberapa prinsip fundamental dalam fisika ditetapkan berdasarkan sistem SI dan sistem
Inggris. Energi adalah kapasitas untuk melakukan usaha/kerja. Usaha/kerja didefinisikan sebagai
berikut:
W = FD

(3.1)

Dimana:
W adalah usaha (ML2/T2)
F adalah gaya (ML/T2)
D adalah jarak (L)
Gaya yang bekerja pada suatu tubuh didefinisikan:
F = ma

(3.2)

Dimana:
F adalah gaya (ML/T2)
m adalah massa (M)
a adalah pervepatan (L/T2)

Berdasarkan sistem SI, unit massa adalah kilogram (kg), unit panjang adalah meter (m). Dan
unit waktu adah second (s). Sistem Inggris unit massa adalah kelembaman, unit panjang adalah foot
(ft), dan unit waktu adalah second.Unit gaya dalam sistem SI adalah newton (N). Percepatan
ditunjukan dalam meter per second per second (m/s2) dan satu newton sama dengan 1 kgm/s2.
Berat didefinisikan sebagai:
W = mg

(3.3)

Dimana:
W adalah berat (ML/T2)
g adalah percepatan gravitasi (L/T2)
m adalah massa (M)
Berat memiliki unit yang sama dengan gaya. Dimana:
M = w/g = 1N/ 9.80m/s2 = 0.102 kg
Massa jenis dari fluida atau padatan adalah massa per unit volume. Unitnya dalah kg/m3 atau
slug/ft3.
= m/V
dimana:
adalah berat jenis (M/L3)
m adalah massa (M)

(3.4)

V adalah volume (L3)


Berat spesifik adalah berat per unit volume. Unitnya adalah N/m3 atau lb/ft3.
= w/V

(3.5)

Di mana:
adalah berat spesifik (M/L2T2)
w adalah berat (ML/T2)
V adalah volume (L3)
Berdasarkan persamaan 3.3, 3.4, dan 3.5 didapatkan persamaan:
= g

(3.6)

Soal
Suatu fluida memili berat jenis 1,085g/cm3. Jika percepatan gravitasi 9,81 m/s2,
berapa berat spesifik fluida tersebut?

Tekanan didefinisikan sebagai:


P = F/A

(3.7)

Dimana:
P adalah pressure (M/LT2)

A adalah luas permukaan (L2)

F adalah gaya (ML/T2)


Dalam hidrogeologi,tekanan yang akan dijadikan standar adalah relatif terhadap tekanan
atmosfer.Air itu merupakan fluida dimana resistansinya relatif ke pergerakannya yang sebanding
dengan sifat fluidanya yang disebut dengan kecepatan dinamik.

3.2 Porositas Material Bumi


Sebelum batuan memadat atau mengalami proses litifikasi, beberapa diantaranya membentuk
ruang - ruang antar butir yang memisahkan materialnya. Begitu pula pada saat pelapukan fisika dan
kimia ruang ruang antar butir tersebut memperluas ukurannya karena terdekomposisi dan
mengalami pergeseran yang menyebabkan retakan.
Material sedimen terkumpul dan diendapkan oleh air, angin, es dan gravitasi yang membukan
ruang pori pori diantara butiran sedimen dan membuatnya tidak padat. Retakan, ruang antar butir
dan pori pori pada material bumi menjadi objek penting dalam mempelajari hidrogeologi seperti
halnya groundwater dan kelembaban tanah.

3.2.1 Definisi Porositas


Porositas material bumi adalah persentase antara material batuan atau tanah dengan ruang
antar butir pada materialnya itu sendiri, menurut persamaan :

Dimana :

= Presentase Porositas

= Volume ruang antar butir pada material bumi (L3; cm3 atau m3)
= Satuan volume material bumi, termasuk ruang antar butir dan
padatannya (L3; cm3 atau m3)
Porositas laboratorium ditentukan dengan mengambil sample yang telah diketahui volumenya
Vv
V

(V). samplenya dikeringkan di oven dengan temperatur 105oC hingga mencapai berat konstant. Lalu
sample yang telah kering direndam pada volume air yang telah diketahui dan dibiarkan di dalam
ruang tertutup hingga jenuh. Volume dari void (Vv) adalah sama dengan volume air asli yang ada di
ruangan setelah sampel jenuh dihilangkan.
Prosedur laboratorium ini menghasilkan nilai porositas efektif karena tidak termasuk pori-pori
yang tidak cukup besar untuk mengandung molekul air dan hal tersebut yang tidak saling

berhubungan. Porositas efektif sedimen merupakan fungsi dari ukuran molekul yang diangkut relatif
terhadap ukuran lorong yang menghubungkan pori-pori. Jika molekul diangkut memiliki diameter
lebih besar dari beberapa Lorong pori, ini akan membatasi porositas efektif sehubungan dengan
molekul.
Porositas total bisa dihitung dari persamaan ini :

n =100 [1-(
Dimana :

/ d)]

n = porositas total dalam perssentasi


= kepadatan bulk dari bahan akuifer
d = kepadatan partikel dari bahan akuifer

3.2.2 Porositas dan Klasifikasi Sedimen


Pada dasarnya sesuai dengan tema yaitu Porosity and Classification of Sediments maka
dapat diketahui tema ini akan membahas porositas dan klasifikasi pada sedimen. Disebutkan bahwa
porositas pada sedimen terletak pada ruang antara fragmen padat. Apabila fragmen butiran dengan
ukuran diameter yang sama, maka dapat disatukan sedemikian rupa sehingga setiap butiran secara
langsung menempati puncak butiran dibawahnya. Hal ini lah yang disebut dengan kemas kubik
(porositas : 47,65%) . Namun apabila kemasnya terbentuk oleh 4 bidang berdekatan maka disebut
kemas rhombohedral dengan porositas 25,95%.
Konfigurasi kedua tipe tersebut menunjukkan perbedaan porositas yang jauh pada susunan
ekuidimensional butir, dimana setiap butirannya saling bersentuhan. Pada dasarnya disini dijelaskan
bagaimana pengaruh sifat butir dari sedimen terhadap porositasnya. Apabila sedimen terdiri atas
ukuran butir yang bermacam- macam maka porositas akan menurun karena partikel yang lebih kecil
dapat mengisi ruang ruang kosong. Seperti pada contoh gambar dibawah ini,

dapat dilihat perbedaannya antara yang terisi dengan partikel kecil (B) maupun tidak (A). Media
geologi seperti angin, aliran air maupun gelombang juga mempengaruhi pemilahan ukuran butir
sehingga lapisannya memiliki ukran butir seragam. Proses lain seperti tanah longsor dan sebagainya,
mengakibatkan percampuran sedimen dengan butir berbagai ukuran.
Selain pemilahan ukuran butir, porositas sedimen dipengaruhi oleh bentuk butir. Butiran
berbentuk bundar merupakan bidang yang hampir sempurna, namun pada faktanya, bentuk butiran ini
sangat tidak beraturan. Mereka dapat berbentuk seperti batang, piringan, atau buku. Butir yang

menyudut cenderung lebih berat dan memiliki porositas kurang dari partikel bentuk lain sehingga
sudah jelas akan mempengaruhi porositas. Ukuran butir sedimen juga sudah diklasifikasikan dan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Banyak klasifikasi yang digunakan oleh para ahli sedimentologi, namun teknik klasifikasi
sedimen dengan klasifikasi geologi agak berbeda apabila kita lihat dari ASTM (American Society
Testing Material). Karena ASTM menggunakan prosedur yang sesuai dengan teknik sipil dan
geoteknik. Hal ini digunakan pada saat pengecekan tanah dan sebagainya. ASTM ini merupakan
metoda stenografi untuk menggambarkan ukuran butir dan distribusi sedimen untuk kedua sedimen
yang kohesif maupun non kohesif.
Distribusi ukuran butir sedimen dapat dengan mudah diplot pada kertas ritmik semilograf.
Kumulatif persentase kehalusan butir berdasarkan beratnya diplot pada skala aritmatik dan ukuran
butir diplot pada skala logaritmik seperti pada grafik berikut ini.
Ukuran butir ditentukan melalui serangkaian penyaringan, dengan bukaan lubang saringan
yang semakin mengecil. 200 penyaring dengan bukaan 0,075 mm akan memisahkan pasir yang halus,
ini merupakan suatu sistem teknik klasifikasi. Gradasi kehalusan butir akan ditentukan dengan tes
hidrometer, yang didasari bahwa sedimen akan mengendap di dalam air. Grafik diatas merupakan
kurva yang diperoleh dari data ukuran butir lanau hingga pasir kasar. Sampel ini memiliki pemilahan
yang buruk karena terdapat berbagai ukuran butir.
Sedangkan pada grafik di bawah ini merupakan kurva distribusi ukuran butir yang memiliki
pemilahan yang baik. Kurang dari 5% sampel yang dapat lolos dari 200 penyaringan tersebut. Tes
hidrometer tidak baik untuk dilakukan pada sampel ini.

Standar ASTM D422-63 merupakan metoda tes standar untuk analisis ukuran partikel yang
menjelaskan, bagaimana untuk menentukan distribusi ukuran butir menggunakan penyaring dan
hydrometer.

3.2.3 Porositas Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk dari sedimen melalui proses diagenesis. Sebuah sedimen dapat
berasal dari produk pelapukan atau penguapan kimiawi yang terendapkan. Berat dari material yang
terendapkan di atasnya dan reaksi kimiawi yang terjadi mengubah kandungan sedimen pada batuan
sedimen tersebut. Termasuk di dalamnya adalah kompaksi, perpindahan material, dan transformasi
mineral dengan perubahan fase mineral. Kompaksi atau pemadatan mengurangi volume pori dengan
susunan butir yang saling menempel. Deposisi dari material semen seperti kalsit, dolomit, atau silica
akan mengurangi porositas meskipun larutan dari material tersebut yang mengisi pori-pori akan
meningkatkan porositas. Struktur primer batuan sedimen juga mempengaruhi terhadap tingkat
porositas, begitu pula dengan tekstur batuan sedimen yang terdiri dari ukuran butir, pemilahan, bentuk
butir, dan kemas.
Batuan yang berada pada permukaan bumi umumnya memiliki rekahan. Rekahan tersebut
menibulkan celah untuk dapat meloloskan fluida. Porositas primer adalah porositas yang berasal dari
celah antar butir, sementara itu porositas sekunder adalah celah yang berasal dari rekahan atau
fracture.

3.2.4

Porositas Batuan Plutonik dan Batuan Metamorf


Batuan Plutonik yang dibentuk oleh proses batuan beku intrusive dan batuan metamorf yang

dibentuk akibat terkena suhu dan tekanan tinggi pada batuan-batuan yang sudah ada biasanya
dianggap memiliki porositas rendah karena setiap batuan terbentuk kristal-kristal yang saling terkait
(Davis 1969).

Dua proses geologi, pelapukan dan patahan, meningkatkan porositas batuan averall. Batuan
pada kedalaman di bawah tekanan akibat berat material atasnya. Batuan ini mungkin mengalami retak
akibat pengembangan/ekspansi karena berat diatasnya hilangkan oleh erosi. Tekanan tektonik dapat
menyebabkan lipatan dan patahan. Batuan di zona sesar geser

mungkin secara ekstensif retak.

Ekspansi retakan dapat terbentuk di puncak lipatan. Bersama kumpulan Kristal biasanya ditemukan di
tiga arah yang saling tegak lurus (Krynine & Judd 1957). Pelapukan akibat penguraian kimia dan
perpecahan fisik bergerak peningkatan efektifitas berwarna putih dengan meningkatnya porositas
batuan. Lapuk batuan plutonik dan metamorf bisa memiliki porositas antara 30% - 60% (Stewart
1964).

3.2.5 Porositas Batuan Vulkanik


Batuan vulkanik berasal dari batuan beku yang bersifat ekstrusif yang mempunyai komposisi
kimia yang sama dengan batuan plutonik karena sama-sama terbentuk dari pembekuan magma.
Namun batuan ekstrusif proses pendinginannya lebih cepat, terjadi dipermukaan, dan banyak
melepaskan gas-gas pada saat pembekuaannya sehingga akan menghasilkan rongga-rongga pada
batuannya yang dikenal sebagai tekstur vesikular. Rongga ini kemudian akan membentuk porositas
yang tidak saling berhubungan. Penyusutan retakan yang bersamaan dengan pendinginan lava disebut
sebagai kekar. Lava yang mengalir akan membentuk sebuah kerak dan terpatahkan sehingga menjadi
bagian-bagian kecil yang nantinya akan menghasilkan struktur. Gravel yang terperangkap dalam
aliran lava akan menghasilkan porositas yang besar pada batuan ekstrusif. Porositas basalt kristalin
lebih kecil dibandingkan dengan porositas pumice kristalin yang hampir mencapai 87%. Endapan
piroklastik mempunyai porositas yang sangat baik contohnya tuff dan ash. Ash memiliki porositas
yang lebih tinggi daripada tuff. Dan yang paling bagus itu adalah material hasil lapukan batuan
vulksnik yang nilai porositasnya mencapai 60%.

3.3 Specific Yield


Specific Yield (Sy) adalah perbandingan volume air yang mengering dari batuan jenuh akibat
daya tarik gravitasi terhadap volume total batuan (Meinzer, 1923).
Molekul-molekul air melekat ke permukaan karena tegangan permukaan air. Jika gravitasi
mengerahkan tekanan pada selaput air di sekeliling butiran mineral, beberapa selaput tersebut akan
bergerak menjauh dan menetes ke bawah. Selaput air yang tersisa akan menjadi lebih tipis-dengan
tegangan permukaan yang lebih besar-sehingga tekanan gravitasi akan tepat seimbang dengan
tegangan permukaan. Air pendular (Pendular Water) merupakan kadar air yang melekat pada partikel
tanah akibat tegangan permukaan. Pada kadar air tertentu dari Specific yield, drainase oleh gravitasi
akan berhenti.

Jika terdapat dua sampel yang sama porositasnya, tetapi rata-rata ukuran butir salah satunya
berbeda, sampel dengan ukuran butir yang lebih halus memiliki permukaan yang lebih besar. Air akan
disimpan pada pori-pori yang lebih kecil. Hasilnya, lebih banyak air yang dapat ditampung sebagai
kadar air pendular oleh butiran yang lebih halus.
Specific retention (Sr) batuan atau tanah adalah perbandingan volume air yang dapat disimpan
oleh batu terhadap drainase gravitasi dengan total volume batu (Meinzer, 1923). Jumlah dari Spcific
yield (Sy) dan Specific retention (Sr) akan sama dengan porositas, hubungan ketiganya dapat
digambarkan melalui persamaan berikut:

n = Sr + Sy
Specific retention (Sr) berbanding terbalik dengan ukuran butir, semakin kecil ukuran butir
maka nilai Sr-nya akan semakin besar. Itulah sebabnya batulempung memiliki porositas 50% dengan
Sr 48%. Sedangkan Specific yield (Sy) berbanding lurus dengan ukuran butir, semakin besar ukuran
butir, semakin besar pula nilai Sy-nya. Gambar 3.11 menjelaskan hubungan Sy dengan ukuran butir.

Berdasarkan tabel 3.5 Specific yield (Sy) maksimum terjadi pada rentang sedimen dengan ukuran
butir pasir sedang sampai pasir kasar.

Cara menentukan nilai Sy dapat dilakukan di laboratorium dengan cara menguji sampel sedimen yang
telah diketahui jenuh sepenuhnya. Nilai Sy juga dapat ditentukan langsung di lapangan melalui
metoda pumping-test.

3.4

Konduktivitas Hidrolik Material Bumi


Kita telah melihat bahwa bahan-bahan bumi dekat permukaan umumnya mengandung

beberapa ruang kosong dan dengan demikian menunjukkan porositas. Selain itu, dalam kebanyakan
kasus, void ini saling berhubungan untuk beberapa derajat. air yang terkandung dalam Void mampu
bergerak dari kekosongan yang satu ke yang lain, dengan demikian beredar melalui tanah, sedimen,
dan batu. Ini adalah kemampuan batu untuk mengirimkan air properti. Ada beberapa batu yang
menunjukkan porositas tetapi kekurangan void saling berhubungan. (misalnya, vesikuler basalt).
Batu-batu ini tidak dapat menyampaikan air dari kekosongan satu sama lain. Beberapa batuan
sedimen dan memiliki porositas, tetapi pori-pori sangat kecil bahwa air mengalir melalui batu dengan
kesulitan. Tanah liat dan serpih adalah contohnya.

3.4.1 Penelitian Darcy


Pada pertengahan 1800-an, seorang insinyur Perancis, Henry Darcy, membuat studi sistematis
pertama dari gerakan air melalui media berpori (darcy 1856). Ia belajar gerakan air melalui tempat
tidur pasir yang digunakan untuk penyaringan air. Darcy menemukan bahwa laju aliran air melalui
tempat tidur 'mengingat sifat' sebanding dengan perbedaan ketinggian air antara kedua ujung tempat
tidur filter dan berbanding terbalik dengan panjang jalur aliran. Ia juga menentukan bahwa jumlah
aliran sebanding dengan koefisien, K, yang bergantung pada sifat medium berpori.

and

Gambar 3.12

Mungkin ini dinyatakan lebih umum sebagai:

Dimana dh/dl dikenal sebagai gradien hidrolik. Kuantitas dh mewakili perubahan kepala
antara dua titik yang sangat berdekatan, dan dl merupakan jarak kecil antara titik-titik ini. Tanda
negatif menunjukkan bahwa aliran dalam arah penurunan kepala hidrolik.

3.4.3. Permeabilitas Sedimen


Untuk ukuran pasir pada aluvial deposit, hakikatnya

faktor yang mempengaruhi

permeabilitas berdasar pada ukuran butir (Masch & Denry 1966). Pengamatan ini akan menjaga
kebenaran untuk seluruh deposit sedimen, tanpa memperhatikan asal-usul endapan.
1. Sebagai kenaikan dari ukuran butir, juga permeabilitas,
2. Permeabilitas akan menurun pada diameter menengah sebagai deviasi standar dari kenaikan
ukuran partikel. Kenaikan pada deviasi standar sebagai indikasi sampel yang terpilah baik,
oleh karena itu material yang halus akan terisi fragmen yang kosong.
3. Sampel yang berukuran kasar akan menunjukan penurunan pada permeabilitas dengan
kenaikan pada deviasi standar dengan sampel yang halus.
4. Sampel unimodal (1 ukuran dominan) mempunyai permeabilitas yang baik dibanding sampel
bimodal (2 ukuran dominan). Sekali lagi hasil dari pemilahan yang buruk dari ukuran
sedimen, sebagai indikasi distribusi bimodal.
Konduktivitas hidraulik sedimen pasir dapat diperkirakan berasal dari distribution curve
ukuran butir oleh Hazen Method (Hazen 1911). Metode ini dapat diaplikasikan pada pasir dimana

ukuran butir yang efektif kira-kira berada diantara 0,1 dan 0,3mm. Perkiraan Hazen adalah sebagai
berikut:
2

K=
K

= Konduktivitas hidraulik (cm/s)


= Ukuran butir efektif (cm)

= Koefisien yang berdasarkan tabel

Pasir sangat halus

40-80

Pasir halus

40-80

Pasir sedang, terpilah baik

80-120

Pasir kasar, terpilah buruk

80-120

Pasir kasar, terpilah baik

120-150

3.5 Permeameters
Nilai dari konduktivitas hidrolik dari material penyusun bumi dapat diukur di laboratorium
menggunakan alat bernama permeameter. Permeameters memiliki beberapa jenis ruang untuk
sampel batuan atau sedimen. Permeameters memegang inti batuan padat, biasanya berbentuk silinder.
konduktivitas hidrolik tergantung pada kepadatan sampel saat dipadatkan.
Costant-head permeameter digunakan untuk sedimen yang bersifat noncohesive, seperti
pasir. ruang dengan overflow menyediakan pasokan air. Air bergerak melalui sampel pada tingkat
yang stabil. Konduktivitas hidrolik ditentukan dari variasi hukum Darcy, yang memberikan fluks
cairan per satuan waktu, yang disebut debit.

K = Konduktivitas hidrolik (L/T;cm/s)


V = Volume per waktu t (V)
L = Panjang (cm)
A = Luas area perpotongan (cm)
h = hidrolik head (cm)
Untuk sedimen yang bersifat cohesive atau yang memiliki konduktivitas yang rendah,
digunakan falling-head permeameters. Menggunakan debit air yang relative lebih kecil yang melalui
sampelnya.
(

= Konduktivitas hidrolik (L/T;cm/s)


= Panjang sampel (cm)
= Initial head (cm)
= final head (cm)
= waktu yang dibutuhkan dari
ke
= diameter dalam tabung (cm)
= diameter dalam sampel (cm)

(s)

Saat menggunakan permeameter perlu diingat bahwa sampel benar-benar bersifat jenuh.
Gelembung udara pada sampel akan mengurangi area perpotongan yang muncul, lalu menghasilkan
pengukuran konduktivitas yang menurun. Sampel juga harus benar-benar ditekan ke dinding kamar
permeameters. Jika tidak, air akan mengalir di dinding tersebut dan menghindari media berpori. Pada
kasus ini, konduktivitas akan terlalu tinggi.

3.6. Permukaan Air Tanah (WaterTable)


Air yang terdapat di permukaan bumi terbentuk dalam wujud cair, padat, maupun gas (bisa
dalam bentuk uap air maupun campuran air terlarut). Pada zona dengan tingkat porositas yang lebih
rendah biasanya terdapat kehadiran materi mineral dan air dalam bentuk cair. Batuan ber-saturasi
dengan air dan air kemungkinan tercampur dengan gas terlarut. Selain itu tekanan cairan lebih besar
pula dibandingkan dengat tekanan atmosfer. Ketika mencapai ke permukaan, tekanan air mulai
mengalami penurunan dan volume dari air menyusut (Gambar 3.18). Namun di beberapa tempat
dengan kedalaman yang bervariasi, terdapat keadaan dimana tekanan air sama dengan tekanan
atmosfernya. Pada sebuah permukaan bergelombang dimana pori-pori air memiliki tekanan yang
sama dengan tekanan atmosfer disebut Permukaan Air Tanah (Water Table).

Gambar 3.18. Persebaran Tekanan Air Kaitan


Dengan Permukaan Air Tanah

Muka air tanah pada sumur dangkal sudah melewati batas ketinggian muka air tanah pada
lokasi tersebut. Posisi muka air tanah mengikuti bentuk umum dari topografi. Litologi batian pada
bagian bawah muka air tanah bersifat air.
Pembentukan muka air tanah dapat diibaratkan seperti sebuah botol berisi pasir dengan sisi
terbuka yang kemudian diberi air. Air tersebut akan turun melalui pasir dan membentuk zona saturasi.
Semakin banyak air yang masuk, semakin tinggi muka air tanah. Muka air tanah berbentuk datar
sampai ia menyentuh lembahan (Gambar 3.19).

A. Diagram permukaan air datar pada sebuah


akuifer dimana air menuju ke bawah melewati
zona tak jenuh tetapi bukan air tanah yang
lateral.
B. Diagram permukaan air pada suatu daerah,
dimana air bergerak ke bawah melewati zona tak
jenuh dan bergerak seperti aliran air tanah
melewati zona jenuh menuju zona discharge di
sepanjang stream.

Gambar 3.18. (A) Menunjukkan pergerakan air menuju zona saturasi tanpa pergerakan lateral air tanah. (B)
Menunjukkan pergerakan air menuju daerah pelepasan.

Hujan yang menerus akan mengakibatkan tinggi water tabel meningkat. di lembah,
level air akan di atas permukaan, sehingga air akan melewati notch. jika water tabel lebih
besar dari notch maka air akan mengalir secara lateral karena gradien hidraulik.
Kita dapat membuat pengamatan berikut, dimana item 4 dan 5 berkaitan dengan
daerah lembab.
1. Dengan tidak adanya aliran air tanah, permukaan air akan datar.
2. Permukaan air yang miring menandakan air tanah mengalir.
3. Zona discharge air tanah berada pada derah dengan topografi rendah
4. Permukaan air mengikuti bentuk umum dari topografi permukaan.

5. Air tanah mengalir dari wilayah topografi tinggi ke wilayah dengan topografi yang lebih
rendah.
3.7. Aquifer
Aquifer adalah unit geologi yang dapat menyimpan, mengalirkan, dan menyuplai cadangan
air yang cukup ke dalam sebuah sumur atau mata air. Beberapa contoh batuan aquifer adalah pasir dan
kerikil yang tidak terkonsolidasi, batupasir, batugamping dan dolomit, aliran basalt, dan retakan
plutonik dan batumetamorf.
Confining Layer adalah unit geologi yang memiliki permeabilitas buruk bahkan bersifat
impermeabel (tidak dapat meloloskan air). Sifat ini sangat bergantung pada karakteristik litologi
penyusun suatu daerah.
Confining Layer terbagi menjadi :
1. Aquitards adalah lapisan yang memiliki permeabilitas buruk yang bisa menyimpan airtanah
serta mampu mengalirkan dan meloloskannya secara perlahan dari satu aquifer ke aquifer
lainnya.
2. Aquifuge adalah lapisan yang bersifat impermeabel yang tidak bisa menyimpan dan
meloloskan air.
3. Aquiclude adalah lapisan yang bersifat impermeabel yang dapat menyimpan air namun tidak
dapat meloloskannya.

Selain itu, ada pula istilah yang disebut lapisan tertekan yang bocor (leaky confining layer).
Lapisan ini dapat mengalirkan air dalam jumlah yang signifikan jika terdapat pada area yang luas.
Aquifer dapat terletak dekat dengan permukaan tanah, disebut juga dengan muka air tanah
aquifer atau aquifer tidak tertahan / tidak tertekan. Imbuhan air aquifer ini dapat berasal dari rembesan
lapisan di bawahnya ke zona tidak jenuh airdan juga dari aliran air tanah secara lateral.
Di samping itu ada pula beberapa aquifer yang disebut confined atau artesian, yang area
imbuhannya merupakan daerah dimana aquifernya tersingkap, atau dapat juga merupakan daerah
yang terpengaruh kebocoran perlahan dari lapisan tertekan yang bocor (confining layer).

Gambar 3.7.1. Aquifer tertekan yang terbentuk oleh perselingan aquifer dan confining unit yang terendapkan dengan
kemiringan regional tertentu (atas) ; Aquifer tertekan terbentuk oleh pengendapan perselingan lapisan-lapisan pasir dan
kerikil yang permeabel dengan lanau dan lempung yang impermeabel di daerah intermontane basin (tengah) ; Aquifer
tertekan terbentuk dari bed yang terangkat akibat intrusi

Potentiometric Surface pada aquifer tertekan adalah garis imajiner yang menunjukkan pada
level pada air akan muncul di sumur.

Gambar 3.7.2. level air artesian dan potentiometric surface

Pada beberapa kasus, lapisan dengan material dengan permeabilitas rendah banyak ditemukan
dalam bentuk lensa di dalam material yang memiliki permeabilitas yang lebih baik. Air mengalir

turun melalui zona tidak jenuh air lalu masuk dan terakumulasi pada bagian atas lensa tersebut.
Lapisan dengan tanah jenuh air akan terbentuk di atas muka air tanah dan disebut perched aquifer. Air
mengalir secara lateral di atas lapisan berpermabilitas rendah tadi hingga ke tapi dan merembes ke
permukaan tanah dan membentuk mata air. Perched aquifer itu sering ditemukan pada glasial outwash dimana banyak ditemukan lensa lempung pada sungai glasial kecil. Selain itu, sering juga
muncul pada volcanic terranes dimana zona abu yang terlapukkan dan memiliki permeabilitas rendah
terdapat di antara lapisan basalt yang berpermeabilitas lebih baik. Perched aquifer biasanya tidak
besar dan hanya cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Gambar 3.7.3. Perched Aquifer yang berada di atas lapisan berpermeabilitas rendah dalam zona tidak jenuh, di atas muka air
tanah

Confined Ground Water ditemukan dalam Confined Aquifer.


Unconfined Aquifer ditemukan dalam Aquifer Muka Air Tanah.
Perched Ground Water ditemukan dalam Perched Aquifer.
3.8 Water-Table and Potentiometric Surface Maps
Peta dari water table untuk unconfined aquifer (aquifer tidak tertekan) dan potentiometric
permukaan untuk confined aquifer (aquifer tertekan) adalah alat dasar untuk interpretasi hidrogeologi.
Peta ini bisa jadi merupakan peta kontur dengan garis yang elevasinya sama. Peta ini juga bisa
ditunjukkan dalam perspektif gambar yang dimunculkan dalam bentuk gambar tiga dimensi
permukaan.
Data yang di gunakan untuk membentuk peta water table dan potentiometric permukaan
adalah level elevasi air yang di ukur lewat sumur. Namun, tidak semua sumur bisa di gunakan untuk
tujuan ini. Beberapa sumur yang di gunakan untuk suplai air merupakan borings terbuka dalam batuan
yang di dalamnya terdapat aquifer dan confining beds. Karena level permukaan air di beberapa sumur
tidak menggambarkan puncak dari beberapa unit dan bukan dari unit yang spesifik, mereka tidak bisa
dan bahkan tidak berguna dalam membuat peta muka air atau peta water level.

Untuk membuat peta muka airtanah, dibutuhkan data dari beberapa sumur yang bisa dijadikan
acuan muka air, yang mana hanya sumur yang didalamnya terdapat aquifer saja, tidak boleh ada
confining beds.
Jika level air akan diukur melalui sumur yang biasanya di gunakan untuk suplai air, harus di
pastikan bahwa pompa telah di matikan cukup lama sehingga muka air kembali ke asalnya, atau pada
level sebelum di pompa. Pengukuran kedalaman air bisa di lakukan kapan saja setelah muka air
berhenti naik.
Pada saat pembuatan peta water table, idealnya pada semua sumur terdapat borehole terbuka
atau sebuah well screen pada muka air. Namun, sumur yang cased atau screened di bawah muka air
bisa di gunakan apabila mereka tidak berada di bawah jauh dari muka air sesungguhnya.
Air permukaan seperti mata air, kolam, danau, stream, dan sungai dapat berinteraksi dengan
water table. Dengan pengecualian, water table merefleksikan topografi permukaan. Semua ini harus di
masukkan dalam perhitungan pada saat pembuatan peta water table. Peta dasar yang memperlihatkan
topografi permukaan dan lokasi air permukaan harus di persiapkan. Elevasi danau dan kolam bisa
menjadi informasi yang mendukung. Lokasi dari sumur harus di plot kedalam peta dasar, dan
ketinggian water level harus di tandai. Kontur dengan ketinggian airtanah yang sama kemudian di
gambar, mengikuti aturan konturing yang telah di bicarakan pada isohyets. Interpolasi kontur
berdasarkan data dipengaruhi oleh topografi permukaan dan air permukaan. Untuk contoh, kontur
airtanah tidak bisa lebih tinggi dari topografi permukaan. Jika terdapat danau, maka permukaan danau
sama dengan permukaan water table.
Potentiometric permukaan confined aquifer, tidak dipengaruhi oleh topografi permukaan dan
air permukaan. Karena tidak terjadi hubungan hidrolik secara langsung antara sungai dan confined
aquifer di bawahnya, kontur potentiometric permukaan tidak di pengaruhi oleh kemunculan sungai.
Kontur potentiometric permukaan bahkan bisa di atas permukaan. Ini mengindikasikan bahwa apabila
akan di bangun sebuah sumur, maka air tetap akan mengalir.

Gambar 3.8.1. A) Sebuah water table lake dengan 2 sungai yang mengalir ke arah danau tersebut dan 1 sungai
yang mengalir dari sana ; B) Sebuah perched lake yang merembes dan mengimbuh muka air tanah

3.9. Karakteristik Aquifer


Aquifer mempunyai beberapa karekteristik yaitu:
Transmissivity aquifer adalah penghitungan jumlah air yang dapat di transmisikan secara
horizontal pada suatu unit aquifer dibawah pengaruh gradien hidrolik . Transmissivity aquifer hasil
dari konduktivitas hydraulic dan tebal aquifer yang jenuh.

Storativity (s).Ketika puncak aquifer yang jenuh berubah ,maka kemungkinan yang terjadi
aquifer tersebuta akan menampung air atau mengeluarkannya . Koefisien penyimpanan tersebut
Spesific storage.

Spesific storage adalah jumlah air per unit volume dari aquifer jenuh yang dapat menyimpan
atau mengeluarkan air yang disebabkan tekanan dari kerangka mineral dan pori air yang berubah tiap
unitnya.konsep ini dapat di aplikasikan pada aquifer confined dan unconfined
Pada aquifer unconfined naik atau turun tingkat kejenuhan aquifer tersebut diikuti dengan
naik turunnya jumlah air yang ad dalam akufer tersebut juga.

3.10 Compressibility and Effective Stress


Pada akuifer jenuh seperti yang telah disebutkan diatas, tegasan yang kearah bawah
berada pada rangka akuifer yang berasal dari berat lapisan-lapisan batuan dan air. ini disebut
tegasan total. Adapula tegasan yang kearah atas bidang yang disebabkan oleh tekanan fluida.
Tegasan ke atas ini akan menetralkan tegasan total, jadi tegasan yang dihasilkan akan ditahan
oleh rangka akuifer, yang disebut tegasan efektif, yang lebih rendah dari tegasan total:
..(3.36)
Keterangan :
= Tegasan total
= Tegasan efektif

P = Tekanan

Jika terjadi perubahan dalam tegasan total, maka tegasan dan tekanan efektinya pun
berubah.
..(3.37)
Pada akuifer tertekan, akan ada perubahan tekanan yang signifikan dengan perubahan
yang sangat kecil pada ketebalan actual kolom air jenuh. Pada kondisi ini, tegasan total akan
konstan, dan setiap perubahan tekanan akan menghasilkan perubahan pada tegasan efektif
yang besarnya sama tapi berubah tanda.
. (3.38)
Jika pemompaan mengurangi tekanan atas pada akuifer tertekan, tegasan efektif yang
berperan dalam rangka akuifer akan bertambah. Rangka akuifer dapat terkonsolidasi atau
terkompaksi karena meningkatnya tegasan. Konsolidasi ini timbul karena penggeseran butir
mineral yang menurunkan porositas.

.(3.39)

Keterangan :
= Kemampuan akuifer untuk termampatkan ; ft2 / lb atau m2 / N]
= Perubahan ketebalan akuifer ( ; ft atau m)
= Ketebalan akuifer awal ( ; ft atau m)
= Perubahan tegasan efektif (
; lb / ft2 atau N / m2)
Tanda negatif menandakan bahwa akuifer semakin kecil dengan meningkatnya
tegasan efektif.
Karena

maka persamaan 3.39 dapat ditulis seperti:


+

. (3.40)

3.11 Homogeneity and Isotropy


Seorang geologist mengacu pada dua kunci sifat terhadap formasi geologi yaitu
konduktifitas hidrolik dan ruangan yang spesifik. Kunci ketiga yang juga penting yaitu
ketebalan.
Unit yang homogen merupakan salah satu yang memiliki sifat yang sama pada semua
tempat. Seperti batupasir, mengindikasikan distribusi besar butir,porositas,sementasi, dan
ketebalan yang bervariasi hanya dalam batas yang sedikit. Nilai-nilai transmisivitas dan
storativitas pada suatu unit akan sama dimanapun tempatnya. Batuan plutonik atau metamorf

akan memiliki jumlah fracture yang sama pada semua tempat, termasuk strike dan dip dalam
suatu joint sets. Batugamping akan memiliki jumlah joint yang sama dan pecahan akan
terbuka pada semua tempat.
Pada formasi yang heterogen, sifat hidrolik berubah secara spasial. Salah satu contoh
akan terjadi perubahan ketebalan. Batupasir yang ketebalannya membaji adalah tidak
homogen, jika porositas, konduktivitas hidrolik, dan ruang spesifik tetap konstan. Perubahan
ketebalan hasil dari perubahan sifat hidrolik pada suatu unit. Unit lapisan mungkin juga
menjadi tidak homogen. Beberapa unit sedimentasi akan terendapkan menjadi lapisan yang
berurutan terhadap sedimen dengan jarak terhadap non pengendapan . Lapisan tersebut
diketahui memiliki ketebalan yang bervariasi dari lapisan secara mikroskopik . Jika sifat
hidrolik terhadap lapisan berbeda, seluruh unit adalah heterogen. Tipe yang ketiga dari
heterogen pada unit sedimentasi terjadi ketika facies berubah dalam unit yang melibatkan
perubahan karakteristik hidrolik dan jenis litologi.
Unit karbonat mungkin beraneka ragam (1) jika terdapat perubahan ketebalan terjadi
atau (2) tingkat kelarutan pembukaan dari variasi rekahan. Formasi dari larutan aliran oleh
bergeraknya air tanah secara khusus terkonsentrasi sepanjang rekahan atau perlapisan.
Kemudian formasi batugamping sering kali beraneka ragam. Batuan plutonik mungkin
mempunya rekahan ganjil atau zona geser sporadis yang memberikannya keragaman. Aliran
basaltic sebenrnya selalu beraneka ragam berdasarkan cara keterbentukan mereka yang
sangat alami. Seperti yang diduga, itu merupakan formasi geologi yang tidak biasa yang
secara sempurna seragam. Proses geologi berjalan pada laju yang berbeda beda dan diatas
dataran yang tidak rata. Menghasilkan keanekaragaman.
Dalam media berpori yang terbuat dari bola dengan diameter yang sama dikemas
seragam, geometri dari rongga ialah sama dari berbagai arah. Selanjutnya, permeabilitas
intrinsic dari unit ialah sama dari berbagai arah, dan unit tersebut disebut isotropic.
Sebaliknya jika

geometry dari rongga tidak seragam , mungkin terdapat arah dimana

permeabilitas intrinsic lebih besar. Media ini selanjutnya adalah anisotropic. Contohnya,
media berpori terdiri dari butiran berbentuk-buku yang tersusun secara subparalelbisa
mempunyai permeabilitas secara paralel pada butir lebih besar dari pada melintasi orientasi
butir (gambar3.27)

Gambar 3.26

A.

Sebuah keanekaragaman formasi terdiri dari sediman yang mengental di atas

B.

Keanekaragamn formasi yang terdiri dari tiga lapisan sedimen dengan

konduktivitas hidrolik yang berbeda


C.

Keanekaragaman

formasiyang

terdiri

dari

sedimendengan

perbedaan

konduktifitas hidrolik berbaring di samping satu sama lain

Gambar 3.27
Bentuk

butir

dan

orientasi

dapat

mempengaruhi isotrop dan anisotropy


dari sedimen

Dalam rekahan batuan, arah dari aliran air tanah sepenuhnya dipaksa oleh arah dari
rekahan tersebut. Pada hakikatnya pada rekahan dengan arah tidak parallel itu tidak memiliki
permeabilitas (Gambar 3.28). Aliran Basalt sangat anisotropic, baik pada aliran kemiringan
parallel yang berlanjut ke zona interflow. Pengurangan rekahan pada basalt secara vertical,
menghasilkan permeabilitas secara vertical.
Pada unit-unit sedimen, terdapat beberapa lapisan, salah satunya homogeneous.
Kesebandingan hasil gaya hidrolik secara vertical dan horizontal dapat dengan mudah
dikomputasi. Gambar 3.29 menampilkan 3 unit lapisan, salah satu unit memiliki perbedaan
daya hidroulik horizontal dan vertical (Kh dan Kv).

Rata-rata daya konduksi hidroulik (perlapisan parallel) dapat ditemukan dari hasil

(3.41)

Dimana
: rata-rata konduktifitas hiroulik horizontal (L/T; ft/d atau m/d)
: konduksi hidroulik horizontal dari lapisan mth
: ketebalan dari lapisan mth (m)
b

: Total ketebalan akuifer (m)

secara umum konduksi vertical hidroulik dirumuskan

(3.42)

Dimana
: rata-rata konduktifitas hiroulik vertical (L/T; ft/d atau m/d)
: konduksi hidroulik vertikal dari lapisan mth
: ketebalan dari lapisan mth (m)
b

: Total ketebalan akuifer (m)

Gambar 3.28 Anisotrop pada unit rekahan batuan dengan arah rekahan secara alami

Gambar 3.29 Formasi heterogen dengan 3 perlapisan yang memiliki perbedaan konduktifitas hidroulik.

3.12 Gradient dari Permukaan Potensiometri


Gambar 3.30 mengilustrasikan metode grafis untuk tiga-empat

situasi sumur.

Langkah pertama adalah membuat sketsa dengan memperhatikan skala yang memperlihatkan
posisi sumur . Informasi ini biasanya dapat ditelusuri dari peta dasar . berikut langkahlangkah pengerjaannya:
1. Tarik garis yang menghubungkan setiap sumur dari pendirian tiga sumur atau sudut sumur
untuk mendirikan empat sumur.
2. Perhatikan ketinggian air di setiap sumur
3. Ukur jarak peta antar tiap pasang sumur.
4. Cari perbedaan ketinggian antar tiap pasang sumur.
5. Temukan jarak peta untuk setiap unit perubahan di atasnya untuk tiap pasang sumur
dengan membagi jarak peta antar pasangan sumur oleh perbedaan bagian atasnya.
6. Tandai setiap akan menuliskan panjang garis antar tiap pasang sumur. Pilih panjang
kenaikan sehingga setiap kenaikan memiliki panjang yang mudah untuk dihitung (contohnya
0.5 ft, 1 ft, 5 ft dan 10 ft atau 0.5 m, 1 m, 5 m, dan 10 m).
7. Ulangi langkah 3 sampai 6 untuk semua sumur.
8. Buat garis kontur dengan menggabung semua garis yang sama besarnya.
9. Gradien permukaan menunjukkan peningkatan antara besar bagian atas yang tegak lurus
dengan garis kontur. Hal ini berbanding terbalik dengan kemiringan yang ditunjukkan pada
gambar.

Gambar 3.30 Metode grafik untuk menentukan kemiringan permukaan potensiometri dari A. tiga sumur dan B.
empat sumur

Jika tiga sumur dari segitiga siku-siku, maka arah gradien dapat dengan mudah
ditentukan secara matematis. Dengan asumsi bahwa segitiga yang dibentuk oleh sumur
memiliki dua kaki. OX dan OY yang dari 90 sudut di sumur O.
Selanjutnya, dh / dx diukur gradiennya dari sumur O ke sumur X. Gradien adalah
perbedaan puncak di dua sumur dibagi dengan jarak yang memisahkan mereka. Kemudian,
dh / dy diukur gradiennya dari sumur O ke sumur Y. Gradien dari puncak yang tegak lurus
terhadap garis equipotensial ditemukan dari :

Hanya gradien tunggal yang dapat dihitung dari tiga atau dari empat sumur. Hal ini
tidak berarti untuk air tanah yang memiliki gradien konstan. Memang sangat tidak biasa
untuk menemukan gradien hidrolik konstan. Gambar 3.31 adalah peta muka air dengan
perubahan gradien hidraulik di seluruh tempat. Dimana garis kontur yang berdekatan, gradien
lebih curam daripada gradien yang jauh terpisah.

You might also like